Oleh :
KELOMPOK A-07
Ketua : Denisha Oktavia F.S 1102017062
Sekertaris : Anida Hasna P 1102017026
Anggota : Audi Beryl Javier 1102016034
Khaira Romadhona Y 1102016096
Arin Cahyaningtyas 1102017038
Chyntya Rizky Maharani 1102017057
Clarisza Nadira 1102017058
Deviyani Puspita S 1102017066
Iffaty Farraz S.M 1102017106
Imam Rahmatullah M 1102017107
2020/2021
DAFTAR ISI
OPTIK GEOMETRIS DAN OPTIK FISIS DALAM DETEKSI CAHAYA OLEH MATA
DAN DAYA PISAH LENSA
LENSA TIPIS
I. Tujuan Percobaan
Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta
sifat bayangan.
Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan lensa konvergen f= titik fokus, O= pusat sumbu optik
lensa.
f=b.v
b+v
(1)
Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan
f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk
divergen
v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk
benda nyata dan negatif untuk benda maya
b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk
bayangan nyata dan negatif untuk bayangan maya
Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir
sementara benda maya terletak didepan lensa dan tidak dapat ditangkap oleh tabir.
Selanjutnya benda maya terletak dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh
bayangan komponen optik leinnya (lensa dan cermin).
Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar
bayangan terhadap objek dapat diperoleh dari persamaan
m = tinggi bayangan = - b.
tinggi benda v
(2)
Munculnya tanda negatif hanya karena keinginan agar jika m positif untuk
bayangan tegak dan negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif
dari rumus (2) maka perjanjiannya akan terbalik.
B. Rumus Bessel
Jika jarak antara benda dan tabir dibuat tetap dan lebih besar dari 4f maka
terdapat dua kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam
diperkecil dan diperbesar pada tabir.
Gambar 2. Dua kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir.
Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan
posisi lensa yang menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil,
sedangkan
a = jarak benda ke tabir
d = jarak antara dua kededekan lensa yang menghasilkan bayangna
tajam yang diperbesar dan diperkecil.
vb = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar
bb = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar
vk = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil
bk = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil
Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa:
d = vk – vb (3a)
=bb – bk (3b)
=bb – vb (3c)
Mengingat bahwa a = vb + bb maka diperoleh
vb = a – d
2
bb = a + d
2
(4)
Misalkan benda diletakkan pada bidang fokus lensa dan dibelakang lensa
terdapat cermin datar.
Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar.
Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam
berkas sejajar sehingga terbentuk bayangan di tempat tak berhingga. Selanjutnya
oleh cermin datar berkas ini akan dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh
lensa sehingga berbentuk bayangan sama besar pada bidang fokus/benda.
D. Rumus lensa Gabungan
Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam
analisis pembentukan bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah
menjadi sebuah lensa dengan jaarak fokus fg. Untuk gabungan dua lensa fg
dirumuskan sebagai :
1 =1 + 1 – t .
fg f1 f2 f1 f2
(6)
dengan t adalah jarak dua sumbu optik lensa.
Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga :
1 =1 + 1
fg f1 f2
E. Pembentukan Bayangan oleh gabungan lensa Konvergen-Divergen
Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata
tetapi dari benda maya dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka
diperlikan bantuan lensa positif dengan susunan seperti gambar berikut.
Gambar 4. Pembentukan bayangan oleh gabungan lensa konvergen dan divergen, O- adalah
bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa positif dan bayangan ini menjadi objek/
benda maya lensa divergen (-).
B- adalah nyata yang dibentuk lensa divergen dari benda O-
VI. Kesimpulan
Ada dua cara untuk menghitung panjang fokus lensa yaitu Gauss dan Bessel, menurut
hasil praktikum lensa positif akan membentuk bayangan terbalik dan nyata. Lensa negatif
tidak akan menbentuk bayangan tanpa di bantu lensa positif.
Semakin jauh jarak benda dengan lensa maka jarak lensa positif dengan layar semakin
kecil dan sebaliknya semakin dekat jarak benda semakin dekat pula bayangannya. Dalam
hal ini jarak sangat berpengaruh pada fokus lensa.
Lensa Cmbung (+) / Konvergen menghasilkan bayangan nyata, terbalik, diperbesar.
Sedangkan Lensa Cekung (-) / Divergen menghasilkan bayangan maya, tegak, diperkecil.
PRAKTIKUM FISIOLOGI II
PENDENGARAN
I. Dasar Teori
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran
udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi
(pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan
di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada
membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium,
sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila
deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut
akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin,
2001).
Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron
aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian
membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara
berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling
jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi
rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan.
Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah
neuron aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001).
b. Tes Weber
Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi
atau kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut tidak
ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit)
berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya (lateralisasi pada
telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.
c. Tes Schwabach
Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal.
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus
mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus
mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat
mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar,
pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut
memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut
sama dengan pemeriksa.
Tes Tes Weber Tes Diagnosis
Rinne Schwabach
Lateralisasi
Negatif ke telinga Tuli konduktif
Memanjang
yang sakit
Positif Lateralisasi
ke telinga Memendek Tuli
yang sehat sensorineural
Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, Rinne bisa masih positif
Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk
pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu untuk
memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan 2.048 Hz. Penggunaan ketiga
garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini
terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin
menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala
ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya (Soepardi et al, 2007).
Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin dengan hantaran
udara untuk masing-masing telinga dengan frekuensi tertentu (500, 1000, 2000, 4000 dan
6000 Hz). Tes audiometri yang kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara
dan masing-masing telinga dengan frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000,4000, 6000 dan
8000 Hz)
Pure Tone Audiometry Merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan
dalam jumlah getaran per detik.
Memberikan gambaran yang luas mengenai tingkat kehilangan pendengaran pasien dan
penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan.
Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke tinggi .
Tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika respon
positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan respon.
Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB
HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL.
Frekuensi yang diujikan berkisar 125-500 Hz.
Tujuan :
I. TES PENALA
A. Tata Kerja
Pemeriksaan Pendengaran dengan Penala
a. Cara Rinne
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya
ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.
3. Tanyakanlah kepada o.p. apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga
yang diperiksa, bila demikian o.p. harus segera memberi tanda bila dengungan bunyi
itu menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus o.p. dan
kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang
sedang diperiksa itu.
5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :
Positif : Bila o.p. masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.
Negatif : Bila o.p. tidak mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.
b. Cara Webber
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi o.p. di garis median.
3. Tanyakan kepada o.p. apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di
kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.
4. Bila pada o.p. tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi secara
buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi pemeriksaan.
c. Cara Schwabach
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti no A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.
3. Suruhlah o.p. mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi menghilang.
4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus mastoideus
o.p. ke processus mastoideus sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga si pemeriksa
dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. masih
dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach
memendek.
5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. juga tidak dapat
didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin Schwabach normal atau
Schwabach memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut :
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus mastoideus si
pemeriksa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian ujung tangkai penala segera
ditekankan ke processus mastoideus o.p.. bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti
oleh si pemeriksa) masih dapat didengar oleh o.p. hasil pemeriksaan adalah
Schwabach memanjang. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si
pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh o.p. maka hasil pemeriksaan adalah
Schwabach normal.
B. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Pemeriksaan Pendengaran
Cara Rinne
Telinga Cara
Orang Telinga (penala Cara
(penala Scha
Perco digetarkan Web
digetarka wab
baan pada processus ber
n lewat ach
mastoideus)
udara)
Kan Kiri Kan Ki
a a r
n n i
C. Pembahasan
Pada percobaan rinne, bertujuan untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Saat penala digetarkan pada processus
mastoideus, terdengar suara dengungan, baik ditelinga kiri maupun telinga kanan, seluruh
orang percobaan. Begitu pula saat penala digetarkan di udara ,tanpa menyentuh processus
mastoideus, suara dengungan terdengar jelas.
Pada percobaan cara webber, bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan. Saat penala yang sudah digetarkan ditaruh pada dahi, semua orang
percobaan memperoleh hasil yang sama, yaitu lateralisasi pada telinga kanan dan kiri. Hal ini,
menandakan bahwa telinga semua orang percobaan normal terhadap dengungan yang terjadi.
D. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa semua orang percobaan dapat mendengar
dengungan penala dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa telinga orang
percobaan masih bekerja secara normal.
II. AUDIOMETRI
Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala yang berfungsi sebagai
berikut :
Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat
dibaca pada skala (51) yang dinyatakan dengan dB
Bila tombol ini menunjukkan ke “B”, berarti nada yang dihantarkan ketelepon
berwarna black. Bila tombol menunjuk ke “G” yang bekerja hanya telepon grey.
Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol
dilepas, nada tidak terdengar lagi
C. Pembahasan
Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus penuh
(intensitas yang diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis
terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 – 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna
biru, sedangkan telinga kanan warna merah.
Pada hasil pemeriksaan bertujuan untuk memberikan gambaran luar mengenai tingkat
kehilangan pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap
rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke
tinggi .
Pada awal, tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika
respon positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan
respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10
dB HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL.
Frekuensi yang diujikan berkisar 125-500 Hz.
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada
murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa
pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara
dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction).
Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang
pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
D. Menjawab Pertanyaan
p- VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?
Jawab:
Teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk
mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah
memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.
p-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekwensi hertz?
Jawab:
Hertz adalah jumlah getaran setiap satuan waktu. Standar Internasional untuk frekuensi. Hertz
menyatakan banyaknya gelombang dalam waktu satu detik (1 Hertz = 1 gelombang per detik).
p-VIA. 3 Apa yang dimaksud dengan satuan dB?
Jawab:
Desibel merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan nilai kebisingan suatu tempat
dengan membandingkan antara lemah kuatnya amplitudo yang ditransmisi dengan gangguan
dalam proses transmisi tersebut.
Jawab:
Maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar
lagi untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar atau hanya pura-pura
mendengar
E. Kesimpulan
Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah. Bila terjadi
air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh
bone conduction menggambarkan SNHL. Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan
bahwa orang percobaan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan (dari
frekuensi rendah ke tinggi). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendengaran
telinga orang percobaan masih tuli ringan “mild hearing loss” pada saat AC telinga kanan
(35dB), telinga kiri (30dB) sedangkan BC telinga kiri (35dB) → (liat hasil pengamatan serta
batas ambang pendengaran menurut ISO).
PRAKTIKUM III
PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN
3.I. PENDENGARAN
Tujuan Percobaan
Teori Dasar
Gelombang suara terdiri dari daerah-daerah pemampatan dan penjarangan molekul udara yang
berlangsung secara bergantian
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang-
seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan (rarefaction) molekul
tersebut
Gelombang suara juga dapat berjalan melalui medium selain udara, misalnya air
Suara ditandai oleh :
a. Nada
Ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran, semakin tinggi nada.
Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi 20-20.000 siklus per
detik, tetapi paling peka terhadap frekuensi antara 1.000 dan 4.000 siklus per detik.
b. Intensitas atau kepekakan (kekuatan)
Bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah
pemampatan yang bertekanan tinggi dan daerah penjarangan yang bertekanan rendah.
Semakin besar amplitudo, semakin keras (pekak) suara
Kepekakan dinyatakan dalam desibel (dB), yaitu ukuran logaritmik intensitas
dibandingkan dengan suara teredam (terhalus) yang dapat terdengar
c. Kualitas suara atau warna nada (timbre)
Bergantung pada nada tambahan (overtone), yaitu frekuensi tambahan yang menimpa nada
dasar
Telinga luar dan tengah mengubah gelombang suara dari hantaran udara menjadi getaran cairan
di telingan dalam
Sel rambut di organ Corti mengubah gerakan cairan menjadi sinyal saraf
Telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan-gerakan berosilasi membrana
basilaris yang membengkokkan pergerakan maju mundur rambut-rambut di sel reseptor.
Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan
(secara bergantian) saluran di sel reseptor, yang menimbulkan perubahan potensial berjenjang
di reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang
merambat ke otak.
Diskriminasi nada bergantung pada daerah membrana basilaris yang bergetar; diskriminasi
kepekakan suara bergantung pada amplitudo getaran
Diskriminasi nada, yaitu kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang
datang bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris, yang menyempit dan kaku di
ujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Ujung sempit paling dekat
jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi, sedangkan ujung lebar paling dekat
dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah. Nada-nada tambahan dengan
berbagai frekuensi menyebabkan banyak titik di sepanjang membrana basilaris ikut bergetar
secara simultan, tetapi dengan intensitas yang lebih rendah daripada nada dasar, sehingga SSP
mampu membedakan warna nada (diskriminasi warna nada).
Diskriminasi intensitas (kepekakan). Bergantung pada amplitudo getaran.
Alat Percobaan
I. AUDIOMETRI
Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala yang berfungsi sebagai
berikut :
Tombol 1 (T) : Tombol utama.
Gunanya untuk menghidupkan atau mematikan alat
Frekuensi adalah benyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Frekuensi
memiliki satuan hertz / Hz.
Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat
dibaca pada skala (51) yang dinyatakan dengan dB
Bila tombol ini menunjukkan ke “B”, berarti nada yang dihantarkan ketelepon
berwarna black. Bila tombol menunjuk ke “G” yang bekerja hanya telepon grey.
Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol
dilepas, nada tidak terdengar lagi
Untuk menguji apakah orang pemeriksaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-pura
mendengar
Tata Kerja
2. Hubungkan audiometer dengan sumbu lisrik (125V) dan putar T1 ke “on”, S1 dan S2 akan
menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisor.
3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada
telinganya sehingga telepon “black” di telinga kiri.
4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat
mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan
tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.
5. Tunggulah 2 menit lagi untuk “memanaskan” alat.
6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankan selama pemeriksaan.
7. Putarlah tombol kekuatan nada T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang
percobaan mengacungkan tangannya ke atas.
8. Teruskanlah memutar tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3
tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan
menurunkan tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.
9. Ulangi tindakan 7 & 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai “hearing loss”
orang percobaan pada frekuensi 125 Hz.
10. Selama pecobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan
mengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar
nada atau hanya pura-pura mendengar.
11. Ukurlah, “hearing loss” untuk telinga yang sama denga cara yang sama pula pada frekuensi
250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada
formulir yang telah disediakan.
12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.
13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang
diperoleh pada pengukuran.
Hasil Data
Analisa Data
Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara
yang datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang menyempit dan
kaku di ujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai
daerah di membrana basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi
yang berbeda. Ujung sempit paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada
tinggi sedangkan ujung lebar paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada
nada-nada rendah.
Kesimpulan
Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah.
3.2. SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN
TUJUAN:
1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perasangan kanalis
semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan badan” setelah ekstirpasi labirin.
2. Menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi perubahan sikap diatas.
3. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap :
Gerakan bola mata
Tes penyimpangan penunjukkan
Tes jatuh
Kesan (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
1. Katak
2. Papan fiksasi katak + gejala beker.
3. Ether + kapas + jarum pentul
4. Skalpel + gunting halus + pinset halus + bor halus
5. Kursi putar barany
6. Tongkat atau statif yang panjang
7. Bak berisi air
TEORI DASAR
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat
massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang
tumpu (base of support).
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh
untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri
diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk
mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.
TATA KERJA:
1. Letakkan seekor katak di papan fiksasi dan tutuplah dengan gelas beker.
2. Peganglah papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan
gerakkanlah keatas, kebawah, putarlah kekanan dan ke kiri.
3. Perhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak:
a. Posisi kepala
b. Fleksi/ekstensi ekstremitas
4. Bukalah gelas beker dan palingkan kepala katak ke kanan, perhatikan sikap dan
kedudukan kakinya.
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
Jawab: Melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala
katak dimiringkan ke kanan
5. Masukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan perhatikan gerakan kaki dan
arah berenangnya.
7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, ulangi tindakan no. 1 s/d no. 5
8. Buanglah sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan
demikian kedua alat keseimbangan telah dibuang
9. Ulangi sekarang tindakan no.1 s/d no.5
10. Catatlah hasil pengamatan saudara pada formulir yang disediakan.
Perubahan-perubahan sikap pada katak di dalam gelas beker setelah digoyangkan kekiri dan ke
kanan :
KESIMPULAN
Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan:
1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dengan mata terbuka dan
kepala serta badan sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia
mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup
3. Ulangi percobaan di atas (no. 1 dan 2) dengan:
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
P.VI.4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?
Jawab: Ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi kepala,
maka jika mata tertutup dengan kepala, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah kepala miring dan
diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala supaya tidak jatuh,
Hasil Pengamatan dan Analisa Data
Perlakuan Hasil
Jalan lurus ke depan dengan mata tertutup jalan lurus, tidak terjadi deviasi
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi sedikit deviasi ke kanan
dengan kuat ke kiri
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi deviasi ke kanan
dengan kuat ke kiri serta mata tertutup
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi sedikit deviasi ke kiri
dengan kuat ke kanan
Kesimpulan
Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.
III. PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA
Tujuan
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi barany terhadap :
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan
- Tes jatuh (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
Dasar Teori
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di
tempatkan di berbagai posisi.
Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat
gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann
Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi
kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot
yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa
tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of
support).
Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh
sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh
dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan
efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh untuk
menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas
papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik
(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot,
sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal
ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan
eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,
kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.
Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas
motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah :
menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat
massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika
bagian tubuh lain bergerak.
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan
bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap
fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh
selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama
informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting
untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.
Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan
bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan,
kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga.
Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.
Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine
mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-
occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka
meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang
otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi keserebelum, formatio
retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan
serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula
spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada
leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat
sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi
propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar
masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls
yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf
yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba
di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh
dalam ruang.
Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok
otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa
kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur
saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan
pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural
bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan
aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu
otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.
Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang
dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban
eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf
mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang
teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung
dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang
secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.
Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika
terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.
Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat
gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah
benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa
tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan
seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat.
Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan
belakang vertebra sakrum ke dua.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat
gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang
tumpu, serta berat badan.
2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan
pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah
menentukan derajat stabilitas tubuh.
3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.
Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas
yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin
tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan
satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin
tinggi.
Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh
(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali
tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan
pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual,
vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan
bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol
keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular
berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk
respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang
sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak
kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun
dinamik
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta
mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat
biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari
unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang
memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak,
hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh.
Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang
menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah
ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang
tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul,
lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai
posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera
berganti posisi untuk mencegah kelelahan.
A. Kesan sensasi
1. Gunakan orang percobaan yang lain
2. Suruh o.p duduk dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan.
3. Putarlah kursi Barany tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur
bertambah dan kemudian mengurangi kecepatan putarannya secara berangsur-angsur
sampai terhenti.
4. Tanyakan kepada o.p arah perasaan berputar
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b. Sewaktu kecepatan putar menetap
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d. Segera setelah kursi dihentikan.
5. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang
dirasakan oleh o.p.
Hasil
A. Percobaan dengan kursi barany :
Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali. Maka
pada mata o.p terjadi nistagmus horizontal.
B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany) :
Pada o.p terjadi nistagmus dan o.p masih bisa menunjuk dengan deviasi ke arah kanan.
A. Kesan Sensasi :
Dengan adanya sensasi dari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri.
B. Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis Horizontal :
Setelah diputar baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, maka o.p berjalan miring ke
arah kiri.
Kesimpulan
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis semisirkularis
mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Ketika seseorang berada
dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-
rambut sakulus berjajar secara horizontal.
2. Alat-alat :
3. Pipa karet
5. Statif
3. Teori
Sebuah garpu tala yang telah diketahui frekuensinya (f) digetarkan di atas ujung pipa kaca
yang berisi kolom udara dan sebagian dengan cairan. Dengan mengatur kedudukan
permukaan air dalam pipa dengan kran yang dihubungkan dengan reservoir maka akan
terjadi resonansi kolom udara sehingga terdengar bungi dengung pada panjang kolom
tertentu.
h=¼λ
h=¾ λ
Terjadinya resonansi yang ketiga jika :
h = 5/4 λ
h =(2n+1) / 4 λ
Intensitas
Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan tiap satuan luas tiap satuan waktu.
Karena energi tiap satuan waktu kita ketahui sebagai pengertian daya, maka intensitas bisa
dikatakan juga daya tiap satuan luas. Secara matematis :
Keterangan :
Intensitas bunyi maksimum bila kolom udara beresonansi dengan garpu tala. Kolom udara
beraksi seperti sebuah tabung yang tertutup disalah satu ujungnya. Pola gelombang tegak
terdiri dari sebuah titik simpul dipermukaan air dan sebuah titik perut di dekat ujung
terbuka. Karena frekuensi sumber adalah tetap dan laju bunyi didalam kolom udara
mempunyai sebuah nilai yang pasti, maka resonansi terjadi pada sebuah panjang
gelombang spesifik.
4. Prosedur percobaan:
1. Siapkan perkakas alat resonansi lengkap dengan reservoirnya yang berisi air garam
2. Atur permukaan air dalam pipa kaca sampai kira-kira diujung pipa dengan
menaikkan reservoir air
3. Garpu tala yang frekuensinya telah diketahui (f) getarkan di ujung pipa dan serentak
turunkan permukaan air dalam pipa serta dengarkan kapan terjadi resonansi
Hasil Pengamatan
No h λ V
No H λ V
No H λ V
No h λ V
Analisis Data
Kesimpulan
Gelombang adalah getaran yang merambat dengan laju tertentu melalui medium tertentu
Penyampaian gelombang suara agar manusia dapat mendengar merupakan aplikasi dari
konsep resonansi bunyi.
Jika media atau pengahantar mengalami kelainan,gelombang suara tidak akan bisa di
interpretasikan.
SISTEM SENSORIK
I. TUJUAN
1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin
2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.
3. Memriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan serentak
(simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).
5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (afterimage).
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
a. Kekerasan permukaan
b. Bentuk
c. Bahan pakaian
7. Memriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.
8. Mengukur waktu reaksi.
9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.
Antara kesan hasil tiupan pada sub 4 dan 5 tidak ada perubahan.
D. Menjawab Pertanyaan
Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa sebabnya ?
Jawab:
tangan kanan kering di pegang masih terasa lembab
tangan kiri benar-benar kering saat dipegang
Sebab: eter/alkohol lebih cepat menguap saat terkena udara luar
E. Kesimpulan
Terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin
VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?
1 0 cm 0,5 cm 1 cm 2 cm 1 cm
3 0 cm 1 cm 3 cm 1,5 cm 0,5 cm
Lokalisasi taktil di tiap bagian tubuh berbeda, dan paling sulit melokalisasi di lengan bawah dapat terlihat
di hasil percobaan dimana jarak perangsangan dan lokalisasi nya berbeda cukup jauh.
Jika kurang dari 5 cm maka hasilnya adalah baik, dan jika lebih dari 5 cm maka hasilnya adalah tidak baik
pada syaraf perabanya.
TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata, bibir,
dan lain-lain; merupakan suatu system yang bersifat menyebar dan melingkar
Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.
D. Menjawab Pertanyaan
VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian tubuh?
Jawab: kemampuan lokalisasi taktil tidak sama besarnya di seluruh bagian tubuh, reseptor taktil
yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.
VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?
E. Kesimpulan
Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh,
Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar
dorsal saraf spinal yang sesuai. TPL (lokalisasi taktil) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti
hidung, mata, bibir, dan lain-lain.
Pipi : 1,25 cm
Tengkuk : 2,1 cm
Bagian yang terbesar ambang diskriminasi taktilnya yakni tengkuk, dan yang terkecil di bibir dan ujung jari.
Ini membuktikan bahwa sentuhan dua titik di tengkuk sulit dibedakan, karena reseptor peraba lebih
banyak namun lapang reseptif kecil di ujung jari atau bibir.
D. Menjawab Pertanyaan:
Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah ambang
diskriminasi taktil?
Jawab:
Dengan bertanya ke OP apakah ia bisa membedakan sentuhan yang terasa satu atau dua titik, jika terasa
dua titik dimana sebelumnya ia merasa satu, maka itu ambang diskriminsi taktilnya.
Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik.
Seseorang dapat menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang terpisah dan bukan menjadi satu yang
mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di daerah tersebut. Ambang 2 titik berkisar antara 2mm
di ujung jari. Bila di kulit betis terangsang 48mm.
E. Kesimpulan
Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik
D. Menjawab Pertanyaan
Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?
Jawab:
Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat
sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut. sehingga pada saat
mencopot benda, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu “off reseptor” dan adanya sirkuit
reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa benda telah di copot.
Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini.
Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron daerah
yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.
E. Kesimpulan
Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat-
sifat fisik benda,mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut
D. Menjawab Pertanyaan:
Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat,
permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?
Jawab:
Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya disebut “agnosia”.jika pasien mempunyai
daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda itu,disebut “agnosia visual”.jika ketidakmampuan
seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik di sebut
“agnosia taktil”
Berat : Baragnosia
E. Kesimpulan
Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris baik
Namun pada hakikatnya sebenarnya system saraf terbagi menjadi du kelompok besar :
B. Tata Kerja
1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup matanya
2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat kepalanya, ke dekat
dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan
4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya dengan
perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya
5. Perhatikan apakah ada kesalahan.
VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta,
apa nama neurologis yang dideritanya?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: R.A. Nurafrilya
Dari hasil percobaan, subjek dapat meniru atau mensinkronkan gerakan asisten dengan tangannya:
1. Telinga
2. Mulut dan hidung
3. Alis, mata, dan hidung
4. Kuping
Jadi, subjk singkron melakukan gerakan antara subjek dan asisten.
Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh.
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls
oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system saraf.
Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron.
D. Menjawab Pertanyaan
Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta, apa nama
neurologis yang dideritanya?
Jawab:
Dysdiadochokinesis
E. Kesimpulan
Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.
Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang waktu reaksi dalam hubungannya
dengan aktivitas kerja. Waktu reaksi menjadi hal yang sangat penting dan signifikan dalam pengukuran
performansi kerja. Dalam praktikum ini, akan diteliti bagaimana perbandingan waktu reaksi sederhana
sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik.
Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang untuk memberikan reaksi
terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika seseorang memberikan respon tentang sesuatu
yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Ada berbagai macam eksperimen waktu reaksi:
1. Arousal
Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk tekanan darah. Waktu reaksi akan
menjadi cepat bila tekanan darah ada di level tengah (dalam keadaan normal), dan akan melambat
bila praktikan terlalu santai atau terlalu tegang
2. Usia
Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an, bertambah pada usia 50-60 tahun,
lalu melambat pada usia 70 tahun keatas. Penurunan waktu reaksi pada orang dewasa mungkin
disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati merespon sebuah stimulus. Orang dewasa juga
cenderung mencurahkan pikirannya pada satu stimulus dan mengabaikan stimulus yang lainnya.
3. Jenis kelamin
Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada wanita.
7. Kelelahan
Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami kelelahan.
8. Gangguan
Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan waktu reaksi.
10. Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi.
B. Tata Kerja
1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya di tepi meja dengan
ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan menempatkan garis
tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-jari orang
percobaan
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus mengangkat
selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali
4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh)
C. Hasil Pengamatan
o.p.: R.A. Nurafrilya
NO. Waktu
Reaksi
I. 0,26
II. 0,15
III. 0,19
IV. 0,17
V. 0,14
(rata- 0,182
rata)
Dari hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa waktu reaksi o.p normal. Karena masih di bawah rata-
rata waktu reaksi manusia yang normal yaitu 0,5 s.
D. Menjawab Pertanyaan
Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang ?
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi seseorang adalah : usia, jenis kelamin, suhu tubuh,
kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang terlibat, dan banyaknya reseptor yang distimuli.
E. Kesimpulan
Waktu reaksi seseorang dtentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya
IX. Pengecapan
A. Dasar Teori
Reseptor adalah ujung perifer khusus neuron-neuron aferen; reseptor berespon terhadap
rangsangan tertentu, mengubah bentuk-bentuk energi rangsangan menjadi sinyal listrik serta bahasa
sistem saraf. Reseptor untuk pengcapan adalah kuncup pengecap, yaitu suatu kemoreseptor yang
terletak terutama di lidah tetapi juga terdapat pada palatum lunak dan epiglotis. Kuncup pengecap
terdapat pada tonjolan mukosa lidah yang disebut papilla. Masing-masing kuncup pengecap
merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik yang memiliki rambut dan menonjol
membentuk pori-pori pengecap serta dibasahi oleh saiva.
Pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima rangsangan bahan kimia dari
luar. Pada sisi atas dan sisi samping lidah banyak dijumpai papilla pengecap, yang jumlahnya ditaksir
2000 buah dan terletak tersebar diatas lidah.
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir lidah adalah kumpulan otot rangka
pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan
menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah
juga turut membantu dalam tindakan bicara.
Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa latin lingua
atau glossal dari bahasa yunani. Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yag terlekat pada
tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis
otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan instrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang diseut papilla. Papilla terdiri
dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor,
sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Terdapat tiga jenis papilla yaitu :
1. Kuncup pengecapan yang sensitif terhadap rasa manis terletak di ujing lidah
2. Substansi asam dirasakan terutama dibagian samping lidah
3. Substansi asin dapat dirasakan hampir seluruh area lidah, tetapi resptornya terkumpul dibagian
samping lidah
4. Susbtansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap dibagian belakang lidah
Rasa umami (bahasa Jepang), artinya lezat, untuk menyatakan rasa kecap yang menyenangkan secara
kualitatif. Rasa ini dominan ditemukan pada L-glutamat (terdapat pada ekstrak daging dan keju)
Larutan
asam - + - -
cuka
NaCl 10% + + + -
Larutan Kopi - - - +
Larutan gula
+ - - -
5%
Rasa klasik yang dapat dirasakan manusia (manis, asin, asam, pahit dan umami) ternyata melakukan
mekanisme transduksi yang berbeda-beda dan terjadi di sel reseptor yang berbeda pula. 2 dari
mekanisme ini merupakan ionotrophic (rasa asin dan asam) dan sisanya (rasa manis, umami dan
pahit) merupakan metabrotropic
Ketiga saraf tersebut membentuk koneksi ke batang otak pada bagian NST (nucleus of solitary tract)
di medulla oblongata sebelum mencapai thalamus dan akhirnya akan disalurkan ke daerah insula dan
korteks operkulum frontal di bagian lobus frontal otak (korteks sensoris primer) untuk diolah
(Boroditsky, 1999)
F. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan tentang senssasi rasa pada reseptor pengecap dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah
2. Waktu sensasi adalah waktu yang diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan menanggapi
rangsangan dan diteruskan keotak sehingga akan dikenali rasanya.
3. Sel–sel reseptor untuk pengecapan adalah sel–sel ephitelium yang telah termodifikasi yang
diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian permukaan lidah
dan mulut.
4. Dari tiap rasa makanan dan minuman otak mengintegrasikan input yang berbeda dari kuncup
pengecapan, dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks.
5. Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan lidah,
reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak di pangkal lidah.
X. PENGHIDU
A. Tujuan Percobaan
Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan wewangian
mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.
B. Dasar Teori
Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang
diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel saraf yang berupa benang halus.
Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau, sedangkan ujung yang lainnya berkumpul
dalam suatu tulang menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan sensasi dari indra penciuman.
Serangkaian proses terjadi dalam benang halus, dimulai dari interaksi molekul dengan reseptor sampai
dihasilkannya sinyal listrik.
Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein
yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan
menstimulasi pembentukan cAMP, melalui pembentukan enzim adnylate cyclase III. cAMP merupakan
suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu mekanisme transfer ion, sehingga
akhirnya dapat dikirim informasi mengenai “wangi/bau” molekul ke otak berupa sinyal listrik.
Setiap satu sensasi wangi terdiri dari beberapa campuran zat “berbau” yang akan menstimulasi
reseptor. Kemudian dalam otak terdapat suatu system pemetaan yang menerjemahkan sensai wangi
ini. Itulah sebabnya meskipun hanya ditemukan 1000 sel saraf penciuman, tapi kita dapat mengenal
10000 jenis wewangian. Indra penciuman akan cepat beradatasi.
Sering kita merasa tidak lagi mencium wangi parfum yang telah kita semprotkan, padahal orang
lain yang baru bertemu dengan kita masih bisa menciumnya. Terjadinya fenomena ini dapat dijelaskan
dengan mekanisme berikut. Saat transfer ion untuk pengiriman sinyal ke otak, Memungkinkan
masuknya ion Ca2+, ion Ca2+ akan mengikat protein calmodulin (CaM). Kompleks Ca2+/Ca Mini dapat
mengaktifkan enzim PDE yang selanjutnya dapat merusak molekul cAMP (molekul pembawa pesan
yang dapat mengaktifkan transfer ion dan bertanggung jawab dalam pengiriman sinyal ke otak),
akibatnya pengiriman sinyal ke otak yang membawa informasi sensasi wangi terhenti.
Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena
memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip
komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui
lebih dari 600 aroma. Sistem olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga
reseptornya disebut chemoreseptor. Sistem olfaction terdapat di hidung bagian atas (concha nasal
superior) yang peka terhadap penciuman dan lebih dekat ke saraf olfactorius.
Penciuman pada manusia secara umum dipengarui oleh :
Fisik : Lebih sensitif terhadap bau, hidung mancung lebih peka atau lebih sensitif
Psikologis : Wanita yang sedang PMS lebih sensitif
Kemampuan membau makhluk hidup tergantung pada :
Kopi (+)
Tembakau (+)
F. Pembahasan
Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air. Reseptor
pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium olfaktori.
Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel resptor olfaktori berbentuk
silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada permukaan bebasnya. Akson sel
olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat.
Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul larutan dalam
cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera
penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor
akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G)
akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP. cAMP
merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu mekanisme transfer ion,
sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai “wangi/bau” molekul ke otak berupa sinyal listrik.
G. Menjawab Pertanyaan
Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat mencium bau!
Jawab:
Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul larutan dalam
cairan hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh (tele reseptor) karena lintasan pembauan
tidak memiliki hubungan dalam thalamus dan tidak terdapat di daerah proyeksi pada neocortex
penciuman (Ganong, 1979).
Membrana offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di bagian medical ia melipat
keatas concana superior dan bahkan ada yang berada di concha media. Organon olfacus terdapat di
dataran medical concha nasalis superior dan pada dataran septumasi yang berhadapan dengan
concha masalis superior. Saat seseorang menarik nafas maka sesi bili rasa pembaunya akan lebih
kuat karena letak organon olfacus disebelah atasnya. Sensai pembauan tergantung pada konsentrasi
penguapan, misalnya skatol (bau busuk pada facces) karena konsentrasinya pekat maka baunya
busuk (Guyton, 1983).
Impuls–impuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang–cabang
dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus olfactorius
untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di uncus.
Neurit – beurit sel mitral mempunyai cabang – cabang yang menuju ke sel granula akan mengadakan
sinaps di sinopsis axomatis. Sebagian dari neurit – neurit sel mitral berjalan dalam stria lateralis dan
berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis dan berakhir di
dalam area septialis ( Radiopoetro, 1986), (Ganong, 1979)
Gambar mekanisme impuls penghidu
H. Kesimpulan
1. Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air. Reseptor
pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium olfaktori.
Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul larutan dalam
cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera
penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik.
2. Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena memiliki
banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi
(komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui lebih dari
600 aroma
3. Impuls–impuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang–cabang
dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus olfactorius
untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di uncus.
Neurit – beurit sel mitral mempunyai cabang – cabang yang menuju ke sel granula akan
mengadakan sinaps di sinopsis axomatis. Sebagian dari neurit – neurit sel mitral berjalan dalam
stria lateralis dan berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria
medialis dan berakhir di dalam area septialis.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta