Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH MIGRASI INTERNASIONAL TERHADAP FENOMENA

BRAIN DRAIN DI INDONESIA

Annisa Nuril Ikhtiram


2016.961.2.03
Taruna Politeknik Imigrasi, BPSDM Hukum dan HAM
Jalan Raya Gandul No.4, Gandul-Cinere, Depok
annisanuriltiram7@gmail.com

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ada 3 komponen dalam perubahan jumlah penduduk dunia tidak terkecuali
Indonesia yaitu, salah satunya adalah fenomena migrasi. Sedangkan dua
komponen lainnya adalah kelahiran dan kematian (Abdullah, 1996:24).
Fenomena kelahiran akan meningkatkan angka jumlah penduduk sementara
kematian akan mengurangi jumlah penduduk di suatu tempat atau wilayah.
Fenomena migrasi akan dapat meningkatkan dan dapat juga mengurangi jumlah
penduduk di suatu tempat atau wilayah karena ada penduduk yang masuk dan
keluar dari wilayah tersebut dengan tujuan tertentu. Jika jumlah penduduk yang
masuk ke suatu tempat lebih banyak dibandingkan yang keluar maka akan
terjadi pertambahan penduduk di tempat tersebut. Sebaliknya jika penduduk
yang masuk lebih sedikit jumlahnya daripada penduduk yang ke luar dari tempat
tersebut maka akan terjadi penurunan atau pengurangan jumlah penduduk. Dari
ketiga komponen perubahan penduduk ini, migrasi merupakan fenomena yang
paling kompleks dan sulit untuk dirumuskan dan diprediksi. 1
Bermigrasi untuk mencari penghidupan yang lebih baik dari sebelumnya
merupakan keinginan dan hak dasar yang dimiliki setiap orang. Migrasi telah
menyebabkan dunia kehilangan batas-batas konvensionalnya, menepis batas-
batas negara, hukum dan bahkan budaya. 2 Migrasi dapat diartikan sebagai
perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya, baik yang bersifat
permanen atau tetap dan bisa hanya semi permanen atau sementara.
Perpindahan ini dilakukan melewati batas administratif atau batas pada bagian
1
Yunita Wahyu Pratiwi, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi internasional tenaga kerja
Indonesia ke luar negeri tahun 2007”, Skripsi Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2007, hal 30
2
Sulistyowati Irianto, Akses Keadilan dan Migrasi Internasional : Kisah Perempuan Indonesia Domestik di Uni
Emirat Arab (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), hal. 1
di suatu negara atau daerah atau bisa juga melampaui batas negara. 3 Terdapat
2 pengertian migrasi yang dapat diketahui secara umum. Pertama, migrasi
internal atau nasional yang bisa diartikan sebagai perpindahan penduduk di
dalam negeri atau antar daerah. Sedangkan yang kedua yaitu, migrasi
internasional merupakan perpindahan pendudukan atau manusia yang dilakukan
melewati batas dari satu negara ke negara lainnya dengan berbagai maksud
dan tujuan.
Dalam terjadinya migrasi internasional ini terdapat suatu fenomena migrasi
yang cukup mendapat perhatian akhir-akhir ini yaitu, brain drain. Fenomena ini
ditanggapi secara berbeda oleh kepentingan yang berbeda pula. Untuk negara
yang warga terbaiknya atau bisa dikatakan sangat bermanfaat bermigrasi ke luar
negeri, brain drain dianggap sebagai kehilangan sumber daya manusia
berharga. Di sisi lain, negara yang mendapat keuntungan dari bermigrasinya
manusia berharga tersebut merupakan suatu keuntungan dari hadirnya sumber
daya migran yang terdidik yang ditanggapi dan disebut sebagai brain gain.
Migrasi yang terjadi memungkinkan negara untuk kehilangan orang-orang
yang terdidik dan professional. Istilah ini dikenal dengan Brain drain. Andres
Solimano dalam bukunya berjudul “International Migration in the Age of Crisis
and Globalization” dijelaskan brain drain adalah berpindahnya sumber daya
manusia yang berkualitas dari negara miskin ke negara-negara kaya, atau dari
pinggiran ke negara-negara inti dalam ekonomi dunia, yang menyebabkan
kerugian untuk negara asal.4
Brain drain atau Human Capital Flight dapat diartikan sebagai berpindahnya
tenaga kerja terdidik atau tenaga ahli dari negara asal menuju negara lain. 5 Hal
ini menjadi suatu kekhawatiran bagi sebagian besar negara berkembang di
dunia salah satunya yaitu Indonesia.
Hubungan antara migrasi internasional terhadap fenomena brain drain di
Indonesia merupakan satu kaitan yang dapat menjadi alasan adanya fenomena
hilangnya sumber daya manusia yang berharga. Potensi yang dimiliki SDM
Indonesia dapat terjadi seperti yang dikemukakan oleh Dr. Mohammed Hassan,

3
Yunita Wahyu Pratiwi, Op.Cit. hal 31
4
Andrés Solimano, International Migration in the Age of Crisis and Globalization Historical and Recent
Experiences, Cambridge University Press (2010), hal. 71
5
David H. Shinn, Reversing the Brain Drain in Ethiopia, dapat diakses di : http://chora.virtualave.net/brain-
drain8.htm
direktur dari the Acadedmy of Science of Developing World pada 10-12
November 2005 di the 2nd World Science Forum di Budapest mengatakan bahwa
kemajuan substansial dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) telah dibuat oleh Cina, Brasil, India dan Korea Selatan.
Keempat negara tersebut merupakan pusat-pusat keunggulan ilmu pengetahuan
baru di dunia. Pada bidang bioteknologi, kemajuan telah dibuat oleh Cina, Brasil,
India, Mesiq Kuba, Korea Selatan, Afrika Selatan, dan lran. Sementara bidang
aerospace engineering kemajuan dibuat oleh Cina, India, Brasil, Pakistan dan
lran, serta diperkirakan akan disusul oleh Thailand, Chili, Nigeria, dan
lndonesia.6 Hal tersebut memperlihatkan bahwa SDM Indonesia yang
berpotensial memiliki kemungkinan untuk bermigrasi ke luar negeri.

B. Permasalahan
Dalam Pengaruh Migrasi Internasional terhadap Fenomena Brain Drain di
Indonesia mempunyai beberapa rumusan masalah antara lain :
1. Bagaimanakah pengaruh migrasi internasional terhadap fenomena Brain
Drain dapat terjadi pada SDM Indonesia?

C. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena brain drain yang
terjadi di SDM Indonesia yang salah satunya dipengaruhi dengan adanya
migrasi internasional serta memberikan suatu rekomendaasi untuk mencegah
atau megurangi adanya kehilangan SDM yang berharga.

D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa macam metode yang terdiri dari :
1. Pendekatan dilakukan secara kualitatif
2. Metode Pengumpulan Data
Mengumpulkan data dengan cara meneliti dan memahami fenomena yang
sedang terjadi atau dialami. Selain itu bersumber dari internet dan buku.

6
Mathiyas Thaib, “Teknologi oh Teknologi”
(https://www.kompasiana.com/alomet.net/550fe914813311d438bc600b/teknologi-oh-teknologi, diakses 5
November 2019, pukul 11:10)
3. Teknik Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dengan
menggunakan uraian kalimat yang teratur, logis, dan efektif. Hasil dari analisis
data ini disimpulkan secara induktif yaitu cara berfikir yang menarik suatu
kesimpulan dari suatu pernyataan atau dalil yang bersifat khusus menjadi suatu
pernyataan atau kasus yang bersifat umum.

II. Pembahasan
A. Faktor Brain Drain di Indonesia
Brain drain diartikan sebagai keluarnya tenaga ahli terlatih dan terdidik dari
suatu negara ke negara lain. Hal ini telah lama menjadi perhatian serius
pemerintah Indonesia. Terlebih lagi mulai berlaku dan dibukanya AFTA dan
MEA (Masyarakat Ekonomi Asean 2015). Brain drain, bermakna ilmuwan,
tenaga terdidik dan profesional dari negeri sendiri, dari sektor ekonomi, atau dari
suatu bidang beralih ke sektor lain yang biasanya untuk pendapatan dan
kehidupan lebih baik. Dalam konteks bernegara berarti migrasi pekerja keluar
negeri dan kemudian tersebar di seluruh penjuru dunia. Kondisi ini tentu saja
sangat tidak diinginkan oleh negara yang bersangkutan karena SDM penting
7
yang kita miliki justru memajukan negara lain, bukan negara asalnya.
Keadaan umum terjadinya brain drain di Indonesia terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi yang sebenarnya disebabkan karena faktor pendorong dan
penarik. Faktor pendorong yakni berasal dari negara asal misalnya rendahnya
alokasi Produk Domestik Bruto (PDB) untuk sektor riset dan teknologi sehingga
mengakibatkan banyak penelitian ilmuan yang tidak tersalurkan dan tertampung
sesuai keahliannya kemudia mereka memutuskan untuk berpindah ke negara
yang mampu menampung penelitiannya. 8

7
Ferisman Tindaon, “Brain Drain (Belum) Mengkuatirkan”. Universitas HKBP Nommensen Medan. Diakses 5
November 2019, pukul 19.00
8
Mohammad Zeqi Yasin, “Fenomena Brain Drain (Skill Migration) di Indonesia : Analisis Determinan dan Solusi
Permasalahan”, Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya, 2015, hal 11
Terdapat 2 faktor penyebab terjadinya brain drain yang dapat dilihat dari
model bipolar yaitu faktor penarik dan faktor pendorong .
1. Faktor Penarik
Indonesia pada saat ini sedang dihadapkan langsung dengan ancaman
terjadinya brain drain yang diperlihatkan oleh adanya daya tarik luar negeri.
Daya tarik luar negeri menjadi perhatian untuk mereka para ilmuwan karena
memberikan dampak positif dan kuntungan bagi negaranya. Misalnya
kemajuan pendidikan di Malaysia yang tidak bisa dipungkiri adanya campur
tangan SDM Indonesia. Data World lntellectual Propefty Organization pada
2009 mencatat jumlah paten internasional yang diajukan Malaysia mencapai
218, jauh dibandingkan Indonesia dengan tujuh paten. lni terjadi karena
Malaysia berani membayar mahal ilmuwan dari luar negeri agar terjadi
kompetisi. Seorang dosen yang baru lulus doktor di Malaysia bergaji 5.000-
10 ribu ringgit (Rp 15-30 juta) per bulan, ditambah fasilitas mobil, rumah, dan
asuransi kesehatan. lnovasi yang dilahirkan ilmuwan Indonesia otomatis
mengangkat nama universitas Malaysia. 9 Ahli mikrobiologi LIPI, I Made
Sudiana mengaku berhasil mengembangkan riset isolasi dan
pengembangbiakan mikroba tanah dari lereng Gunung Merapi. Karena hasil
riset tersebut, Malaysia menawari bekerja dengan gaji Rp 40 juta sebulan
atau lebih dari tujuh kali lipat gajinya sekarang. 10
Dari faktor penarik ini dapat dilihat penyebab dari faktor penarik terjadinya
brain drain yaitu, untuk memperoleh prospek ekonomi dan kehidupan yang
lebih baik, yaitu gaji yang lebih tinggi, kondisi kerja dan hidup yang lebih baik,
dan perspektif karir yang terjamin. Serta fasilitas yang ditawarkan dan
diberikan juga sangat kompetitif, seperti fasilitas pendidikan, penelitian, dan
teknologi yang lebih memadai, kesempatan memperoleh pengalaman
bekerja yang luas.11

2. Faktor Pendorong

9
“Jalan Tengah Negeri Jiran" (http://www.i4.or.id/site/index.php?
option=com.zoo&task=item&item_id=246&_itemid=53, diakses 5 November 2019, pukul 19.40).
10
"llmuwan Indonesia "dibajak" Negara Lain,'(http://www.i-berita.com/internet/ilmuwan-indonesiadibaiak-
negara-lain.html, diakses 5 November 2019, pukul 21.00).
11
Hariyanto, “Brain Drain Masalah Besar Bagi Negara Berkembang”. Universitas Sebelas Maret, Surakarta (
https://artikel.staff.uns.ac.id/2008/12/24/brain-drain-masalah-besar-bagi-negara-berkembang/, diakses pada
5 November 2019, pukul 22.05)
Faktor pendorong yang dimaksudkan adalah faktor yang data dari
daerah asal, seperti pendapatan, pendidikan, kondisi kerja , perubahan
sistem politik, dan stabilitas politik. Selain itu, rendahnya dana riset
berdampak pada rendahnya kesejahteraan ilmuwan. Kondisi ini berbalik
dengan dorongan peneliti untuk bekerja di luar negeriyang semakin besar.
Luar negeri menjadi menarik bagi ilmuwan Indonesia karena menjanjikan
fasilitas riset dan gaji yang besar. Misalnya di Malaysia, tunjangan peneliti
pertama senilai Rp I juta per bulan dan tertinggi mencapai Rp 30 juta, bahkan
di Pakistan gaji peneliti beberapa kali lipat gaji menteri. Sementara di Jepang
seorang peneliti atau tamatan 53 digaji sampai Rp 25 juta oleh
Pemerintahnya.12
Berikut bebeapa faktor pendorong terjadinya brain drain :
a. Banyak orang-orang pintar yang tidak mau tinggal di negaranya karena
masih terbelakang atau masih berkembang sehingga takut tidak bisa
mengembangkan ilmu dan keahliannya.
b. Rendahnya pendapatan dan fasilitas penelitian.
c. keinginan untuk memperoleh kualifikasi dan pengakuan yang lebih tinggi.
d. ekspektasi karir yang lebih baik
e. adanya diskriminasi atau ketidakadilan dalam hal penentuan jabatan dan
promosi.
f. ilmu atau pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dan dikuasai
ternyata tidak berguna di negara asal, sehingga tidak ada pilihan yang
lebih baik selain meninggalkan negaranya.
g. dipengaruhi faktor non ekonomi, misalnya seperti agama dan ras.
h. tidak adanya kenyamanan dalam bekerja dan memperoleh kebebasan,
mereka mengalami tekanan politik, menghindari rezim represif yang
mengekang kebebasan, serta merasa tak aman akibat perang dan
pergolakan politik domestik yang tak kunjung berakhir.
i. tidak adanya penghargaan atau wadah dari pemerintah untuk
menyalurkan keahlian, dan lain sebagainya. 13

12
Junaidi, "Gaji Peneliti Indonesia Rp 3 Juta, Malaysia Rp 30 Juta,' The Globe Joumal, I Oktober 2009.
13
Hariyanto, Loc.Cit
B. Dampak Brain Drain di Indonesia

Dalam istilah umum brain drain berarti arus tujuan para ilmuwan dan orang-
orang pintar di dunia. Brain drain merupakan arus modal sumber daya manusia
(SDM) yang andal. Dalam perspektif imigrasi, brain drain menunjukkan adanya
kelompok besar individu manusia yang memiliki keterampilan teknis atau
pengetahuan, yang berpindah dari suatu negara ke negara lain dengan berbagai
tujuan. Perpindahan tersebut memiliki dua aspek yang masing-masing berasal
dari negara ke negara ataupun dari individu yang bersangkutan. 14

Bagi negara Indonesia pindahnya tenaga ahli dan pelajar cerdas ke luar
negara Indonesia tentunya merugikan karena secara langsung negara
kehilangan SDM berkualitas yang seharusnya dimanfaatkan untuk pembanguna.
Ilmuwan Indonesia yang berada di luar negeri banyak yang bekerja menjadi
dosen dan peneliti pada universitas/lembaga penelitian ternama seperti Prof Eko
Supriyanto yang menjabat Ketua Jurusan Sains Klinikal Universiti Teknologi
Malaysia, Prof Dr Iwan Jaya Aziz di Cornell University Amerika Serikat, Dr
Juliana Sutanto di ETH Zurich Swiss, Dr Yow–Pin Lim di Brown University AS, Dr
Deden Rukmana di Savannah State University AS, Dr Darwis Khudori di Le
Havre University Prancis, Dr Khoirul Anwar di Japan Advanced Institute of
Science and Technology Jepang, dan Dr Johny Setiawan yang bekerja di Max
Planck Institute for Astronomy.15

Di antara ilmuwan-ilmuwan Indonesia yang berada di luar negeri banyak di


antaranya merupakan ilmuwan yang menyumbang bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek). Salah contoh yaitu, Prof Dr Ken Soetanto
yang masuk birokrasi sebagai komite pengawas (supervisor committee) di
Japanese Ministry of Economy, Trade, and Industry. Selain itu ia juga
mempunyai peran di bidang konsep masa depan Jepang dengan menjadi
Japanese Government 21st Century Vision. Pemikiran Soetanto yang terkenal
adalah konsep pendidikan “Soetanto Effect” dan memiliki 31 paten internasional
yang tercatat resmi di pemerintah Jepang.16 Begitu juga saat ini jumlah ilmuwan
14
Taruna Ikrar,”Brain Drain Indonesia”. National Health University, California (http://rilis.id/brain-drain-
indonesia, diakses pada 6 November 2019, pukul 08.30)
15
“Menunggu Kontribusi Ilmuwan Indonesia”,
(http://www.i-4.or.id/site/index.php?option=comzoo&task=item&item_ id=251&Itemid=53, diakses 6
November 2019).
16
“Profesor Ken Soetanto, Kisah Ilmuwan dengan Gaji 144 Milyar Per Tahun”, Sumatera Expres, 27 Juni 2005.
Indonesia yang berada di Malaysia terus meningkat dan tercatat 500 dosen
bergelar doktor yang mengajar dan meneliti di sana. Tentunya inovasi yang
dilahirkan oleh ilmuwan Indonesia dengan sendirinya mengangkat nama
universitas Malaysia dan bukan di Indonesia itu sendiri. 17

Data di atas hanya menunjukkan sedikit dari gambaran keberadaan ilmuwan


Indonesiao di luar negeri yang patut diperhitungkan. Keberadaan ilmuwan yang
berada di luar negeri awal mulanya tentu memiliki tujuan untuk sekolah tetapi
kemudian berlanjut dan menetap di sana dengan alasan untuk melanjutkan
penelitian karena di Indonesia baik dari sisi fasilitas maupun dana untuk
melakukan riset kurang mendukung. 18 Contoh dari peristiwa ini adalah tidak
kembalinya beberapa dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) yang ditugaskan
sekolah di luar negeri.19 Berdasarkan hal tersebut, menjadi penting untuk menarik
kembali para ilmuwan yang berada di luar negeri.

Untuk dampak yang ditimbulkan dari adanya brain drain di Indonesia tentu
ada dampak positf dan negatif yang dapat terjadi. Menurut laporan OECD (2013),
migrasi pekerja terdidik dan terlatih dari Indonesia yang keluar negeri belumlah
begitu mengkuatirkan. Karena masih berada di level yang paling bawah atau
lebih kecil dari 5% dari jumlah tenaga kerja yang terlatih dan terdidik yang ada.
Sedangkan isu “Brain drain” parah umumnya terjadi di negara negara kecil,
negara kepulauan di Afrika, Amerika Latin dan Karibia yang dapat mencapai lebih
dari 20 % - 41 % dari tenaga kerja terlatih yang dimilikinya. Misalnya saja negara
Tonga (41%), Jamaica (32%), Albania (29%), Barbados (29%), Fiji (20%), El
Salvador (19%), Malta (18%) dan Mexico (10%).20

Berikut dampak negatif yang mungkin dapat terjadi jika brain drain di
Indonesia terus terjadi :

17
“Jalan Tengah Negeri Jiran“, (http://www.i4.or.id/site/index.php?
option=com.zoo&task=item&item_id=246&Itemid=53, diakses 6 November 2019).
18
Tim Puslitbang SDM Balitbang Dephan, “Konsepsi Pendayagunaan Tenaga Pakar Teknologi dengan
Mengatasi Brain Drain untuk Mendukung Pertahanan Negara”, hal. 4,
(http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp? vnomor=22&mnorutisi=4, diakses 6 November 2019).
19
Ibid., hal. 2.
20
Ferisman Tindaon, Loc.Cit.
1. Brain drain dapat memperlemah struktur ketenagakerjaan, dimana hal ini
merupakan faktor utama penghambat industri untuk maju. Sehingga
pembangunan ekonomi di negara asal menjadi tidak berkembang.
2. Orang-orang terbaik yang hijrah ke luar negeri pasti akan digantikan oleh para
ekspatriat (dengan kemampuan yang sama) yang umumnya minta bayaran
berkali lipat lebih mahal. Yang terjadi selanjutnya adalah proses inefisiensi
perekonomian dalam negeri.
3. Bagi negara asal tentunya akan membawa implikasi negatif yang tidak sedikit,
dimana kurangnya tenaga terlatih dan terdidik dari suatu negara, serta
terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi yang sulit untuk
diprediksi.21

C. Pengaruh Migrasi Internasional terhadap Fenomena Brain Drain

Hubungan antara migrasi internasional terhadap fenomena brain drain di


Indonesia merupakan satu kaitan yang dapat menjadi alasan adanya fenomena
hilangnya sumber daya manusia yang berharga. Migrasi internasional berarti
terjadinya perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain yang melewati
batas negara dan budaya dengan tujuan mencari kehidupan yang lebih baik atau
karena hal lainnya. Terjadinya migrasi internasional ini mempunyai kaitan dan
hubungan dengan adanya brain drain atau hilang nya sumber daya manusia
yang berharga di suatu negara. Seperti pengaruh migrasi internasional yang
dibuat oleh suatu negara dengan kebijakannya yang memudahkan untuk orang-
oang yang mempunyai suatu keahlian dalam berbagai bidang seperti bidang
teknologi, kesehatan, dan lain sebagainya.

Melalui migrasi internasional dapat dilihat dari Amerika Serikat dalam


memanfaatkan brain drain. Amerika Serikat merupakan negara para imigran.
Mayoritas penduduknya adalah pendatang, sehingga sangat terasa di negeri,
suasana tanpa membeda-bedakan berdasarkan kelas, kasta, agama, ras, atau
etnis, termasuk para imigran. Aspirasi "American Dream" dalam arti luas
menunjukkan mobilitas yang sistematis dan diarahkan ke seluruh penjuru dunia,
dalam semua bidang. Misalnya: bisnis, agama, filantropi, Hollywood, serikat
buruh, dan lembaga kepresidenan Washington, dalam menjangkau dunia dengan
21
Hariyanto, Loc.Cit
cara yang demokratis. Dengan strategi yang luar biasa canggihnya: dalam
untaian kalimat "visi kemajuan sosial global, visi demokratis dunia, dan
keberdayaan dunia", yang dibungkus oleh komponen utama: (1) keyakinan
bahwa negara-negara lain bisa dan mampu mereplikasi pengalaman kemajuan
Amerika, (2) kemajuan berwirausaha, (3) dukungan untuk akses bagi
keterbukaan perdagangan dan investasi, (4) promosi aliran bebas informasi dan
budaya, serta (5) pemerintah akan melindungi perusahaan swasta dan
merangsang serta mengatur partisipasi Amerika dalam pertukaran ekonomi dan
budaya internasional.22

Dengan konsep di atas terjadilah kedatangan seluruh ahli ilmuwan, pakar,


dan orang-orang potensial memasuki Amerika. Dan keberadaan orang-orang
hebat tersebut dipermudah untuk memiliki izin tinggal, permanent resident (Green
Card), bahkan kemudahan untuk berpindah kewarganegaraan. Jelas dapat dilihat
adanya migrasi internasional yang dilakukan oleh individu dapat mewujudkan
terjadinya brain drain bagi negara asal.

III. Kesimpulan & Saran


1. Kesimpulan
Terdapat 2 jenis migrasi, yaitu migrasi internal atau dan migrasi internasional.
Dalam terjadinya perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lainnya
yang melewati batas negara dengan berbagai maksud dan tujaun disebut
dengan migrasi internasional. Dalam terjadinya migrasi internasional ini terdapat
suatu fenomena migrasi yang cukup mendapat perhatian akhir-akhir ini yaitu,
brain drain. Fenomena ini ditanggapi secara berbeda oleh kepentingan yang
berbeda pula. Untuk negara yang warga terbaiknya atau bisa dikatakan sangat
bermanfaat bermigrasi ke luar negeri, brain drain dianggap sebagai kehilangan
sumber daya manusia berharga. Di sisi lain, negara yang mendapat keuntungan
dari bermigrasinya manusia berharga tersebut merupakan suatu keuntungan
dari hadirnya sumber daya migran yang terdidik yang ditanggapi dan disebut
sebagai brain gain.
Fenomena brain drain terjadi karena 2 faktor, yaitu faktor penarik dan faktor
pendorong. Faktor penarik yaitu, adanya fasilitas yang lebih baik dan tersedia di
22
Taruna Ikrar, Loc.Cit.
suatu negara yang bukan negara individu tersebut. Sedangkan faktor pendorong
yaitu, faktor yang disebabkan dari negara individu tersebut seperti negaranya
yang masih terbelakang dan individu tersebut tidak bisa megembangkan ilmu
dan keahliannya.
Oleh karena itu, ada beberapa negara maju yang memanfaatkan keadaan
tersebut dengan adanya kebijakan yang dibuat suatu negara. Dalam terjadinya
migrasi internasional dapa mempengaruhi brain drain di suatu negara terutama
bagi negara-negara berkembang yang mana sedikit demi sedikit akan
kehilangan SDM yang berharga, terdidik, dan memiliki keahlian. Dan di
Indonesia masih bisa dikatakan brain drain masih belum mengkhawatirkan
seperti negara-negara berkembang lainnya.

2. Saran
Pemerintah harus membuat suatu kebijakan dan mampu mengelola kondisi
ini dengan baik serta bijak. Misalnya dengan mengembangkan dan membangun
suatu jaringan yang menguhubungkan mereka dan menyatukan pemahaman
untuk dapat membangun negaranya sendiri. Sebagi contoh, Brain gain policy
sukses diterapkan pemerintahan di India dan Cina sehingga efeknya dapat kita
lihat kemajuan mereka saat ini. Selain itu, dengan memperbaiki pola penerimaan
tenaga kerja para pekerja profesional tersebut. Membuat suatu wadah atau
tempat untuk menyalurkan SDM yang berkualitas dan memiliki keahlian untuk
ditempatkan di dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai