Anda di halaman 1dari 20

MEMBRAN SEL

Resume

Ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biologi Sel Molekuler yang diampu
oleh Bapak Hendra Susanto, S.Pd., M.Kes., Ph.D
Disajikan pada hari Selasa, 17 September 2019

Oleh
Kelompok 2

Ismiatul Hasanah 190341764441


Samsul Arifin 190341864410
Nurul Annisa Husain 190341764444

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
A. Pendahuluan
Membran sel dikenal dengan nama membran biologis, meliputi membran
plasma atau plasmalemma dan membran sejumlah organel yang terdapat di dalam
sel. Hingga saat ini dikenal sejumlah model membran, antara lain model membran
menurut Overton, Model membran menurut Langmuir, Model membran menurut
E. Gorter dan F. Grendel (1925), Model membran menurut J.F. Danielli dan E.N.
Harvey, Model Membran Menurut J. Danielli dan H. Davson (1935), Model
membran menurut Robertson, dan Model membran menurut Singer dan Nicolson
(1972). Model membran yang dianut saat ini adalah Model membran menurut
Singer dan Nicolson atau model membran mosaic cair. Membran plasma
membatasi isi sel dari lingkungan luarnya.
Secara umum membran sel terdiri dari senyawa lipida, protein dan
karbohidrat. Selain sebagai pembatas, membran sel juga berfungsi sebagai Protein
membran memiliki berbagai macam fungsi, antara lain: (i) Melekatkan membran
pada sitoskeleton tau rangka sel, (ii) Membentuk junction (pertemuan) diantara
dua sel yang bertetangga, (iii) Sejumlah protein membran berperan sebagai enzim,
(iv) sejumlah protein membran berfungsi sebagai resptor permukaan bagi
pesuruh-pesuruh kimia dari sel-sel lain, dan (v) beberapa protein membran
membantu pergerakan subtansisubtansi melintasi membrane. Membran sel
memiliki peranan yang sangat penting dalam transpor berbagai molekul, baik
mikromolekul maupun makromolekul. Transpor mikromolekul dapat berlangsung
secara pasif, misalnya melalui difusi, difusi terbantu dan osmosis dan dapat pula
berlangsung secara aktif. Transpor makromolekul dapat berlangsung secara
endositosis, eksositosis dan pertunasan. Ciri khas transport makromolekul adalah
subtansi atau materi yang diangkut selalu dikemas dalam suatu vesikula yang
berbatas membran.

B. Perkembangan Model Membran Sel


Model membran sel yang diakui saat ini adalah model membran menurut
Singer dan Nicolson (model membran Mosaik Cair). Model membran tersebut
merupakan penyempurnaan berbagai model membran yang telah diusulkan
sebelumnya. Beberapa model membran yang pernah diusulkan antara lain (Adnan
dkk, 2016):

1. Model membran menurut Overton


Senyawa hidrofobik masuk ke dalam sel lebih cepat daripada senyawa hidrofilik.
Pada bagian sebelah luar sel terdapat senyawa hidrofobik yang mudah larut.
Overton menduga bagwa lapisan tersebut terdiri atas kolesterol, lesitin, dan
minyak lemak. Langmuir menemukan bahwa, bila suatu lipida yang terdiri dari
molekul yang memiliki bagian polar (hidrofilik) dan non-polar (hidrofobik)
diteteskan pada air, maka lipida tersebut meluas membentuk lapisan
monomolekul. Bagian hidrofilik setiap molekul mengarah ke air, sedangkan
bagian hidrofobiknya mengarah menjauhi air.

2. Model membran menurut Gorter dan Grendel


Membran sel terutama dibentuk dari molekul lipida bimolekuler. Ujung
polar molekul lipida pada satu lapisan terorientasi ke luar, sedangkan ujung polar
lipida pada lapisan yang lain terorientasi ke arah dalam atau sitoplasma.
3. Model membran menurut J.F. Danielli dan E.N. Harvey
Ia mengusulkan bahwa, membran plasma terdiri atas dua fase, yaitu fase
cair dan fase minyak. Bagian lipida yang hidrofobik terorientasi ke arah fase cair.
Protein terhidrasi bekerja sebagai suatu buffer diantara kepala lipida yang
hidrofilik dan fase cair.

4. Model Membran Menurut Danielli dan Davson


Membran plasma terdiri atas dua lapisan lipidaprotein. Molekul-molekul
lipida amfifatik terorientasi dengan daerah hidrofobik ke arah fasa minyak, dan
permukaan lain terorientasi ke arah lingkungan eksternal. Perotein terhidrasi
berperan sebagai suatu buffer pelapis antara kepala lipida yang hidrofilik dan fasa
air.

5. Model membran menurut Robertson


Membran plasma merupakan struktur berlapis tiga yang terdiri atas dua
lapisan terluar yang padat, terdiri atas protein dengan tebal masing-masing 2,0 nm
dan lapisan tengah berupa lipida dengan tebal 3,5 nm. Jadi, tebal membran
keseluruhan adalah 7,5 nm. Ketiga lapisan membran tersebut disebut Unit
Membran. Protein pada kedua permukaan bilayer lipida memiliki konformasi

memanjang tetapi asimetris. Model membran Robertson tidak dapat menerangkan


sifat-sifat permeabilitas dan transpor zat melintasi membran.

6. Model membran menurut Singer dan Nicolson


Menurut Singer dan Nicolson, tebal membran sel berkisar 8,5 nm.
Membran plasma terdiri atas (i) lapisan lipida ganda, yang dikelilingi oleh protein
globular. Protein globular ada yang tertanam pada matriks membran dan ada yang
terikat pada permukaan polar lipida, (ii) Protein membran, berada dalam keadaan
tersebar, bukan sebagai suatu lapisan yang bersinambungan, (iii) Protein yang
terikat pada permukaan polar lipida disebut protein perifer atau protein ekstrinsik.
Sedangkan protein yang tertanam pada matriks atau menembus lapisan lipida
disebut protein integral atau protein intrinsik. (iv) Protein perifer dan integral yang
berkaitan dengan molekul gula disebut glikoprotein, sedangkan molekul lipida
yang berikatan dengan gula disebut glikolipida.
C. Komponen Dasar Membran Sel
Senyawa utama penyusun membran adalah protein dan
lipid. Protein mencakup setengah sampai dua pertiga dari total
berat kering membran (Salisbury dan Ross, 1995). Jenis dan
proporsi molekul protein dan lipid yang terkandung pada
membran beragam, tergantung pada jenis membran dan kondisi
fisiologis dari sel yang bersangkutan. Komposisi membran
berbeda-beda tergantung pada spesies dan lingkungan tempat
tumbuhnya (Lakitan, 1993). Namun pada umumnya membran sel
mengandung ±40% lipid, protein ±40%, karbohidrat 1-10 dan air
±20%. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai komponen
membrane sel:
1. Lipida Membran Sel
Lipida pada membran sel terdiri atas dua lapisan. Setiap
molekul lipida bersifat amfipatik yang mengandung komponen
bersifat hidrofobik dan hidrofilik. Jenis lipid yang umum dijumpai
adalah posfolipida, sfingolipida, glikolipida dan sterol (Adnan,
dkk. 2016):
 Fosfolipida pada umumnya mengandung gliserol. Fosfolipida
terdiri dari i) asam fosfatida dan fosfatidigliserol, ii)
fosfatidikolin, iii) fosfatidiletanolamin, iv) fosfatidil-inositol
dan v) fosfatidilserin.
 Sfingolipida merupakan lipida yang tidak mengandung
gliserol amfifatik. Keberadaannya berlimpah didalam
jaringan otak dan saraf. Lipida ini merupakan turunan dari
sfingosin.
 Glikolipida mengandung seramida dan galaktosa.
Glikolipida sederhana hanya mengandung galaktosa, asam
lemak dengan berat molekul besar, sfingosin atau
serebrosida. Glikolipida hanya terdapat pada permukaan sel.
 Steroid memiliki inti siklik serupa yang menyamai
fenanteren (cincin A, B dan C) yang merupakan tempat
perlekatan cincin siklopentana. Jumlah sterol dalam
membran sangat beragam sesuai dengan spesiesnya,
misalnya pada membran plasma, nisbah sterol terhadap
posfolipid pada akar jelai sebesar 2,2 tetapi pada daun
bayam sebesar 0,1 (Salisbury dan Ross, 1995). Sterol juga
bersifat amfipatik sebab mempunyai bagian hidrofobik
panjang yang kaya akan karbon dan hidrogen, sedangkan
bagian hirofilik yang pendek berupa gugus hidroksil
(Lakitan, 1993).

2. Protein
Protein disebut glikoprotein. Fungsi utama polisakarida
dalam membran plasma adalah sebagai faktor pengenal. Secara
khusus polisakarida mengenali protein luar dan berbagai macam
polisakarida lain. Jadi fungsi utama glikoprotein adalah memberi
sifat pengenal pada molekul yang terlibat dalam lalu lintas
didalam sel (Salisbury dan Ross, 1995). Peran biologis protein
membrane sangat penting, misalnya sebagai reseptor, karier,
transpor, enzim dan lain-lain (Manitto, 1981). Protein pada
membran dikenal ada 3 jenis : protein katalis (enzim), protein
pembawa atau pengangkut (carrier) dan protein struktural.
Protein katalis (enzim) pada membran kebanyakan adalah enzim
yang memacu hidrolisis ATP menjadi ADP dan H2PO3. Enzim ini
disebut ATPase. Selain ATP-ase pada membran dapat pula
ditemukan berbagai jenis protein lainnya, Protein pembawa pada
membran bergabung untuk mengangkut berbagai ion atau
molekul melintasi membran. Bebarapa jenis protein pada
membran yang tidak mempunyai aktifitas enzimatik dan tidak
berfungsi sebagai pengangkut ion atau molekul disebut sebagai
protein struktural (Lakitan, 1993).
Komponen membran penting lainnya adalah Ca2+, dimana
tanpa ion ini membran akan kehilangan kemampuannya untuk
mengangkut bahan-bahan terlarut kedalam sitoplasma atau
organel-organel sel. Tanpa ion Ca2+ membran akan menjadi
bocor, dimana bahan-bahan yang sudah dibawa kedalam
sitoplasma atau organel akan dapat merembes keluar. Fungsi
Ca2+ belum diketahui dengan baik, tapi diperkirakan berperan
mengikat bagian hidrofilik satu sama lain dan dengan bagian
protein yang bermuatan negatif di dalam membran (Salisbury
dan Ross, 1995).
Protein-protein yang bergabung dengan 2 lapisan lipid ada
2 tipe (Taiz dan Zeiger, 1991) yakni:
a. Protein integral (intrinsik).
Protein integral merupakan protein yang terikat kuat pada
membran, dan hanya dapat dipisahkan jika ikatan hidrogen
diantara masing-masing komponen membran telah terputus.

b. Protein periferal (protein ekstrinsik)


Protein periferal terikat lebih lemah pada salah satu sisi
permukaan membran dan dapat dilepaskan dengan larutan
garam encer atau dengan deterjen. Tidak ada protein yang
hanya sebagian terikat pada lapisan rangkap lipid, artinya semua
tersebar atau semua hanya menempel di permukaan (Becker,
1986).
3. Karbohidrat
Karbohidrat pada membrane sel terdapat dalam bentuk
yang
berikatan dengan lipid atau protein (glikolipid dan glikoprotein).
Karbohidrat memegang peranan penting dalam berbagai
aktivitas sel, antara lain dalam sistem kekebalan. Karbohidrat
pada membrane plasma merupakan hasil sekresi sel dan tetap
berasosiasi dengan membrane membentuk glikokaliks (Adnan,
dkk. 2016).

D. Gerak Komponen Membran


1. Gerak Lipida
Lipida pada membran tidak berada pada keadaan statis, melainkan berada
dalam keadaan yang dinamis. Molekul-molekul pada membran bergerak dengan
dua cara, yaitu:
a. Gerak Lateral
Suatu molekul lipida bertukar tempat dengan molekul lipida di dekatnya.
Gerakan ini biasanya berlangsung cepat. Pada sel bakteri, lipida dapat bergerak
sepanjang 2 um/detik
b. Gerak Flip-flop
Gerak dari suatu molekul lipida pada suatu monolayer membran ke
monolayer membran lainnya. Gerakan ini berlangsung dari suatu lapisan lipida
lainnya pada membran layer.

Sumber: http://www.sc.chula.ac.th/courseware/2303101j/X-membrane-and-
transport.pdf
Temperatur dan komposisi lipida menentukan fluiditas membran. Pada
temperatur rendah fluiditas membran kurang disebabkan karena fosfolipida
terkemas lebih rapat. Salah satu faktor yang menentukan fluiditas membran sel
adalah kandungan asam lemak tidak jenuh pada bagian ekornya. Membran sel
yang mengandung rantai asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak lebih bersifat
cair bila dibandingkan membran sel dengan kandungan asam lemak jenuh. Hal ini
disebabkan karena ekor asam lemak tidak jenuh yang kusut lebih sulit untuk
dikemas.

Sumber: https://ib.bioninja.com.au/standard-level/topic-1-cell-biology/13-
membrane-structure/membrane-fluidity.html

Fluiditas membran juga dipengaruhi oleh kandungan kolesterolnya.


Kolesterol membantu dalam menstabilkan membran. Pada temperatur tinggi,
kolesterol yang terdapat diantara fosfolipida dapat menahan gerakan fosfolipida.
Pada temperatur rendah menghalangi close packing, dan mencegah membran
menjadi keras.

2. Gerak Protein
Selain molekul lipida, molekul protein juga dapat melakukan gerakan
dengan berbagai cara, yaitu gerak:
a. Difusi lateral
b. Difusi rotasi melalui sumbu yang tegak lurus dengan permukaan
membran
c. Difusi rotasi yang melalui sumbu sejajar dengan permukaan membran.

E. Asimetri Membran
Membran sel mengandung komponen lipida, protein dan
bahkan karbohidrat yang tersebar secara tidak merata antara
kedua permukaan membran. Oleh sebab itu, membran sel
dikatakan asimetri (Adnan, dkk. 2016).
1. Penyebaran Lipida pada Permukaan Membran
Penyebaran lipida pada kedua permukaan membran tidak
sama. Lipida harus mengisi tempat yang tidak terisi dengan
protein. Pada membran eritrosit, fosfatidil-kolin (PC) dan
sfingomielin (SM) terutama terdapat pada setengah bagian luar
membran. Sedangkan fosfatidilserin (FS) dan fosfatidiletanolamin
(PE) terutama terdapat pada setengah bagian dalam membran
(gambar 6.23)
2. Penyebaran Protein pada Permukaan Membran
Seperti halnya dengan lipida, molekul protein iuga tersebar
secara tidak merata pada kedua permukaan membran. Sebagai
contoh ada|ah setengah bagian luar dari membran eritrosit
mengandung protein dalam jumlah yang lebih sedikit
dibandingkan dengan iumlah protein yang terdapat pada setenv
gah bagian dalam membran. Keadaan ini menyebabkan
morfologi membran menjadi asimetris.
3. Penyebaran Karbohidrat pada Permukaan Membran
Karbohidrat pada membrane sel pada umumnya terikat
pada molekul lipida atau pada molekul protein yang terdapat
pada permukaan membrane sisi luar. Keadaan ini memberi
sumbangan terhadap model membrane yang asimetris.

F. Spesialisasi Membran
Membran sel dapat mengalami spesialisasi secara khusus
berupa tonjolan-tonjolan yang menyerupai jari-jari, dan disebut
mikrovili. Mikrovili memiliki peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan luas permukaan sel sehingga proses absorbsi
menjadi lebih efisien. Mikrovili banyak dijumpai pada epitel yang
melapisi dinding usus halus. Pada tumbuhan, utamanya pada
daerah akar, dijumpai adanya modifikasi sel-sel epidermis
membentuk bulu-bulu akar. Bulu-bulu akar pada dasarnya ikut
memperluas bidang permukaan sehingga proses absorbsi air dan
mineral menjadi lebih efisien (Adnan, dkk. 2016).
Stereosilia adalah prosesus panjang yang tidak dapat
bergerak, dan umumnya dijumpai pada daerah apeks sel-sel
yang melapisi dinding epididimis. Flagel merupakan struktur
yang dapat bergerak. Flagel dikeliling oleh membran dan
mengandung, sepasang mikrotubul pusat, dan pada bagian
perifernya terdapat 9 pasang mikrotubul yang semuanya
terorientasi searah dengan sumbu panjang flagel (Adnan, dkk.
2016).
1. Junctional Complex
Diantara dua buah sel epitel yang berdekatan biasanya
terdapat daerah kontak yang spesifik, dan disebut pertautan sel
(Junctional complex). Ada 3 jenis pertautan sel yaitu (i) tight
junction atau ocluding junction atau taut kedap, (ii) adhering
junction atau taut lekat, dan (iii) gap junction atau taut rekah.
a. Tight Junction
Pada tight junction, membran sel-sel yang bersebelahan
menyatu oleh perekat pada bagian apikal sel yang membentuk
sumbatan pada apikal intersel. Ada dua jenis yaitu:
1) Zonula ocludens.
Zonula atau sabuk adalah tautan melingkari seluruh sel.
Zonula ocludens adalah taut kedap yang meluas mengeliling
permukaan apical Sel, sehingga tampak menyerupai sabuk.
Zonula ocluden tersusun atas komponen-komponen berupa
partikel-partikel protein dari masing-masing membran sel yang
saling berhubungan dan bertautan. Beberapa fungsi zonula
ocludens adalah (i) sebagai penutup pada bagian apikal dari
ruang intersel sehingga molekul-molekul yang larut dalam air
tidak bisa lewat, (ii) sebagai perekat diantara sel-sel yang
bersebelahan sehingga memungkinkan organ yang dibentuk oleh
sel-sel ini dapat meregang tanpa terjadi kerusakan sel atau
ruang intersel. (iii) sebagai barrier untuk mencegah terjadinya
diffusi protein dari luar sel (pada permukaan apikal) ke daerah
baso lateral ruang intersel atau sebaliknya. Zonula ocludens
dapat dijumpai pada se-lsel epitel usus halus.

2) Fasia ocludens.
Fasia atau pita adalah tautan hanya menempati daerah
kecil pada permukaan sel atau dinding lateral sel. F. ocludens
mirip dengan Z. Ocludens, namun bentuknya berbeda, dimana
pada fasia ocludens berbentuk pita terputus-putus. Facia
ocludens dijumpai pada sel-sel endotel yang melapisi pembuluh
darah, kecuali kapiler darah pada otak, sel-selnya dilekatkan oleh
zona ocludens. Dengan perlekatan yang terputus-putus ini, maka
sel endotel kapiler darah memungkinkan terbentuknya cairan
jaringan dan keluarnya leukosit dari kapiler ( f. ocludens
membatasi pori-pori kapiler).

b. Adhering Junction
Merupakan tipe tautan sel yarg tersebar luas dalam
jaringan yang mengikat sel-sel yang bersebelahan dengan
sengat erat dimana unit-unit struktural seperti sitoskeleton ,
membran Sel dan matriks ekstraselluler ikut terlibat mengadakan
hubungan. Pada Adhering junction disusun atas dua jenis protein
yaitu (i) intercelluler attachment protein yang menghubungkan
elemen spesifik dari sitoskeleton, baik filamen aktin maupun
filamen intermediat dengan kompleks tautan, (ii) transmembran
linker yang merupakan glikoprotein interseluler yang berbentuk
filamen yang saling menganyam.
Beberapa fungsi adhering junction adalah (i) untuk
mengatur lumen dan luas permukaan sel (ii) memelihara
ketegangan membran sel, dan (iii) mengatur konstraksi bagian
apikal sel. Adhering junctian banyak dijumpai pada jaringan
tubuh yang secara subjektif banyak mengalami tegangan
mekanis yang berat seperti jantung, epitel kulit, dan epitel leher
rahim. Adthering junction dibedakan atas tiga yaitu:
1) Zonula Adheren
Zonula adherens atau sabuk lekat: Z. aderens merupakan
jenis tautan yang terdapat pada jaringan epitel dan non epitel
dan dibawah ocludens terlihat dalam berbagai bentuk berupa
titik-titik kecil yang menghubungkan filamen aktin dari sel yang
bersebelahan. Pada sel-sel epitel terlihat sebagai sabuk dan
disebut sebagai adhesion belt. Posisi z. adheren biasaya terletak
di tengah dari tautan yang ada, yaitu di atas adalah z. ocludens
dan dibawahnya terdapat desmosom. Struktur yang membentuk
adherins junction adalah transmembran linker glikoprotein,
filamen intermedian (10 nm) yang menyebar dari daerah tautan
ke daerah matriks sitoplasma sel dan membran plasma terpisah
pada jarak 10-15 nm.

2) Makula adherens atau desmosom


Desmosom terletak dibawah z.adherens yang merupakan
struktur yang memegang sel berdekatan, dimana setiap sel
membentuk setengah desmosom. Struktur yang membentuk
desmosom adalah (i) cytoplasmiq plaque, (ii) filamen intermediet
yang jenisnya tergantung pada tipe sel yang membentuknya
misalnya filamen keratin pada jaringan epitel, filamen desmin
pada jantung, filamen vemetin pada membran otak (iii) membran
sel, dan (iv) transmembran linker glikoprotein.

3) Hemidesmosom
Hemidesmosom merupakan struktur yang terbentuk
apabila terjadi tautan antara sel dengan membran basalis.
Terlihat hanya setengah desmosom yang terbentuk.

c. Gap Junction
Merupakan hubungan antar sel yang paling banyak
tersebar pada jaringan tubuh. Dengan mikroskop elektron
tampak adanya celah sebesar 3 nm yang menghubungkan dua
sel yang bersebelahan. Celah ini menyebabkan ion-ion anorganik
dan molekul-molekul kecil yang larut di dalam air dapat lewat
secara langsung dari sitoplasma dari satu sel ke sel lainnya.
Dengan adanya gap junction ini dapat terjadi komunikasi
langsung dari dua sel yang berdekatan bersatu membentuk
sauran yang menghubungkan kedua sel tersebut.

G. Fungsi Membran Plasma


Fungsi membran plasma yaitu sebagai tempat penerimaan, pemindahan,
dan penerusan informasi. Membran plasma memegang peranan penting dalam
memindahkan dan meneruskan informasi dari kompartemen yang satu ke
kompartemen yang lain. Membran plasma, dipermukaan luarnya memiliki
molekul-molekul rantai samping yang disebut penerima (reseptor). Rantai-rantai
samping ini sangat khas, bentuk dan susunan setiap rantai berbeda. Setiap reseptor
mampu menyatu dengan molekul khas yang disebut molekul pengikat (ligand)
yang memiliki bentuk dan susunan sesuai reseptor.
Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Figure_05_04_03.jpg

Sebuah sel memiliki beberapa jenis reseptor dan beberapa jenis sel
memiliki reseptor yang berbeda-beda pula.
Selain fungsi-fungsi yang telah dibicarakan, membran plasma bertanggung
jawab atas terjadinya interaksi antar sel yang berlangsung terus menerus antara
sel-sel penyusun jaringan organisma multisel. Organ terdiri dari beberapa jenis sel
yang harus diperoleh dan mempertahankan hubungan khas satu dengan yang lain
untuk melakukan tugas bersama. Untuk hal ini, adanya membran plasma
memungkinkan sel saling mengenali, menempel bila cocok dan bertukar zat serta
informasi. Peranan lain dari membran plasma yaitu sebagai tempat terjadinya
biokimia. Contoh di membrane dalam mitokondria, komponen-komponen dari
rantai transpor elektron dan fosforilasi oksidatif harus bekerja sama dalam
koordinasi yang baik. Susunan protein-protein ini dalam bentuk rakitan reparasi di
dalam membran plasma, memungkinkan elektron berpindah dari pembawa
(Carier) yang satu ke pembawa berikutnya secara teratur. Akibatnya, tenaga
elektron dapat berubah menjadi tenaga kimia, dalam hal ini misalnya ATP.
Kegiatan enzimatis dalam sel, umumnya selalu berkaitan dengan membran sel.
Beberapa fungsi protein membran diantaranya adalah transpor, aktivitas
enzimatik, transduksi sinyal, pengenalan sel dengan sel lain, penghubung antar
sel, pelekatan ke sitoskeleton dan matriks ekstraselular (MES).
H. Membran Sel dan Sistem Imun
Sel bersifat antigenik, ini berarti bahwa apabila sel dari suatu jenis hewan
dimasukkan ke dalam jenis hewan yang lain, penerima mengenali sel yang
dimasukkan sebagai benda asing. Oleh karena itu, penerima menghasilkan badan
penangkal (antibodi) yang bereaksi secara khas dengan sel asing tersebut. Apabila
sel asing tersebut tetap utuh, berarti bahwa anti gen merupakan komponen
permukaan khusus dari sel asing tersebut.
Protein dan karbohidrat, atau gabungan dari keduanya merupakan satu-
satunya antigen permukaan. Mengingat komposisi membran sel sangat rumit,
maka faktor penentu pada suatu sel sangat banyak. Salah satu diantaranya yaitu
antigen golongan darah A, B, atau O.
Molekul karbohidrat bertanggung jawab terhadap kekhasan sifat antigenis
membran sel, sifat antigenis ini berkaitan dengan sistem kekebalan (imun) tubuh
dan kemampuannya membedakan sel sendiri dari sel asing. Sel asing dapat
dikenali sebagai sel asing, karena glikoprotein pembentuk membrannya memiliki
karbohidrat yang berbeda dengan karbohidrat glikoporotein pembentuk membran
sel penerima. Keadaan seperti ini memacu tanggapan kekebalan.
Khusus susunan karbohidrat pada membran plasma sangat erat kaitannya
hubungannya dengan kegiatan lektin, antibodi, dan antigen. Lektin merupakan
protein khusus yang memiliki daya ikat terhadap gula dan bereaksi dengan gula
tersebut seperti halnya enzim bereaksi dengan substratnya, atau antibodi dengan
antigen. Antigen dinyatakan sebagai molekul yang mampu memacu pembentukan
antibodi oleh sistem imun pada hewan tingkat tinggi. Ditinjau dari segi molekuler.
Antigen adalah glikoprotein di dalam membran sel yang terdapat di dalam tubuh
hewan. Antibodi atau immunoglobin yang dihasilkan sebagai tanggapan terhadap
kehadiran antigen, bereaksi dengan antibodi sangat khas. Satu jenis antibodi
bereaksi hanya dengan satu jenis antigen.
I. Pemulihan dan Perakitan Membran Sel
Membran sel sangat penting untuk kehidupan sel. Bila membran melemah atau
rusak, sel kehilangan kemampuannya untuk menjaga dan mempertahankan
keseimbangan. Misalnya; selektifitas transpor nutrien. Pertumbuhan sel maupun beberapa
kegiatan lainnya, seperti endositosis, sangat ditentukan oleh membran. Mengingat
pentingnya membran terhadap kehidupan sel, pertumbuhan membran terjadi tanpa
mengganggu kehadiran membran yang lama.

a. Perakitan dengan b. Signal hypothesis


sendirinya.
Menurut Adnan (2016) dikenal ada tiga cara perakitan membran, yaitu: 1)
Perakitan dengan sendirinya. Perakitan dengan cara ini banyak memiliki kekurangan, 2)
Perakitan berlandaskan hipotesis isyarat (signal hypothesis). Dalam proses perakitan ini
terdapat 5 tahapan. Tahap (i) proses sintesis protein, (ii) pembentukan vesikula dan
pendekatan vesikula ke membran, (iii) fusi antara vesikula dengan membran, (iv)
peleburan vesikula dengan membran, dan tahap (v) hasil pertumbuhan membran, 3)
Perakitan berlandaskan hipotesis picu (trigger hypothesis). Dalam perakitan ini, protein
yang akan menjadi protein integral membran sel dibuat oleh ribosoma bebas, dilipat
menjadi bentuk yang sesuai dengan kelarutan membran dan akhirnya disisipkan di antara
molekul-molekul lipida membran sel.

c. Triggered hypothesis
Daftar Pustaka

Salisbury, Frank B. dan Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan.


Jilid I.
Terjemahan. ITB. Bandung

Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. PT.


Raja
Grafindo Persada. Jakarta

Adnan, Saleh, A.R., Saenab, S., Bahri, A., Arifin, A.N., Suryani, A.I.
2016. Biologi Sel Ultrastruktur dan Fungsi Sel. Makassar:
Alauddin University Press

Manitto, Paulo. 1981. Biosintesis Produk Alam. IKIP Semarang.

Taiz, Lincoln dan Zeiger Eduardo. 1991. Plant physiology.


California :The
Benjamin/Cumings Publishing Company, Inc.

Becker, Wayne M. 1986. The World of The Cell. California: The


Benjamin/Cummings Publishin Company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai