Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tubuh secara alami memproduksi hormon kortison yang diperlukan untuk
mempertahankan kesehatan. Jika tubuh tidak menghasilkan cukup hormon
kortison, dokter mungkin meresepkan obat ini untuk membantu tubuh mendapat
asupan hormon tersebut. Kortikosteroid umumnya digunakan untuk mengurangi
pembengkakan, kemerahan, gatal, dan reaksi alergi. Seringkali digunakan untuk
mengobati sejumlah penyakit yang berbeda, seperti alergi parah, masalah kulit,
asma, dan artritis. Kortikosteroid juga dapat digunakan untuk kondisi lain seperti
yang ditentukan oleh dokter. Kortikosteroid merupakan obat yang sangat kuat.
Selain dapat membantu mengobati masalah kesehatan, efek sampingnya juga
dapat sangat serius. Meminum obat ini dapat menimbulkan masalah jika
mengkonsumsi lebih banyak dari yang dibutuhkan oleh tubuh. Obat ini hanya
tersedia dengan resep dokter.
1
Bab 2
Pembahasan
2.1 Pengertian
Methylprednisolone adalah salah satu jenis obat kortikosteroid yang dapat
menekan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi reaksi peradangan serta
gejalanya, seperti pembengkakan, nyeri, atau ruam.
Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi peradangan (inflamasi) dalam
berbagai penyakit, misalnya penyakit Crohn, kolitis ulseratif, alergi, arthritis
rheumatoid, asma, multiple sclerosis, serta jenis-jenis kanker tertentu. Di samping
itu, methylprednisolone juga dapat digunakan sebagai terapi pengganti hormon
bagi orang-orang yang tubuhnya tidak bisa memproduksi steroid secara memadai.
2.3 Tentang Methylprednisolone
Golongan Kortikosteroid
Jenis obat Obat resep
Manfaat Meredakan inflamasi dan gejala alergi
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori C: Studi terhadap binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping pada janin,
Kategori
namun belum ada studi terkontrol terhadap wanita
kehamilan dan
hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya
menyusui
manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko
terhadap janin.
Bentuk obat Tablet, suntik dan topikal (dioleskan pada kulit)
2
2.4 Dosis Methylprednisolone
Dosis methylprednisolone berbeda-beda pada tiap pasien. Faktor-faktor yang
menentukan dosis adalah jenis penyakit yang diobati, tingkat keparahannya, dan
respons tubuh pasien terhadap pengobatan ini. Terutama pada pasien anak-anak,
berat badan juga diperhitungkan.
Untuk methylprednisolone dalam bentuk topikal atau oles, dosis yang umumnya
disarankan adalah satu kali pemakaian per hari selama 12 minggu atau sesuai
jangka waktu yang ditentukan dokter. Sedangkan untuk methylprednisolone
dalam bentuk suntikan, dosis akan disesuaikan dokter dengan kondisi pasien di
rumah sakit. Peningkatan dan pengurangan dosis obat ini akan dilakukan secara
bertahap guna mengurangi efek samping dan mencegah munculnya gejala putus
obat.
3
2.6 Interaksi Obat
4
d) Gangguan pencernaan
e) Lemas dan lelah.
f) Mengeluarkan banyak keringat.
g) Uring-uringan.
h) Kecemasan dan depresi.
i) Sulit tidur.
j) Linglung.
k) Pusing.
l) Hipertensi.
m) Pembengkakan di tangan, tungkai, dan kaki.
n) Menstruasi tidak teratur.
o) Kenaikan berat badan.
p) Kadar glukosa meningkat.
2.9 Kontraindikasi Methylprednisolone
Di samping indikasi, obat methylprednisolone juga memiliki kontraindikasi.
Pasien atau konsumen tidak boleh diberikan obat methylprednisolone apabila
memiliki satu atau beberapa kontraindikasi.
5
2.10 Manfaat Methylprednisolone
Obat methylprednisolone memiliki beberapa manfaat di dalam
penggunaannya. Manfaat methylprednisolone adalah untuk mencegah pelepasan
zat-zat di dalam tubuh yang menyebabkan peradangan. Selain itu,
manfaat methylprednisolone juga bisa untuk mengobati berbagai kondisi
peradangan. Berbagai kondisi peradangan tersebut di antaranya adalah kelainan
alergi, radang sendi, lupus, psoriasis, kolitis ulseratif, gangguan kelenjar endokrin.
Obat methylprednisolone juga bermanfaat untuk mengobati
berbagai kondisi medis yang mempengaruhi mata, kulit, perut, paru-paru, sistem
saraf, atau sel darah.
6
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Beri tahu dokter jika Anda akan menjalani perawatan tertentu saat
menggunakan methylprednisolone.
Harap berhati-hati bagi penderita hipertensi, penyakit jantung, gangguan
ginjal, gangguan hati, diabetes, glaukoma, osteoporosis, hipotiroidisme, epilepsi,
infeksi, myastenia gravis, dan infeksi seperti tuberkulosis, cacar air, campak,
atau herpes zoster.
3.2 Saran
7
8