Anda di halaman 1dari 8

Bab 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tubuh secara alami memproduksi hormon kortison yang diperlukan untuk
mempertahankan kesehatan. Jika tubuh tidak menghasilkan cukup hormon
kortison, dokter mungkin meresepkan obat ini untuk membantu tubuh mendapat
asupan hormon tersebut. Kortikosteroid umumnya digunakan untuk mengurangi
pembengkakan, kemerahan, gatal, dan reaksi alergi. Seringkali digunakan untuk
mengobati sejumlah penyakit yang berbeda, seperti alergi parah, masalah kulit,
asma, dan artritis. Kortikosteroid juga dapat digunakan untuk kondisi lain seperti
yang ditentukan oleh dokter. Kortikosteroid merupakan obat yang sangat kuat.
Selain dapat membantu mengobati masalah kesehatan, efek sampingnya juga
dapat sangat serius. Meminum obat ini dapat menimbulkan masalah jika
mengkonsumsi lebih banyak dari yang dibutuhkan oleh tubuh. Obat ini hanya
tersedia dengan resep dokter.

Potensi interaksi obat yang paling sering terjadi adalah pemberian


metilprednisolon dengan aminofilin. Berdasarkan tingkat keparahan interaksi,
kedua obat tersebut termasuk kedalam kategori moderate. Mekanisme interaksi
belum diketahui, data menunjukkan bahwa kadar teofilin dapat meningkat atau
menurun dengan penggunaan secara bersama dengan kortikosteroid. Metabolisme
teofilin tidak terpengaruh dengan pemberian prednisolon secara peroral
(Fergusson et al., 1987). Pemberian aminofilin pada pasien yang sebelumnya telah
menerima kortikosteroid memberikan keuntungan yang kecil namun signifikan
secara klinis, tetapi toksisitas minor juga terjadi dan rasio resiko : benefit belum
diketahui (Hart, 2000)

1.2 Rumusan Masalah


Apa itu Methylprednisolone dan bagaimana sistem kerja obat tersebut dalam
pengendalian terhadap tubuh manusia ?

1
Bab 2
Pembahasan
2.1 Pengertian
Methylprednisolone adalah salah satu jenis obat kortikosteroid yang dapat
menekan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi reaksi peradangan serta
gejalanya, seperti pembengkakan, nyeri, atau ruam.
Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi peradangan (inflamasi) dalam
berbagai penyakit, misalnya penyakit Crohn, kolitis ulseratif, alergi, arthritis
rheumatoid, asma, multiple sclerosis, serta jenis-jenis kanker tertentu. Di samping
itu, methylprednisolone juga dapat digunakan sebagai terapi pengganti hormon
bagi orang-orang yang tubuhnya tidak bisa memproduksi steroid secara memadai.

2.2 Merek Dagang:


Advantan, Medrol, Depo-Medrol, Solu-Medrol, Fumethyl, Hexilon, Konixon,
Metrison, Prednox, Rhemafar, Sanexon Injection, Simdrol-4, Tison, Tropidrol,
Cormetison, Flason, Gamesolone, Intidrol, Lameson, Mesol, Prednicort, Prolon,
Sanexon, Simdrol-125, Toras, Yalone.

2.3 Tentang Methylprednisolone

Golongan Kortikosteroid
Jenis obat Obat resep
Manfaat Meredakan inflamasi dan gejala alergi
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori C: Studi terhadap binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping pada janin,
Kategori
namun belum ada studi terkontrol terhadap wanita
kehamilan dan
hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya
menyusui
manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko
terhadap janin.
Bentuk obat Tablet, suntik dan topikal (dioleskan pada kulit)

2
2.4 Dosis Methylprednisolone
Dosis methylprednisolone berbeda-beda pada tiap pasien. Faktor-faktor yang
menentukan dosis adalah jenis penyakit yang diobati, tingkat keparahannya, dan
respons tubuh pasien terhadap pengobatan ini. Terutama pada pasien anak-anak,
berat badan juga diperhitungkan.

Takaran methylprednisolone dalam bentuk oral umumnya berkisar antara 2-60


mg per hari. Dosis obat ini biasanya akan direvisi ulang oleh dokter setelah
beberapa waktu sesuai dengan respons tubuh terhadap methylprednisolone.

Untuk methylprednisolone dalam bentuk topikal atau oles, dosis yang umumnya
disarankan adalah satu kali pemakaian per hari selama 12 minggu atau sesuai
jangka waktu yang ditentukan dokter. Sedangkan untuk methylprednisolone
dalam bentuk suntikan, dosis akan disesuaikan dokter dengan kondisi pasien di
rumah sakit. Peningkatan dan pengurangan dosis obat ini akan dilakukan secara
bertahap guna mengurangi efek samping dan mencegah munculnya gejala putus
obat.

2.5 Mengonsumsi  Methylprednisolone dengan Benar


Methylprednisolone sebaiknya dikonsumsi dengan makanan atau setelah
makan. Usahakan untuk mengonsumsi obat ini pada waktu yang sama setiap hari
untuk memaksimalkan efek obat.

Bagi yang lupa menggunakan methylprednisolone, disarankan untuk segera


melakukannya jika jeda dengan jadwal penggunaan berikutnya tidak terlalu dekat.
Jika sudah dekat, jangan menggandakan dosis.

Obat ini dapat menurunkan kekebalan tubuh, karena itu tingkatkan


kewaspadaan serta kebersihan Anda. Segera temui dokter jika Anda sakit atau
terjadi kontak dengan orang yang menderita infeksi, selama penggunaan
methylprednisolone.

3
2.6 Interaksi Obat

Beberapa risiko yang mungkin terjadi jika menggunakan methylprednisolone


bersamaan dengan obat-obatan tertentu, di antaranya:

a) Berpotensi melemahkan respons vaksin hidup (live attenuated


vaccine) dalam tubuh. Lebih baik hindari melakukan vaksinasi ketika
menjalani pengobatan dengan methylprednisolone.
b) Aminoglutethimide dapat menghilangkan efek penekanan adrenal oleh
kortikosteroid.
c) Dapat menyebabkan hipokalemia jika digunakan bersamaan dengan obat
yang mengandung K-depleting agents, seperti amphotericin B dan diuretik.
d) Antibiotik makrolid dapat menekan pembuangan methylprednisolone dari
dalam tubuh, namun sebaliknya pembuangan akan meningkat dengan
cholestyramine.
e) Metabolisme methylprednisolon meningkat jika digunakan bersama
dengan estrogen, termasuk kontrasepsi oral, dan menurun jika digunakan
bersama dengan CYP3A4 inducers, seperti rifampicin dan obat-obatan
golongan barbiturate.
f) Meningkatkan risiko kejang jika digunakan bersamaan dengan
ciclosporin.
g) Berpotensi mengakibatkan aritmia jika digunakan dengan glikosida
digitalis, seperti digoxin dan digitoxin.
h) Berpotensi menekan efek terapi dari obat antidiabetik.

2.7 Efek Samping


Methylprednisolone juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa
efek samping yang umumnya terjadi adalah:
a) Mual dan muntah.
b) Nyeri ulu hati.
c) Sakit perut.

4
d) Gangguan pencernaan
e) Lemas dan lelah.
f) Mengeluarkan banyak keringat.
g) Uring-uringan.
h) Kecemasan dan depresi.
i) Sulit tidur.
j) Linglung.
k) Pusing.
l) Hipertensi.
m) Pembengkakan di tangan, tungkai, dan kaki.
n) Menstruasi tidak teratur.
o) Kenaikan berat badan.
p) Kadar glukosa meningkat.

2.8 Indikasi Methylprednisolone


Pemberian obat Methylprednisolone memiliki beberapa indikasi. Para
konsumen atau pasien baru bisa diberikan obat methylprednisolone setelah
terbukti memiliki salah satu atau beberapa indikasi. Indikasi pemberian obat
menthyprednisolone di antaranya adalah gangguan alergi, supresi inflamasi,
udema serebral, penyakit kulit, dan penyakit rematik.

2.9 Kontraindikasi Methylprednisolone
Di samping indikasi, obat methylprednisolone juga memiliki kontraindikasi.
Pasien atau konsumen tidak boleh diberikan obat methylprednisolone apabila
memiliki satu atau beberapa kontraindikasi.

Pasien atau konsumen tidak boleh diberikan obat methylprenidolone apabila


menderita infeksi sistemik. Selain itu, pasien atau konsumen juga tidak boleh
diberikan obat methylprednisolone apabila respons tubuhnya terhadap serum
antibodi berkurang.

5
2.10 Manfaat Methylprednisolone
Obat methylprednisolone memiliki beberapa manfaat di dalam
penggunaannya. Manfaat methylprednisolone adalah untuk mencegah pelepasan
zat-zat di dalam tubuh yang menyebabkan peradangan. Selain itu,
manfaat methylprednisolone juga bisa untuk mengobati berbagai kondisi
peradangan. Berbagai kondisi peradangan tersebut di antaranya adalah kelainan
alergi, radang sendi, lupus, psoriasis, kolitis ulseratif, gangguan kelenjar endokrin.
Obat methylprednisolone juga bermanfaat untuk mengobati
berbagai kondisi medis yang mempengaruhi mata, kulit, perut, paru-paru, sistem
saraf, atau sel darah.

6
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Beri tahu dokter jika Anda akan menjalani perawatan tertentu saat
menggunakan methylprednisolone.
Harap berhati-hati bagi penderita hipertensi, penyakit jantung, gangguan
ginjal, gangguan hati, diabetes, glaukoma, osteoporosis, hipotiroidisme, epilepsi,
infeksi, myastenia gravis, dan infeksi seperti tuberkulosis, cacar air, campak,
atau herpes zoster.

Harap waspada bagi yang pernah mengalami serangan jantung, gangguan


psikis, tukak lambung, peradangan pada usus, penggumpalan darah, baru saja
menerima vaksin, serta bagi yang mengalami kontak langsung dengan penderita
cacar air, campak, atau herpes zoster. Methylprednisolone dapat menyebabkan
pusing.

3.2 Saran

Disarankan untuk tidak mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin


berat untuk menghindari kecelakaan. Hentikan atau kurangi konsumsi alkohol
selama menjalani pengobatan dengan methylprednisolone untuk menghindari
risiko perdarahan pada perut. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah
menggunakan methylprednisolone, segera hubungi dokter.

7
8

Anda mungkin juga menyukai