Paper Accounting Measurement System PDF
Paper Accounting Measurement System PDF
PAPER
Accouting Measurement System
Disusun oleh:
9C / DIPLOMA IV AKUNTANSI ALIH PROGRAM
Dedy Nurmawan Susilo (5)
Desmita (6)
I Nyoman Guna Saptameyana (22)
2016
DAFTAR ISI
DAFTARISI............................................................................................................. ii
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 25
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1960, alternatif sistem pengukuran yang lain muncul dan memberikan
pandangan berbeda terhadap model pengukuran Historical Cost Accounting sebagai sistem
pengukuran fundamental. Sistem pengukuran tersebut yaitu:
1. Current Cost Accounting (CCA) merupakan sebuah sistem akuntansi dimana aset
dinilai berdasarkan harga beli di pasar saat ini.
2. Exit price accounting adalah sistem akuntansi dimana menggunakan harga jual
pasar untuk mengukur posisi finansial beserta performa perusahaan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Suwardjono menyatakan bahwa historical cost adalah jumlah rupiah sepakatan atau
harga pertukaran yang telah tercatat dalam periode pembukuan. Menurut Suwardjono
Historical Cost Accounting sifatnya lebih objektif dan verifiable sehingga Historical Cost
Accounting banyak dipilih. Historical Cost dianggap objektif karena terjadi dari hasil
kesepakatan dua pihak yang independen, sedangkan verifiable berarti bahwa hasil
penilaiannya dapat diuji validitasnya sehingga nilainya dapat diandalkan sebagai
informasi (reliable).
Fokus utama dalam Historical Cost Accounting ada pada informasi Laporan Laba
Rugi, dimana pengukuran atas pendapatan hanya berasal dari kegiatan operasional.
Pendapatan yang berasal dari perubahan nilai asset dan kewajiban pada dasarnya
diabaikan, sampai asset tersebut dijual atau dilepaskan atau dihapuskan. Hal ini
menyebabkan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dalam hal ini naik
turunnya aset, kewajiban dan ekuitas menjadi tidak penting. Historical Cost Accounting
menuai kritik atas hal tersebut, dimana Historical Cost Accounting hanya
memperhitungkan input yang berdasar pada biaya historis tanpa memperhatikan
perubahan nilai dari aset dan liabilitas. Hal tersebut tentu menyesatkan dan
menghasilkan dividen yang tidak tepat karena mungkin terdapat gain/loss selama
memiliki aset/liabilities tersebut, dan ini seharusnya diakui ketika mengevaluasi aset
tersebut.
2
3. Pengukuran Capital (modal) dan Profit
Berdasarkan metode biaya historis, tugas akuntan yang paling utama adalah
menelusuri biaya-biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan. Ketika perusahan
melakukan pembelian, tugas akuntan adalah menelusuri pergerakan biaya tersebut dan
melekatkannya atau mencocokannya dengan pendapatan yang mengalir ke
perusahaan. Proses mencocokan ini menghasilkan adanya pembagian pengeluaran
yang nantinya akan terbagi menjadi Expense dan Cost.
3
keuangan sedangkan contoh dari biaya yang expired adalah harga pokok penjualan, jika
ada barang yang terjual maka seharusnya ada harga pokok yang berkaitan langsung
dengan penjualan tersebut dimana angkanya akan ditempatkan di laporan laba rugi.
5. Konservatisme
Prinsip konservatisme juga merupakan hal yang penting dalam penerapan sistem
akuntansi biaya historis. Prinsip konservatisme menyatakan bahwa, apabila terdapat
beberapa alternatif dalam akuntansi, maka keputusan yang dipilih adalah keputusan
yang memberikan dampak terburuk sebagai bentuk antisipasi perusahaan, sebagai
contoh beban harus di alokasikan secepat mungkin, sementara pendapatan tidak boleh
diakui sebelum ada kepastian bahwa manfaatnya akan benar-benar mengalir ke
perusahaan. Contoh yang lain adalah kenaikan nilai aset tidak boleh diakui, namun
penurunannya boleh diakui (apabila lebih rendah dari biaya perolehan maupun harga
pasar). Prinsip konservatisme ini menunjukan bahwa tidak ada pendapatan potensial
yang mengalir pada laporan laba rugi sebelum pendapatan tersebut memang benar-
benar sudah terjadi/diterima dan dapat dipastikan akan terealisasi.
Konsep dan penerapan Historical Cost Accounting mendapat banyak kritik dari
berbagai pihak, terutama karena Historical Cost Accounting tidak mencerminkan
informasi terkini kondisi ekonomi perusahaan dan nilai terkini dari ekuitas pemilik
perusahaan. Berdasarkan kritik tersebut para pendukung Historical Cost Accounting
memberikan argumen-argumen yang mendukung Historical Cost Accounting yaitu:
4
b. Historical Cost didasarkan pada transaksi aktual yang benar-benar terjadi, bukan
atas dasar transaksi yang masih mungkin akan terjadi. Historical Cost didukung oleh
bukti transaksi yang telah didokumentasikan dan dapat dibsevasi bukan berdasarkan
perkiraan yang belum terjadi dengan kata lain Historical Cost Accounting adalah
transaction based system dimana suatu transaksi tidak akandiakui jika belum terjadi.
c. Berdasarkan sejarah laporan keuangan yang dihasilkan dengan penerapan
Historical Cost Accounting telah tebukti bermanfaat. Mautz berpedapat bahwa jika
memang orang-orang yang membuat keputusan dalam manajemen dan investasi
beranggapan bahwa laporan keuangan berdasarkan biaya historis tidak berguna
selama bertahun-tahun, seharusnya perubahan akuntansi sudah sejak lama dibuat
sebagai penganti akuntansi biaya historis. Nyatanya, akuntansi biaya historis masih
saja digunakan hingga bertahun-tahun.
d. Pemahaman terbaik atas konsep profit adalah diartikan sebagai kelebihan dari harga
jual terhadap harga perolehan berdasarkan biaya historis. Kebanyakan pelaku bisnis
memahami dan menerima bahwa pada dasarnya keberhasilan kegiatan usaha ang
dijalankan merupakan profit yang didefinisikan oleh Historical Cost Accounting.
Keputusan untuk meneruskan suatu produk atau divisi sangat bergantung atas profit
yang dihasilkan.
e. Akuntan harus bisa menjaga integritas data yang mereka kelola dari berbagai
bentuk modifikasi internal. Pendukung Historical Cost Accounting berpendapat
bahwa Current Cost Accounting lebih rentan terhadap manipulasi.
f. Pendukung Historical Cost Accounting mempertanyakan seberapa besar manfaat
informasi profit berdasarkan current cost atau exit price.
Pendukung Historical Cost Accounting beranggapan bahwa informasi perubahan
nilai aset berdasarkan nilai pasar tidak akan berguna jika memang aset tersebut
hanya diperkirakan akan dijual atau tidak akan dijual oleh perusahaan.
g. Perubahan harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan.
Perubahan harga pasar tidak harus dijadikan sebagai informasi yang tertera pada
laporan keuangan tetapi cukup sebagai data tambahan yang dapat diungkapkan
pada Catatan Atas Laporan Keuangan.
h. Tidak ada bukti yang cukup untuk membenarkan penolakan terhadap akuntansi
biaya historis.
Akuntan tradisional berpendapat bahwa tidak ada bukti empiris yang meyakinkan
yang menunjukkan bahwa informasi current cost atau informasi exit price lebih
berguna daripada informasi Historical Cost Accounting. Sebagian besar studi
penelitian menunjukkan bahwa data current cost tidak memberikan banyak informasi
dibanding data Historical Cost Accounting.
7. Kritik Terhadap Historical Cost Accounting.
5
Historical Cost Accounting menghasilkan informasi akuntansi yang bersifat
retrospektif, yaitu informasi yang didasarkan kepada hasil evaluasi data masa lalu.
Tujuan akuntansi pada dasarnya adalah untuk membantu para pemangku kepentingan
dalam pengambilan keputusan ekonomi yang di masa yang akan datang yang bersifat
looking forward atau memperkirakan masa depan, bukan hanya yang
mempertimbangkan informasi pada masa lalu seperti yang ditekankan pada biaya
historis.
Selain itu, berikut ini adalah beberapa hal yang dijadikan sebagai kritik terhadap
penerapan Historical Cost Accounting :
6
diperlukan adalah informasi mengenai purchasing power of investment
perusahaan.
3) Profit yang dihasilkan oleh Historical Cost Accounting terlalu tinggi karena harga
jual dipengaruhi oleh inflasi sedangkan beban yang dikeluarkan dicatat dengan
historical cost.
b. Basis penerapan biaya historis.
Salah satu dari pembelaan penggunan Historical Cost Accounting oleh para
pendukungnya adalah prinsip going concern dimana umur perusahaan dianggap
tidak dapat ditentukan sehingga ekspektasi normal mengenai item non moneter akan
terpenuhi. Persediaan dianggap pasti terjual dan aset tidak lancar dapat sepenuhnya
digunakan dalam bisnis. Bagi para pendukung Historical Cost Accounting,
penggunaan biaya historis atas suatu aset atau pengalokasiannya dirasa tepat dalam
pelaporan keuangan. Namun, indikasi akan adanya kebangkrutan dalam suatu
perusahaan seperti rugi yang terus menerus dapat dijadikan perkiraan bahwa
perusahaan tidak dapat berjalan lagi sehingga pada dasarnya kita dapat
memprediksi umur suatu perusahaan. Oleh karena itu, asumsi Historical Cost
Accounting mengenai going concern dianggap tidak realistis.
7
1) Akuntan memiliki pandangan yang sederhana mengenai keinginan investor;
2) Akuntan menerima pandangan yang kuno dan fundamental mengenai
bagaiamana menganalisa sebuah perusahaan dan sahamnya.
Perlu diperhatikan bahwa analisis dari sudut pandang investor/pasar saham berbeda
dengan analisis dari sisi perusahaan. Analis dan investor sangat memperhatikan
pandangan investor lain dan mereka tidak terlalu memperhatikan fakta ynag terjadi
pada perusahaan. Menurut Whitman dan Shubik pentingnya psikologi investor
dibandingkan dengan fakta yang terjadi di perusahaan disesbabkan oleh:
8
2. Tujuan dari Current Cost Accounting
Menurut Edwards dan Bell, ada dua tujuan utama Current Cost Accounting.
a. Sebagai alat evaluasi manager atas keputusan-keputusan di masa lalu agar dapat
mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan
b. Sebagai alat evaluasi bagi shareholder, creditor dan pihak ekternal lainnya.
a. Operating decision
Operating decison adalah keputusan terkait operasi rutin perusahaan, bagaimana
suatu perusahaan menggunakan sumberdaya yang ada secara optimal.
b. Holding decision
Keputusan untuk tidak menjual suatu aset atau liabilitas. Terkait keputusan
menahan suatu aset atau tidak, profit ditentukan dari berapa kenaikan nilai aset,
berapa realisable saving. Realisable saving sederhananya ialah berapa
penghematan yang diperoleh ketika perusahaan memutuskan menahan suatu aset
dari pada menjual aset tersebut untuk kemudian membeli aset yang serupa. Konsep
kedua inilah yang kemudian melahirkan konsep holding gain or loss sebagai bagian
dari profit.
9
b. Tidak Objektif. Current Cost Accounting dinilai kurang objektif. Bagaimana bisa aset
dapat dinilai secara instan, tidak berdasarkan harga transaksinya. Lebih-lebih untuk
aset yang tidak ada harga pasarnya.
c. Mengabaikan Kinerja. Pengukuran profit berdasarkan kenaikan nilai aset seolah
mengabaikan kinerja manajemen, bagaimana kerja keras manajemen dalam
mengembangkan operasi kurang dihargai.
Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka akan merubah kemampuannya
dalam beradaptasi. Misal, jika aset tersebut dibeli secara cash maka saldo kas perusahaan
akan turun dan membatasi perusahaan untuk mengeluarkan kas untuk investasi lain.
Sebaliknya, jika perusahaan membelinya secara kredit, maka akan mengurangi
kemampuan pengambilan kredit perusahaan di masa datang. Konsep perilaku adatif melihat
perusahaan untuk siap dalam tindakan untuk membuang aset, jika tindakan ini memberikan
keuntungan terbaik bagi perusahaan. Perusahaan akan menjaga aset tidak lancarnya hanya
jika nilai sekarang dari arus kas masa depan dari penggunaan aset lebih besar dari nilai
sekarang dari arus kas masa depan jika ada alternatif investasi lain.
Chamber mengakui bahwa setiap aset yang dimiliki pada prinsipnya adalah nilai dari
pertukaran (exit value) dan nilai pakai (value in use). Nilai pakai (Nilai saat ini) pada
10
dasarnya adalah sejumlah nilai yang dihitung dari harapan saaat ini, dan hal itu merupakan
keyakinan atas masa depan, bukan fakta pada saat ini.
11
dari exit price accounting bahwa laporan keuangan dialokasikan secara bebas. Profit
menggambarkan jumlah dari perubahan dari daya beli yang rill dari aset bersih,
terkecuali tambahan investasi dari atau didistribusikan oleh owner.
e. Reality
Exit price accounting melibatkan referensi yang nyata karena memang menggunakan
harga pasar actual saat ini. Penyusutan tidak terjadi jika nilai aset selalu naik atau harga
konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item yang ada
memiliki saldo nol. Dengan dua kendala – dipertukarkan dan adanya harga jual – item-
item dari laporan keuangan bisa semakin kuat dengan bukti nyata yang ada di dunia.
f. Objectivity
Banyak yang mengatakan bahwa harga pasar tidak objektif, namun pada kenyataannya
nilai pasar adalah nilai yang mencerminkan kenyataan pada saat ini. Parker melakukan
penelitian relative dan objektivitas untuk exit price dengan historical cost. Parket
menunjukkan bahwa exit price mengungkapkan dispersi dari jumlah tercatat. Penyebab
utamanya adalah perbedaan estimasi masa manfaat dan nilai sisa.
g. A measure of risk
Untuk memungkinkan para pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi berbagai
risiko dan kinerja dalam risiko finansial yang signifikan akan membutuhkan:
deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan serta
kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
Informasi mengenai dampak risiko terhadap neraca dan laporan kinerja keuangan
Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan dalam mengestimasi
nilai wajar instrument keuangan
a. Profit Concept
Seperti yang diketahui, bahwa keuntungan adalah ukuran aktivitas kinerja dari
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional mereka dalam menggunakan
sumber daya yang telah ada. Ketika evaluasi telah dibuat, maka perusahaan dapat
memutuskan apakah melanjutkan dalam pemakaian aset atau menjual asset dan
menggunakan hasil yang ada pada alternative yang lain.
b. Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika berpikir objektif,
harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan masa kini. Perhitungan antisipasi tidak
dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat ini. Pengkritik berpikir bahwa
arus kas yang setara aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur.
Jika itu terjadi maka peristiwa masa depan harus diasumsikan dengan menggunakan
dan tercatat sesuai tanggal neraca.
c. The Valuation of Liabilities
12
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk modal dan
harus dinyatakan sebesar nilai nominal bukan, nilai pasar. Oleh karena itu terdapat
inkosistensi karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan dengan harga pasar.
d. Current Cost vs Exit Price
Ada satu pertanyaan yang krusial dalam memutuskan apakah menggunakan current
cost atau exit price: pada saat apa siklus operasi harus menggunakan exit price atas
penilaian sebuah aset? Current cost berpendapat bahwa metode penilaian normal lebih
baik, diantaranya karena:
Exit Price mengarah pada revaluasi anomali, dimana setelah pembelian harga akan
jatuh dan kurang dari harga perolehan
Exit Price menyiratkan pada pendekatan jangka pendek, karena fokus terhadap
likuidasi dan disposal
Exit price pada persediaan barang jadi merupakan bentuk antisipasi terhadap laba
operasi karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini
Adam Smith adalah orang pertama yang membedakan pengertian dari istilah “value in
use dan value in exchange”. Beberapa tokoh memiliki pandangan berbeda terhadap nilai
aset, Solomons berpandangan bahwa aset akan bernilai lebih tinggi kepada pemilik jika aset
tersebut tidak dijual dan digunakan dalam operasional terutama untuk aset yang tidak
memiliki pasar. Berbeda dengan Chambers, chambers berpandangan bahwa aset yang
tidak memiliki nilai pasar tersebut harus dicatat penurunan nilainya sebagai kerugian, dari
sudut pandang Solomons hal tersebut dianggap konsep yang absurd. Pendekatan Value in
Use menggunakan sudut pandang investor sebagai benchmark sedangkan Value in
Exchange menggunakan sudut pandang manajer internal atau kreditor dimana pengambilan
keputusan ekonomi yang diambil tergantung likuiditas perusahaan. Staubus menunjukkan
bahwa sejumlah faktor yang umum untuk setiap viewpoint/sudut pandang:
13
(CCE)/exit price, Current Cost Accounting (CCA)/entry price dan net present value (NPV)
yaitu:
1. Jika CCA> EXA, dan CCA> NPV, maka aset memiliki nilai di saat ini digunakan –
mempertahankan operasi saat ini;
2. Jika EXA> CCA, dan CCA> NPV, lalu melikuidasi aset saat ini yang digunakan dan
terus-menerus aset tersebut beradaptasi untuk alternatif investasi lainnya;
3. Jika EXA>CCA, dan CCA < NPV ,maka melikuidasi dan menghentikan semua operasi.
Berbagai jenis penerapan biaya kini (current cost) dan akuntansi perubahan telah
diuji dan diadaptasi di beberapa negara antara lain :
1. Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mencabut Accounting Series Release (ASR) 190 yang
dikeluarkan tahun 1976 untuk kemudian menggantinya dengan Statement 33 yang
menekankan pada pengungkapan tambahan untuk penyesuaian akun akun atas inflasi dan
biaya penjualan kini. Pada saat itu, persyaratan untuk mengungkapkan data biaya kini
mendapatkan resistensi yang tinggi dari banyak perusahaan. Setelah dilakukan banyak
debat yang membahas tentang manfaat dari informasi tambahan, FASB mengeluarkan
Statement 89 di tahun 1986, membatalkan persyaratan tersebut namun tetap meminta
setiap perusahaan untuk melakukan pengungkapan data.
a. Profit dari Continuing Operations dengan menggunakan Current Cost Basis untuk tahun
finansial berjalan
b. Current Cost untuk Persediaan, Properti, Pabrik dan Peralatan di akhit tahun finansial
c. Perubahan current cost di tahun finansial berjalan untuk Persediaan, Properti, Pabrik
dan Peralatan, menggunakan Basis Dolar Konstan.
Perubahan biaya yang tidak termasuk dalam keuntungan yang berasal dari operasi
berjalan perusahaan harus diungkapkan dalam basis nominal dollar untuk masing-
masing dalam jangka waktu maksimal 5 tahun, yaitu : keuntungan dari operasi berjalan,
keuntungan per saham dari operasi berjalan serta aset bersih di akhir tahun finansial.
Statement 33 ditujukan sebagai bentuk eksperimen selama 5 tahun. Setelah
mempertimbangkkan berbagai bukti dan reaksi mengenai data tambahan, FASB
menerbitkan Statement 82 di bulan November 1984 untuk menghapuskan persyaratan
sebagaimana pada Statement 33 dalam pelaporan.
2. Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggtis atau ASC (Accounting Standard Committee)
menerbitkan statement 16 (SSAP 16) tentang akuntansi biaya kini di bulan Maret 2010.
14
SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 yang dikeluarkan FASB. Ada dua hal utama yang
menjadi perbedaanya antara lain :
a. Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini. SSAP hanya
metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
b. Apabila di AS penyesuaian atas inflasi lebih berpusat pada laporan laba rugi, laporan
biaya kini di Inggris wajib diungkapkan pada laporan laba rugi dan neraca beserta
catatan penjelasan.
Standar ini banyak diaplikasikan oleh perusahaan besar namun ASC menarik kembali
SSAP 16 di tahun 1985 setelah banyaknya debat mengenai isi penggunaan SSAP 16.
3. Australia
Profesi akuntan di Australian menerbitkan DPS 1.1., Statement of Provisional Accounting
Standards (PAS) mengenai Akuntasi Biaya kini di bulan Oktober 1976 sebagaimana
diamandemen dalam PAS 1 dan panduannya di bulan Agustus 1978. Adapun SAP 1
merekomendasikan penggunaan biaya kini bertujuan untuk mejaga kapasitas perusahaan
tetap utuh. Setelah muncuklnya protes mengenai penerbitan SAP 1, SAP 1 yang dianggap
sebagai versi “downgrade” terbit pada November 1983 yang merekomendasikan seluruh
perusahaan untuk menyampaikan pernyataan tambahan mengenai akuntansi biaya kini
disamping laporan keuangan konvensional perusahaan yang menggunakan biaya historis.
Adapun sebagai alternative, perusahaan dapat menggunakan biaya kini dalam pelaporan
keuangannya untuk menggantikan biaya historis. Namun, SAP 1 tidak diadaptasi secara
luas di Australia.
4. International Accounting Standards
Contoh penerapan akuntansi perubahan di berbagai negara sebelumnya menunjukkan
bahwa sistem-sistem yang telah diuji dan diimplementasikan di negara-negara tersebut
tidak sepenuhnya diadopsi oleh entitas-entitas disana. IASB telah menyimpulkan bahwa
laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti
lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi. IAS 29 yang membahas
Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi mewajibkan (dan bukan hanya
merekomendasikan) penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus,
laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang
perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkann pada kerangka penilaian biaya historis atau
biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca.
Aturan ini juga berlaku untuk angka-angka terkait pada periode sebelumnya. Keuntungan
atau kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih
dimasukkan ke dalam laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus
mengungkapkan:
15
a. Fakta bahwa penyajian ualng untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah
dilakukan.
b. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama (yaitu
penilaian biaya historis atau biaya kini).
c. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya
selama periode pelaporan.
d. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
e. Sistem Pengukuran Campuran dan Standar Internasional
Perbedaan dalam pengukuran yang diadopsi oleh berbagai negara yang disebabkan oleh
belum adanya konsep teoritis mengenai penilaian menimbulkan adanya sistem pengukuran
secara campuran. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perpindahan dari biaya historis dan
penggunaan dalam konsep pengukuran yang berbeda di bawah standar internasional :
a. IAS 2/AASB 102 : Perusahaan diijinkan mengukur persediaan dengan Net Realizable
Value
b. IAS 16/AASB 16 : Property, Plant, and Equipment (PPE) dinilai berdasarkan historical
cost atau nilai setelah revaluasi
c. IAS 17/AASB 17 : Bunga dari Tanah yang disewagunakan dihitung sebagai Investment
Property (IAS 40) dan diukur pada nilai wajar
d. IAS 19/AASB 19 : Pengukuran Curtailment Gain or Loss meliputi perubahan present
value berdasarkan benefit obligation yang telah ditentukan atas perubahan nilai wajar
aset
e. IAS 29/AASB 29 :Penyesuaian terhadap laporan keuangan entitas yang terkena dampak
hiperinflasi dapat menggunakan indeks level harga umum
f. IAS 36/AASB 136 : Impairment aset dimana aset dinilai dengan recoverable amount
g. IAS 36/AASB 136 : Nilai residu dari aset dianggap sebagai current cash equivalent
h. IAS 37/AASB 137 : Pengukuran provisi ditentukan berdasarkan metode expected
present value
i. IAS 40/AASB 140 : Investasi properti dapat diukur dengan pilihan diantaranya
impairment biaya depresiasi atau nilai wajar dengan perubahan nilai dimasukkan dalam
laporan laba rugi baik loss ataupun gain
Para Auditor membutuhkan bukti yang relevan untuk mendukung opini mereka ketika
melakukan audit atas laporan keuangan secara adil dengan dasar relevansi. Adapun
beberapa masalah yang sering didapatkan oleh Para Auditor dalam melakukan audit antara
lain :
1. Kebutuhan akan bukti yang memadai dan kualitas atas bukti tersebut mendukung
relevansi dan reliabilitas dalam penyajian data, mendeteksi adanya misstatements,
dalam jurnal, akun, dan pengungkapan entitas.
16
2. Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman atas beberapa metode pengukuran
yang dikenal seta kombinasinya. Oleh karena itu, peran ahli sangat mungkin untuk
dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan.
3. Dalam hal Arm Length Transaction, dibutuhkan bukti-bukti spesifik transaksi dan
informasi pihak ketiga juga dibutuhkan untuk memastikan setiap transaksi telah dicatat
dan diungkapkan dengan benar.
G. Case Study (diambil dari : Godfrey, Jayne, dkk. 2010. Accounting Theory 7th
Edition)
1. Case Study 6.1
Artikel yang ditulis oleh Anthony rayman menceritakan bagaimana fair value dapat
membuat profesi akuntan menjadi keburukan. Berdasarkan IAS 39 disebutkan bahwa dalam
mengukur financial instrument yaitu berdasar fair value. Fair value didefinisikan sebagai ‘the
amount for which an asset could be exchanged, or liability settled, between knowledgeable,
willing parties in arm’s length transaction.’ IAS 39 juga menyebutkan ‘ A gain or loss on a
financial asset or financial liability classified as at fair valuethrough profit or lossshall be
recognised in profit or loss’.
Fair value menampilkan informasi yang sangat sesuai dengan keadaan pasar. Hal ini
juga disambut dengan baik dari pihak akademisi. Untuk menguatkan pendapatnya, Anthony
rayman mengilustrasikan sebuah kasus seperti dibawah ini:
Namun kenaikan fair value ini tidaklah menggambarkan bahwa sebuah perusahaan
akan terus mendapat keuntungan, Oivid dbawah ini menunjukkan kenaikan gain dan nilai
investasi perusahaan.
Tabel I Ilustrasi Fair Value
17
Dari Oivid diatas kita akan mengetahui bahwa kenaikan FV adalah semu dan bahkan
bergantung dari jangka waktu menahan investasi. Bila semakin lama suatu investasi ditahan
maka FV-nya akan berkurang (dengan asumsi tidak ada lagi perubahan terhadap Oividend
an suku bunga). Hal inilah yang dapat membuat suatu FV dapat memberikan salah tafsir
pada Laporan keuangan. Profit dan loss juga hanya akan terjadi bila suatu perusahaan
memilih untuk melikuidasi atau menjual investasinya. Hal ini tidak akan terpengaruh apa-apa
bila perusahaan memilih untuk mempertahankan investasinya. Bahkan investasi yang
dilakukan suatu perusahaan tidak selamanya dimaksudkan untuk menjual/likuidasi investasi.
Domino Pizza
Domino Pizza melakukan koreksi menaikkan profit tahunan 28-30%. Kenaikan profit ini
karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal adanya kenaikan penjualan pesan antar.
Sedangkan faktor ekternal yang meliputi; fasilitas pajak, keuntungan nilai kurs, turunnya
harga tepung dan keju, dan ekpektasi nilai kurs ke depan yang diperkirakan akan
menguntungkan perusahaan.
Pertanyaan;
18
b. Krisis ekonomi 2008, diperkirakan berdampak pada perusahaan dan akan
menyebabkan kerugian $2.5m pada tahun 2009 padahal tahun 2008 Talent2 bisa
memperoleh profit $10.8m
c. CEO Talent2 John Rawlinson menyatakan kecewa atas keadaan tersebut,
namun masih berpandangan positif karena di quarter keempat divisi perekrutan
kembali untung dan bagian layanan berkinerja baik. Hal ini membuat CEO
percaya Talent2 bergerak maju dan bisnisnya akan membaik di berbagai daerah,
walaupun tidak akan menghasilkan keuntungan seperti saat bisnis ini booming
setidaknya nantinya akan menghasilkan laba yang masuk akal.
d. CEO Peoplebank peter Acheson menyatakan hal senada bahwa perusahaanya
memiliki indikasi bahwa ada peningkatan minat rekrutmen pegawai di 50 klien
besarnya terutama untuk pegawai kontrak.
e. CEO Talent2 menyatakan bahwa perekrutan pegawai permanen di asia dan
singapura khusunya meningkat namun di australia tidak, hanya terbatas pada
pegawai kontrak.
f. Pada akhir tahun Pendapatan dari bagian rekrutmen turun 16% menjadi $114,4m
dan dari dari bisnis penyediaan tenaga outsourcing $114,4 m sehingga total
menjadi $228.7 m. Strategi bisnis yang dilakukan perusahaan adalah menutup
bisnis rekrutmen (mulai oktober) dan fokus pada bidang bisnis yang masih bisa
menghasilkan keuntungan.
g. Karena adanya impairment (penurunan nilai aset) atas unit bisnis (unit penghasil
kas) di HongKong dan United Kingdom menyebabkan perusahaan diperkirakan
akan mengalami rugi bersih pada tahun 2009 sebanyak $5,5 m. (2,5 di awal jadi
5,5)
Pertanyaan:
a. Apa dampak biaya penurunan nilai aset terhadap Laporan laba Rugi dan
Laporan Posisi Keuangan perusahaan?
Jawaban:
19
Gambar I. Laporan Laba Rugi Talent2 2009
20
recruitment business seniali $6200k, hal ini mengakibatkan nilai aset berupa
recruitment business di neraca menjadi berkurang.
b. Haruskah pemegang saham menaruh perhatian terhadap adanya penurunan
nilai aset atas kegiatan bisnisnya di Hongkong dan United Kingdom dimana
peningkatan kinerja bisnis terbatas hanya pada ‘contract positions’? jelaskan.
Pemegang harus memperhatikan penurunan laba yang terjadi dan adanya
penurunan nilai aset berupa intangible asset.
Dengan turunya nilai aset akan berpengaruh pada turunya nilai ekuitas
pemegang saham yang artinya turunnya nilai kekayaan pemegang saham
tersebut.
c. Apa arti pernyataan “a net loss before tax of $5.5 million, which would make a
return to shareholders unviable?
Pemegang saham memperoleh pengembalian atas sahamnya melalui dividen,
dividen dihasilkan dari sebagian laba bersih perusahaan.
Perusahaan mengalami rugi bersih sebesar $5,5m yang artinya perusahaan
tidak dapat membagikan return kepada pemegang saham, bahkan nilai
kekayaan pemegang saham menurun akibat adanya kerugian tersebut.
21
BAB III
KESIMPULAN
22
dengan closing balance sheet dan tidak ada penyesuaian yang dibuat langsung ke
cadangan.
4. Penggunaan sistem pengukuran current cost accounting yang berorientasi pada fair
value direkomendasikan pada tahun 1970-an dan 1980-an di Amerika, Inggris dan
Australia namun perlahan ditinggalkan, kemudian pada umunya secara keseluruhan
banyak negara pada akhirnya menggunakan kombinasi sistem pengukuran yang ada
yang dominan mengarah ke fair value accounting untuk memperoleh informasi akuntansi
yang dianggap memadai.
23
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne, dkk. 2010. Accounting Theory 7th Edition. Australia: Craft Print
International Ltd.
Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE:
Yogyakarta.
IASPLUS. 2016. IAS 36 — Impairment of Assets
http://www.iasplus.com/en/standards/ias/ias36 (diakses tanggal 21 Oktober 2016)
IFRS.org. 2014. Technical Summary IAS 36 Impairment of Assets.
http://www.ifrs.org/IFRSs/Documents/Technical-summaries-2014/IAS%2036.pdf.
(diakses tanggal 21 Oktober 2016)
24