TUGAS MATA KULIAH PPV
TUGAS MATA KULIAH PPV
Dokter hewan adalah seorang yang memiliki kualifikasi dan otorisasi dalam
melakukan praktek kedokteran hewan. Dahulu definisi klasik kedokteran hewan
dikaitkan hanya dengan sains dan seni mengenai pencegahan, pengobatan atau
pengurangan penyakit atau cedera pada hewan (terutama hewan domestik).
Saat ini definisi tersebut nampaknya tidak pas lagi mengingat profesi
kedokteran hewan kontemporer tidak hanya terbatas pada pengobatan penyakit
dan cedera. Pada kenyataannya, selama bertahun-tahun profesi kedokteran hewan
telah memainkan peranan yang signifikan dalam menunjang kesehatan dan
kesejahteraan hewan dan manusia, mutu pangan, keamanan pangan dan ketahanan
pangan, ekologi, etologi, epidemiologi, fisiologi dan psikologi, pengembangan
obat dan farmasetikal, penelitian biomedik, sebagai pendidik dan pelatih, dalam
konservasi satwa liar, serta perlindungan lingkungan dan biodiversitas.
1
Sejumlah peristiwa di abad ke-21 ini mempertinggi kesadaran masyarakat
akan zoonosis, peran hewan di masyarakat, dan bagaimana keunikan keahlian
dokter hewan di bidang-bidang seperti kesehatan populasi dan kedokteran
perbandingan (comparative medicine) bisa digunakan untuk membantu
menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat.
2
respon terhadap bio- dan agro-terorisme; menggunakan ketrampilannya dalam
membantu menghadapi penyakit-penyakit menular yang non-zoonosis (seperti
Malaria, HIV/AIDS), memperkuat infrastruktur kesehatan masyarakat; serta
memajukan sains medik melalui penelitian atau riset.
3
Meskipun statistik dokter hewan mungkin saja tidak selalu tersedia secara
mutakhir terutama di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), akan tetapi
contohnya seperti di Amerika Serikat, jumlah dokter mencapai sekitar 750 ribu,
sedangkan jumlah dokter hewan hanya 162 ribu atau kurang lebih hanya
seperempat dari jumlah dokter. [3,18] Di Indonesia, jumlah dokter sekitar 72 ribu
(dokter umum maupun spesialis) [19], sedangkan jumlah dokter hewan sekitar 10
ribuan atau kurang lebih hanya 14% dari jumlah dokter.
4
suatu kamp penyimpanan hewan-hewan tersebut disebut “veterinarium”.
Term “veterinarii” juga digunakan pada dukumen kuno sebagai“orang yang
memiliki kekebalan khusus” karena memiliki “kompetensi khusus”. Dari berbagai
literatur Lain yang juga membahas istilah “Veterinarius“ diartikan sebagai orang-
orang yang mengurus hewan beban/hewan pekerja
5
Animalium” (Story of Animals) yang menguraikan lebih dari 500 spesies hewan.
Selain itu beliau juga menulis buku tentang Patologi Hewan yang mengungkapkan
tentang penyakit-penyakit hewan serta memperkenalkan Kastrasi pada hewan
ternak muda dan efeknya pada pertumbuhan dan banyak lagi metode-metode
kedokteran pada berbagai spesies hewan. Karyanya yang lain adalah De Partibus
Animalium, De Genetatlone Animallium dan Problematicum.
• Varro (116 – 28SM) ahli penyakit kuda dan cara pengobatannya secara primitif
• Ibn Sina (Arieenoa), al Rahzi, dan Husayn bin Ishak al-Ibadi, menerjemahkan
karya Hippocrates dan Filosof Yunani lain.
• Razi (860 – 940) menulis 200 buku bidang medis dan etika medis serta 25
volume ensiklopedia praktis Hawi.
• Ibn Sina (980 – 1037) menulis 16 buku serta Al – Kanun (the Canoun),
ensiklopedia penyakit dari sedunia.
Pada tahun 873 M/260H atau 877M/264H Hunayn Ibnu Ishab Al-Ibadi
mengarang Kitab al – Sard /Hilaj Al-dawabb wa – al-baqar wa al ghanam wa –
adwiyattiha (The Detailed Presentation on the Therapeutic Treatment of Beasis,
Cattle, Sheep, and Goats, and their Medicaments) serta menulis buku Kitab al
6
Baytarah (Kedokteran Hewan) yang mungkin merupakan terjemahan dari
Manuskrip Yunani tentang kuda dari Theompestus of Magnesia (Abad ke 4).
7
mendapat tentangan dari kalangan ilmuan, birokrat dan militer colonial
dikarenakan kehadiran dokter hewan pribumi dengan gaji rendah dan
keterampilan yang menyamai dokter hewaneropa dikhawatirkan akan menyaingi
posisi mereka di dalam pemerintahan.
8
1961 : Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan dan Perikanan Laut, UI (FKHPPI
– UI)
Sekarang sudah ada 10 Universitas yang ada FKH yaitu, Universitas Syahkuala
Aceh, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta, Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Universitas Udayana Bali,
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Universitas Brawijaya (UB)
Malang, Universitas Nusa Tenggara Barat (UNTB), Universitas Hasanudin
Makasar dan Universitas Cendana (UNDANA) NTT.
9
BAB II
Pada profesi dokter hewan yang berkecimpung dalam bidang medis veteriner.
Dalam kasus-kasus penyakit hewan menular, dokter hewanlah yang paling
bertanggungjawab. Dalam kasus-kasus penyakit zoonosis, dokterhewan
bertanggungjawab pada hewannya, dan dokter manusia pada manusianya. Dalam
kasus flu burung misalnya. Dokter hewan harus bertanggungjawab terhadap kasus
flu burung pada hewan, termasuk strategi pengendaliannya. Namun ironisnya, di
Indonesia dokter hewan tidak mendapatkan kedudukan yang semestinya dalam
menangani kasus-kasus zoonosis.
Profesi Veteriner merupakan profesi yang sangat tua di dunia, yang muncul
sebagai pengembangan dari Profesi Kedokteran di zaman Yunani Kuno pada 460-
367 Sebelum Masehi(SM) oleh Bapak Kedokteran di dunia bernama Hippocrates.
Pengembangan kedokteran hewan dikembangkan oleh ilmuwan generasi
10
berikutnya, bernama Aristoteles terkenal dengan bukunya “Historia Animalium”
(Story of Animals) yang menguraikan lebih dari 500 spesies hewan ( Anonim B,
2009 ).
11
Jasa dan Pelayanan Profesi Dokter Hewan
Pengguna jasa dokter hewan adalah pemilik hewan dimana
kepemilikan hewan oleh manusia didasarkan pada beberapa hal:
Dalam bidang praktisi medis veteriner praktisi spesies individu antara lain :
spesialis Bedah, spesialis Mata, spelais Penyakit Dalam, spesialis kesehatan bulu
12
dan kulit,spesialis estetika gigi. Spesialis Akupunktur Veteriner.Kompetensi
Layanan Medis Veteriner Terhadap Hewan terdiri atas 2 kategori :
1. Layanan medik untuk hewan secara kelompok (herd health), hal ini
umumnya di peternakan peternakan dan oleh dinas-dinas
pemerintah/puskeswan-puskeswan.
2. Layanan medik untuk hewan secara individual (individual health), hal
ini umumnya pada praktisi hewan kecil, di kebun binatang dan hewan
hobi.
13
Etika dan Kode Etik Dokter Hewan Praktisi
Etika adalah segala nilai yang baik dan yang buruk atau yang benar dan yang
salah yang disepakati oleh sekumpulan orang/masyarakat yang memiliki
kepentingan atau profesi yang sama. Pada Etika Veteriner (Veterinary Ethics)
adalah membahas mengenai isu moral dalam hubungan ilmu kedokteran dengan
hewan.
Dalam hal ini ada dua (2) aspek etika yang dibahas yaitu :
1. Etika mengenai bagaimana dokter hewan / profesi veteriner dan
tenaga-tenaga pendukungnya (paramedis, perawat hewan, dll)
memperlakukan hewan atau dalam praktek kedokteran.
2. Etika mengenai hewan-hewan yang berada di tangan manusia perlu
dijaga hak dan mendapatkan perlindungan dengan kajian/argumentasi
ilmiahnya maupun animal behaviour mengapa spesies hewan tersebut
perlu diperlakukan tertentu serta manfaatnya.
14
1. Bagaimana berkomitmen terhadap profesi melalui citra diri yang
bermartabat dan kompeten.
2. Bagaimana berkomitmen dalam menangani dan memperlakukan hewan
(menegakkan kesejahteraan hewan / animal welfare).
3. Bagaimana membina hubungan keprofesian veteriner dengan sesama
dokter hewan / sejawatnya.
Kode Etik Dokter Hewan Indonesia yang disahkan tahun 1994 walaupun
belum sempurna (perlu revisi) namun telah mengatur tiga hal tersebut di atas.
15
Rambu-rambu Etik Dalam Tindakan Profesional Medik Veteriner
1. Berkenaan memperlakukan hewan (tanggung jawab Kesrawan).
2. Berhubungan dengan pekerjaan profesinya.
3. Berkenaan dengan mempromosikan peran profesi veteriner kepada
masyarakat.
4. Dalam periklanan layanan profesi medvet.
5. Berkenaan pengobatan (terapeutika), penggunaan obat-obatan, penjualan
obat-obatan maupun alat kesehatan.
6. Dalam berbagai jenis Layanan Praktisi Medik Veteriner.
7. Dalam membina hubungan professional sesama profesi veteriner.
16
Dokter hewan PNS mempunyai kewajiban – kewajiban kepada
negara dengan pedoman – pedoman kerja sesuai aturan pemerintah
dan adanya aturan hukum yang memayungi pekerjaannya
Para dokter hewan ini dapat mempunyai kewenangan – kewenangan
dan tanggung jawab yang harus dipahami dan dihargai oleh
umumnya para dokter hewan.
Hubungan antara dokter hewan PNS layanan publik dan dokter
hewan lain selaku sesama profesi haruslah berdasarkan kesejawatan
profesi yang harmonis. Dalam hal ini harus saling menginformasikan
demi kepentingan keselamatan dan kesehatan masyarakat.
Dalam melakukan layanan publik Drh PNS harus memiliki kompetensi
yang terakreditasi, tersertifikasi dan tunduk kepada rambu– rambu profesi
veteriner. Dokter hewan praktisi adalah profesi dokter hewan yang bekerja dalam
bidang kesehatan hewan yang sesuai bidang kemampuanya.
17
BAB III
Profesi dokter hewan memiliki peran yang sangat strategis dan tanggung
jawab yang semakin berat pada era globalisasi seperti sekarang. Ditengah-tengah
keprihatinan kita menghadapi wabah penyakit zoonosis. Sebagai garda terdepan
dalam memerangi wabah penyakit zoonosis, pelayanan dan tindakan
penanggulangan yang dilakukan harus benar-benar tepat pada sasaran, karena
tugas seorang dokter hewan tidak hanya terkait pada kesehatan populasi hewan
tetapi juga terkait dalam setiap aspek nyata dalam interaksi hewan dengan
manusia dan hewan dengan lingkungannya.
18
2. Para dokter hewan ini dapat mempunyai kewenangan – kewenangan dan
tanggung jawab yang harus dipahami dan dihargai oleh umumnya para
dokter hewan.
3. Hubungan antara dokter hewan kedinasan / layanan publik dan dokter
hewan lain selaku sesama profesi haruslah berdasarkan kesejawatan
profesi yang harmonis. Dalam hal ini harus saling menginformasikan demi
kepentingan keselamatan dan kesehatan masyarakat.
4. Dalam melakukan layanan publik Drh kedinasan harus memiliki
kompetensi yang terakreditasi, tersertifikasi dan tunduk kepada rambu –
rambu profesi veteriner.
19
dan atau keluar dari wilayah negara Republik Indonesia. Menurut Badan
Karantina Pertanian (2000:33)
Tujuan Karantina
1. Melindungi Sumber Daya Alam Hayati Fauna Terhadap Ancaman Hama
Penyakit Hewan Karantina Dari Luar Negeri Dan Antar Area
2. Menjamin Ketentraman Batin Masyarakat Dari Ancaman Bahaya
Zoonosis Melalui Tindakan Karantina Hewan Terhadap Media Pembawa
HPHK Yang Dilalulintaskan
3. Mempertahankan Status Bebasnya Wilayah Indonesia Dari Hama Penyakit
Hewan Karantina Tertentu Dari Luar Negeri Dan Antar Area;
4. Meningkatkan Daya Saing Komoditas Hewan Dan Produknya Di Pasar
Global Dan Domestik
Penjelasan :
1. Media pembawa hama penyakit hewan karantina yang selanjutnya disebut
media pembawa adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan
dan atau benda lain yang dapat membawa Hama Penyakit Hewan
Karantina (HPHK).
2. Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat, baik yang dipelihara
maupun yang hidup secara liar.
3. Bahan asal hewan adalah bahan yang berasal dari hewan yang dapat diolah
lebih lanjut.
4. Hasil bahan asal hewan adalah bahan asal hewan yang telah diolah.
5. Benda lain adalah media pembawa yang bukan tergolong hewan, bahan
asal hewan dan hasil bahan asal hewan yang mempunyai potensi
penyebaran penyakit hama dan penyakit hewan karantina.
20
Perijinan:
1. KH-5 adalah Persetujuan Bongkar/Approval of isembarkation;
Dibuat oleh Dokter Hewan Karantina berdasarkan hasil pemeriksaan yang
menyatakan bahwa media pembawa berupa hewan/produk hewan/benda
lain disetujui dibongkar/diturunkan dari alat angkut untuk dilakukan
tindakan karantina lebih lanjut.
2. KH-7 adalah Perintah Masuk Karantina Hewan / Order to Take Into The
Animal Quarantine Installation Dibuat oleh Dokter Hewan Karantina
berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa media pembawa
berupa hewan/produk hewan/benda lain disetujui untuk dibongkar namun
dengan ketentuan harus dimasukkan ke Instalasi Karantina Hewan yang
telah ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
3. KH-12 adalah Sertifikat Pelepasan Karantina / Certificate of Release
Dibuat oleh Dokter Hewan Karantina berdasarkan hasil pemeriksaan
dokumen dan kesehatan/sanitasi yang menyatakan bahwa media pembawa
berupa hewan/produk hewan/benda lain tersebut telah memenuhi
kelengkapan dokumen karantina hewan yang dipersyaratkan dan
dinyatakan sehat, sanitasi yang baik, dan bebas dari ektoparasit.
21
Negara yang belum melakukan kerjasama bilateral perdagangan.
a. Negara pengekspor harus bebas dari penyakit hewan menular atau
berbahaya tertentu yang tidak terdapat di negara pengimpor
b. Mendapatkan persetujuan impor/ekspor dari pejabat yang ditunjuk atas
nama Menteri dengan mempersyaratkan ketentuan-ketentuan teknis yang
harus dilakukan terhadap komoditi impor di negara pengekspor sebelum
dikapalkan/diangkut menuju negara pengimpor.
c. Perlakuan tindakan karantina di negara pengimpor bertujuan untuk
memastikan bahwa ketentuan-ketentuan teknis yang dipersyaratkan
tersebut benar telah dilakukan sesuai ketentuan internasional.
d. Melengkapi komoditi tersebut dengan Surat Keterangan Kesehatan atau
Sanitasi dan surat keterangan lainnya yang menerangkan bahwa komoditi
tersebut bebas dari hama penyakit yang dapat mengganggu kesehatan
manusia, hewan dan lingkungan hidup, disamping menerangkan
pemenuhan persyaratan ketentuan teknis seperti tersebut di atas.
e. Negara pengimpor berhak melakukan penelitian dan pengamatan secara
epidimilogy terhadap situasi dan kondisi penyakit hewan menular dan
berbahaya yang ada di negara pengekspor secara tidak langsung melalui
data-data yang ada dan tersedia.
f. Pengangkutan komoditi impor tersebut harus langsung ke negara tujuan
pengimpor tanpa melakukan transit di negara lain.
g. Negara pengimpor berhak melakukan tindakan-tindakan penolakan dan
pencegahan masuknya penyakit hewan menular dan berbahaya, jika
dijumpai hal yang mencurigakan, dilaporkan tidak benar atau ada
kemungkinan bahwa komoditi tersebut dapat bertindak sebagai media
pembawa hama penyakit hewan menular dan berbahaya.
22
untuk selanjutnya menugaskan pejabat fungsional karantina hewan untuk
melakukan tindakan karantina tahap I yaitu pemeriksaan (P1). Dari hasil
pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan beberapa tindakan karantina lainnya.
Untuk media pembawa yang menurut hasil pemeriksaan memerlukan tindakan
pengasingan (P2) dan pengamatan (P3), segera dimasukkan ke dalam instalasi
karantina untuk selama masa karantina yang dapat diperpanjang menurut
pertimbangan dokter hewan karantina. Untuk media pembawa yang sehat dan
tidak menunjukkan gejala penyakit hewan karantina, tidak menunjukkan
perubahan fisik dan tidak memerlukan masa pengasingan untuk pengamatan,
dapat langsung dilakukan tindakan pembebasan (P8). Sebaliknya, untuk media
pembawa yang menunjukkan gejala penyakit hewan karantina atau perubahan
fisik yang mengarah kepada penyakit hewan golongan I, dapat langsung
dilakukan tindakan penolakan (P6).
Media pembawa yang mempunyai dokumen tidak benar dan tidak lengkap
atau menurut hasil pemeriksaan menunjukkan gejala penyakit hewan golongan II,
dilakukan tindakan penahanan (P5) untuk selanjutnya dapat dikembalikan ke
proses tahap II yaitu pengasingan dan pengamatan. Hasil tindakan pengasingan
dan pengamatan, dapat dilanjutkan ke proses tahap III yaitu tindakan perlakuan
(P4) untuk meyakinkan kembali bahwa media pembawa bebas dari hama penyakit
hewan karantina dan tidak dapat lagi menularkan atau menyebarkan hama
penyakit hewan ke media pembawa lainnya.
Jika dari hasil tindakan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan dan
perlakuan, media pembawa tidak dapat dibebaskan dari penyakit hewan karantina
atau telah mengalami perubahan fisik, maka terhadap media pembawa tersebut
lansung dilakukan tindakan pemusnahan (P7). Setelah dilakukan tindakan
pengasingan dan pengamatan serta perlakuan media pembawa diyakini tidak
mengandung penyakit hewan karantina dan tidak dapat lagi bertindak sebagai
media penular atau penyebar, maka dapat dilakukan tindakan pembebasan (P8).
Hasil tindakan pembebasan, penahanan, penolakan, dan pemusnahan kemudian
diserahkan kembali kepada UPT Karantina Hewan yang memberi tugas untuk
diproses secara administrasi termasuk memenuhi kewajiban tambahan, yang
23
selanjutnya disampaikan kepada pemohon dan instansi terkait lainnya untuk
dilaksanakan.
24
Penyelenggaraan karantina banyak terkait dengan situasi penyakit suatu
negara, regional, wilayah atau area; kesehatan hewan, bahan asal hewan atau hasil
bahan asal hewan selain peraturan karantina ataupun peraturan terkait
perkarantinaan. Biosekuriti yang diterapkan pada isu kesehatan hewan terkait
dengan pengendalian kesehatan impor, domestik dan ekspor.
25
pembawanya dan pendekatan berdasarkan atas HPHK yang diasumsikan mungkin
terbawa di dalam media pembawanya. Ada 3 (tiga) tingkat risiko yaitu risiko
rendah, sedang dan tinggi. Tingkat risiko yang dibagi berdasarkan atas
pendekatan media pembawa dapat dijelaskan sebagai berikut:
26
termasuk dalam klasifikasi ini adalah hewan yang berpotensi sebagai
pembawa penyakit hewan dapat bersifat zoonosis maupun tidak dan dapat
menularkan penyakitnya secara langsung maupun melalui inang antara
ataupun vektor. Media Pembawa yang dimasukkan dalam kelompok ini
misalnya hewan penular rabies (anjing, kucing, kera), sapi bibit (yang
berpotensi membawa penyakit Brucellosis, BSE, Paratuberculosis, dll)
Sedangkan untuk tingkat risiko berdasarkan atas pendekatan agen penyakit dapat
diklasifikasi sebagai berikut:
27
Ada perlakuan desinfektasi terhadap hewan dan alat angkut pada waktu akan
dimasukkan ke dalam instalasi untuk dikenakan tindakan karantina. Perlakuan
desinfektasi ini dilakukan juga terhadap alat angkut yang akan masuk ke area
halaman instalasi karantina atau kepada orang yang akan masuk instalasi
karantina DOC. Perlakuan desinfektasi ini memberi jaminan keamanan bagi
media pembawa di dalam instalasi tidak terpapar oleh kemungkinan masuknya
agen penyakit dari luar yang terbawa hewan/orang/alat angkut.
Pemeriksaan laboratoris
28
Dalam melakukan pemeriksaan laboratorium, institusi Karantina sudah
memiliki Pedoman Rancang Bangunan Laboratorium Karantina yang mengacu
pada ketentuan WHO dan OIE mengenai Biosafety Laboratory. Rancang
bangunan ditetapkan bagi laboratorium Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan
dan Keamanan Hayati Hewani dan Keamanan Hayati Nabati dengan klasifikasi 4
(empat) tingkat Biosafety Laboratorium Karantina Hewan dan Keamanan Hayati
Hewani, 4 (empat) tingkat Biosafety Laboratorium Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati. Pembagian tingkat dibedakan atas dasar tingkat risiko
dari media pembawa yang ditangani sehingga tata letak ruang dan fasilitas ruang
utama pengujian dan ruang penunjang dari setiap tingkat BiosafetyLaboratorium
juga berbeda tergantung pada metode uji yang dilakukan. Namun dalam
penggunaan ruangan maupun peralatan bagi laboratorium karantina hewan,
karantina tumbuhan maupun keamanan hayati (hewani dan nabati) harus seefisien
mungkin tanpa mengganggu kegiatan pengujian yang dilakukan dan dengan
memperhatikan volume dan frekuensi sampel masuk, kompleksitas pengujian
serta kompetensi personel masing-masing laboratorium.
29
menerapkan Good Microbiological Technique (GMT) untuk Laboratorium
Tingkat 1 yaitu analis menggunakan pakaian pelindung (jas laboratorium),
gloves
2. Laboratorium Tingkat 2, merupakan laboratorium di UPT yang melayani
lalu lintas media pembawa dengan risiko rendah sampai sedang dengan
frekuensi lalu lintas yang rendah sampai sedang, sehingga diperlukan
kemampuan pengujian yang lebih tinggi dari kemampuan laboratorium
tingkat 1 selain kemampuan pengujian dengan metode uji cepat (rapid
test) saja atau metode uji yang menggunakan kit komersial (ELISA kit)
sebagaimana pada laboratorium tingkat 1. Ruang laboratorium yang
dimiliki juga semakin banyak untuk memfasilitasi kemampuan
laboratorium yaitu ruang laboratorium yang terdiri dari ruang preparasi
pengujian, ruang pengujian virus, ruang pengujian bakteri, ruang
pengujian parasit, ruang pengujian keamanan pangan dan
toksik. Disamping itu perlu dilengkapi dengan ruang penunjang
laboratorium yang terdiri dari ruang penerimaan sampel, ruang bahan,
ruang alat, ruang sterilisasi, ruang analis, dan fasilitas pengolahan limbah
serta insinerator. Dalam bekerja di laboratorium, analis wajib
menggunakan pakaian pelindung (jas laboratorium dengan tangan panjang
dan kerut karet diujung lengan), gloves dan masker.
3. Laboratorium Tingkat 3, merupakan laboratorium di UPT yang melayani
lalu lintas media pembawa dengan risiko sedang sampai tinggi dengan
frekuensi lalu lintas yang sedang sampai tinggi yang memerlukan
kemampuan uji lebih tinggi dari kemampuan laboratorium tingkat 1 dan 2
terutama terkait dengan kegiatan importasi dimana diasumsikan media
pembawa yang masuk kemungkinan membawa HPHK risiko sedang
sampai tinggi. Ruang laboratorium dan fasilitas yang perlu ada harus dapat
memfasilitasi pelaksanaan pengujian yang lebih beragam dan kompleks,
namun itupun tergantung pada jenis media pembawa yang dilalulintaskan
dan kemungkinan jenis HPHK yang terbawa. Walaupun ruang pengujian
30
dan ruangan penunjang laboratorium bisa saja sama dengan Laboratorium
Tingkat 2 namun ada ruang pengujian PCR berikut fasilitasnya.
Laboratorium Tingkat 3, merupakan laboratorium di UPT yang memiliki tugas
fungsi sebagai laboratorium rujukan, melakukan pengujian yang sangat kompleks,
melakukan pengembangan metode uji laboratorium dan uji coba
laboratorium. Karena itu untuk laboratorium tingkat 4 harus tersedia semua
fasilitas yang dapat digunakan untuk deteksi, identifikasi dan isolasi agen
penyakit termasuk agen HPHK risiko tinggi dan eksotik. Selain memiliki ruang
laboratorium pengujian serologi, virus, bakteri, fungi, parasit, bioteknologi RNA
dan DNA, sequencing DNA, tissue culture, ruang nekropsi, mikrobiologi dan
toksik, juga adanya ruang BSL-2 enhanceddan BSL-3. Ruang penunjang
laboratorium yang perlu tersedia adalah ruang penerimaan sampel, penyimpanan
arsip sampel, ruang bahan, alat, sterilisasi, ruang koleksi, pengolahan limbah dan
insinerator, termasuk juga ruang ganti (ante room) disamping tersedianya ruang
seminar,ruang analis, ruang tamu, pantry dan toilet.
Tindakan karantina yang dilakukan oleh dokter hewan tidak hanya semata-
mata berorientasi pada penggawasan dan pemeriksaan pada exit dan entry point,
tetapi juga berorientasi pada lalu lintas hewan dan produk asal hewan secara utuh
berdasarkan peraturan dan ketentuan karantina hewan dan peraturan-peraturan
lain yang juga dapat saling berkesinambungan seperti Undang-undang peternakan
dan Kesehatan Hewan, Undang-undang Kesehatan, Undang-undang Pangan,
Undang-undang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Kepabeanan, dan lain-
lain sehingga wawasan karantina ke depan dituntut untuk dikembangkan. Luasnya
wawasan karantina akan membawa karantina sebagai bagian dari perdagangan,
dan transportasi hewan dan produk-produknya baik nasional maupun
internasional, bagian dari kesehatan nasional, baik kesehatan hewan (animal
health) maupun kesehatan lingkungan (environment health), bagian dari
keamanan pangan (food savety) dan ketahanan pangan (food security), serta
bagian dari sistem dan usaha agribisnis.
31
BAB IV
DOKTER HEWAN ENTEPRENEUR
Karakter Entrepreneur
Terdapat beberapa karakteristik yang harus dimilikioleh seorang Entrepreneur,
yaitu :
1. Creation, menciptakan suatu peluang bisnis dari peluang yang ada
2. Innovation, mengembangkan inovasi dalam lingkup bisnisnya yang meliputi
produk baru, proses, market, material dan organisasi.
3. Risk Undertake, setiap Entrepreneurmenerima dan mengambil resiko
bahwa bisnis yang dijalankannya mungkin akan mengalami kerugian atau
kegagalan.
4. General Management, pemilik bisnis harus dapat mengelola dan
mengalokasikan sumber dayanya yang terbatas, dan yang terakhir adalah
performance intention, menciptakan pertumbuhan yang tinggi dan
menghasilkan laba. (Suryana, 2006)
Tahap-tahap Entrepreneurship
32
Menurut Suryana (2006) Ada tahap-tahap yang dilakukan oleh seorang
Entrepreneurdalam menjalankan usahanya. Secara umum tahap-tahap dalam
melakukan Entrepreneurship:
a. Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat tantangan
atau peluang usaha baru dan dilanjutkan dengan kemungkinan dan adanya
keinginan untuk membuka usaha baru. Tahap ini juga memilih jenis usaha yang
akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa atau usaha yang
lain.
b. Tahap melaksanakan usaha
Dalam tahap ini seorang Entrepreneurmengelola berbagai aspek yang terkait
dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: menjalankan bentuk usaha,
pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi
bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan
melakukan evaluasi.
c. Tahap mempertahankan usaha
Tahap di mana Entrepreneurberdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan
analisis untuk mengatasi sagala masalah dan hambatan dalam menjalankan
usahanya.Entrepreneuryang berhasil adalah yang mampu mempertahankan
usahanya dari segala hambatan, tantangan, dan masalah yang ada sehingga
usahanya dapat berjalan dengan lancar.
d. Tahap mengembangkan usaha
Tahap ini adalah di mana Entrepreneurberdasarkan hasil yang telah dicapai
melakukan analisis perkembangan dan inovasi untuk ditindaklanjuti sesuai dengan
kondisi yang dihadapi.Dalam perkembangannya bisa dengan memperbanyak
relasi, memperbarui metode dan sistem, memperbarui produk yang dihasilkan,
memperbesar dan memperluas usaha, menambah kualitas, menambah pelayanan,
menambah tenaga kerja.Dalam tahap ini Entrepreneur melakukan kontribusi
ekonomi dalam jangka panjang terhadap manusia, alam dan lingkungan. Dari
33
manfaat pengembangan usaha ini dapat diperoleh secara jelas, kontribusi untuk
masalah lapangan kerja, yaitu akan ada penambahan tenaga kerja.
Proses Entrepreneurshipdiawali dengan suatu aksioma, yaitu adanya
tantangan. Dari tantangan tersebut timbul gagasan, kemauan dan dorongan untuk
berinisiatif, yang tidak lain adalah berfikir kreatif dan bertindak inovatif sehingga
tantangan tadi teratasi dan terpecahkan. Semua tantangan pasti memiliki risiko,
yaitu kemungkinan berhasil atau tidak berhasil. Oleh sebab itu
Entrepreneuradalah seorang yang berani menghadapi risiko dan menyukai
tantangan (Suryana, 2006)
Fungsi dan peran Entrepreneurdapat dilihat melalui dua pendekatan yaitu
secara mikro dan makro.Secara mikro Entrepreneurmemiliki dua peran, yaitu
penemu (innovator) dan perencana (planner). Sebagai penemu Entrepreneur
menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, teknologi, cara,
ide, organisasi dan sebagainya. Sebagai perencana Entrepreneurberperan
merancang tindakan dan usaha baru, merencanakan strategi usaha yang baru,
merencanakan ide-ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi
perusahaan yang baru dan lain-lain.Secara makro peran Entrepreneuradalah
menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan dan kesempatan kerja yang
berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu Negara.(Suryana,
2006).
Seorang Entrepreneur adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis,
dengan menghadapi risikodan ketidakpastian dan bertujuan untuk mencapai laba
serta pertumbuhan melalui pengidentifikasian peluang-peluang melalui kombinasi
sumber daya yang diperlukan untuk mendapatkan
manfaatnya.Entrepreneurmelihat potensi yang dilihat kebanyakan orang sebagai
masalah atau bahkan yang tidak terpikirkan sama sekali oleh kebanyakan orang,
karakteristik yang menjadikan mereka lebih tertarik mencari dan memanfaatkan
peluang (Suryana,2006).
Cattery
34
Cattery adalah tempat di mana breeder memelihara dan melakukan aktifitas
pembiakan.dan Breeder (pembiak) ialah orang yang membiakkan (kucing) dengan
sengaja untuk tujuan menghasilkan anakan.Tujuan Cattery adalah menjaga
kemurniaan genetik kucing yang dibiakkan dengan cara: melakukan pembiakan
kucing sesuai dengan rasnya yaitu peraturan pembiakan/genetik yang telah
ditentukan dan membuat laporan perkawinan yang sebenarnya untuk dapat
diterbitkan sertifikat silsilah kucing yang dibiakkan (Lung Cattery, 2015).
35
4. Menyiapkan Buku kesehatan/medical record, buku vaksin dan buku transfer
balik nama
5. Menjaga kebersihan dan kenyamanan ruang pemeliharaan kucing dan ruang
isolasi
6. Menjaga kesehatan dan kebersihan kucing
2. Indukan yang akan melahirkan atau anakan yang belum disapih harus
mempunyai area/kamar yang terpisah
3. Ada area yang harus dibuat lebih dari satu tingkat untuk latihan dan area
tidur dan/atau perlindungan harus termasuk didalamnya
4. Semua area harus sesuai untuk akses manusia dan tahan cuaca
36
2. Ruang terpisah untuk melahirkan dan menyusui
Tempat untuk pembuangan sampah yang tertutup dan terpisah dari rumah
induk.
Kandang
1. Ukuran kandang untuk 1 (satu) ekor kucing dengan berat badan ± 4 kg
minimum lebar 63 cm × panjang 90 cm × tinggi 65 cm
2. Apabila dibutuhkan untuk lebih dari 1 (satu) ekor, maka ukuran kandang
harus lebih besar dari ukuran tersebut
5. Besar pintu kandang harus membuat kucing dapat keluar masuk kandang
secara leluasa
Tidak berkarat dan terbuat dari bahan yang aman bagi kucing dan
kesehatannya seperti alumunium
37
Peraturan Pembiakan
a) Umum
Pejantan
Sebelum digunakan sebagai pejantan, seekor kucing jantan harus
mempunyai sertifikat sari dokter hewan yang menyatakan bahwa kedua testikelnya
normal dan keduanya berada dalam kantung scrotal (ICA, 2016).
Indukan
Indukan sebaiknya tidak melahirkan lebih dari 4 (empat) kali anakan
dalam kurun waktu 24 (dua puluh empat) bulan kecuali dengan adanya
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari dokter hewan dan/atau Komisi Pembiakan
dan Registrasi.Indukan yang setelah dua kali di operasi Caesar tidak boleh
dipergunakan lagi untuk pembiakan (disarankan untuk dilakukan sterilisasi)
Indukan yang telah dikawinkan/dipacakan tidak boleh dipacakan kembali dengan
38
pejantan lainnya dalam kurun waktu 3 (tiga) minggu dari pemacakan sebelumnya
(ICA, 2016).
Microchip
Semua kucing yang dibiakan harus diidentifikasikan dengan microchip dan
kode pengidentifikasian dari kedua orangtua akan didokumentasikan dalam
sertifkitas silsilah.
c) Akomodasi
39
Persyaratan Umum
Tempat tinggal, tempat tidur, tempat makanan, tempat pasir, dll harus dijaga
kebersihannya setiap waktu.Kucing harus mempunyai tempat minuman dengan air
bersih setiap saat, makanan yang tepat apabila diharuskan atau ditentukan, tempat
tidur yang nyaman, peralatan permainan dan aktivitas dan tiang panjat atau
sejenisnya.Kucing harus mempunyai tempat yang cukup dimana mereka bisa
bergerak dan bermain dan menikmati kehidupan layak seperti di habitat tinggal
sebagaimana mestinya (ICA, 2016).
Untuk kucing-kucing yang tidak terbiasa dengan suhu yang ekstrim, suhu
diantara 10°C sampai 35°C (50°F sampai 95°F) diperbolehkan, tapi suhu dibawah
atau diatas kisaran tersebut memerlukan tambahan peralatan seperti pemanasan
atau pendinginan ruangan. Fasilitas ventilasi harus tersedia dengan udara segar
(jendela, pintu, Air Conditioning) untuk mengurangi bau, kelembaban dan aliran
udara. Pencahayaan alami atau buatan harus tersedia.Fasilitas pembersih dan
desinfektan untuk lantai, dinding dan perabotan harus selalu tersedia.Walaupun
seekor kucing senang ditemani dengan kucing-kucing lain, berdesakan dalam
kandang harus dihindari karena dapat mengakibatkan stress dan menimbulkan
agresi, selain itu dapat meningkatkan resiko penularan penyakit. Setiap kucing
maupun anakan harus diberikan perhatian perindividu setiap harinya, hari ini
termasuk perawatan pengecekan kesehatan secara umum (ICA, 2016).
40
Kucing harus diberikan tempat perlindungan/berteduh yang cukup,
sehingga dapat terhindar dari sengatan sinar matahari langsung
Dalam hal kasus ini, kucing harus dapat jalan keluar atau masuk
kedalam ruangan untuk dapat terhindar atau berlindung apabila
terjadi hujan
Pada lokasi tersebut harus dibangun fasilitas untuk saluran
pembuangan air
Anakan kucing
Anakan kucing tidak boleh dipindahtangankan ke pemilik yang baru,
sebelum mereka berumur 12 minggu dan harus dalam kondisi telah divaksin
terhadap Panleucopenia dan ‘flu kucing’, kecuali ada penyebab hal lain yang
disarankan oleh dokter hewan (ICA, 2016).
Pejantan
Menurut ICA (2016) kucing pejantan yang tinggal dalam sarana akomodasi
tertutup harus mempunyai:
Apabila akomodasi ini dibagi, maka permukaan yang tersedia harus lebih
besar
Pada semua akomodasi harus ada lebih dari satu tingkat dan area tempat
tidur atau perlindungan khusus
Semua area harus sesuai untuk akses manusia
Indukan
Semua kelahiran harus ditunggui, untuk berjaga-jaga bila timbul
masalah.Indukan yang akan melahirkan atau anakan yang belum disapih harus
mempunyai area/kamar terpisah (ICA, 2016)
Pengembangbiakan
Usia
- Betina : ± 12-24 bulan
- Jantan : ± 18 bulan
Pemeriksaan sebelum perkawinan
41
- Pemeriksaan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit dalam termasuk
parasite dan virus-virus
- Cek kembali jadwal vaksin bila sudah lebih dari 3 bulan maka kucing
tersebut (betina & jantan) harus divaksin ulang (ICA, 2016)
- Berikan obat cacing pada kucing betina agar anak yang dilahirkan tidak
tertular
- Kucing betina harus pada berat idealnya pada saat dikawinkan (ICA,
2016).
Siklus Birahi
Ada lima tahap masa birahi:
o Anestrus : pejantan tidak tertarik pada betina dan sebaliknya
o Interestrus bila dia tidak dikawinkan, maka dia akan mengalami tahap ini
berlangsung selama 1 minggu
o Metestrus : apabila dia dikawinkan tetappi tidak hamil, maka dia
memasuki tahap ini yang berlangsung selama 5-7 minggu
Kalau perkawinannya berhasil maka dia akan mengandung selama ± 62-65 hari
(ICA, 2016).
42
Berikan kandang yang luas agar dia bia bergerak lebih leluasa
Selama hamil sebaiknya kucing betina tidak dimandikan, hal ini untuk
menghindari stress yang dapat mengakibatkan keguguran (ICA, 2016)
Proses Persalinan
Sebelum Melahirkan
Tanda pasti bahwa sebentar lagi akan melahirkan adalah air ketubannya
pecah & mengalir seperti air kencing. Persiapkan beberapa peralatan untuk proses
kelahiran seperti:
- Gunting kecil untuk memotong tali pusar
- Handuk atau lap atau tissue untuk membersihkan bayi kucing yang baru
lahir, terutama jika induknya tidak mau menjilatinya
Ketika Melahirkan
- Kucing mulai mengejan → keluar air ketuban → keluar bayi disusul
ari-arinya
- Perhatikan apakah kucing bisa menolong anaknya? Kalau tidak bantu
- Setelah bayi keluar, buka selaputnya
- Bersihkan dengan handuk/tissue bagian mulut & hidung → pastikan
sudah benar-benar bersih lalu ikat tali pusar dengan benang
- Gunting tali pusar sepanjang 3 cm
- Bersihkan seluruh tubuhnya
43
- Jarak kelahiran bayi kucing yang pertama dan seterusnya berbeda-
beda, ada yang 15’, 30’ bahkan 1-2 jam. Bila >2 jam, cepat konsultasi
ke dokter hewan (ICA, 2016)
Setelah Melahirkan
- Setelah melahirkan, induk betina harus dibersihkan buludisekitar
payudaranya harus dipotong dan dibersihkan dengan air hangat agar
ketika anaknya menyusu tidak terkena berbagai penyakit.
- Alas kandang diganti dengan baru berupa kain bersih, setelah itu
dekatkan lagi bayi kucing kepada induknya agar induknya mau
menyusui. Pasang lampu didalam kandang, agar bayi kucing menjadi
hangat. Lampu ini dipasang selama 1-2 minggu
- Kita harus menjaga bayi kucing yang baru lahir secara hati-hati dan
memberikan kasih sayang yang lebih. Kita harus mengawasinya
jangan sampai bayi kucing terjepit kandang atau tertindih induknya. 1-
7 hari setelah bayi kucing lahir merupakan masa yang palig penting,
karenanya kita harus lebih memperhatikannya lagi. (ICA, 2016)
Dalam merawat anak kucing- ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti pada Tabel 3.1
44
yang baru lahir mendapat susu pertama dari
induknya pada hari itu. Susu pertama mengandung
kolostrum yaitu antibody yang dapat membantu
melindungianak-anak kucing tersebut dari
infeksi.kemampuan dari anak-anak kucing ini
untuk menyerap antibody akan berhenti setelah
24-48 jam
1-3 Hari Tali pusar harus hati-hati diperiksa, untuk melihat tanda-
tanda akan adanya radang atau infeksi
2 Hari Beberapa dari anak kucing kehilangan sedikit berat badan
selama hari pertama mereka, tapi akan bertambah setelah
hari kedua dan terus meningkat sesudahnya. Seekor anak
kucing yang sehat pada saat lahir selalu tidur dan
menyusu. Jika seekor anak kucing terlihat lemah atau
menangis setiap saat, berarti telah terjadi sesuatu yang
tidak beres (konsultasikan kepada dokter hewan)
3-5 Hari Tali pusar telah lepas
5-10 Hari Mata mulai terbuka, pandangan masih buram.
Anak-anak kucing terlahir dengan mata berwarna
biru
45
Jauhkan anak-anak kucing dari cahaya yang
menyilaukan
46
untuk berlatih
8 Minggu Vaksinasi pertama melawan virus Feline Respiratory
Disease-Rhino Tracheitis (FVR) dan Calicivirus (FCV)
dan Panleukopenia (Feline Infectious Enteritis) dapat
diberikan sekarang
12 Minggu Gigi dewasa akan mulai untuk tumbuh
12 Minggu Anak-anak kucing telah berusia 12 minggu dan telah
cukup besar untuk meninggalkan kandang dan pindah ke
tempat/kandang yang baru.
Sumber : ICA (2016)
2. Biaya Instalasi AC, untuk ruangan 3x4 m butuh AC minimal ukuran 3/4
PK. Harganya sekitar 3jt an.
47
2. Biaya listrik per bulan minimal Rp 1 juta
4. Biaya pakan perbulan minimal Rp 400 ribu per ekor, 2 kucing menjadi Rp.
800 ribu.
7. Biaya lainnya (kapas, tissue, cairan pembersih dll) minimal Rp 300 ribu
8. gaji owner / opportunity cost untuk owner minimal Rp. 2.000.000 per
bulan
Total biaya per bulan Rp. 7.050.000, biaya setahun = Rp 84.600.000
Biaya yang rutin tahunan (1,1 juta) dengan rincian :
1. Biaya vaksin per ekor Rp 300 ribu
2. Biaya obat cacing per 3 bulan 100 ribu per ekor, .setahun menjadi Rp 400
ribu, untuk 2 ekor menjadi Rp. 800 ribu
(Lung Cattery, 2015)
48
cattery lebih optimal serta dapat menekan biaya kesehatan dari kucing yang
dikembangbiakannya serendah mungkin.
BAB V
GLOBALISASI & ZOONOSIS
49
Peran dokter hewan sebagai profesi medis yang memiliki kompetensi dan
tanggung jawab untuk memberikan jaminan kesehatan hewan dalam mewujudkan
kesehatan dan kesejahteraan manusia sangatlah dibutuhkan. Sesuai dengan
semboyannya ”Manusya Mriga Satwa Sewaka” yang bermakna mensejahterakan
manusia melalui kesejahteraan hewan artinya adalah mengabdi untuk
kesejahteraan manusia melalui kesejahteraan hewan. Hewan yang ditangani dapat
berupa semua jenis hewan misalnya ternak (Farm Animal, Livestock seperti sapi,
kambing, domba, ayam, itik dan sebagainya), satwa liar, hewan kesayangan (Pet
Animals) dan hewan-hewan akuatik (ikan, mamalia air, dan sebagainya).
Demikian luas tugas dokter hewan sehingga dokter hewan bisa termasuk
dalam konsep profesi medis (Medical Profesions) yang tunduk pada International
Medical Ethics, dan termasuk dalam profesi pertanian (Agriculturist). Selain itu,
seorang Dokter Hewan harus pula memahami Ilmu Kesehatan Masyarakat
Veteriner (Veterinary Public Health) guna ikut bertanggung jawab pada kesehatan
masyarakat yang berhubungan dengan hewan (pemeriksaan susu, daging dan
produk-produk hewan yang lain), penyakit zoonosis, epidemiologi, karantina, dan
sebagainya.
Dokter hewan adalah salah satu pondasi utama dalam mensejahterakan
manusia.Jika pondasi ini rapuh maka mewujudkan kesejahteraan manusia hanya
angan belaka. Seperti halnya suatu bangunan jika pondasi terlalu lemah maka
dengan guncangan kecil pun dapat merobohkannya.Begitu pun dengan kesehatan
manusia.Seperti yang pernah Virchow katakan, “kedokteran hewan (Veterinarian)
dan kedokteran manusia (Physisian), merupakan satu kesatuan, tidak ada
pembatas diantara keduanya.Hal ini karena, peran keduanya dalam mewujudkan
kesehatan global, bersifat mendasar.
Dokter hewan mungkin tidak populer di Indonesia, tetapi bukan berarti
tidak diperlukan. Namun disisi lain dokter hewan juga merasa dikucilkan. Padahal
peran dokter hewan dengan manusia itu sebanding. Hanya saja dokter hewan
melakukannya melalui upaya penyehatan hewan dan lingkungannya, keamanan
produk hewan dan pencegahan penyakit-penyakit yang bersumber hewan yang
50
dapat menular ke manusia. Dalam hal ini masyarakat perlu diberi pemahaman
mengenai peran profesi dokter hewan.
Definisi Zoonosis
Zoonosis adalah penyakit hewan yang secara alami dapat menular ke
manusia atau sebaliknya.Zoonosis sendiri berasal dari bahasa yunani “Zoon” yang
artinya hewan dan “Noson” yang artinya penyakit. Beberapa tahun belakangan
ini, dunia mengalami sejumlah kejadian munculnya emergingdanre-emerging
zoonoses yang mengkhawatirkan, Kemunculan penyakit-penyakit zoonosis
tersebut dipicu oleh iklim, faktor kepadatan populasi yang mempengaruhi induk
semang, pathogen atau vector serta perubahan habitat hidup hewan.
Menurut UU No. 6 tahun 1967 pengertian zoonosis adalah penyakit yang
dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya atau disebut juga
Anthropozoonosis. Begitu pula dalam UU No. 18 tahun 2009 tentang peternakan
dan kesehatan hewan, sebagai pengganti UU No. 6 tahun 1967 dinyatakan bahwa
penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada
manusia dan sebaliknya. Sedangkan pengertian zoonosis yang diberikan WHO,
zoonosis adalah suatu penyakit atau infeksi yang secara alami ditularkan dari
hewan vertebrata ke manusia.
Menurut badan Kesehatan sedunia (OIE=Office Internationale
Epizooticae) zoonosis merupakan penyakit yang secara alamiah dapat menular
diantara hewann vertebrata dan manusia. Penyakit yang tergolong dalam zoonosis
dengan penyebaranpenyakit tersebar ke seluruh penjuru dunia dan yang sering
ditemukan di Indonesia misalnya antraks, rabies, leptospirosis, brucelosis,
toxoplasmosis, tuberkolosis, salmonellosis, avian Influenza, dan lain-lain
(Sitepoe, 2009).
Untuk penyakit zoonosis yang disebabkan bakteri dan pernah mewabah di
Indonesia yaitu anthrax. Bakteri penyebab anthrax yaitu Baccillus Anthraxis yang
sering menyerang sapi. Penularan ke manusia disebabkan manusia mengkonsumsi
daging yang mengandung virus anthrax. Penyakit ini juga dapat menyebabkan
kematian pada manusia.
51
Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit misalnya toxoplasma
gondii. Parasit ini sering ditemukan pada kucing dan kambing. Pada kucing
biasanya ditularkan karena manusia sering kontak langsung dengan kucing, air
liur kucing, dan perabotan makan manusia yang dijilati oleh kucing. Pada
kambing ditularkan jika manusia mengkonsumsi daging kambing yang belum
matang, biasanya berupa sate ataupun steak. Efek yang ditimbulkan bagi wanita
hamil adalah keguguran, dan pada pria dapat menyebabkan kemandulan. (putri
wulandari 2013)
52
strategis di Indonesia yaitu rabies, anthrax, avian influenza, salmonellosis dan
brucellosis.
Zoonosis bersumber hewan yang penting lainnya dan perlu mendapatkan
perhatian antara lain schistosomiasis,cysticercosis/taeniasis,tuberculosis,
leptospirosis, toxoplasmosis,Japanese encephalitis, streptococosis /
staphylococosis, dan clostridium (tetanus). Zoonosis yang berkaitan dengan
keamanan pangan (foodborne zoonoses) di Indonesia antara lain
camphylobacteriosis, salmonellosis, shigella, yersinia, verocyto toxigenic
Escherichia coli (VTEC), dan listeriosis. Sedangkan penyakit zoonosis yang
dikategorikan zoonosis eksotik untuk Indonesia antara lainbovine spongiform
encephalopathy (BSE) atau dikenal juga dengan istilah sapi gila, Nipah / Hendra
virus, ebola, dan rift valley fever (RVF).
Dampak Zoonosis
Dari penyakit yang masuk kedalam kategori menular baru
muncul(emerging infectious disease/EID) yang menyerang manusia, 60.3%
diantaranya disebabkan oleh zoonosis. Mayoritas EID zoonosis tersebut berasal
dari hewan liar (71.8%) (contohnya: severe acute respiratory virus/SARS, Ebola
virus), dan jumlahnya cenderung meningkatdari waktu ke waktu. Berbeda dengan
penyakit hewan atau ternak yang tidak bersifat zoonotik, zoonosis selain memiliki
beban terhadap ekonomi juga berdampak pada kesehatan dan ketentraman bathin
masyarakat.
Dalam sudut pandang ekonomi, zoonosis memiliki potensi yang besar
untuk menyebabkan kesakitan dan kematian hewan/ternak. Jika hal ini terjadi
dampak ekonomi terutama akan dirasakan oleh peternak namun selain itu
konsumen juga akan merasakan dampaknya apabila zoonosis merebak hingga
menyebabkan kekurangan suplai ternak/daging untuk konsumsi. Selain itu,
zoonosis bisa berdampak terhadap keengganan wisatawan untuk berwisata ke
daerah daerah yang tertular zoonosis sehingga menimbulkan juga kerugian dari
sisi pariwisata.
53
Dari sisi kepentingan perdagangan internasional, zoonosis menjadi
penghambat Negara Indonesia melakukan exportasi hewan maupun produk hewan
ke luar negeri. Hal ini telah terbukti dengan penyakit Avian Influenza (Flu
Burung) di Indonesia. Sebelum tahun 2003 dimana Indonesia masih sebagai
Negara bebas Avian Influenza, Indonesia mampu melakukan eksportasi produk
unggas ke beberapa Negara antara lain Jepang dan Singapura. Setelah Avian
Influenza masuk ke Indonesia eksportasi terpaksa dihentikan karena penolakan
dari Negara pengimpor, hal ini berdampak besar pada pendapatan devisa Negara.
Dari sisi kesehatan dan ketentraman bathin masyarakat, manusia yang
terinfeksi zoonosis dapat berakhir dengan kematian, selain itu beban biaya
kesehatan yang di butuhkan apabila orang tersebut harus mendapatkan perawatan.
Jika hal semacam ini sebelumnya dapat dicegah tentunya akan menekan biaya
kesehatan negara. Di daerah tertular masyarakat juga akan selalu marasa khawatir
akan tertular zoonosis ini.
54
bisa berasal dari ternak, satwa liar, hewan air maupun hewan yang berperan
sebagai hama seperti tikus dan juga dari produk asal hewan baik produk pangan
maupun non pangan. Pengendalian zoonosis memerlukan sebuah program yang
terintegrasi mulai pengendalian zoonosis yang menyerang hewannya, pencegahan
penularan zoonosis dari hewan ke manusia serta penanganan zoonosis di manusia.
Di bidang veteriner (kedokteran hewan) terdapat dua aspek yang terkait
erat dengan pengendalian zoonosis yaitu aspek pengendalian penyakit hewan
(Kesehatan Hewan) dan aspek Kesmavet. Kesehatan Hewan melakukan upaya
pengendalian dan pemberantasan semua penyakit hewan (termasuk zoonosis)
sementara Kesehatan Masyarakat Veteriner sebagai penghubung antara aspek
kesehatan hewan dengan kesehatan manusia memiliki peran yang cukup strategis
dalam upaya pengendalian zoonosis terutama dalam upaya pencegahan penularan
zoonosis dari hewan ke manusia.
Peran utama Kesmavet dalam pengendalian zoonosis ini adalah:
1) Pemutusan mata rantai penularan zoonosis dari hewan ke manusia;
2) Penjaminan kesejahteraan hewan terkait pengendalian zoonosis; dan
3) Komunikasi, informasi dan edukasi masyarakat tentang zoonosis.
Dari tiga poin diatas dapat kita ketahui merupakan suatu hal yang harus
saling berkontribusi untuk mengatasi proses pengendaliin dan pencegahan
penyakit zoonosis yang dewasa ini menjadi penyakit global yang mengancam
kesehatan manusia. Tapi hal tersebut tidak berdiri sendiri tapi harus saling
berikatan satu sama lain, dan mendapat dorongan dari pihak terkait ataupun
kesadaran dari manusia itu sendiri akan bahaya penyakit zoonosis.
Dokter hewan merupakan suatu profesi yang berada dibidang keseahatan
hewan, oleh sebab itu disinilah peran dokter profesi dokter hewan untuk
mencegah terjadinya korban akibat dari salah satu penyakit zoonosis yang
disebutkan diatas.Semua kesehatan yang berkaitan dengan hewan merupakan
sebuah tanggung jawab sepenuhnya dokter hewan, karena semua hal tersebut
sudah diatur dalam kode etik dokter hewan dan undang-undang pemerintah.
BAB VI
POTENSI HEWAN EKSOTIK & PERUNGGASAN
55
DOKTER HEWAN EKSOTIK
56
Meskipun kaya, namun Indonesia dikenal juga sebagai negara yang
memiliki daftar panjang tentang satwa liar yang terancam punah. Saat ini jumlah
jenis satwa liar Indonesia yang terancam punah menurut IUCN (2011) adalah 184
jenis mamalia, 119 jenis burung, 32 jenis reptil, 32 jenis ampibi, dan 140 jenis.
Jumlah total spesies satwa Indonesia yang terancam punah dengan kategori kritis
(critically endangered) ada 69 spesies, kategori endangered 197 spesies dan
kategori rentan (vulnerable) ada 539 jenis (IUCN, 2013). Satwa-satwa tersebut
benar-benar akan punah dari alam jika tidak ada tindakan untuk
menyelamatkanya.
57
( atau lebih ) per minggu. Beberapa dokter hewan satwa liar melakukan penelitian
atau mengobati pasien di lapangan, sehingga mungkin terlibat untuk beberapa
praktisi.
Dokter hewan dapat bekerja terutama sebagai hewan kecil, kuda, atau dokter
hewan hewan besar dan menggabungkan jalur karir dengan pekerjaan satwa liar.
Dokter hewan satwa liar lainnya dapat memilih untuk bekerja secara eksklusif
dengan binatang eksotis atau spesies satwa liar asli.Dokter hewan satwa liar dapat
bekerja di bidang pendidikan (sebagai dosen atau guru biologi), penjualan farmasi
kedokteran hewan, militer, organisasi pemerintah, fasilitas penelitian atau
laboratorium, pusat rehabilitasi satwa liar, taman binatang, museum, atau
akuarium.
Dalam hubungan in-situ – ex situ bersama-sama ekolog, peran seorang dokter
hewan mutlak diperlukan untuk mengetahui lebih dahulu perilaku seekor satwa
liar di habitat aslinya. Sebab mereka nantinya yang akan menentukan dan
merekomendasikan sistim penangkaran dan husbandry (pemeliharaan) yang
paling tepat untuk seekor satwa liar di kebun binatang. Jangan sampai terjadi
bahwa seekor satwa yang dihabitat aslinya adalah satwa soliter, memerlukan
variasi makanan yang tinggi, space yang luas, atau untuk burung diperlukan
pohon yang tinggi, lalu di kebun binatang ditempatkan di kandang yang sempit,
dan ramai-ramai bersama sejenisnya, lalu diberi variasi makanan yang jauh dari
memadai, maka tidak akan sehatlah satwa tersebut, lalu cuma jadi satwa tontonan
dan akhirnya mati percuma begitu saja. Demikian juga untuk satwa-satwa yang
ingin dijadikan pet, seharusnya ikatan dokter hewan berani mengusulkan kepada
pemerintah untuk menyelidiki dan menentukan apakah seekor satwa langka
seperti orang utan boleh dipelihara orang-per orang seperti anjing dan kucing.
Semua dokter hewan satwa liar lulus dengan gelar dokter hewan (drh), yang
dicapai setelah selesai kursus menuntut studi yang meliputi spesies hewan baik
kecil dan besar. Saat ini ada 28 perguruan tinggi kedokteran hewan di Amerika
58
Serikat yang menawarkan gelar DVM untuk lulusan mereka, dan 8 perguruan
tinggi kedokteran hewan di Indonesia.
Dokter hewan yang aktif berkarya di satwa liar mungkin pernah suatu ketika
dihubungi oleh kolega praktisi lainnya untuk konsultasi tentang pasien mereka,
yang ternyata satwa liar yang dipelihara oleh kliennya. Saat itu mungkin kita
merasa senang bisa berbagi dan menolong kolega lainnya untuk menyelesaikan
kasus. Bisa dari hal kecil seperti identifikasi hewan, deskripsi karakteristik dan
perilaku, bagaimana cara handling ataupun restrain, tips untuk diagnosa hingga
cara terapi. Tetapi jika kita melihat ke poin awal bahwa itu adalah satwa liar yang
dipelihara, mungkin kita akan kaget melihat jumlahnya mulai cukup signifikan
dan beragam hewannya,seakan-akan mulai menjadi tren.
Jumlah satwa liar yang dipelihara dan dibawa periksa ke dokter hewan cukup
banyak. Mungkin dalam kurun waktu 3tahun belakangan ini sudah sampai
puluhan kasus, tersebar di kota besar maupun kota kecil. Hewan yang beragam
mulai dari jenis-jenis reptil, burung tertentu yang tidak umum, musang, hingga
primata mulai dari monyet ekor panjang hingga yang langka seperti kukang,
lutung, owa, siamang bahkan orangutan. Kasus yang ditangani juga cukup
59
beragam, tetapi biasanya yang terlihat umum seperti rhinitis,diare, luka trauma,
sampai yang terberat adalah tetanus. Kemudian ada juga semacam permintaan
khusus dari klien yang sering terjadi seperti permintaan cabut kuku,
cabut/potong/pangkur taring, hingga vaksinasi. Hal yang positif yang bisa kita
lihat adalah kesadaran merawat kesehatan para pemilik hewan cukup baik. Akan
tetapi jika hewan yang dirawat adalah satwa liar dan terkadang juga satwa liar
yang dilindungi, ini sangat menyedihkan.
Menurut UU, definisi Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani
yang hidup di darat dan/atau di air, dan/atau di udara. Sedangkan definisi Satwa
liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan/atau di air, dan/atau di udara
yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia. Sebagai referensi, berikut adalah beberapa peraturan
yang menyinggung soal memelihara satwa liar :
60
satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat
lain di dalam atau di luar Indonesia;
e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau
memiliki telur dan/atau sarang satwa yang dilindungi.
(1) Setiap orang dapat memelihara jenis tumbuhan dan satwa liar untuk tujuan
kesenangan.
(2) Tumbuhan dan satwa liar untuk keperluan pemeliharaan untuk kesenangan
hanya dapat dilakukan terhadap jenis yang tidak dilindungi.
Pasal 38
Menteri menetapkan batas maksimum jumlah tumbuhan dan satwa liar yang dapat
dipelihara untuk
kesenangan.
Pasal 39
(1) Tumbuhan dan satwa liar untuk keperluan pemeliharaan untuk kesenangan
diperoleh dari hasil
penangkaran, perdagangan yang sah, atau dari habitat alam.
(2) Pengambilan tumbuhan liar dan penangkapan satwa liar untuk keperluan
pemeliharaan untuk
kesenangan diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 40
(1) Pemelihara jenis tumbuhan dan satwa liar untuk kesenangan, wajib :
a. memelihara kesehatan, kenyamanan, dan keamanan jenis tumbuhan atau satwa
liar
peliharaannya;
b. menyediakan tempat dan fasilitas yang memenuhi standar pemeliharaan jenis
tumbuhan dan
satwa liar.
(2) Ketentuan pelaksanaan mengenai kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur lebih
61
lanjut dengan Keputusan Menteri.
Pasal 41
(1) Pemerintah setiap 5 (lima) tahun mengevaluasi kecakapan atau kemampuan
seseorang atau
lembaga atas kegiatannya melakukan pemeliharaan satwa liar untuk kesenangan.
(2) Untuk keperluan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemelihara
satwa liar wajib
menyampaikan laporan berkala pemeliharaan satwa sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh
Menteri.
Animal Welfare
62
hidupnya.Yang pertama, ada yang menganalisa perasaan binatang saja. Yang
kedua, ada yang memeriksa jika binatang sehat dan jika binatang mempunyai
perilaku menyimpang atau tidak. Yang ketiga, ada yang mengevaluasi jika
binatangdibiarkan hidupdi lingkungan aslinya agar dapathidup sealami mungkin,
jadi perilaku alamiah sebanyak mungkin dapat ditunjukkan. Pada khususnya,
metode untuk mengevaluasi Kesejahteraan Binatangyang paling terkenal dan
berguna adalah The Five Freedoms (Lima Kebebasan Satwa).
Metode ini sudah dianggap sebagai metode internasional, dan RSPCA (Royal
Society for the Prevention of Cruelty Against Animals) percaya bahwa siapapun
yang memiliki binatang mempunyai tanggung jawab untuk memberi binatang itu
Lima Kebebasan ini:
63
2. Freedom from Discomfort – Kebebasan dari Ketidaksenangan:
memberikan kondisi lingkungan yang sesuai bagi binatang dan yang
menyenangkan.
3. Freedom from Pain, Injury and Disease – Kebebasan dari Kesakitan,
Luka - luka dan Penyakit: mencegah kemungkinan jatuh sakit atau
menderita luka - luka sebanyak mungkin, dan jika satwa masih jatuh
sakit atau menderita luka - luka menjamin bahwa hewan itu dapat
diperiksa oleh dokter hewan dan diobati.
4. Freedom to Behave Normally – Kebebasan untuk Bertindak dengan
Biasa, sebagai seekor binatang: memberikan lingkungan yang luas,
yang memungkinkan binatang melakukan gerakan alami dan bergaul
dengan binatang lain yang berjenis sama.
5. Freedom from Fear and Distress –Kebebasan dari Ketakutan dan
Stres: menjamin kondisi dan perlakuan satwa yang baik supaya
menghindari satwa dari ancaman kebosanan, stres, ketakutan dan
kesusahan.
KONSERVASI HEWAN
Pengelolaan konservasi satwa liar menjadi salah satu tugas dan tanggung
jawab dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen
PHKA) Kementerian Kehutanan. Kesehatan satwa liar (wildlife health) tidak
secara jelas ditangani oleh satu direktorat seperti di KKP, tetapi secara
kelembagaan berada di bawah tanggung jawab Direktorat Konservasi
Keanekaragaman Hayati (Direktorat KKH).
64
Satu hal yang penting dicermati bahwa medik konservasi bukanlah semata-
mata satu cabang ilmu kedokteran hewan, tetapi adalah suatu bidang interdisiplin
yang mempelajari keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan dengan kondisi
lingkungannya. Praktisi medik konservasi meliputi dokter dan dokter hewan
bekerja bersama dengan peneliti lainnya dari berbagai disiplin ilmu, termasuk ahli
mikrobiologi, ahli patologi, ahli analisa lansekap, ahli biologi kelautan, ahli
toksikologi, ahli epidemiologi, ahli biologi cuaca, ahli antropologi, ahli ekonomi,
dan ahli politik.
1. Karantina: Lalu lintas satwa harus diawasi dengan ketat, dan masa karantina
untuk menentukan layak tidaknya seekor satwa berpindah tepat harus benar-benar
diberlakukan. Di pelabuhan udara, laut dan perbatasan kota/propinsi semua
karantina seharusnya memiliki statiun pengamatan dengan fasilitas memadai dan
dokter hewan dan paramedis yang berkwalitas (qualified). Fasilitas Karantina juga
seharusnya menjadi kantor pencegahan perdagangan satwa liar ilegal, maka dalam
hal ini Ditjen Peternakan Deptan dan Ditjen PHKA Dephut harus bekerja sama.
Orang yang tidak bertanggung jawab harus dipidana karena melanggar undang-
undang. Bahkan penyelidikan dapat diteruskan sampai ditemukan pada
pembeli/pemesan, penadah, pengumpul, dan para maling di hutan. Satwa liar tidak
seharusnya dipelihara manusia dengan cara sembarangan.
65
2. Rescue and Rehabitation Plan untuk satwa masih hidup di sekitar habitat hutan
yang mengalami bencana/disaster seperti kena tembak, jerat, luka bakar,
keracunan, abandoned animal, dsb. Protokol yang perlu dipersiapkan dan
dikerjakan terdiri atas
Emergency Animal Care Facilities & Contact Person: klinik atau rumah
sakit hewan terdekat, laboratorium pemeriksa, laboratorium penguji, dokter-
dokter hewan dan paramedis yang dapat dihubungi segera untuk membantu
menangani kasus dengan segera. Sudah selayaknya di setiap Taman Nasional d
Indonesia di pekerjakan seorang dokter hewan atau setidaknya seorang diploma
kedokteran hewan dilengkapi dengan fasilitas, material dan peralatan standar
penanganan darurat seperti senjata dan obat bius, kandang sementara, obat-obat
lain, dsb yang setidaknya mampu melakukan penanganan pertama pada kasus
wild animal disaster
66
sebelumnya berasal dari klinik/rumah sakit/kebun binatang dengan prosedur
pelepasan satwa yang lengkap, setelah melalui pemeriksaan kesehatan dan masa
rehabilitasi yang memadai untuk kembali hidup di habitat liarnya. Jangan sampai
satwa yang dilepas kembali ke hutan membawa penyakit dari kehidupan di sekitar
manusia dan atau terlalu lama dalam masa penyembuhan sehingga tidak mampu
kembali ke habitatnya.
Peran dokter hewan dalam dunia ‘pemanfaatan’ satwa liar, cukup jelas.
Sebagian sudah disinggung di atas dalam study. Namun selain itu yang penting
adalah monitor kesehatan satwa secara terus menerus dan pencegahan zoonosis
(penyakit yang dapat berpindah antara satwa-manusia), seperti yang dilakukan
pada domestic animals dan isu flu burung yang masih marak sekarang ini.
67
hewan harus memahami betul profesi yang digelutinya agar bisa bermanfaat
dengan baik untuk Kesejaheraan Hewan.
Wildlife Veterinarian (dokter hewan satwa liar) adalah praktisi yang
mengkhususkan diri dalam mengobati berbagai jenis satwa liar termasuk burung,
amfibi, reptil, dan mamalia. Dokter hewan satwa liar berlisensi profesional
kesehatan hewan yang dilatih untuk mengobati berbagai spesies.
68
memanfaatkan mikroba dalam membantu mencerna zat-zat makanan seperti serat.
Mikroba itu sendiri juga dapat dimanfaatkan oleh hewan ruminansia sebagai
sumber protein. Lain halnya dengan hewan monogastrik yang tidak mampu
mencerna dan memanfaatkan makanan berserat sebanyak hewan ruminansia
karena hewan monogastrik memiliki alat pencernaan atau lambung hanya satu.
2. Manajemen Pakan
69
2. Unggas baru yang akan dimasukkan ke kandang harus dipastikan
bebas dari berbagai penyakit
3. Lingkungan kandang harus bersih dan kering
4. Pisahkan ungags yang sakit dari unggas yang sehat
5. Lakukan pencegahan stress akibat transportasi karena stress
akan menyebabkan unggas mudah terserang penyakit
6. Pembersihankandang dan peralatan dilakukan setiap hari
1. Isolasi
2. Kontrol traffic
3. Sanitasi
4. Vaksinasi
5. Mengenal gejala penyakit
6. Mengetahui cara pemberantasan penyakit
7. Indentifikasi unggas pembawa penyakit
8. Investigasi penyakit
Isolasi
- Unggas dipertahankan di dalam suatu kondisi dimana unggas
dijauhkan dari kemungkinan penyebab penyakit menular.
- Waktu antara pengosongan dan pengisian kandang unggas harus
dilakukan dengan benar.
- Jarak antara peternakan dan perumahan harus mengikuti aturan
yang ada.
- Keadaan fisik pagar dan tempat pencucian kaki harus tersedia.
Kontrol traffic
70
Mengontrol dan membatasi orang, peralatan, kendaraan dan
binatang lain masuk ke peternakan untuk mengurangi penularan penyakit
dan stres pada unggas.
Sanitasi
- Kebersihan dan desinfeksi kandang unggas, orang, peralatan,
gudang dan lingkungan harus dilakukan secara teratur.
- Kegagalan untuk melaksanakan sanitasi akan mengakibatkan
terjangkitnya suatu penyakit.
Vaksinasi
Investigasi penyakit
- Faktor yang paling penting dalam pengelolaan kesehatan unggas
adalah pengawasan kesehatannya (ada tidaknya penyakit, adanya
luka atau gangguan lainnya) secara umum dapat dibedakan dengan
unggas sehat.
- Perubahan konsumsi pakan dan minum serta penurunan produksi
telur.
71
Manajemen Pakan
Sebagai seorang dokter hewan harus menegetahui menejemen pakan yang
akan diberikan pada unggas
Nutrisi atau bahan makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan,
disukai, dan tidak membahayakan ternak (Tillman et.al., 1984).Selanjutnya
dikatakan bahwa bahan makanan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu bahan
makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Pada fase starter, kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari
protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium (Ca) 1%, phospor (P) 0,7-
0,9%, ME: 2800-3500 kkal/kg makanan. Sedangkan kuantitas pakan
terbagi/digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
Keseluruhan jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4
minggu sebesar 1.520 gram (Ardana, 2009).
Pada fase finisher kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari
protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, phospor (P)
0,7-0,9%, dan energi (ME): 2900-3400 kkal/kg. Sedangkan kuantitas pakan
terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur, yaitu:
72
2. Minggu ke - 6 (36 - 42 hari) 129 gram/ekor/hari
Keseluruhan jumlah pakan per ekor pada umur 29-56 hari adalah 3.829
gram pakan (Ardana, 2009)
Ada dua fungsi kandang bagi ternak yaitu sebagai fungsi primer dan
fungsi sekunder.
73
Apabila terjadi kesalahan atau abnormal dalam temperatur kandang maka
akan berdampak pada;
d. Batuk-batuk/ influenza
74
• Penyemprotan dilakukan setelah memenuhi standar kebersihan (lantai atas
dan bawah sudah bersih dan kotoran ayam sudah dibuang jauh dari lokasi
kandang.
• Penyemprotan pada fisik kandang (atas dan bawah) dan tanah dibawah
kandang
• Penyemprotan pada fisik kandang lantai atas dan bawah serta tirai
H -4 (empat hari sebelum doc in) penyemprotan formalin tahap III (tiga)
(campuran 1 liter formalin + 19 liter air), penyemprotan dilakukan ketika :
• Sekam ditabur, pasang tirai tengah dan tripleks atau seng plat dipasang
H -2 (dua hari sebelum doc in) disemprot dengan desinfektan (loguard atau
virukil), dengan dosis 25 ml + 10 liter air.
75
Polusi berupa bau menyengat yang timbul dari proses aktivitas
mikroorganisme pada sisa-sisa pakan maupun kotoran ternak.
Mengganggu kesehatan. Lalat banyak mengerumuni lingkungan kandang
yang tidak terjaga kebersihannya. Lalat tersebut menyebarkan penyakit
yang mengganggu kesehatan.
Endemi penyakit. Flu burung yang belakangan ramai dibicarakan, adalah
jenis penyakit ganas yang virusnya berkembang pada populasi ayam
Gas bio adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas mikroorganisme. Pada
hewan ternak sapi dan kambing, misalnya, kotorannya mengandung mikroba
tertentu yang secara otomatis berproses membentuk gas bio. Dalam teknik
lingkungan, kotoran tersebut dicampur dengan air, kemudian dimasukkan ke
dalam tangki pencerna gas bio.
• Pada pupuk padat endapan tersebut, telah terjadi proses oksidasi oleh
udara. Dampak terhadap pembaruan unsur hara tanah bisa lebih maksimal.
Indikasi pupuk padat yang baik adalah warnanya yang kehitam-hitaman
menyerupai tanah dan tidak mengeluarkan bau menyengat.
76
• Dalam proses pengolahan gas bio, limbah yang telah dicampur dengan air,
dilakukan penyaringan menggunakan media pasir dan kerikil. Endapan di
atas lapisan pasir inilah yang akan diproses menjadi pupuk padat,
sedangkan rembesannya akan diproses menjadi pupuk cair
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini dapat
muncul dalam beberapa bentuk yang berbeda:
77
Ayam, itik, angsa, ayam kalkun, ayam mutiara, burung puyuh, burung
kuau, burung merpati,“burung penyanyi” dan banyak burung liar lainnya
dapat dijangkiti oleh virus-virus ini. Bergantung kepada virus atau induk
semangnya, ternak-ternak unggas tersebut akan atau tidak akan
memperlihatkan tanda-tanda klinis.
Apa yang harus dilakukan bila terjadi tingkat kematian yang tinggi
• Bila anda mengamati kematian yang mencurigakan pada ternak unggas anda,
peternak danparamedik veteriner harus bekerja bahu membahu. Tujuan-tujuannya
adalah:
78
Menghilangkan virus dari peternakan yang terinfeksi sesegera mungkin.
Mencegah kontaminasi kepada peternakan lain.
Mencegah infeksi kepada manusia.
Melaporkan segera kepada Kepala Desa dan Pemuka Dusun/Kampung
serta Dinas Peternakan Kabupaten
Menulis informasi mengenai kejadian tersebut.
Biasanya, sebagian besar dari para produsen ternak usaha skala kecil tidak
memanfaatkan layanan paramedik veteriner dalam penanganan ternaknya
tersebut. Salah satu alasannya adalah karena nilai ekonomi dari beberapa
jenis ternak tidak memadai dibandingkan dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk paramedik veteriner atau tindakan perawatannya.
Walaupun demikian, ketika terjadi kematian ternak yang mencurigakan
tadi, sangat penting menginformasikannya kepada paramedik veteriner atau
dokter hewan kabupaten. Ini merupakan hukumnya, tetapi hal ini bukan
hukum semata, melainkan untuk kepentingan para peternak.
Mengapa?
Hal ini akan lebih aman bagi peternak dan keluarganya, dan akan
mengurangi resiko ekonomis peternak, dan resiko anggota keluarga yang
jatuh sakit.
Peternak akan dapat memulai kembali usaha ternaknya dengan lebih cepat.
Hal ini akan membantu pencegahan penyakit menular ke peternakan
tetangga anda. Jika peternakan milik tetangga dijaga bebas dari penyakit,
sangat memungkinkan bagi anda membeli ternak dari tetangga anda
tersebut untuk memulai kembali aktivitas peternakan yang baru.
79
Jangan menunggu hasil dari laboratorium sebelum betindak. Pada
situasi seperti ini, hasillaboratorium disini hanya membantu Dinas
Peternakan Kabupaten dan paramedik veteriner untukmengambil
keputusan untuk mempertahankan/memperluas tindakan pengendalian
(jika specimen menunjukkan positf Flu Burung) atau menghentikan
(jika spesimen negatif). Hasil-hasillaboratorium akan membantu anda
memahami lebih baik permasalahan yang terjadi. Tindakan
pengendalian harus dimulai sesegera mungkin dengan kunjungan oleh
paramedik veteriner.
Ambillah tindakan tanpa harus menunggu petugas Dinas Peternakan
Kabupaten datang.
Jika dipastikan penyakit tersebut adalah Flu Burung, Dokter Hewan
kabupaten dan ParamedikVeteriner harus memastikan bahwa tindakan
pengendalian dipertahankan/diperluas sesuaidengan keputusan Dinas
Peternakan Kabupaten (disarankan oleh Direktorat Jenderal Peternakandan
Dinas Peternakan Provinsi.
Apa yang harus dilakukan terhadap unggas yang mati dan benda-benda lain
yang terkontaminasi?
80
o Membakar
Masukkan semua burung dan objek-
objek lain yang dicurigai sebagaipenyakit ke dalam tong, siramdengan bensin, dan
kemudian bakar.
o Mengubur
Gali lubang (jauh dari sumur, kolam, hewan), tebarkan kapur pada dasar lubang,
di seluruh
permukaan pinggiran lubang; masukkan semuaunggas dan benda-benda lain
kedalam lubang; tutup dengan kapur; tutup dengan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
81
Anonim, 2009. Peran dan Fungsi Profesi Dokter Hewan. http://
duniaveteriner.com. Diakses Pada Tanggal 30 Desember 2016.
Naipospos TSP. 2010. Perdagangan satwa liar dan risiko penyakit zoonosis.
[http://tatavetblog.blogspot.com/2010/10/perdagangan-satwa-liar-dan-risiko_31.html]
Diakses Pada Tanggal 30 Desember 2016.
82