Anda di halaman 1dari 9

Mengenal lebih dekat Syekh Abdul Rahman Assudais

Imam Besar Masjidil Haram

Syekh Abdurrahman Sudais lahir pada tahun 1961 di Riyadh, Arab Saudi. Ia berasal dari Bani
Anza.

Pada usia 12 tahun beliau telah hafal alqur'an. Tumbuh di kota Riyadh, menamatkan
pendidikan dasar di Al-Munatha bin Harits, kemudian beliau melanjutkan ke Fakultas
Syari’ah Universtas Riyadh

Syeikh Abdul Rahman mendapat gelar Master Degree, dengan predikat “Excellent” dari
Fakultas Syari’ah Universitas Imam Muhammad bin Saud. Beliau diberi tugas untuk menjadi
asisten dosen di Universitas terkemuka Ummul Qura’, Makkah, di universitas ini pula gelar
Doktornya diraih dan lulus dengan predikat “Excellent” kemudian beliau ditunjuk menjadi
Dosen Fakultas Syari’ah di universitas ini.
Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais, Imam dan Khateeb Masjidil Haram Makkah, ditunjuk sebagai Ketua
Umum Badan Otoritas Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dengan pangkat setingkat menteri,
demikian dekrit Raja Arab Saudi tertanggal 17 Jamadi Stani 1433 H.

Al-Sudais menggantikan posisi yang sebelumnya dijabat oleh Sheikh Saleh Al-Hosain, kata siaran pers
dari staf KJRI Jeddah, Abdullah M Umar yang diterima ANTARA, Rabu (10/5).
Dalam dekrit Raja tersebut, Raja Abdullah mengatakan bahwa alasan penggantian posisi Sheikh

Saleh al-Husain adalah faktor kesehatan yang dialami oleh yang bersangkutan sehingga dia
mengundurkan diri dari jabatannya.
Nama Al-Sudais tidak asing lagi di mata kaum muslimin dunia karena suaranya yang merdu dalam
melantunkan ayat-ayat Al-Quran.

Pada tahun 1404 beliau ditunjuk sebagai Imam dan Khotib Masjid al-Haram, Makkah. Di sana
pertama kalinya beliau menjadi imam pada sholat Ashr tanggal 22 Sya’ban 1404 H. Khutbah pertama
pada hari kelima belas bulan Ramadhan 1404 H. Dalam tahun yang sama,

Beliau adalah seorang yang senang "mengoleksi" banyak bahasa, walaupun hanya sepatah
kata, terutama bahasa gaul. Senyum lembut ditambah dengan sepatah bahasa setempat itulah
membuat beberapa orang yang tadinya tidak mengenal Islam sama sekali menjadi tertarik.

Salah satu contohnya terjadi saat sang imam menginap selama dua malam di salah satu hotel
di kota Beijing. Sheikh Sudais dapat mengislamkan lima orang China dari karyawan hotel
tersebut yang tertarik dengan sikap sang imam.
"Di tengah malam dua warga China datang di kamar hotel, dan ia menyatakan ingin memeluk
Islam. Saya jelaskan lewat seorang penerjemah lulusan salah satu Universitas Islam di Saudi,
agar kunci pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadah," katanya seperti dikutip
harian Al-Riyadh, Saudi.
Tidak beberapa lama lagi, tiga orang lainnya datang ke ruangan Sheikh Sudais yang tidak
pernah ditutupnya semenjak masuk hotel hingga kembali ke negaranya. Ketiga orang warga
negeri Tirai Bambu itu datang berniat yang sama. Setelah acara pengucapan kalimah
syahadah, Sheikh menanyakan lewat penerjemah sebab mereka tertarik masuk Islam. Mereka
serempak menjawab "tertarik dengan sikap Sheikh yang selalu hangat dengan senyum
lembut".
"Selain itu, rasa percaya penuh kepada kami karena pintu kamar Sheikh selalu dibuka hingga
meninggalkan hotel. Dan, satu lagi, sapaan Sheikh dengan bahasa China yang didapatnya
pada hari pertama tiba," ujar mereka.

"SUBHANALLAH"

1. Mengimani dan mempercayai bahwa Al-Qur’an itu datang dari Allah. Ia juga merupakan
firman Allah (yang diberikan) kepada hamba-Nya; Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam
2. Membacanya. Karena dalam membacanya terdapat pahal yang besar
3. Merenungkan kandungannya.
4. Mengambil peringatan dan pelajaran dari nasihat Al-Qur’an.
5. Berperilaku dengan akhlak Al-Qur’an. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh
Aisyah r.a, ketika beliau ditanya tentang akhlak Rasulullah, beliau menjawab, “Akhlak
Rasulullah adalah Al-Qur’an”
6. Mengamalkan Al-Qur’an, sehingga nilai-nilai Al-Qur’an bisa hidup di tengah masyarakat.

7. Berhukum dengan Al-Qur’an di setiap permasalahan yang ada.


8. Berobat dengan Al-Qur’an.
Alangkah indah bait puisi milik Asy-Syatibi
“Sungguh kitab Allah adalah penyelamat yang setia, kekayaan yang sempurna juga derajat
yang mulia”
“Dia teman duduk yang perkataannya tak pernah membosankan, dan mengulangi
membacanya semakin ia menampakkan keindahannya”

MENGENAL IMAM MASJIDIL HARAM-MAKKAH


Desember 25, 2010
Posted by NgajiMod in Tak Berkategori.
trackback
Perhatian setiap muslim tertuju kepada dua tanah haram (suci) Makkah dan Madinah, tidak
ketinggalan juga terhadap para imamnya. Mereka memiliki popularitas dan kedudukan yang
mulia di hati kaum muslimin. Karena banyaknya pembaca yang bertanya tentang mereka,
maka dengan senang hati kami suguhkan biodata ringkas tentang imam-imam tersebut.

1. Syaikh DR. Su’ud bin Ibrahim as-Syuraim

Lahir pada tahun 1386 H, di Saqra’ Riyadh. Beliau kuliah pada fakultas Ushuluddin di
Jami’ah al-Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah. Lulus pada tahun 1409 H, kemudian
melanjutkan jenjang pendidikannya di Ma’had ‘Ali untuk para hakim, hingga beliau
mendapatkan gelar Magister pada tahun 1413 H.
Pekerjaan beliau, mantan hakim, pengajar di Masjidil Haram, Dekan fakultas Syari’ah di
Jami’ah Ummul Qura’ Makkah.
Tahun penentuan beliau sebagai Imam di Masjidil Haram adalah tahun 1414 H. Beliau
memiliki sejumlah besar onta, yang beliau habiskan sebagian waktu dengannya.
Beliau memberikan perhatian besar dalam mensyarah kitab Tauhid di Masjidil Haram. Beliau
terkenal dengan syair dan kalimat-kalimat yang lembut yang menyentuh.
Diantara karya tulis beliau adalah al-Syamil fil Khathib wal-Khuthbah, sudah diterjemah ke
dalam bahasa Indonesia dan diedit oleh Ustadz Agus Hasan Bashori (pimred Qiblati) dengan
judul Ensiklopedi Khuthbah atau panduan khathib, atas izin beliau oleh penerbit Darus
sunnah Jakarta.
2. Syaikh DR. Shalih bin Abdillah Alu Humaid

Lahir pada tahun 1369 H di Buraidah. Beliau mengambil gelar doktor pada bidang Fiqih dan
Ushulnya pada tahun 1402 H. Profesi beliau adalah Ketua Majelis Syura, dan anggota Haiah
Kibarul Ulama.
Beliau ditetapkan sebagai Imam Masjidil Haram pada 1 Muharram 1404 H. Beliau
mengimami sekali dalam sebulan, yaitu untuk shalat Subuh. Sedangkan sebagian besar
waktunya beliau habiskan di Riyadh untuk urusan tanggung jawab terhadap Majelis Syura.
Beliau datang sekali sebulan untuk khutbah Jum’at.
Beliau memberikan perhatian besar terhadap tafsir al-Qur’an al-Karim.
3. Syaikh DR. Shalih bin Muhammad Alu Thalib
Beliau lahir pada tahun 1393 H di Riyadh.
Beliau ditetapkan sebagai Imam Masjidil Haram pada tahun 1423 H.
Beliau bekerja sebagai Qadhi di Pengadilan Tinggi Makkah. Beliau sangat cakap dalam
pekerjaan beliau sebagai hakim dan teguh saat memberikan keputusan.
4. Syaikh DR. Usamah bin ‘Abdillah Khayyath

Beliau lahir pada tahun 1375 H di Makkah al-Mukarramah.


Syaikh Usamah mendapatkan ijazah sanad dalam meriwayatkan kutubus sunnah dan seluruh
kitab induk hadits lainnya.
Beliau belajar di Makkah dan lulus dari Fakultas Kitab dan Sunnah pada tahun 1396 dengan
predikat cumlaude dan menduduki peringkat pertama.
Profesi beliau adalah pengajar di Masjidil Haram, mantan Anggota Majelis Syura, Dosen di
Fakultas Syari’ah Jami’ah Ummul Qura’.
Beliau ditetapkan sebagai imam Masjidil Haram pada tahun 1418 H.
Beliau dikenal dengan gaya bahasa penyampaian yang kuat, yang mampu menggetarkan hati.
Beliau adalah satu-satunya imam masjid yang ayahandanya adalah seorang imam dan khatib
masjidil Haram. Dan ayahanda beliau tergolong Imam Masjidil Haram yang paling terkenal di
akhir-akhir ini.
5. Syaikh DR, Abdurrahman bin ‘Abdil ‘Aziz as-Sudais
Syekh Sudais lahir pada tahun 1382 di Riyadh. Dia menjadi Hafidzul Qur’an pada usia 12
tahun, di masjid kota Riyadh yang dikepalai oleh Syaikh Abdul Rahman al-Faryan. Beliau
juga diambil oleh Syaikh Muhammed Ali Hussan and Syaikh Muhammed Abdul Majid Zakir
untuk menerima berbagai beasiswa.
Syaikh Abdul Rahman tumbuh di Riyadh beliau mencapai pendidikan dasar ‘Mathna bin
Hartha’ semacam akademi ilmu pengetahuan. Di sana beliau belajar di bawah
berbagai macam beasiswa termasuk dari Syaikh Abdullah Munaif and Syaikh Abdullah bin
Abdul Rahman al Tuwayjiri. Dr. Abdul Rahman lulus dari akademi ini dengan predikat
“Excellent” tahun 1399H dan melanjutkan ke Fakultas Syari’ah. Setelah itu beliau menjadi
Imam dan Khotib di Masjid Syaikh al-Allam Abdul Razzaq Afifi. Beliau juga mulai mengajar
di Akademi Imam al-Dawa Al-Almy.
Pada tahun 1404 beliau ditunjuk sebagai Imam dan Khotib Masjid al-Haram, Makkah. Di
sana pertama kalinya beliau menjadi imam pada sholat Ashr tanggal 22 Sya’ban 1404H (22
Agustus 1404H). Khutbah pertama pada hari kelima belas bulan Ramadhan 1404H (15
September 1404H). Dalam tahun yang sama, Dr. Abdul Rahman mendapat gelar Master
Degree, dengan predikat “Excellent” dari Universitas Syari’ah Imam Muhammad bin Saud.
Beliau dilimpahi wewenang untuk menjadi guru asisten di Universitas terkemuka Ummul
Qura’, Makkah, di mana beliau mendapatkan gelar Doktornya, dan lagi-lagi lulus dengan
predikat “Excellent” pada tahun 1416H. Beliau ditunjuk menjadi Dosen Fakultas Syari’ah di
Universitas Ummul Qura’.
Dan beliau ditetapkan sebagai Imam Masjidil Haram pada tahun 1404 H saat umur beliau 22
tahun.
6. Syaikh Mahir bin Hamd al-Mu’aiqili

Beliau dilahirkan al-Madinah al-Munawwaroh. Beliau habiskan usianya di Madinah,


kemudian beberapa tahun yang lalu pindah ke Makkah al-Mukarramah sebagai pengajar di
Sekolah Menengah.
Beliau diangkat sebagai Imam Masjidil Haram pada tahun 1428 H, yang sebelumnya beliau
adalah Imam Masjid Nabawi pada tahun 1427 H.
7. Syaikh Muhammad bin ‘Abdillah as-Subayyil

Beliau lahir pada tahun 1345 H, di Qashim.


Beliau adalah anggota Kibarul Ulama, dan anggota al-Majma’ al-Fiqhi.
Beliau adalah mantan Ketua Umum Urusan Masjidil Haram Makkah dan Madinah juga
anggota Haiah Kibarul Ulama.
Beliau diangkat sebagai Imam Masjidil Haram pada tahun 1385 H.
Mulai tahun ini, beliau tidak mungkin mengimami di Masjidil Haram karena usia beliau yang
sudah lanjut, juga karena kondisi kesehatan beliau. Mudah-mudahan Allah I menyembuhkan
beliau. Sudah bertahun-tahun beliau mengimami shalat ‘Isya’. Beliau tergolong Imam
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang paling lama.
8. Syaikh ‘Abdullah bin ‘Awad al-Juhani

Beliau lahir pada 1396 H di Madinah.


Beliau belajar di Fakultas al-Qur’anul Karim di Jami’ah Islamiyah.
Beliau termasuk yang dimuliakan oleh Allah I sebagai imam dari keempat masjid yang
memiliki kedudukan terbesar di hati kaum Muslimin, yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi,
Masjid Quba’ dan Masjid Qiblatain.
Beliau sekarang adalah Mahasiswa S2 di Ummul Qura’. Pada usia 16 tahun beliau telah
mengikuti lomba hafal Qur’an di Makkah dan memperoleh peringkat pertama.
Dalam hal membaca al-Qur’an beliau telah diijazahi oleh para ulama Qiraah yang bertaraf
Internasional yang terkenal di antaranya adalah: Syaikh az-Ziyat j , Syaikh Ibrahim al-
Akhdhor Ulama ahli Qur’an di Masjidil Haram, dan DR. ‘Ali al-Khudzaifi, Imam Masjid
Nabawi di Madinah.
9. Syaikh DR. Khalid al-Ghamidi

Lahir pada tahun 1388 H di Makkah.


Ditetapkan sebagai Imam Masjidil Haram pada bulan Dzul Hijjah tahun 1428 H, hanya saja
beliau tidak mulai mengimami kecuali pada bulan Muharram tahun ini (1429 H).
Beliau meraih gelar Magister dan doktoral dalam bidang tafsir di Jami’ah Ummul Qura’.
10. Syaikh DR. Faishal Ghazawi

Lahir pada tahun 1388 H di Makkah al-Mukarromah.


Ditetapkan sebagai Imam Masjidil Haram pada bulan Dzul Qa’dah 1428 H. Hanya saja beliau
tidak mulai mengimami shalat kecuali bulan Muharram tahun ini.
Beliau meraih gelar Magister dan doktoral di Jami’ah Ummul Qura’.
Saat ini beliau bekerja di Fakultas Qiraah di Universitas yang sama.
Dengan demikian, jumlah imam masjidil Haram adalah sepuluh orang. Masing-masing imam
memiliki imam cadangan yang siap mengganti saat imam tersebut berhalangan hadir.
Masing-masing Imam mendapatkan santunan bulanan sekitar 10 ribu riyal, dan ini bukanlah
termasuk gaji pokok, namun ini hanyalah gaji tambahan, karena masing-masing imam
memiliki pekerjaan tetap di berbagai Universitas dengan gaji yang lebih besar dari gaji
sebagai Imam.
Inilah sekelumit biografi singkat tentang orang-orang yang mencurahkan jiwa dan
kesungguhan mereka demi melayani agama ini. Mudah-mudahan Allah I membalas mereka
dengan sebaik-baik balasan, dan mudah-mudahan Allah I menjadikan kita dan mereka
termasuk orang-orang yang beruntung dengan keridhaan-Nya. (AR) [*]

Sumber: Majalah Qiblati Edisi 7-9 tahun III

Anda mungkin juga menyukai