Anda di halaman 1dari 33

BAB I

Pendahuluan

Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya harga minyak mentah
(crude oil) adalah kadar air. Makin rendahnya kadar airnya nilaiya makin tinggi. Air,
didalam crude oil bisa berupa air bebas (free water) atau sering juga sebagai
emulsi.
Dalam proses produksi, sering ditemukan adanya scale, pasir, paraffin, dan
solid lainnya. Kandungan solid tersebut merupakan faktor terbentuknya emulsi.
Selain itu pemakaian pompa, gas lift, dan pengunaan pipa yang kurang tepat juga
merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya emulsi.
Proses untuk memisahkan air dari emulsi ini disebut dengan dehydrasi.
Banyak metoda-metoda yang digunakan, bahkan setiap metoda mempunyai
karakteristik yang berlainan. Namun prinsip utamanya dalah memecahkan dan
memisahkan emulsi yang terbentuk dalam proses produksi, baik produksi tu
berupa oil in water emultion maupun berupa water in oil emultion.
Metoda-metoda yang digunakan untuk pemisahan emulsi tersebut antara
lain, metoda kimiawi, metoda settling, metoda pemanasan, metoda listrik dan
metoda sentrifugal. Kesemuanya ini dalam satu prinsip, yaitu memecahkan dan
memisahkan emulsi.

1
BAB II
EMULSI MINYAK BUMI
Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu system yang mengandung dua fasa
cairan, dimana fasa yang satu tersebar di dalam fasa yang lain sebagai butiran-
butiran kecil. Atau dapat juga diberikan definisi lain, yaitu sebagai campuran dari
dua cairan yag tidak dapat bersatu dikarenakan Karena kehadiran emulsifying
agent. Partikel-partikel cairan yang masuk dalam cairan lain disebut “dispherse
phase” sedangkan cairan yang dimasuki disebut “continous phase”.
Seperti disebut pada definisi yang kedua timbulnya emulsi tersebut
memerlukan tiga syarat, yaitu :
1. Adanya dua macam zat cair yang tidak dapat bercampur (immiscible).
2. Adanya emulsifying agent.
3. Adanya agitasi (gerakan mencampur).
Adanya dua macam zat cair yang tidak dapat bercampur, kiranya sudah cukup
jelas, missal antara minyak dengan air. Sedangnya adanya emulsifying agent
memungkinkan dua macam zat cair yang tidak dapat bercampur membentuk
emulsi.
Pada gambar 2.1 dan 2.2 memperlihatkan emulsi dengan partikel-partikel
air yang terdispersi di dalam crude oil dengan API gravity dan water cut yang
berbeda. Pada partikel-partikel yang tersdispersi terdapat lapisan film yang
merupakan selubung (gambar 2.3). lapisan film ini dibentuk oleh
Susunan polar molekul-molekul yang bersifat keras dan mudah pecah. Pembentuk
lapisan film ini lah yang disebut dengan emulsifying agent.

2
Gambar 2.1
Emulsi dengan API gravity minyak 14.5 dan water cut 40%

Gambar 2.2
Emulsi dengan API gravity minyak 28 dan water cut 24%

3
Gambar 2.3
Lapisan film yang menyelubungi parrtikel air

Gambar 2.4
Letak emulsi pada crude oil

2.1 EMULSIFYING AGENT PADA EMULSI MINYAK BUMI


Emulsifying agent yang sering ditemukan dalam emulsi minyak bumi adalah
asphalt, resinous substant dan oil soluble organic acid. Material- materian ini lebih
mudah terdispersi di dalam minyak dari pada di dalam air. Material- material lain
yang sering didapatkan dalam emulsi selain dari material yang disebutkan diatas
adalah iron, zinc, alumunium, sulphates, calcium carbonate, silica dan iron

4
-slphide. Emulsi fying agent tersebut biasa ditemukan pada batas antara
permukaan partikel-partikel air dan minyak dan ini sudah ada sejak minyak bumi
masih dalam reservoir.

2.2 JENIS-JENIS EMULSI


Berdasarkan sifat dan phasenya jenis emulsi bermacam-macam. Setiap
macamnya mempunyai kriteria sendiri-sendiri.
Adapun jenis-jenis emulsi tersebut adalah :

1. Berdasarkan sifat kesetabilannya


emulsi berdasarkan klasifikasi sifat ini dapat dibagi menjadi
a. Emulsi stabil
Emulsi jenis ini mempunyai selunbung lapisan film yang pemecahanya
tidak dapat terjadi dengan sendirinya tetapi harus dilakukan proses-
proses khusus. Proses pemecahan tersebut yaitu dengan jalan merusak
atau dengan tidak mengaktifkan lapisan film tersebut.
b. Emulsi tidak stabil
Berbeda dengan jenis emulsi stabil, emulsi jenis ini proses
pemecahannya dapat berlangsung dengan sendirinya setelah didiamkan
beberapa jam atau dijemur pada sinar matahari.

2. Berdasarkan viskositasnya
Untuk emulsi jenis ini dapat dibagi menjadi :
a. Emulsi kental
Karena kekentalannya maka pada emulsi ini akan terlihat lebih banyak
partikel-partikel yang terdispersi. Partikel-partikel tersebut sulit bergerak
untuk meninggalkan cairan.
b. Eemulsi encer
Pada emulsi ini jumlah partikel-partikel yang terdispersi lebih sedikit,
dikarenakan partikel –partikel tersebut lebih mudah bergerak untuk
meninggalkan cairan.

5
3. Berdasarkan phasenya
Untuk klasifikasi ini emulsi dapat dibagi menjadi :
a. Water in oil emulsion
Yaitu jika minyak merupakan phase kontinyu dan air merupakan phase
diskotinyu di dalam minyak.
b. Oil in water emulsion
Yaitu jika air merupakan phase kontinyu(phase external) dan minyak
merupakan phase diskontinyu (phase tersebar)

2.3 PEMBENTUKAN EMULSI


Pada water drive reservoir, selama proses produksi berlangsung WOR-nya
akan terus meningkat. Dengan meningkatnya WOR ini akan menyebabkan
terbentuknya emulsi. Pada permulaan pembahasan ini telah disebutkan adanya
tiga syarat bagi terbentuknya emulsi, yaitu adanya dua macam zat cair yang tidak
bisa bercampur, adanya emulsifying agent (suatu zat koloid yang membantu
terbentuknya emulsi) dan adanya agitasi (gerakan yang menyebabkan
percampuran). Ketiga syarat ini adalah mutlak. Sehingga salah satu saja dari
syarat ini tidak ada maka emulsi tidak akan terjadi. Adapun faktor-faktor yang lain
yang sifatnya membantu bagi terbentuknya emulsi adalah
1. Penurunan tekanan dan temperature.
2. Naiknya persentase air (water cut)
3. Adanya peralatan yang menyebabkan turbulensi sehingga air dan miyak
terpencar kesegala arah dan terbentuklah emulsi. Kesetabilan emulsi ini
akan semakin besar setelah fluida melewati peralatan permukaan.

2.4 EMULSI PADA CRUDE OIL


Phase disperse dari emulsi pada system air dan miyak tergantung pada
karakteristik emulsifying agentnya. Pada umunya partikel-partikel airlah yang
terdispersi kedalam minyak sebagai phase kontinyu seperti terlihat pada gambar
2.4(bagaimana letak emulsi pada crude oil). Banyak faktor yang menentukan kuat
lemahnya emulsi pada crude oil tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud adalah :

6
1. viskositas
minyak atau air dengan viskositas yang tinggi akan membutuhkan waktu
yang lebih ama untuk memisahkan partikel-partikel yang terdispersi
didalam cairan. Dapat kita lihat pada suatu system dengan viskositas yang
tinggi ternyata lebih banyak mengandung partikel-partikel
dibandingkan dengan system yang mempunyai viskositas rendah.

2. Emulsifying agent
Pada emulsi yang stabil selalu terdapat emulsifying agent. Emulsifying agent
ini menentukan kuat lemahnya suatu emulsi. Didalam minyak suatu
emulsifying agent dapat berupa material organik. Yaitu asphalt dan asam
organik yang larut didalaam minyak.cselain itu dapat juga berupa padatan.
Antara lain iron sulfate, zinc sulfate, alumunium sulfate, calcium carbonate,
silica dan iron sulfide.

3. Specific gravity
Specific graity ini sangat mempengaruhi proses pemisahannya. Semakin
besar perbedaan specific gravity dari dua atau lebih cairan yang tidak dapat
bercampur maka proses pemisahannya semakin cepat.

4. Water cut
Proses terjadinya emulsi akan semakin besar dengan bertambagnya jumlah
air. Hal ini disebabkan timbulnya agitasi. Akan tetapi dengan bertambahnya
presentase air akan
membentuk emulsi yang kurang stabil, sehingga pemisahannya semakin
mudah.

5. Umur emulsi
Jika emulsi terjadi didalam tangki dan tidak ditreatment maka partikel-
partikel yang terdispersi akan terpisahkan dengan adanya perbedaan gravity
oleh bersatunya partikel-partikel tersebut. Setelah pemisahan dengan cara
gravity tersebut maka akan terdapat partikel-partikel yang tertinggal.
Partikel-partikel yang tertingga inilah yang yang sulit dipisahkan dengan
7
treatment. Jadi dapat disimpulkan disini bahwa semakin lama (umurnya)
kesetabilan emulsi semaki kuat dan semakin sulit untuk di treatment.

Dalam suatu proses produksi ada beberapa hal yang dapat


menyebabkan terjadinya emulsi dan kesetabilan dari crude oil selama
proses produksi itu berlangsung, antara lain :
1. Jumlah gas yang keluar dari ciaran didalm tubing yang umunya terjadi
pada sumur-sumur flowing dan gas lift.
2. Perbedaan tekanan karena aliran melalui pipa terbuka dan kecil.
3. Karena pengunaan pompa.

2.5 SIFAT-SIFAT EMULSI PADA CRUDE OIL


Berdasarkan analisa pada lapangan-lapangan minyak menunjukkan
bahwa umumnya kadar kegaraman air emulsi tinggi. Hal ini mungkin
disebabkan penguapan sejumlah air oleh gas alam atau dalam batuan,
sebelum terjadinya emulsifikasi pada reservoir airnya. Kadar garam yang
besar pada fasa air ini berpengaruh besar pada gaya permukaan antara dua
caran minyak dan air, dan juga antara zat-zat tersebut dengan emulsifying
agentnya yang terkonsentrasi pada kedua fasa cairan tersebut. Menurut
Uren, emulsi yang stabil dipengaruhi oleh kadar air/minyak dalam
campurannya yang mempunyai battas maksimal. Bila air lebih dari batas
maksimal maka tidak berupa emulsi lagi
Sifat-sifat minyak juga berpengaruh pada pengemulsian seperti
misalnya, jenis nepthene (base) yang mengandung zat-zat aspalt lebih
mudah membentuk emulsi daripada parrafine base crude. Makin besar
viskositas dan residu karbonnya, makin mudah terbentuk emulsi. Demikian
juga tegangan permukaan minyaknya, semakin besar semakin mudah pula
terbentuk emulsi.
Beberapa studi menunjukkan bahawwa emulsi juga bermuatan listrik.
Kdang-kadang juga sampai mencapai 0.0s volt. Muatan ini meempersulit
pengabunggan (coalescence) antara butir emulsi yang satu dengan yang
lainnya.sifat ini kelak dijadika dasar unttuk memecahkan emulsinya

2.6 PENCEGAHAN EMULSI


8
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya emulsi.
Bila terjadinya emulsi terjadi karena banyaknya gas yang keluardari cairan didalam
tubing pada sumur-sumur flowing, maka yang dapat dilakukan adalah :
1. Mengontrol tekanan flowing dan menurunkan kecepatan menyembur
selama sumur itu berproduksi.
2. Jika sumur itu memerlukan gas sebagai pendorong fluida, sebaiknya
melakukan gas lift intermiten. Dengan cara ini gas berfungsi sebagai piston
yang dapat mengurangi adanya agitasi.

Untuk kasus oleh perbedaan tekanan karena aliran melalui pipa terbuka dan
kecil, yang dapat dilakukan adalah :
1. Memasang choke pada dasar sumur.
2. Memberikan demulsifier pada aliran sebelum jepitan atau pada annulus
3. Mengatur tekanan pada separator, sehingga tidak terdapat perbedaaan
tekanan yang cukub besar antara sebelum dan sesudah melalui choke.

Selanjutnya jika kasusnya disebabkan oleh pemakaian pompa, maka langkah-


langkah yang perlu diambil adalah :
1. Memasang gas anchor pada pompa untuk memisahkan gas dari cairan,
sehingga aliran turbulen yang diakibatkan oleh masuknya gas dapat dikurangi.
2. Menggunakan pompa dengan ukuran besar.
3. Memperendah kecepatan langkah pompa tetapi memperpanjang langkahnya
sehingga agitasi dapat dikurangi.
4. Menghindari kemungkinan terjadinya kebocoran-kebocoran pada peralatan
pompa (plunger dan valve) sehingga kemungkinan emulsi oleh agitasi dapat
dihindari.

BAB III
DEHIDRASI MINYAK BUMI
Dehidrasi minyak bumi adalah proses pemisahan antara miyak dengan air
yang tercampur didalamnya. Pemisahan air ini harus dilakukan karena :
1. Permintaan dari refinery sebelum minyak diproses.

9
2. Dapat menurunkan kapasitas pipeline.
3. Dapat menimbulkan korosi pada pipeline, dan sebagainya.
Phase air yang tercampur di dalam minyak dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
1. Air bebas.
2. Air sebagai emulsi dalam minyak.
Air bebas pada umumnya lebih mudah dipisahkan dari minyak, yaitu dengan cara
settling (diendapkan) pda suatu tempat atau dengan cara pemanasan atau juga
dengan menggunakan centrifuge. Sedangkan untuk kasus yang kedua, yaitu
berupa emulsi, pemisahannya memerlukan cara-cara khusus. Cara-cara tersebut
antara lain, dengan pemakaian zat kimia, degan metoda termis, metoda elektrik
dan lain-lain.

3.1 METODA KIMIAWI

Dalam metoda ini dilakukan penambahan bahan kimia atau sering disebut
dengan istliah reagent (demulsifier) kedalam emulsi, sehingga reagent tersebut
akan menetralkan atau merusak sifat-sifat daripada emulsifying agentnya.
Demulsifier disini berfungsi sebagai :
1. Mengadakan dehydrasi dengan memecah emulsi yang ada. Jadi bukan
menjadi pencegah emulsi.
2. Mempercepat pemecahan emulsi.
3. Membentuk partikel-partikel yang lebih besar.

Demulsifier dapat berupa :


1. Cair, dengan perbandingan tertentu dicampur dengan pelarut (air,
kerosene, gasoline, crude, air panas).
2. Bubuk, dilarutkan dalam pelarut.
3. Bahan yang sudah siap digunakan.

Adapun tujuan pembuatan larutan adalah :


1. Untuk mengurangi viskositas sehingga lebih mudah bercampur dengan
emulsi.

10
2. Memperbesar volume sehingga pencampuran dengan emulsi lebih
merata.
3. mengurangi biaya.

Pemberian zat kimia ini dapat dilakukan di kepala sumur atau di pipeline.
Dalam hal ini masalahnya adalah berapa jumlah dan jenis bahan kimia yang dapat
memberikan hasil yang optimum. Penentuan kedua hal tersebut dapat dilakukan
di laboratorium dengan cara sebagai berikut :
1. Ambil sampel fluida sumur (emulsi).
2. Tambahkan bahan kimia (demulsifier).
3. Kocok sampai homogen.
4. Amati pemisahan airnya terhadap waktu (setiap lima menit) sampai
tercapai volume air yang konstan.
5. Ulangi prosedur diatas untuk sample yang sama, tetapi jumlah bahan
kimianya berbeda.
6. Plot antara waktu vs air yang dipisahkan, missal seperti pada gambar 3.1

GAMBAR 3.1 HUBUNGAN ANTARA WAKTU VS AIR YANG TERPISAHKAN


Dari grafik tersebut dapat ditentukan ppm daripada demulsifier yang akan
digunakan, yaitu yang memberikan % air terpisah yang terbesar. Bahan-bahan
demulsifier dapat bercampur dengan emulsi secara merata. Untuk maksud
tersebut, hal yang perlu dipertimbangkan adalah :
1. Penginjeksian demulsifier yang belum dilarutkan ke dalam pipa aliran pada
jarak pendek dari peralatan dehydrasi dengan memakai alat pengaduk.
2. Penginjeksian demulsifier yang sudah dilarutkan dahulu kedalam pipa aliran
dehydrasi. Dengan cara ini proses pencampurannya akan lebih baiak dan
11
pekerjaan dehydrasi dapat dilakukan di satu tempat. Akan tetapi
membutuhkan alat-alat lebih banyak untuk proses percobaan di
laboratorium maupun dilapangan.
3. Penginjeksian demulsifier yang belum dilarutkan ke dalam aliran pipa utama
pada jarak yang cukup jauh dari peralatan dehydrasi. Dengan panjang pipa
maka akan diperoleh percampuran dan penyebaran yang baik. Tetapi cara
ini mempunyai kelemahan yaitu sentraisasi system pengeinjeksian tidak ada
dan control terhadap penginjeksian tidak kontinyu.

Mengenai tempat-tempat penginjeksiannya bermacam-macam, antara lain adalah


:
1. Antara separator sampai tangki block station.
2. Pada flow line antara tangki block station sampai pusat pengumpul.
3. Pada flow line, antara x-mas tree dengan block station.
4. Langsung diijeksikan pada lapisan produktif atau di anullus casing tubing.
Pada system kimiawi ini, cara pemisahan airnya dibagi menjadi dua proses,
yaitu settling dan washing process.

3.1.1.SETTLING PROCESS
Pada settling process diperlikan paling sedikit dua tangki, tetapi lebih baik
jika digunakan tiga tangki atau lebih. Bentuk tangkinya tergantung pada kondisi
lapangan, bisa berbentuk vertical atau horizontal. Seandainya digunakan tiga buah
tangki, diagram siklus penggunaannya seperti tercantum pada table III-1

TABEL III-1
SIKLUS PENGGUNAAN TANGKI PADA SETTLING PROCESS

TANGKI I TANGKI II TANGKI III

Diisi Settling dan Dikosongkan,minyak


pengaktifan yang bersih dipompa ke
pengilangan

12
Settling Dikosongkan Diisi
Dikosongkan Diisi Settling
Di isi Settling dikosongkan

Besarnya waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan air secara sempurna


tergantung pada faktor pengumpalan dan kecepatan pengendapan. Dari
pemisahan ini karena perbedaan gravity maka air akan berada di bagian
bawah pada alat treating. Menurut hukum stokes kecepatan kebawah
partikel air harus cukup untuk mengatasi kecepatan keatas dari minyak yang
keluar dari alat. Stokes memberikan persamaan sebagai berikut :
-untuk alat horizontal ( gambar 3.2) :

GAMBAR 3.2 ALAT TREATER HORIZONTAL

13
GAMBAR 3.3 ALAT TREATER VERTIKAL

GAMBAR 3.4 GRAFIK DIAMETER ALAT (Di) VERSUS TINGGI DAERAH PERCAMPURAN

14
GAMBAR 3.5 GRAFIK VISKOSITAS MINYAK VERSUS BESAR PARTIKEL AIR

Di2=81.8 (Qo uo)


∆SG (dm)2
- Untuk alat verrtikal (gambar 3.3) :
DiLf =438(Qo uo)
∆SG (dm)2
Dimana :
- Di = diameter alat, in
- Qo = kecepatan aliran minyak, bpd
- uo = viskositas minyak, cp
- ∆SG adalah perbedaan SG minyak dan air
- lf = tinggi daerah percampuran, ft
- dm= diameter partikel, micron Atau dm = 500 (uo)-0,675

Pada alat treater vertical terdapat lf sedangkan pada alat treater horizontal
tidak, hal ini karena pada alat horizontal kecepatan minyak keatas pada
penampang melintang merupakan fungsi dari diameter alatnya atau penampang
melintang sama dengan diameter kali panjang daerah percampuran ( coalescing
section). Dari gambar 3.4 dan 3.5 dapat dilihat hubungan antara diameter alat
dengan tinggi (panjang) daerah percampuran dan hubungan antara viskositas
minyak dengan besarnya partikel air.

15
3.1.2 WASHING PROCESS
Emulsi yang diberi demulsifier dialirkan ke dalam air yang berada di dalam
wash tank. Aliran masuk emulsi terletak di dasar tangki yang dilengkapi dengan
slotted atau perofated spreader, yang berfungsi menguraikan (menyebarkan)
butiran-butiran yang berada dalam emulsi. Tinggi air di dalam tangki di jaga
konstan. Di dalam tangki akan terbentuk suatu lapisan antara air dan miyak bebas
air. Demulsifier yang dipakai dalam proses ini lebih sedikit di bandingkan dengan
settling process. Dapat di bandingkan diagram aliran antara settling process
(gambar 3.6) dan washing process( gambar 3.7)

GAMBAR 3.6 SKEMA DIAGRAM ALIR DEHYDRASI DENGAN SETTLING PROCESS

16
GAg
GAMBAR 3.7 SKEMA DIAGRAM ALIR DEHYDRASI DENGAN WASHING PROCESS
Hal-hal yang perlu diperhatikan agara hasil dari washing process ini menjadi baik adalah :
1. Membuat aliran turbulen pada system flow line.
2. Membuat aliran turbulen pada system tangki penerimaan ketika proses pengisian
berlangsung.
3. Adakan agitasi mekanik di dalam tangki penerimaan dengan memakai slotted atau spreader.

Hal-hal lain yang perlu diketahui di dalam pemisahan emulsi dengan cara kimiawi ini adalah :
1. Butir air dalam emulsi memiliki muatan listrik, sehingga akan menyulitkan penyatuan
partikel-partikel. Pemisahan akan terjadi jika diberikan zat elektrolit ke dalamnya.
2. Emulsifying agent sangat mempengaruhi terbentuknya dan kesetabilan emulsi. Untuk emulsi
antara air dan minyak, dapat berupa aspaltic dan sejenisnya yang mempunyai sifat basah
oleh minyak. Jiika ada suatu zat yang dapat bercampur dengan emulsi dan mempunyai sifat
dapat menghancurkan emulsifying agent maka pemisahan akan terjadi.
3. Pada permukaan air akan terkumpul zat-zat koloid maka dengan zat-zat pengumpal seperti
misalnya ,NaCl, FeSO4, emulsifying agent dapat dirusak atau dinetralkan, selanjutnya
pemisahan akan terjadi.
Pemilihan reagent yang cocok, itu ditentukan oleh sifat-sifat emulsinya. Dengan test
laboratorium dapat ditentukan sifat-sifat emulsi tersebut. Test-test di laboratorium itu meliputi :
1. Specific gravity minyak
2. Titik didih (pour poit)
3. Tittik beku
4. Persentase air
5. Hubungan antara temperature dan viskositas

3.2 METODA THERMIS

17
Metoda ini merupakan metoda yang paling sering digunakan, tetapi jarang sekali metoda ini
digunakan tanpa menghubungkan dengan metoda lain, misalnya metoda kimia dan listrik.
Metoda thermIs dilakukan pada tekanan atmosfer, dimana pemecahan emulsi dengan metode
ini bisa dibagi menjadi dua proses yaitu flashing dan pemanasan pada temperature di bawah 100 c ̊ .
Dasar atau falsafah dapat digunakannya metoda thermos untuk pemisahan emulsi ialah bahwa
panas :
1. Mengurangi viskositas minyak
2. Mempengaruhi sifat-sifat koloidal emulsifying agent
3. Emperlemah tegangan permukaan antara miyak dengan air
Dengan ketiga faktor itulah panas dapat membantu pemisahan minyak dengan air. Alat yang digunakan
untuk memisahkan antara air dengan miyak (dalam bentuk emulsi) dengan metoda thermis adalah
heater treater (gambar 3.8)

18
GAMBAR 3.8 HEATER TREATER

19
3.2.1 PROSES PEMISAHAN DENGAN CARA FLASHING
Proses pemisahan dengan cara flashing dilakukan pada temperature diatas 100 ̊c. panas tersebut
menyebabnkan partikel-partikel air menjadi uap. Dengan demikian perbedaan phase dan berat jenis
akan lebih besar dan proses pemisahan terjadi. Kelemahan-kelemahan pada proses ini adalah:
1. Fraksi ringan dalam crude oil akan hilang sehingga akan merugikan.
2. Diperlukan ketel-ketel pendingin, separator dan isolasi sehingga akan memaka biaya.
3. Diperlukan bahan bakar yang banyak, baik berupa gas maupun berupa minyak.

3.2.2 PEMISAHAN DENGANN PEMANASAN PADA TEMPERATUR DIATAS 100 ̊ C


Pemanasan ini dilakukan untuk dehydrasi emulsi tidak setabil. Dengan pemanasan ini viskositas
fluidanya turun sehingga akan meningkatkan mobilitas partikel-partikelnya. Selanjutnya tumbukan dan
perpaduan antara partikel semakin besar. Dengan bersatunya partikel-partikel tersebut maka akan
mudah terjadinya pemisahan karena perbedaan berat jenis.
Panas yang di butuhkan dapat dicari dengan persamaan yang diberikan oleh Ticater :

Q=W Cp T

Dimana :
Q = panas yang dibutuhkan, BTU/jam
W = berat emulsi (cairan)yang dipanaskan, 1b/jam
Cp =specific heat cairan, BTU/1b/o F
T =perbedaan temperature, o F

Penambahan panas kedalam aliran minyk dan air merupakan metode tradisional dalam hal
pemisahan phase.untuk mengetahui efek-efek yang ditimbulkan olehh pemanasan terhadap minyak
dapat diketahui dari test-test yang dilakukan di laboratorium.
Begs dan Robinson, setelah menyelidiki sebanyak 460 sample crude oil berhasil
mengembangkan persamaan matematis yang menunjukkan hubungan antara viskositas, temperatur dan
gravity yang selanjutnya dikembangkan ke dalam bentuk grafik (ggambar 3.9). persamaan metematis nya
adalah :
uo=10x-1
dimana :
uo = viskositas minyak, cp
T = temperature, o f
X =YT-1.163
Y =10z
Z =3.0324-0.020235 G
G =API gravity minyak

20
GAMBAR 3.9 KORELASI BEGGS DAN ROBINSON HUBUNGAN VISKOSITAS DAN TEMPERATUR

Bila titik didih minyak rendah, maka pertambahan panas akan


merugikan.molekul-molekul minyak bisa meninggalkan cairan atau bisa juga
tertekan menjadi satu dengan molekul gas. Bahkan jika molekul-molekul minyak
bersatu dengan gas,akan menyebabkan hilangnya sejumlah minyak yang
saharusnya didapat. Selain itu juga penambahan tempratur treating menyebabkan
terbentuknya crude oil berat,dengan demikian akan mengurangi nilai. Dari gambar
3.10 dapat diperlihatkan besarnya volume minyak yang hilang akibat kenaikan
tempratur dan pada gambar 3.11 diperlihatkan pula besarnya penurunan gravity
akibat kenaikan tempratur.

Terhadap densitas, penambahan tempratur dapat menaikan atau


menurunkan densitas minyak dan airnya. Hal ini tergantung pada karaktterristik
crude oilnya. Seperti ditunjukan pada gambar 3.12 dapat dilihat bagaimana
pengaruh kenaikan tempratur terhadap densitas terhadap tiga macam sample
crude oil yang berkarakteristik berbeda.

Masalah heater treater, perlu kita mengetahui langkah-langkah yang harus


diperhatikan di dalam perencanaannya.langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

21
1. Tentukan jenis emulsi, untuk emulsi yang tidak ketat treater harus
mempunyai kapasitas minyak 500 bbl/hari.sedangkan bila emulsi sangat
ketat kapasitas minyak sebesar 150 bbl/hari yang sebaiknya digunakan.
2. Tentukan apakah sumur memproduksi air bebas.
3. Tentukkan jumlah dan sifat fisik dari pada air,minyak dan gas.
4. Tentukan settling time berdasarkan analisa di laboratorium. Waktu yang
diperlukan sekitar 15 menit sampai 12 jam.
5. Tentukan penggunaan daripada minyak,air dan gas setelah
dipisahkan,untuk melihat kemungkinan treater bekerja pada tekanan
atmosfir.

22
GAMBAR 3.10 JUMLAH VOLUME MINYAK YANG HILANG DENAGAN NAIKNYA
TEMPRATUR TREATING

GAMBAR 3.11 BESARNYA PENURUNAN API GRAVITY MINYAK OLEH KENAIKAN TITIK
TEMPRATUR TREATING

23
GAAMBAR 3.12 PENGARUH PENAMBAHAN PANAS TERHADAP DENSITY MINHYAK
DAN AIR DARI CRUDE OIL YANG BERBEDA KARAKTERISTIKNYA

6. Tentukan tempratur treating yang berkisar antara 120 0 sampai 1600


derajat farhenheit.
7. Tentukan kapasitas pemanas (firebox).

Firebox harus cukup luas untuk dapat memanaskan fluida dari tempratur
aliran menjadi tempratu kerja. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang digunakan
sebagai bahan pertimbangan, yaitu :

24
a. Air bebas akan dikeluarkan sebelum fluida dipanaskan.
b. Semua minyak akan mengalami pemanasan pada saat melewati
pemanasan.
c. Air yang teremulsi juga ikuut terpanaskan. Bila jumlah air tidak di
ketetahui anggap jumlah tersebut ssebesar 20%.
d. Firebox sebaiknya tediak bekerja secara terus menerus melainkan
secara terputus-putus. Hal ini memungkinkan besarnya daya tahan
firebox itu sendiri.
e. Kapasitas firebox harus cukup memenuhi keperluan dengan
memperhitungkan heat loss dari treater.

3.3. METODE ELEKTRIK

Metode ini didasarkan pada sifat bahwa jika medan listrik bolak balik
dengan voltage (tegangan) tinggi berpengaruh pada suatu yang minyak yang
beremulsi,maka emulsi-emulsi akan bertumbukan (coalesce) ntuk membentuk
butiran air yang lebih besar, sehingga lebih mudah untuk settling. Dalam metode
ini tempratur diusahakan tinggi dengan maksud agar viscositasnya rendah
sehingga mempermudah setlling.

Berdasar teori ini, jika tetesan-tetesan air pada minyak mentah dipengaruhi
medan listrik bertegangan tinggi maka oleh gaya induksi setiap partikal air akan
bermuatan listrik. Muatan-muatan ini akan tetap bertahan dalam tetesan airnya
selama medan listrik masih bekerja, karena tetesen-tetesan dikelilingi oleh fasa
yang bukan konduktor, yaitu fasa minyak. Muatan induksi pada lapisan yang
teradsorbsi yang mana membentuk lapisan atau batas antarfasa air dan minyak.
Dengan berkurangnya kestabilan emulsinya, persatuan/tumbukan antara partikel-
partikel air diberikan oleh arah-arah kutub yang bersamaan pada partikel-partikel
airnya, dimana pada arah yang berlawanan terdapat kutub-kutub yang
berlawanan pula sehingga tarik menarik. Muatan listrik static yang menyebabkan
gaya tarik menarik antara partikel-partikel yang cukup untuk meruntuhkan lapisan
tipis pemisahnya pada saat partikel-partikelnya saling kontak. Persatuan antara
partikel-partikel air ini berlangsung terus sampai tetesan airnya cukup besar untuk

25
setlling oleh gaya gravitasi. Jadi pada metode elektrik ini terdapat dua tahapan
dalam pemisahan emulsinya. Pertama, penggabungan partikel-partikel air menjadi
lebih besar. Dan yang kedua adalah settling oleh gaya gravitasi.

GAMBAR 3.13 ALAT TREATER LISTRIK

Gradient tegangan yang digunakan pada umumnya sekitar 5000-10000


atau 11000-38000 volt pada jarak linier 1 inci antara elektroda-elektroda.
Menurut uren, penggunaan daya listrik adalah sekitar 25-50 watt-jam/bbl minyak,
tegangan 200-400 volt, dan untuk setiap treater kira-kira diperlukan daya 45
kwh/hari dengan arus 10 ampere. Minyak yang ditreating boleh berkisar 11-40 0
API dan water cut sampai 85% dapat dibersihkan menjadi kurang dari 2 atau 1%
saja. Losse minyak dari metode ini kurang dari ½ 0 API, sedangkaan losse volume
adalah kurang dari 2-1%.

Pada gambar 3.14 dapat dilihat dapat dilihat bagian-bagian darisaalah satu
jenis dehydrator. Diagram alirannya ditunjukkan pada gambar 3.14

26
GAMBAR 3.14 SKEMA DIAGRAM ALIRAN DEHYDRASI DENAN METODE LISTRIK

3.4. METODA CENTRIFUGAL

Centrifuges bisa memberikan gaya yang besarnya dapat mencapai


13.000 kali gaya gravitasi jika berputar dengan kecepatan 13.000 rpm
sampai 40.000 rpm. Gaya centrifugal ini digunakan bila diperlukan suatu
gaya yang lebih besar untuk memisahkan minyak dan air misalnya, yang
densitasnya berbeda. Efek dari gaya centrifugal ini sama dengan gaya
gravitasi, tetapi jauh lebih efektif lagi. Efisiensinya tergantung pada densitas
air dan minyak yang diputarnya, semakin besar selisih densitynya makin
efektif dia.

Agar memperoleh pemisahan yang sempurna, suatu centrifuge harus


dapat berputar dengan cepat sekali. Pada industri perminyakan kadang-
kadang dipakai putaran sampai 17.000 sampai40.000 rpm. Mesin
pemutarnya sendiri terdiri dari suatu bowl(mangkuk) yang terletak pada

27
ujung tonggak vertical yang berputar cepat karena motor listrik atau steam
turbine.juga kadang-kadang digunakan belt. Emulsi biasanya dipanaskan
dulu dimasukkan dalam mangkuk tersebut pada tengah tengahnya melalui
suatu pipa. Akibatnya air yang memilki densitas lebih besar bergerak keatas
masuk ke lubang arah luar daripada tepian mangkuknya, hal ini disebabkan
gaya centrifugal akan melemparkan partikel-partikel yang densitynya lebih
besar keluar lebih jauh daripada partikel-partikel yang densitynya lebih
kecil. Suatu bidang silindris dibuat antara minyak dan air yang jumlah
posisinya tergantung pada jumlah air dan minyak yang ada. Minyak yang
bersih bergerak melalui lubang keluar diatas mangkuknya dekat pusat,
sedangkan airnya terlepas dari lubang keluar lainya yang terletak dekat
perimeter luar dari mangkuknya. Pasir dan padatan-padatan lainnya
condong untuk mengikuti air walaupun padatan yang lebih kasar tertinggal
dalam mangkuk dan ini harus dibersihkan dengan tangan setelah
berhentinya rotasi dan dibukanya tutup alat.

Dalam industri minyak ada dua macam setrifugesyang biasanya


digunakan untuk pemisahan emulsi, yaitu dengan laval oil separator dan
sharpless super centrifuge. Penggunaan alat ini terutama untuk ekstraksi
padatan-padatan dalam minyak. Minyak dan air dalam tipe emulsi tidak
stabil dapat dipisahkan dengan mudah dan baik.menurut becher emulsi
dengan kadar air 80% dapat dipisahkan hanya tinggal 0,5% dalam beberapa
menit. Tetapi bila emulsinya termasuk stabil maka air yang keluar masih
mengandung sejumlah emulsi minyak, terutama sekali kalau densitas
minyaknya tinggi.

Sharpless supercentrifugal adalah suatu mesin dengan tipe mangkuk


yang sederhana (gambar 3.15),yang digerakkan dengan kecepatan 17.000
rpm yang dapat mengadakan gaya pemisah sebesar 16.900 kali besarnya
gaya gravitasi. Minyak yang dikerjakan dipanaskan lebih dahulu dengan
steam coils(uap)yang ditempatkan pada tangki 250 bbl yang mana sebagian
diisi air melalui mana emulsinya bergerak keatas. Lalu minyak yang telah
dipanaskan dimasukkan (melalui saluran pada atas tangkinya) ke dalam
centrifuge. Tempratur diatur range 110-130 0 F, jika diinginkan pemisahan
28
yang sempurna. Efisiensi alat ini dapat dipertinggi dengan memberikan zat
kimia. Zat kimia tersebut ditambahkan di tanki pemanasnya.

Centrifuge mengeluarkan dua macam fluida, minyak yang telah bersih


dan air yang sering kali masih mengandung emulsi-emulsi minyak yang tak
terpisahkan.

De level oil purifier bentuk konstruksi mangkukny unik sekali (gambar


3.16),yang dilengkapi dengan sederetan kerucut-kerucut logam tipis, yang
satu terletak pada lainnya pada suatu tuas sedemikian rupa sehingga antara
satu mangkuk dengan lainnya hubunganya hanya melalui lubang yang
sempit. Emulsi diisikan pada suatu pipa yang menembus di dalam pusat
tutup mangkuk dan terus masuk kedasar dari mana ia keluar atau naik
mrlalui lubang-lubang bulat yang menembus krucut-kerucut disitu, dan
terdistribusi pada lapisan-lapisan tipis diantaranya, karena adanya gaya
centrifugal, terjadi pemisahan antara air dan minyak serta padatan dari
minyaknya. Air dan padatan karena lebih berat maka akan mengalir
sepanjang bagian bawah setiap kerucut kearah tepian mangkuknya,dimana
ia akan dialirkan pada saluran air. Minyak yang telah dibersihkan dari
kotoran/emulsi, dipaksa bergerak ketengah mangkuknya,dan mengalir
sepanjang bagian atas kerucut-kerucut kesuatu saluran annulus yang
mengelilingi pipa pemasukan diatas darimana minyak akan dikeluarkan.

29
GAMBAR 3.15 SHARPLESS SUPERCEN TRIFUGAL

GAMBAR 3.16 MANGKUK De LEVEL OIL PURIFIER

30
3.5. METODE DISTILASI DAN ADSORPSI

Dua macam metode ini digunakan untuk minyak ringan dan di


digunakan hanya secara kecil-kecilan. Selain itu juga hanya hanya digunakan
atau dilakukan pada suatu minyak yang homogen, misalnya propane dll,
sebelum ia masuk ke pipelinen. Sengaja metode ini tidak dibahas secara
mendetail karena memang jarang digunakan pada minyak mentah untuk
pemisahan emulsi. Alatnya disebut oil skimmer (gambar 3.17).

GAMBAR 3.17 OIL SKIMER HOROZONTAL

BAB IV
31
KESIMPULAN
Dari urutan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil dari
tulisan ini suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Kandungan (kadar) air didalam crude oil dapat berupa air bebas
maupun sebagai emulsi.
2. Emulsi dapat terbentuk dalam reservoir, tubing maupun
flowline(pipeline).
3. Kadar air didalam crude oil perllu dihilangkan. Proses
penghilangan disebut dehydrasi.
4. Walaupun banyak metode dehydrasi tetapi prinsipnya adalah satu,
yaitu memecah dan memisahkan emulsi.
5. Pemakian metode dehydrasi disesuaikan dengan karakteristik
crude oil-nya
6. Untuk memperoleh pemisahan yang baik,metode dehydrasi sering
perlu dikombinasikan.

DAFTAR PUSTAKA

32
1. Bambang T,Ir”Pengolahan Lapangan Minyak”, Himpunan Mahasiswa teknik Perminyakan “Patra”
,ITB, 1975
2. Becker, P , “Emulsion Theory and Practice”, American Chemical Society, Monograph Series
nr.162, Rein Hold publ. corporation, New York (1955).
3. Begs, H.D and Robinson, J. R, “Estimating The Viscosity of Crude System” JPT, September, 1975
4. Stampley, B.E, “Chemical Treatment of Oil Field Emultions”, West Texas Oil ifting Short Course, 5 th
Annual, 1958

33

Anda mungkin juga menyukai