Anda di halaman 1dari 41

KONSTANTA DIELEKTRIK

& KOEFISIEN PARTISI

Nur Mita, S.Si., M.Si., Apt

Kuliah Farmasi Fisik I


KELARUTAN
Cont.

Larutan Jenuh • Zat terlarut (solut) berada dalam


kesetimbangan dengan fase padat
(saturated) (solut)

Larutan tidak • Larutan yang mengandung solut dalam


konsentrasi di bawah konsentrasi yang
Jenuh diperlukan supaya terjadi penjenuhan
(unsaturated) yang sempurna pada suhu tertentu

Larutan lewat • Larutan pada suhu tertentu yang


mengandung solut lebih banyak dari
Jenuh pada normal, sehingga terdapat solut
(supersaturated) yang tak terlarut
ISTILAH KELARUTAN
INTERAKSI PELARUT DAN
ZAT TERLARUT
PELARUT POLAR
Kelarutan obat pada pelarut polar bergantung pada:
 Polaritas pelarut (solven) terhadap momen dipol (momen dipol >> : polar)
 Kemampuan solut membentuk ikatan hidrogen

Nitrobenzena mempunyai momen dipol 4,2 x 10-18 esu cm sedangkan fenol


hanya 1,7 x10-18 esu cm, namun pada 20°C kelarutan nitrobenzena 0,0155
mol/kg sedangkan fenol 0,95 mol/kg

Gambaran struktur
molekulnya seperti rasio
gugus polar dengan
nonpolar
Mekanisme Solven Polar
a) Solven polar dengan tetapan dielektrik yang tinggi, menurunkan gaya atraksi
antara ion bermuatan berlawanan dalam Kristal, mis. NaCl.
b) Solven polar memutuskan ikatan kovalen elektrolit kuat dengan reaksi asam-
basa
Terjadinya ionisasi HCl oleh air:

HCl + H2O H3O+ + Cl-


c) Solven polar mampu mensolvat molekul dan ion melalui gaya interaksi dipol,
khususnya pembentukan ikatan hidrogen, yang menyebabkan kelarutan zat

Interaksi ion-dipol antara garam natrium oleat dengan air


SOLVEN NONPOLAR

• Melarutkan solute nonpolar dengan tekanan internal yang sama


melalui interaksi dipol induksi
• Molekul solute berada dalam larutan oleh gaya lemah van der waals
– London
• Minyak dan lemak larut dalam karbon tetraklorida, benzene, dan
minyak mineral. Basa alkaloid dan asam lemak larut pula dalam
solven nonpolar
SOLVEN SEMIPOLAR

• Keton dan alkohol dapat menginduksi derajat polaritas dalam


molekul solven nonpolar, karena itu benzene yang mudah
terpolarisasi menjadi larut dalam alcohol
• Senyawa semipolar dapat berlaku sebagai solven perantara
(intermediate solvent) untuk bercampurnya cairan polar dan nonpolar
• Aseton meningkatkan kelarutan eter dalam air. Propilenglikol
menambah kelarutan campuran air dengan minyak permen dan air
dengan benzilbenzoat
POLARITAS PELARUT DAN ZAT TERLARUT

Konstanta Pelarut Zat Terlarut


Dielektrik Pelarut
80 Air Garam Anorganik, Garam
Organik
50 Glikol Gula, Tannin
30 Metil dan Etil Alkohol Castor Oil, Wax
20 Aldehid, Keton, dan Higher Resin, Volatile Oil, Elektrolit
Alcohol, Eter, Petroleum Eter Lemah termasuk Barbiturat,
dan Fenol
5 Heksan, Benzen, CCl4, Etil Eter, Fixed Oil, Lemak,
Petroleum Eter Petrolatum, Paraffin,
Hodrokarbon lainnya
0 Mineral Oil & Fixed Vegetable Oil
KELARUTAN ZAT PADAT
DALAM CAIR
KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIR

Penambahan
Suhu pH larutan
Dipengaruhi oleh:

zat terlarut

Konstanta
Polaritas
Ukuran partikel dielektrik
pelarut
pelarut

Ukuran molekul Polimorfisme


Pengaruh Suhu

Suhu dapat meningkatkan kelarutan zat padat


terutama kelarutan garam dalam air, sedangkan
kelarutan senyawa nonpolar hanya sedikit sekali
dipengaruhi oleh suhu
Cont.

• Reaksi Eksoterm dan Endoterm


ΔH, panas pelarutan parsial yaitu panas yang
diabsorpsi per-mol bila sejumlah kecil zat terlarut
ditambahkan dalam sejumlah besar pelarut

ΔHLarutan = ΔHSublimasi - ΔHHidrasi


Cont.

• Sebagian besar garam memiliki


kelarutan yang besar dalam air
panas
• Beberapa garam memiliki
panas pelarutan negative
(eksoterm) dan kelarutannya
akan menurun dengan
meningkatnya temperatur
Pengaruh Penambahan Zat Lain

• Penambahan Ion Sejenis


– Apabila elektrolit sukar larut dilarutkan untuk
membentuk larutan jenuh, kelarutan digambarkan
sebagai Ksp
– Kelarutan menurun dengan adanya ion sejenis,
meningkat dengan penambahan ion tidak sejenis
Cont.

• Penambahan Surfaktan
– Surfaktan merupakan molekul amfifilik yang tersusun
dari bagian polar/ hidrofilik (head), dan bagian nonpolar/
hidrofobik (tail)
– Bagian kepala dapat berupa anionik, kationik, zwitter ion
(dipolar), nonionik
– Bagian ekor merupakan senyawa hidrokarbon rantai
panjang
Cont.

• Penambahan Surfaktan (cont.)


– Pada konsentrasi rendah dalam larutan berada pada
permukaan atau antar muka larutan dan memberikan
efek penurunan tegangan permukaan
– Pada konsentrasi di atas Konsentrasi Misel Kritis (KMK)
membentuk misel (agregat koloidal) yang berperan
dalam proses solubilisasi miselar
Cont.
• Penambahan Surfaktan (cont.)
– Solubilisasi Miselar
• Yaitu suatu pelarutan spontan yang terjadi pada moekul zat
yang sukar larut dalam air melalui interaksi yang reversibel
dengan misel dari surfaktan dalam larutan sehingga terbentuk
suatu larutan yang stabil secara termodinamika
• Syarat: konsentrasi surfaktan ≥ KMK
Pengaruh pH
• Kelarutan senyawa yang terionisasi dalam air sangat
dipengaruhi oleh pH, sedangkan kelarutan senyawa
nonelektrolit yang tidak terionisasi dalam air hanya sedikit
dipengaruhi oleh pH
• Untuk senyawa yang terionisasi (elektrolit) seperti asam
karboksilat (HA) kelarutan merupakan fungsi dari pH
Cont.
Peningkatan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa
asam lemah, dan penurunan pH dapat meningkatkan
kelarutan senyawa basa lemah

• Penentuan pH optimum, untuk menjamin larutan yang


jernih dan keefektifan terapi yang maksimum
Contoh: asam salisilat, atropine sulfat, tetrakain HCl, sulfonamide,
fenobarbital Na
Cont.
Pengaruh pH pada Senyawa Elektrolit
Pengaruh Polaritas Pelarut

• Polaritas molekul pelarut dan zat terlarut dapat


mempengaruhi kelarutan
• Molekul zat terlarut polar akan terlarut pada pelarut
polar
• Molekul zat terlarut nonpolar akan terlarut dalam
pelarut nonpolar
Pengaruh Konstanta Dielektrik

• Senyawa hidrofobik meningkat kelarutannya dalam air


dengan adanya perubahan konstanta dielektrik pelarut
yang dapat dilakukan dengan penambahan pelarut lain
(kosolven)
• Konstanta dielektrik dari suatu sistem pelarut campur
merupakan jumlah hasil perkalian fraksi pelarut dengan
konstanta dielektrik masing-masing pelarut dari sistem
pelarut campur tersebut
Pengaruh Kosolven
• Kosolvensi adalah suatu
fenomena dimana zat terlarut
memiliki kelarutan yang lebih besar
dalam campuran pelarut
dibandingkan dalam satu jenis
pelarut
• Kosolven adalah pelarut yang
digunakan dalam kombinasi untuk
meningkatkan kelarutan suatu zat
terlarut
Pengaruh Ukuran Partikel
• Ukuran partikel dapat mempengaruhi kelarutan karena semakin kecil
partikel, rasio antara luas permukaan dan volume meningkat.
• Meningkatnya luas permukaan memungkinkan interaksi antara zat
terlarut dan pelarut lebih besar

• Pengaruh ukuran partikel terhadap kelarutan digambarkan dalam


persamaan berikut:
Pengaruh Ukuran Molekul
• Semakin besar ukuran molekul  semakin berkurang kelarutan
suatu senyawa
• Semakin besar ukuran molekul zat terlarut  semakin sulit molekul
pelarut mengelilinginya untuk memungkinkan terjadinya proses
pelarutan
• Dalam hal senyawa organic, “percabangan” akan meningkatkan
kelarutan, karena semakin banyak percabangan akan memperkecil
ukuran molekul, sehingga mempermudah proses pelarutan oleh
molekul pelarut
Pengaruh Polimorfisme
• Polimorfisme adalah kapasistas suatu senyawa
organic untuk terkristalisasi menjadi lebih dari satu jenis
bentuk Kristal
• Perubahan dari satu bentuk kristal ke bentuk yang lain
adalah reversible, proses ini disebut enantiotropik
• Bentuk polimer dapat mempengaruhi warna, kekerasan,
kelarutan, titik leleh dan sifat-sifat lain dari senyawa
• Karena titik leleh merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi kelarutan, maka polimorf akan memiliki
kelarutan yang berbeda
KELARUTAN GAS DALAM
CAIRAN
Kelarutan Gas dalam Cairan

Adalah konsentrasi gas yang terlarut saat


berada dalam kesetimbangan dengan gas murni
di atas larutan
Kelarutan Gas dalam Cairan Bergantung pada

Tekanan • Tekanan gas di atas cairan naik  kelarutan


bertambah

Suhu • Suhu naik  kelarutan gas turun

Adanya garam • Penambahan garam (elektrolit) membebaskan


gas terlarut

• Gas tertentu memberikan reaksi kimia 

Reaksi Kimia kelarutannya menjadi lebih besar


• Contoh: hidroklorida, ammonia, dan karbondioksida
Cont.

Hukum Henry

Ket:
C2 : konsentrasi gas terlarut dalam gram/L pelarut
P : tekanan parsial gas tak terlarut dalam mm
: koefisien kelarutan

Anda mungkin juga menyukai