Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik
Tahun Ajaran 2011/2012
Dosen Pengampu : Dra. Ely Rudyatmi, M.Si
Dr. Saiful Ridlo, M.Si

Oleh
Wasil Hidayah 4401409008
Kelompok 2 (washing)
Rombel 2
Pendidikan Biologi
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA
Tanggal Praktikum 23 Mei 2012

A.    Tujuan
1.      Membuat preparat whole mount protozoa dengan menggunakan zat warna hematoxylin dan
eosin.
2.      Menganalisis hasil pembuatan preparat whole mount protozoa dengan menggunakan zat warna
hematoxylin dan eosin.

B.     Landasan Teori


Protozoa merupakan phylum yang masuk dalam kingdom protista, disebut juga sebagai
protista mirip hewan. Protozoa merupakan protista mirip hewan yang uniselluler atau bersel satu
dan bersifat mikroskopis. Makhluk hidup uniselluler dapat diartikan sebagai makhluk hidup yang
melakukan semua fungsi fisiologis yang essensial dalam satu sel tersebut. Ciri-ciri umum dari
protozoa diantaranya mikroskopis, uniselluler, hidup soliter atau berkoloni, bentuk sel sangat
bervariasi. (Dalam Diktat Taksonomi Hewan, 2010).
Preparat whole mount adalah preparat yang objeknya merupakan keseluruhan bagian
objek secara utuh tanpa mengurangi atau melakukan pengirisan. Tujuan pembuatan preparat
whole mount adalah untuk dapat menyediakan preparat mikroskopis yang dapat memperlihatkan
struktur secara keseluruhan dari bahan atau objek yang bersangkutan. Misalnya Preparat Whole
Mount Paramaecium sp untuk memperlihatkan sel protozoa tersebut dengan bagian- bagiannya
seperti cilia, vakuola kontraktil, vakuola makanan, dan lainnya. (Rudyatmi,2012)
Protista dibagi ke dalam
1.      Sub phylum sarcodina: memiliki karakteristik tubuh seperti agar-agar dengan bentuk tubuh tidak
tetap, tidak berwarna dan transparan, umumnya berukuran 0,6 mm. Contohnya Amoeba sp,
Rotalia sp, Entamoeba sp.
2.      Sub phylum Ciliata (Infusiora) : memliki karakteristik alat berak berupa cilia yang berguna
untuk pengambilan makanan, bentuk tubuh tetap dan setiap species memiliki bentuk tersendiri.
Contohnya Vorticella sp, Spirostomum sp.
3.      Sub phylum Mastigophora atau flagelata, bergerak dengan satu atau lebih flagella seperti
cambuk, beberapa memiliki plastida berupa klorofil (disebut Pritsta mirip tumbuhan). Contohnya
Volvox sp, Noctiluca sp.
4.      Sub phylum Amplicomplexa: merupakan protista parasit, bersifat sporozoik. Contohnya
Plasmodium sp, Eimeria sp.

Karena ukuran mikroskopis dari protozoa maka pengamatan dapat dilakukan dengan
menggunakan mikroskop. Dapam pembuatan preparat whole mount Protozoa dapat
menggunakan pewarnaan rangkap dua, yaitu pewarnaan yang menggunakan dua macam zat
warna. Misalnya pewarnaan Hematoxylin Ehrlich-eosin, zat warna yang digunakan adalah
hematoxilin dan eosin.

C.    Prosedur
Pengambilan sampel Protozoa dalam genangan air untuk diinkubasikan dalam botol bening
dengan kondisi tutup terbuka.. Pengecekan jumlah protozoa yang ada dalam sampel dengan
menggunakan mikroskop. Sampel dapat digunakan untuk proses praktikum bila terdapat jumlah
protozoa yang banyak maka sampel air ini dapat diproses untuk menjadi preparat.
Pembuatan albumin mayer dengan cara putih telur ayam buras dari satu butir telur dikocok
pada sebuah mangkok hinga seluruh bagiannya menjadi busa, kemudian didiamkan kembali dan
ditunggu hingga menjadi cairan kembali. 10ml cairan tersebut diambil menggunakan pipet dan
gelas ukur, ditambah gliserin dengan volume yang sama (1:1). Mengaduknya hingga homogen.
Sterilisasi gelas benda dengan alkohol 70%. Penetesan albumin mayer pada salah satu sisi
gelas benda dengan bantuan tusuk gigi. Meratakan albumin meyer keseluruh permukaan kaca
dengan bantuan jari-jari tangan hingga terasa lengket dan kesat.
Meletakkan gelas benda diatas rak pewarnaan datar dan menetesinya dengan dua tetesan air
kolam pada 1,5cm dari tepigelas benda kemudian mengeringanginkannya. Proses fiksasi dengan
menetesi metanol pada gelas benda dalam cawan petri, ditutupi dengan cawan petri lain agar
metanol tidak menguap selama dua menit.
Pencucian preparat protozoa dengan cara gelas benda dimasukkan ke dalam staining jar yang
berisi 60 ml alkohol 50%. Hidrasi preparat dengan memasukkan gelas benda pada staining jar
yang berisi 60 ml alkohol 30% dan dilanjut dengan 60 ml aquades masing-masing selama 2
menit.
Pewarnaan preparat protozoa dengan cara memasukkan gelas benda dalam staining jar yang
berisi 60 ml hematoxilin selama 5 detik. Setelah diwarnai preparat dicuci perlahan dengan
menggunakan air mengalir dalam staining jar hingga warnanya berubah menjadi biru muda.
Pendehidrasian preparat protozoa dengan dimasukkan dalam staining jar yang berisi 60 ml
alkohol bertingkat, yaitu 50%, 70%, 80%, 90% dan absolut masing-masing selama 2 menit.
Pendealkoholisasian dengan cara preparat protozoa dimasukkan dalam staining jar berisi 60 ml
campuran alkohol:xilol 3:1,1:1,1:3, dan clearing dalam xilol murni I dan II masing-masing
pencelupan selama 2 menit.
Pemountingan dengan penetesan canada balsam dan penutupan menggunakan gelas penutup
dengan bantuan jarum pentul. Penutupan dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi
gelembung. Preparat diberi label pada sisi kanan gelas benda (0,5 cm dari tepi kanan gelas
benda). Setelah preparat jadi, kemudian pengamatan menggunakan mikroskop,
pendokumentasian, serta analisis data pengamatan.
D.    Hasil
Gambar Keterangan
Synedra sp. Perbesaran :
400x
1 Keterangan :
  1.      Sitoplasma
Sitoplasman
ya terwarna
merah.
Inti sel
terwarna
lebih gelap.
Stentor sp Protozoa ini
1 memiliki
  bentuk
seperti pipa.

Perbesaran :
400x
Ket.
gambar :
2.    Sitoplasma
1.      Inti sel
Sitoplasman
2 ya terwarna
  merah
dengan inti
terwarna
lebih gelap.
Bentuk
seperti
terompet.

Euglena sp Perbesaran :
1 400x
  Ket.
gambar :
1.      Sitoplasma
2.      Inti sel
Sitoplasman
ya terwarna
merah. Inti
sel terwarna
lebih gelap.
2 Bentuk
runcing.
 

Dari preparat teramati tiga spesies protozoa yaitu Stentor sp.,Synedra sp. dan
Euglena sp dimana Synedra sp tidak terwarna pewarnaan hematoxylin-eosin, Euglena sp
terwarna pewarnaan hematoxylin-eosin namun menghasilkan warna merah muda, sedangkan
Stentor sp terwarna kuat oleh pewarnaan hematoxylin-eosin menunjukan warna merah gelap.
E. Pembahasan
Pada pembuatan whole mount protozoa pemberian albumin mayer bertujuan untuk
melekatkan protozoa pada gelas benda sekaligus menghambat gerak protozoa.
Berdasarkan hasil pengamatan preparat whole mount protozoa dengan perbesaran 400x
ditemukan protozoa berupa Stentor sp.,Synedra sp. dan Euglena sp.. Stentor sp terlihat berbentuk
seperti terompet dan pada begian atasnya terdapat beberapa silia yang mengelilinginya. Synedra
sp. berbentuk seperti pipa. Euglena sp. berbentuk runcing.
Protozoa yang teramati tidak menunjukkan terjadinya plasmolisis. Selain itu protozoa
terwarna merah, hal ini dikarenakan sitoplasma protozoa terwarnai oleh eosin. Sedangkan inti
dari protozoa terlihat lebih gelap, hal ini dikarenakan inti sel terwarna oleh hematoxilin.
Tidak banyaknya protozoa yang teramati mungkin dikarenakan protozoa yang dibuat
bukan berasal dari kultur. Penyebab lainnya juga dapat berasal dari proses pembuatannya
diantaranya kurang melekatnya protozoa akibat pada saat meratakan perekat albumin mayer
praktikan kurang sepurna sehingga menyebabkan protozoa dapat hilang atau terbawa larutan
selama proses pembuatan prepatat.

F.     Simpulan
1.      Preparat whole mount protozoa dapat dibuat dengan menggunakan zat warna hematoxilin dan
eosin.
2.      Pemberian hematoxilin dan eosin menyebabkan protozoa terlihat berwarna merah dengan inti
yang gelap.
3.      Jenis protozoa yang ditemukan yaitu Euglena sp, Synedra sp dan Stentor sp.
G.    Saran
1.      Pada saat perekatan albumin mayer pada gelas benda hendaknya dilakukan sampai terasa benar-
benar lengket dan kesat agar sediaan protozoa menempel erat pada gelas benda dan mencegah
protozoa hilang saat pemprosesan.
2.      Air sampel yang digunakan sebaiknya merupakan air yang telah dikultur sehingga jumlah
protozoa yang teramati jumlahnya dapat banyak.

H.    Daftar Pustaka


Rudyatmi, Ely. 2012. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

Soemadji.1995. Zoologi. Jakarta: Debdikbud, Drijen Dikdasmen.

Tim Pengampu. 2010. Taksunomi Hewan. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

http://uruzukuyo.blogspot.com/2012/09/laporan-praktikum-pembuatan-preparat_6485.html

Laporan Protozoa
TUJUAN

Mengidentifikasi dan mendiskripsikan organisme Protozoa

ALAT DAN BAHAN

ALAT

1.      Kaca preparat

2.      Mikroskop

3.      Pipet

BAHAN

1.      Air jerami


2.      Air selokan

3.      Air kolam ikan

CARA KERJA

Pembuatan Air Jerami

1.      Memotong batang padi (jerami) menjadi 3 cm dan memasukkannya ke dalam botol bekas air
mineral sebanyak setengah botol.

2.      Menuangkan air sebanyak setengah botol ke dalam botol yang sama.

3.      Membiarkan botol dalam keadaan terbuka selama 12 hari.

Pengamatan

1.      Mengambil setiap bahan sebanyak 2 tetes pada setiap kaca preparat yang berbeda, lalu
menutup sampel tersebut dengan kaca preparat yang lebih tipis.

2.      Menyalakan lampu mikroskop

3.      1. Meletakkan kaca preparat dengan sampel air jerami pada meja preparat pada
mikroskop
2. Mengamati sampel dan menggambar hasil pengamatan
4.      1. Meletakkan kaca preparat dengan sampel air selokan pada meja preparat pada
mikroskop
2. Mengamati sampel dan menggambar hasil pengamatan
5.      1. Meletakkan kaca preparat dengan sampel air kolam ikan pada meja preparat pada
mikroskop

2. Mengamati sampel dan menggambar hasil pengamatan

ANALISA

1.  Pada Air Jerami

Kami tidak menemukan adanya organisme Protozoa yang hidup di media air ini. Hal ini terjadi
karena ketika proses penyimpanan botol adalah pada tempat yang terkena sinar matahari
langsung. Seharusnya untuk menyimpan botol air jerami adalah pada tempat yang tidak terkena
sinar matahari. Sinar matahari langsung dapat menghambat pertumbuhan Protozoa, akibatnya
Protozoa tidak dapat ditemukan pada air jerami yang telah kami buat.

2.  Pada Air Selokan


Kami tidak menemukan adanya organisme Protozoa yang hidup di media air ini. Hal ini terjadi
karena terjadi ketidakseimbangan ekosistem pada air selokan. Protozoa tidak ditemukan dalam
air selokan karena air selokan telah tercemar, terutama oleh bahan-bahan kimia. Dengan kondisi
seperti ini mengakibatkan tidak tersedianya zat organik sebagai bahan makanan untuk
pertumbuhan Protozoa, sehinngga Protozoa tidak dapat hidup.

3.  Pada Air Kolam Ikan

Kami menemukan adanya organisme Protozoa yang hidup di media air ini. Hal ini terjadi karena
selama masa penyimpanan air kolam ikan adalah pada tempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung. Ditemukannya Protozoa dalam air ini juga terjadi karena di dalam air kolam ikan
terdapat bahan-bahan organik, seperti kotoran ikan. Dengan adanya faktor-faktor yang
mendukung untuk pertumbuhan Protozoa tersebut, maka Protozoa dapat hidup dan tumbuh
dengan baik.

KESIMPULAN

Protozoa hidup pada media yang basah dan kaya akan zat organik. Organisme yang merupakan objek
dari pengamatan ini adalah Protozoa filum Cilliata, organisme Protozoa yang bergerak dengan bulu
getar. Dari beberapa bahan yang telah diamati, hanya satu bahan yang menunjukkan adanya organisme
ini, yaitu pada air kolam ikan. Ini berarti di dalam kolam ikan masih terdapat keseimbangan ekosistem.

Sedangkan pada air selokan, tidak ditemukan adanya organisme ini. Hal ini terjadi karena sedikit atau
bahkan tidak adanya bahan-bahan organik lagi. Ini berarti air selokan sudah tercemar dan sudah tidak
seimbang lagi ekosistem yang ada di dalamnya.

Namun, tidak semua air selokan dapat dikatakan tercemar, hal ini tergantung pada pengaturan
pembuangan limbah ke air selokan.

Dengan adanya Protozoa, manusia dapat mengidentifikasikan tingkat keseimbangan ekosistem suatu
daerah.

Sedangkan hal yang dapat menjadi kesimpulan dari tidak ditemukannya Protozoa pada air jerami yang
kami buat adalah sinar matahari langsung menjadi penghambat pertumbuhan Protozoa.

http://intan-x.blogspot.com/2010/06/laporan-protozoa.html
PENGAMATAN MORFOLOGI PROTISTA

Tujuan : Mengamati morfologi beberapa macam anggota Protista, terutama ganggang dan
protozoa serta cara penyiapan preparatnya.

PENDAHULUAN

Protista merupakan salah satu dari Kingdom dari Animalia, yang mempunyai anggota yang
beragam. Terdapat tiga kelompok anggota Protista, yaitu ganggang (algae), protozoa, dan kapang
lendir. Ganggang adalah protista yang berfotosintesis, sedangkan protozoa bersifat heterotrof,
non-fotosintesis. Tipe makan pada protozoa mirip dengan hewan, dengan cara memasukkan
partikel makanan ke dalam tubuhnya. Makanan protozoa berupa bakteri atau protozoa lain dan
absorbsi nutrisi dari lingkungannya. Protozoa menempati habitat pada bermacam-macam tipe
perairan.

Protozoa mempunyai 4 kelompok taksonomi, yaitu Flagellata, Amoeba, Ciliata, dan


Apikomplexan. Flagellata ditandai dengan adanya satu atau lebih flagella dalam tubuhnya, hidup
bebas atau sebagai parasit. Sebagai contoh adalah Pteromonas, Euglena, dll. Amoeba tidak
mempunyai alat lokomosi permanen, pergerakan dilakukan dengan pseudopodia (kaki semu)
yang merupakan perpanjangan dari selnya, mengambil makanan atau mangsa dengan
menggunakan kaki semunya dan makanan kemudian masuk dalam vakuola makanan. Ciliata
ditandai dengan adanya silia diseluruh permukaan tubuhnya. Silia ini digunakan untuk
membantu pergerakan dan memasukkan makanan. Hampir semua anggota Ciliata hidup bebas.
Contoh yang umum dijumpai adalah Paramaecium sp. Paramaecium mempunyai dua bahan
genetik, yaitu makronukleus tunggal yang berperan dalam mengontrol aktifitas sehari-hari, dan
mikronukleus poliplod (dengan 1-80) dan berperan dalam reproduksi seksual. Apikomplexan
dengan anggota bersifat parasit dan banyak sebagai penyebab penyakit pada manusia. Sebagai
contohnya adalah Plasmodium.

Dalam praktikum ini juga dipelajari cara penyiapan preparat basah untuk mengamati
mikroorganisme dalam keadaan hidup.Teknik yang dapat digunakan adalah teknik lekapan
basah, tetes gantung, dan penggunaan agar motilitas. Dalam praktikum ini anda akan
menggunakan teknik lekapan basah. Preparat yang bersifat basah yang anda siapkan
memungkinkan anda mengamati bentuk dan ukuran mikroorganisme secara individu dan
motilitasnya dalam keadaan alamiah.

Anda akan dapat membedakan motilitas mikroorganisme yang anda amati dengan gerak Brown.
Pergerakan sejati (motilitas) biasanya sangat cepat dan terarah. Sedangkan gerak Brown
merupakan gerakan menggetar partikel-partikel dalam cairan secara acak/tidak terarah dan terus
menerus. Hal ini menyebabkan mikroorganisme motil dan non motil berubah posisinya dan
terlihat seperti bergerak. Dalam pengamatan ini anda harus juga membedakan pergerakan sejati
dengan pergerakan yang disebabkan oleh arus cairan. Keadaan ini disebabkan karena preparat
basah yang anda buat mengandung gelembung udara atau tidak tersegel dengan baik, sehingga
timbul arus udara yang menyebabkan mikroorganisme yang anda amati bergerak mengalir
mengikuti arus cairan tersebut.

Pergerakan sejati mikroorganisme disebabkan karena adanya flagela (bakteri, beberapa


ganggang, dan protozoa), adanya silia atau pseudopodia (pergerakan amuboid) pada beberapa
protozoa. Flagella mungkin sukar untuk diamati dengan mikroskup cahaya. Pada pewarnaan
khusus atau pengamatan dengan menggunakan mikroskup elektron flagela ini akan dengan
mudah diamati.

ALAT DAN BAHAN

Alat dan Bahan :

1. Mikroskup cahaya

3. Lampu spiritus

5. Loup inokulasi/ose

4. Air rendaman jerami umur 2-3 hari.

5. Gelas benda dan gelas penutup

6. Vaselin

7. Kertas lensa/tissue
8. Air kolam

CARA KERJA

1. Ambillah setetes air rendaman jerami/air kolam dan letakkan diatas gelas obyek.

2. Usapkan sedikit vaselin di ujung jari tangan kiri anda sehingga membentuk lapisan tipis.
Sentuhkan vaselin tersebut pada keempat sisi gelas penutup.

3. Arahkan muka kaca penutup yang telah bervaselin menghadap ke arah gelas obyek, secara
perlahan, letakkan kaca penutup dalam media dan tekan perlahan sehingga tersegel baik.

4. Amati secara hati-hati dengan menggunkan mikroskop.

5. Amati apakah ada pergerakan, gambar dan beri keterangan tentang mikroorganisme yang anda
amati dan cantumkan pula perbesarannya.

6. Gambar spesimen yang anda amati dan beri keterangan seperlunya pada buku laporan.

7. Bersihkan lensa mikroskop secara hati-hati dengan menggunakan kertas lensa, setelah anda
selesai pengamatan.

http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/protista.html

Sabtu, 30 Juni 2012


Laporan Praktikum Taksonomi Invertebrata "Protozoa"

BAB I

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang

Pada dasarnya dalam ilmu taksonomi, seluruh makhluk hidup dikelompokkan ke dalam dua

kerajaan (kingdom) yakni kingdom tumbuhan (kingdom plantae) dan kerajaan hewan (kingdom

animalia). Pengelompokan tersebut didasarkan atas persamaan ciri-ciri atau persamaannya. Tumbuhan

mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni mempunyai klorofil (zat hijau daun) dan hewan mempunyai ciri-ciri

tersendiri pula yakni dapat bergerak. 1[1]

Dalam sebuah penelitian ditemukan adanya beberapa makhluk hidup bersel satu yang sekaligus

mempunyai ciri-ciri tumbuhan dan ciri-ciri hewan (mempunyai klorofil dan dapat bergerak leluasa).

Akhirnya sebagian ahli berpendapat bahwa bahwa makhluk-makhluk hidup ini sebaiknya dikelompokkan

ke dalam kingdom animalia, filum protozoa. Di dalam uraian ini, kita mengikuti pendapat yang kedua.

Protozoa kita masukkan ke dalam kingdom animalia, kelompok avertebrata. 2[2]

Oleh karena itu, maka praktikum ini dilakukan untuk organisme-organisme apa saja yang

tergolong dalam Protozoa begitupun dengan bagian-bagian serta susunan klasifikasinya.

B.  Tujuan Percobaan

Adapun beberapa tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu :

1.    Untuk mengamati organisme yang tergolong Protozoa pada berbagai sumber air yang tergenang.

2.    Untuk menggambar bagian-bagiannya serta menuliskan susunan klasifikasinya.

1[1]Abhy Katsu. 2011.” Makalah Protozoa,”Blog Abhy Katsu.


http://abhykatsu.blogspot.com/2011/12/makalah-protozoa.html (11 Mei 2012)

2[2]Adun Rusyana, Zoologi Invertebrata, (Bandung: ALFABETA cv, 2011), h.05.


C.        Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dilakukannya percobaan ini yaitu agar dapat mengamati organisme yang

tergolong Protozoa pada berbagai sumber air yang tergenang dan juga untuk menggambar bagian-

bagiannya serta menuliskan susunan klasifikasinya.

3
[3]Mukayat Djarubito Brotowidjojo, Zoologi Dasar,(Jakarta: Erlangga, 1989), h.60.

4
[4]http://id.wikipedia.org/wiki/Protozoa
5
[5]Intan Dian Husada. 2011. “Sifat Umum Protozoa,” Blog Intan Dian Husada.
http://intandianhusada.blogspot.com/p/protozoa-sifat-umum-protozoa.html

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A.        Waktu dan Tempat

5
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini yaitu :

Hari/tanggal : Senin/14 Mei 2012

Pukul : 13.00 – 15.00 wita

Tempat : Laboratorium Biologi Zoologi Lantai Dua

Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar

B.        Alat dan Bahan

1.      Alat

Adapun alat yang akan digunakan dalam percobaan yaitu deck glass mikroskop biasa, pipet

pasteur (pipet halus), dan tissue.

2.      Bahan

Adapun bahan yang akan digunakan dalam percobaan yaitu air comberan (got), air dasar

kolam/aquarium, air sawah, dan lendir.

C.        Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada percobaan ini yaitu :

1.   Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2.   Mengambil sampel air dengan menggunakan pipet, kemudian dengan hati-hati meletakkannya di atas

objek gelas lalu mengamati pada mikroskop (mengusahakan mulai pada perbesar terkecil).

3.   Setelah mendapatkan organisme pada berbagai air kemudian memperhatikan perbesaran yang

digunakan.

4.   Menggambar organisme tersebut, mengamati struktur morfologi dan anatomi dari organisme yang

ditemukan, mencatat jenis, perbesaran, atau arah pergerakannya.


5.   Membersihkan meja praktikum sebelum meninggalkan laboratorium.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan

1.      Pada air sawah

Paramecium sp (Perbesaran 10 x 0,25)

Keterangan:

1.      Lekuk mulut

2.      Crystome

3.      Cytopharinx

4.      Lubang anal

5.      Mikronukleus

6.      Makronukleus

7.      Vakuola makanan

8.      Vakuola kontraktil

9.      Cilia

2.      Pada air dasar kolam/aquarium

Euglena viridis(Perbesaran 10 x 0,25)

Keterangan :

1.      Flagel (bulu cambuk)


2.      Bintik mata

3.      Vakuola kontraktil

4.      Kloroplas

5.      Nukleus

6.      Vakuola makanan

7.      Mitokondria

8.      Pelikel

3.      Pada air comberan (air got)

Stylonychia mytilus(Perbesaran 10 x 0,25)

Keterangan :

1.    Frontal cirri

2.    Ventral cirri

3.    Transverse cirri

4.      Pada air lendir

Spirostomum sp(Perbesaran 10 x 0,25)


Keterangan :

1.      Makronukleus ovoide

2.      Vakuola

3.      Makronukleus moniliforme

4.      Peristome

B.  Pembahasan

1.      Pada air sawah (Paramecium sp)

a.       Morfologi

Paramecium ini berukuran sekitar 50-350 ɰm.yang telah memiliki selubung inti (Eukariot).

Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) yang berfungsi untuk

mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar (Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi

kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi. Sistem reproduksi pada protista yaitu secara

aseksual (membelah diri dengan cara transversal), dan seksual (dengan konjugasi). Paramecium

bergerak dengan menggetarkan silianya, yang bergerak melayang-layang di dalam air. Cara menangkap

makanannya adalah dengan cara menggetarkan rambut (silianya), maka terjadi aliran air keluar dan

masuk mulut sel. Saat itulah bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan uniseluler

lainnya. memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan makanan, serta

vakuola berdenyut yang berguna untuk mengeluarkan sisa makanan.

b.      Anatomi

Paramecium memiliki bentuk oval, sandal, bulat di bagian depan / atas dan menunjuk di

belakang / bawah.  Kulitnya tipis dan elastis.Adapun yang menutupi kulit tipis adalah rambut-rambut

kecil banyak, yang disebut silia. Lubang bagian belakang disebut pori anal. Pada bagian luar paramecium
ditemukan vakuola kontraktil dan kanal.Dan bagian dalam paramecium terdapat sitoplasma, trichocysts,

kerongkongan, vakuola makanan, macronucleus dan mikronukleus itu sendiri. Paramecium sering

disebut sepatu animalcules karena bentuknya seperti sepatu.

Reproduksi aseksual biasanya oleh pembelahan biner melintang, kadang-kadang seksual dengan

konjugasi, dan jarang oleh endomixis, proses nuklir yang melibatkan reorganisasi total DNA organisme

individu. Macronuclear di Paramecium memiliki gen kepadatan tinggi sangat. macronucleus dapat berisi

sampai 800 eksemplar dari setiap gen. Paramecia berlimpah-limpah di kolam air tawar di seluruh dunia;

satu spesies hidup di perairan laut.

Paramecium memakan mikroorganisme seperti bakteri, alga, dan ragi.paramecium

menggunakan silia untuk menyapu makanan bersama dengan air ke dalam mulut sel setelah jatuh ke

dalam alur lisan. Makanan berjalan melalui mulut ke dalam tenggorokan dalam sel. Jika ada cukup

makanan di dalamnya sehingga telah mencapai ukuran tertentu, melepaskan diri dan membentuk

vakuola makanan.  Vakuola makanan berjalan menuju sel. Lalu bergerak sepanjang enzim dari

sitoplasma masuk vakuola dan mencernanya.Makanan dicerna kemudian masuk ke dalam sitoplasma

dan vakuola semakin kecil dan lebih kecil. Ketika vakuola mencapai pori anal limbah sisa belum

dicernakan akan dihapus.

Paramecium dapat mengeluarkan trichocyts ketika mereka mendeteksi makanan, dalam rangka

untuk lebih menangkap mangsanya.Trichocyts ini diisi dengan protiens.Trichocysts juga dapat digunakan

sebagai metode pertahanan diri.Paramecium adalah heterotrophs.bentuk umum mereka dari

mangsanya adalah bakteri. Organisme tunggal memiliki kemampuan untuk makan sehari 5.000

bakteri.Mereka juga dikenal untuk makan ragi, alga, dan protozoa kecil ambil.Paramecium mangsanya

melalui fagositosis.

c.       Habitat
Habitat dari Paramecium sp yaitu hidup di perairan, biasanya stagnan, air hangat.Spesies

Paramecium bursaria bentuk hubungan simbiotik dengan ganggang hijau.Ganggang ini hidup di

sitoplasma nya.fotosintesis ganggang menyediakan sumber makanan untuk Paramecium. Beberapa

spesies membentuk hubungan dengan bakteri.Mereka tidak bisa tumbuh di luar organisme ini.Spesies

ini mengakuisisi-shock perlawanan panas ketika terinfeksi obtusa Holospora, yang berkontribusi

terhadap gerakan silia. Paramecium juga dikenal sebagai mangsa untuk Didinium sp.

d.      Klasifikasi

Adapun klasifkasi Paramecium sp yaitu :

Kingdom               : Protista

Filum                     : Ciliophora

Class                      : Ciliatea

Subkelas                : Rhabdophorina

Ordo                      : Peniculida

Subordo                : Hymenostomatida

Family                   : Parameciidae

Genus                    : Paramecium

Species                  : Parameciumsp (Anonim, 2011)

2.      Pada air dasar kolam/aquarium (Euglena viridis)

a.       Morfologi

Euglenoida memiliki  tubuh yang menyerupai gelendong dan diselimuti oleh pelikel Euglena

viridis. Ukuran tubuhnya 35 – 60 mikron dimana ujung tubuhnya meruncing dengan satu bulu cambuk.

Hewan ini memilki stigma (bintik mata berwarna merah) yang digunakan untuk membedakan gelap dan

terang. Euglena juga memiliki kloroplas yang mengandung klorofil untuk berfotosintesis. Euglena
memasukkan makanannnya melalui sitofaring menuju vakuola dan ditempat  inilah makanan yang

berupa hewan – hewan kecil dicerna.

b.      Anatomi

Euglena memiliki satu flagella yaitu ekor sebagai alat gerak, satu panjang dan satu pendek

organieme ini dapat melakukan simbiosis dengan jenis ganggang tertentu dan tubuhnya dapat

memancarkan sinar bila terkena rangsangan mekanik. Untuk reproduksi Euglena berkembang biak

secara vegetatif, yaitu dengan pembelahan biner secara membujur. Pembelahan ini dimulai dengan

membelahnya nukleus menjadi dua. Selanjutnya flagel dan sitoplasma serta selaput sel juga terbagi

menjadi dua. Akhirnya terbentuklah dua sel euglena baru. Sistem sirkulasi euglena mengambil zat

organik yang terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara absorbsi melalui

membran sel. Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma.

c.       Habitat

Euglena  berhabitat di habitat air tawar dan melimpah di daerah ini, seperti di kolam peternakan

atau parit saluran air, yang mengkonsumsi kotoran binatang.

d.      Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari Euglena viridis adalah sebagai berikut :

Kingdom : Excavata

Divisi : Eugnelophycota

Class : Euglenoidea

Ordo : Euglenales

Family : Euglenaceae

Genus : Euglena

Species : Euglena viridis (Anonim, 2011)

3.      Pada air comberan (Stylonychia mytilus)


a.          Morfologi

Stylonychia mytilus merupakan genus dari Ciliata, dan termasuk diantara stichotrichs.. Stylonychia

memilki cilia yang dikelompokkan menjadi membranelles bersama dengan mulut dan cirri tubuh. Hal ini

dibedakan antara lain dengan cirri panjang pada bagian posterior dan biasanya terdiri dari tiga

kelompok. Yang terbesar hanya dapat dilihat pada pembesaran 25 x sedangkan yang terkecil dapat

dilihat pada pembesaran. Untuk yang dapat dilihat pada pembesaran 450 x merupakan karnivora dan

memangsa protozoa lainnya seperti Uroncentrum.

b.          Anatomi

Stylonychia berbentuk oval jika dilihat pada bagian atas dan itu berfungsi untuk aktivitas gencarnya

dan juga gerakannya cepat. Seperti halnya dengan Paramecium sp yang memiliki gerakan yang cepat

dan juga genus Ciliata (memiliki rambut pendek seperti ekstensi). Cilia pada stylonychia sangat khusus

dan tidak bebas didistribusikan melalui tubuhnya.

c.            Habitat

Habitat Stylonychia mytilus biasanya terdapat pada air tawar dan tanah, ditemukan pada lumut, dan

juga diantara partikel sedimen. Selain itu, mereka juga biasanya berenang di/melalui vegetasi yang

membusuk sampah kolam yang mengambang pada air.

d.          Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari Stylonychia mytilusyaitu :

Kingdom : eukariyota

Divisi : Choromalveolata

Kelas : Spirotrichea

Ordo : Sporadotrichida
Family : Oxytrichidae

Genus : Stylonychia

Species : Stylonychia mytilus (Anonim, 2011)

4.      Pada air lendir (Spirostomum sp)

a.       Morfologi

Spirostomum sp merupakan genus dari protista dan juga kelas dari Heterotrichea.Anggota genus ini

sangat kontraktil. Ketika terkejut, Spirostomum ambiguum dapat kontrak sampai kurang dari setengah

panjang diperpanjang dalam waktu 1/200 per detik (kecepatan kontraksi mirip dengan yang ada pada

Vorticella Ciliata). Seperti kontrak, korteks sel liku dan melebar, dan struktur spiral nya menjadi terlihat.

Mekanisme kontraktilitas Spirostomum yang pertama kali dipelajari oleh Ernst Haeckel pada tahun

1873 dan terus menarik perhatian ilmiah. Spesies tertentu telah terbukti sensitif terhadap keberadaan

logam berat, dan telah digunakan oleh ahli ekologi sebagai indikator kemurnian air.

b.      Anatomi

Ciri-cirinya memanjang, fleksibel dan juga sangat kontraktil. Meskipun uniseluler, anggota dari

beberapa spesies dapat tumbuh selama 4 mm. Tubuh selnya panjang dan seperti cacing. Penampangnya

seperti silinder tetapi dapat diratakan pada ujung ekornya. Vakuola ekskretoris posterior besar dan

dapat mengisi seluruh “ekor”. Cilia pada sel tubuhnya pendek dan juga dapat diatur dalam baris

membujur. Panjang peristome nya bervariasi antar spesies dan sekitar ¼ sebanyak 2/3 panjang selnya.

Peristome dibatasi dengan membarn yang digunakan untuk menyalurkan partikel makanan ke rongga

mulut makhluk itu. Para makronukleus mungkin moniliform (seperti string manik-manik) atau oval tetapi

tergantung pada spesies. Spirotomum bereproduksi dengan pembelahan biner. Reproduksi mungkin

murni aseksual atau mungkin mengikuti konjugasi dimana individu kawin dengan cara berkumpul dan

mentransfer materi genetiknya pada rantai sitoplasma. Anggota genus sangat kontraktil.
c.       Habitat

Spesies Spirostomum biasanya ditemukan ada air tawar.

d.      Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari Spirostomum sp yaitu :

Kingdom : Eukaryota

Filum : Ciliophora

Kelas : Heterotricha

Famili : Spirostomidae

Genus : Spirostomum

Spesies : Spirostomum sp (Anonim, 2012)

BAB V

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu organisme yang tergolong protozoa pada

beberapa sampel air yang tergenang yaitu pada air sawah terdapat Paramecium sp, pada air dasar

kolam/aquarium terdapat Euglena viridis, pada air comberan/air got terdapat Stylonychia mytilus, dan

pada air lendir (yang terdapat pada wc/kamar mandi) terdapat Spirostomum sp.

B.  Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar praktikan

lebih memperhatikan kondisi bahan, agar organisme yang diamati lebih banyak
DAFTAR PUSTAKA

Abhy, 2011. Makalah Protozoa. http://abhykatsu.blogspot.com/2011/12/makalah- protozoa.html ( Di akses


pada 12 Mei 2012 ).

Anonim, 2011. Protozoa. http://id.wikipedia.org/wiki/Protozoa (Di akses pada 11 Mei 2012).

Anonim, 2011. Sifat Umum Protozoa . http://intandianhusada.blogspot.com/protozoa-sifat-umum-protozoa.html

(Di akses pada 11 Mei 2012).

Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga, 1989.

Jasin, Maskoer. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya, 1992.

Rusyana, Adun. Zoologi Invertebrata. Bandung: ALFABET, 2011.

http://elsyifasyahrani.blogspot.com/2012/06/laporan-praktikum-taksonomi.html NURFITRI ARFANI

Anda mungkin juga menyukai