Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR KERJA

TUGAS PRAKTIKUM IKHTIOLOGI


===========================================
NAMA / NIM : Naila Dwi
Rahmasari/142011233090 KELAS /KELOMPOK : E-
THP/Kelompok 7
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Praktikum Ke- IX
Tanggal : Kamis, 26 November 2020
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Materi Praktikum : Fisiologi Sirkulasi Ikan

Tujuan Praktikum :
 Mempelajari fisiologi sirkulasi ikan
 Mengetahui system peredaran darah ikan
 Mengetahui perubahan jantung pada ikan

Alat dan Bahan


 Alat :
 Mikroskop
 Pengambil darah

 Bahan :
 Jantung ikan lele (Clarias bathracus)

Cara Kerja :
 Menyiapkan alat dan bahan
 Mengambil sampel darah dan jantung ikan yang akan diteliti
 Mengamati perubahan sel darah dan jantung ikan lele
 Membuat laporan praktikum
Hasil :
1. Data Hasil Praktikum
Tabel 1. Hasil pengamatan sel darah ikan lele
Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar Keterangan
Kontrol Sel darah
normal dan
terlihat tersebar
dan rapi

Aquades Sel darah


mengalami
pembengkakan
atau membesar
dan jarak antar
sel darah
berjauhan atau
pecah sel
darahnya.
Larutan Sel darah
gula mengkerut dan
jarak antar sel
menjadi rapat.

Larutan Sel darah


garam mengalami
mengembang
atau membesar
dan jarak antar
sel darah
berjauhan
Tabel 2. Hasil pengamatan jantung ikan lele
Warna Waktu Tekstur
Perlakuan denyut Gambar
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
jantung
Kontrol Merah tua Merah tua 00.09.00 Lunak Lunak

Aquades Merah tua Merah pucat 00.10.15 Lunak Lebih lunak

NaCl fisiologis Merah tua Merah tua 00.12.00 Lunak Sedikit


mengeras
Ringer Merah tua Merah pucat 00.14.05 Lunak Sedikit
mengeras
dan
mengembang

Pembahasan :
 Menjelaskan hasil praktikum yang diperoleh dan dikorelasikan dengan
referensi ilmiah yang ada.
Praktikum sirkulasi darah pada ikan ini dilakukan dua percobaan pada praktikum ini
yaitu ulas darah dengan menguji sampel darah Bersama larutan aquades, garam,
gula dan yang dikontrol. Pada ulas darah yang mengalami pengontrolan Ketika
diamati dalam mikroskop molekul dara rapat, volume sel darah banyak dan Sel
darah normal dan terlihat tersebar rapi. Perlakuan darah yang ditetesi larutan
aquades menunjukkan hasil kerapatan sel sel darah yang renggang dan volume sel
darah yang berkurang dan juga Sel darah mengalami pembengkakan atau membesar
dan jarak antar sel darah berjauhan atau pecah sel darahnya. Untuk perlakuan darah
yang ditetesi oleh larutan gula menunjukkan hasil Sel darah mengkerut dan jarak
antar sel menjadi rapat.sedangkan untuk perlakuan sel darah yang ditetesi oleh
larutan garam menunjukkan Sel darah mengalami mengembang atau membesar dan
jarak antar sel darah berjauhan sehingga molekulnya tidak rapat. Menurut Wallani
(2015) sel darah yang direndam dalam larutan aquades akan lisis (pecah) karena sel
darah lebih pekat daripada aquades. Aquades hipotonis. Sedangkan darah
hipertonis, sehingga aquades masuk melalui membran Semipermoabel sel darah
merah. direndam pada larutan garam juga lisis, hal ini terjadi karena garam tekanan
yang lebih rendah daripada air
murni. Teriadi berpindahan cairan secara osmosis antar sel darah dan air garam
melalui membran sel - sel membengkak – pecah. sel darah yang direndam dalam
larutan gula akan mengalami kondisi yang crenasi, yaitu keluarnya air dari dalam
sel, sehingga volume dari sitoplasma berkurang dan sel mengecil. Air keluar karena
cairan bersifat hipertonis atas larutan gula (Waliani , G, & L, 2015).
Praktikum ini mempelajari mengenai fisiologi sirkulasi pada ikan lele. Pada
percobaan ini jantung diberi 4 perlakuan : dikontrol (dibiarkan pada udara terbuka),
direndam pada larutan aquades, direndam pada larutan NaCl, dan direndam pada
larutan ringer
a. Kontrol
Jantung ikan lele memiliki warna merah tua. Setelah didiamkan warna jantung
ikan lele tetap sama berwarna merah tua dan tekstur jantung ikan lele yang
awalnya lunak menjadi tetap lunak. Denyut jantung ikan lele hanya 9 menit.
b. Larutan akuades
Jantung ikan memiliki warna awal merah tua, setelah direndam dengan larutan
aquades warna jantung ika lele berubah menjadi merah pucat. Tekstur jantung
yang awalnya lunak menjadi lebih lunak. Jantung dapat berdetak selama 10
menit 15 detik.
c. Larutan NaCl
Jantung ikan lele yang berwarna merah tua setelah direndam dengan larutan
NaCl warnanya tetap merah tua. Tekstur jantung ikan lele yang awalnya lunak
menjadi sedikit keras dan jantung ikan lele berdetak selama 12 menit.
d. Larutan ringer
Jantung ikan lele berwarna merah tua. Setelah direndam dengan larutan ringer
warnanya menjadi merah pucat. Tekstur jantung yang awalnya lunak setelah
direndam dengan larutan ringer menjadi lebih mengeras dan mengembang.
Denyut jantung berdetak selem 14 menit 5 detik.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, jantung ikan dapat berdetak
walaupun diluar tubuh karena adanya jaringan permanen khusus dalam jantung,
tipe jantung ikan adalah miogenik dimana denyutnya masih ritmis meski
hubungan dengan syaraf terputus. Setiap perlakuan dapat dirata-rata jika jantung
ikan lama berdetak pada ringer dan lebih sebentar pada aquades. Hal ini karena
pada larutan fisiologi terkandung bahan yang komponennya mirip dengan cairan
yang ada pada tubuh ikan tersebut, sehingga energi yang digunakan lebih sedikit
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (Preanger , I, & I, 2016).
 Menjelaskan mekanisme peredaran darah ikan secara detail menurut
referensi. Alat sirkulasi darah ikan terdiri atas jantung dan Sinus Venosus. Jantung
terdiri atas dua ruangan yaitu atrium dan ventrikel. Jantung terletak di belakang
insangm yaitu di dalam rongga perikardium. Sinus Venosus adalah struktur
penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka diruang
depan jantung. Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep untuk menjaga aliran
darah agar tetap searah. Proses sirkulasi darah bermula dan darah yang kaya CO2
dari seluruh tubuh kembali ke jantung melalui vena dan berkumpul di sinus venonus
kemudian masuk ke atrium, dilanjutkan ke ventrikel dan dipompa menuju insang
melewat konus arteriosus, dilanjutkan ke ventrikel dan dipompa menuju insang
melewati konus atreriosus. Di insang oksigen diikat dan CO2 dilepaskan, kemudian
masuk ke aorta dorsalis dan diedarkan ke seluruh tubuh ikan, lalu kembali ke
jantung melalui vena. Sistem perdaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya
hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Berawal dari jantung, darah
menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darah dialirkan ke
dorsal aorta dan terbagi ke segenap organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil.
Selain itu, sebagian darah dari insang terkadang langsung kembali ke jantung. Hal
ini terjadi apabila tidak semua output cardiac dibutuhkan untuk menuju ke dalam
dorsal aorta dan pembuluh eferen yang lain. Pada bagian lain, yaitu berawal dari
insang pertama, sebelum dihubungkan
ke sistem vena. Peranan kedua organ ini mungkin sebagai ventilasi kontrol dan
untuk sekresi gas ke cairan mata (Soewolo, 205 : 244). Darah memberi bahan
materi dengan perantaraan difusi melalui dinding yang tipis dari kapiler darah, dan
kembali ke jantung melalui pembulu yang ke dua. Seri pertama dinamakan sistem
arteri dan seri ke dua disebut vena. Jantung pada ikan terdiri dari dua ruangan yang
terletak di bagian posterior lengkung insang, di bagian depan rongga badan dan di
atas Ithmus. Secara umum, sistem peredaran darah pada ikan mirip dengan sistem
hidraulis yang terdiri atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Meskipun jantung
ikan terdiri atas empat bagian, namun pada kenyatannya mirip dengan satu silinder
atau pompa piston tunggal. Akibat adanya perbedaan tekanan sehingga terjadi aliran
darah. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka darah dipompa dengan
perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri dan tekanan
arteri lebih besar dari tekanan arterionale. Akibat adanya perbedaan tekanan maka
aliran darah dapat terjadi (Purnamasari & Santi, 2017).
 Menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem peredaran darah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah nilai hemaktokrit. Berkurangnya nilai
hematokrit pada ikan dapat mengindikasikan adanya kontaminasi, ikan tidak makan,
protein yang rendah pada pakan, definisi vitamin dan infeksi penyakit. Ada tiga
metode untuk menentukan nilai hematokrit yaitu, pertama darah dimasukkan ke
dalam tabun Winstrobe yang mempunyai skala, kemudian diputar dengan kecepatan
3000 putaran per menit selama setengah jam. Kedua menggunakan
mikrohematokrit, pada metode ini digunakan tabung kapiler khusus, alat pemutar
dan papan skala untuk menentukan % volume sel darah merah. Ketiga, hematokrit
dapat dilakukan secara elektronik. Adapun yang bisa mempengaruhi hematokrit
yaitu, bila memakai darah kapiler tetesan daeah pertama harus dibuang karena
mengandung cairan intrastital, darah yang diperiksa tidak boleh mengandung
bekuan. Adapun faktor yang mempengaruhi nilai eritrosit ikan antara lain umur,
jenis kelamin, lingkungan, nutrisi,
dan kondisi kekurangan oksigen (Yanto dkk, 2015). Jumlah eritrosit dipengaruhi
oleh suhu air. Suhu yang tinggi akan menyebabkan penurunan jumlah eritrosit.
Selain itu jumlah eritrosit juga dipengaruhi oleh penyakit dan nafsu makan. Ikan
yang terkena penyakit atau nafsu makannya menurun, maka nilai hemaktorit
darahnya menjadi tidak normal dan diikuti dengan jumlah eritrosit yang juga rendah
(Fauzan, et al., 2017).
 Menjelaskan mekanisme kerja komponen buffer dalam darah sehingga darah
bertahan dalam kondisi homeostatis
Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3
sistem. Pertama, sistem buffer, sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan
tubuh, yang dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah
perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Sistem buffer ini menetralisir
kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan eliminasi. Fungsi
utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam pada cairan ekstraseluker. Sistem buffer juga memiliki keterbatasan
salah satunya yaitu sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat
pengendali sistem pernafasan bekerja normal. Salah satu sistem buffer yaitu buffer
hemoglobin merupakan sistem dapat di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat (Royan , Rejeki, & Haditomo, 2014).
Kesimpulan :
Sistem perdaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur
sirkulasi peredaran darah. Secara umum, sistem peredaran darah pada ikan mirip dengan
sistem hidraulis yang terdiri atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Salah satu faktor
yang mempengaruhi sistem peredaran pada ikan adalah nilai hemaktokrit. Salah satu sistem
buffer yaitu buffer hemoglobin merupakan sistem dapat di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat.
Daftar Pustaka :

Waliani , R. F., G, M., & L, S. (2015). PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SARGASSUM SP


DENGAN PELARUT METANOL PADA PAKA TERHADAP JUMLAH ERITROSIT
DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT IKAN LEEL DUMBO (CLARIAS GARIEPINUS).
Jurnal Ilmiah perikana dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga, 7(2), 213.

Preanger , C., I, H. U., & I, M. K. (2016). GAMBARAN ULAS DARAH IKAN LELE DI
DENPASAR BALI. Indonesia Medicus Veterinus Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana Denpasa Bali, 5(2), 96-103.

Purnamasari, R., & Santi, D. K. (2017). Buku Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi Arsitektur
UIN Sunan Ampel .

Fauzan, M., Rosmaidar, Sugito, Zuhrawati, Muttaqies, & Azhar. (2017). Exposure On The Blood
Profile Fish. Journal The Influence Of The Level Of Lead, 01(4), 702-708.

Royan , F., Rejeki, S., & Haditomo, C. A. (2014). The Effect of Different Salinity on Blood Profile
Parameter of Fish. Journal of Aquaculture Management, 3(2), 109-117.

Anda mungkin juga menyukai