Anda di halaman 1dari 13

SINTESA OBAT

“RETROSINTESIS & SINTESIS ANALOG KALKON”

Disusun oleh :

Kelompok 1 (S1-3B)

 Adinda Putri Yani (1801042)


 Aidil Fitrah Syah (1801043)
 Alfionny De Valin (1801044)
 Amylia Muthiah (1801045)
 Anggit Pramita Sari (1801046)
 Annisa Amalyah (1801047)

Dosen pengampu :
Rahma Dona,M.Si,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

PEKANBARU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Sintesa Obat yang telah memberikan tugas ini kepada
kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak.Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini.Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 18 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalkon dan turunannya memegang peranan penting di dalam bahan alam dan telah diteliti
berbagai aktivitas farmakologi dan aktivitas biologisnya. Kalkon dan turunannya mempunyai
beberapa aktivitas pharmasi seperti: antibakteri, antiplatelet, antiulceratif, antimalaria, antikanker,
antiviral, antileismanial, antioksidan, antihiperglikemik, immunomodulator, antiinflamasi (Kishor, et
al., 2009).

Senyawa kalkon terdiri dari dua cincin aromatis yang saling dihubungkan dengan atom karbon
α, β- tak jenuh pada sistem karbonil. Pada cincin aromatic A biasanya memiliki gugus etil, metoksi,
hidroksil dan alkil yang dapat meningkatkan aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi pada kalkon
(Bandgar, Gawande, Bodade, Totre, & Khobragade, 2010), sedangkan pada cincin B biasanya
memiliki gugus hidrofob meliputi halogen, nitro dan siano yang dapat meningkatkan aktivitas
biologis senyawa kalkon. Subtituen posisi para pada cincin B memiliki aktivitas biologis yang lebih
baik dibandingkan dengan subtituen pada posisi orto (Belsare, et al.,2010).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu senyawa kalkon?
1.2.2 Apa saja aktivitas biologis dari senyawa kalkon?
1.2.3 Bagaimana mekanisme sintesis kalkon?
1.2.4 Bagaimana mekanisme retrosintesis analog kalkon?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang senyawa kalkon yang ada pada tanaman
1.3.2 Untuk mengetahui aktivitas senyawa kalkon dalam bidang farmasi
1.3.3 Dapat mengetahui mekanisme pembentukan senyawa kalkon
1.3.4 Dapat mengetahui bahan baku yang digunakan untuk mensintesis senyawa kalkon
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Senyawa Kalkon

Senyawa kalkon (C15H12O), 1,3-difenil-1-propen-1-on atau benzilidenaasetofenon,


merupakan senyawa yang sangat penting di alam.Senyawa kalkon yang terdapat pada
tanaman merupakan precursor dari senyawa flavonoid dan isoflavonoid. Meskipun kalkon
tersebar diberbagai family tanaman, namun jumlahnya terbatas dibanding dengan senyawa
flavoniod lain karena senyawa ini termasuk dalam kategori minor flavonoid dan
persentasenya dalam tumbuhan juga kecil serta variasi strukturnya relatif sedikit. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan
kalkon dalam jumlah yang cukup serta variasi struktur yang banyak maka hanya dapat
dilakukan dengansintesis di laboratorium.
Kalkon mengandung dua cincin aromatis (A dan B) dan satu atom karbon α,β-
takjenuh. Pada cincin A biasanya terdapat gugus etil,metil atau gugus alkil yang dapat
meningkatkan aktivitas. Cincin B biasanya mengandung gugus-gugus hidrofob seperti
halogen, nitro dan siano yang juga dapat meningkatkan aktivitas. Ikatan rangkap pada kalkon
juga memegang peranan penting dalam aktivitas, tetapi modifikasi dari ikatan ini tidak
memberikan banyak pengaruh terhadap perubahan aktivitas. Substituen posisi para pada
cincin B memengang peranan penting didalam peningkatan aktivitas dibandingkan posisi
orto. Adanya gugus keto dan gugus vinil pada kalkon telah diamati mempunyai fungsi
meningkatkan aktivitas sebagai antioksidan(Belsare,et al.,2010; Shailendra,et al., 2007).
Kalkon sangat susah diisolasi dari tanaman karena adanya enzim kalkon sintetase
(CSH) yang dengan mudah merubah kalkon menjadi flavanon.Kalkon dan turunannya
memegang peranan penting di dalam bahan alam dan telah diteliti berbagai aktivitas
farmakologi dan aktivitas biologi.
Kalkon dan turunannya mempunyai beberapa aktivitas farmasi seperti:
antibakteri,antiplatelet,antiulceratif,antimalaria,antikanker,antiviral,antileismanial,antioksidan
, antihiper-glikemik, immunomodulator, antiinflamasi(Kishor,et al., 2009).

Balsare,et al., 2010 telah meneliti aktivitas antioksidan pada beberapa turunan kalkon
dan flavonoid. Hasil uji menunjukkan bahwa turunan kalkon mempunyai aktivitas
antioksidan lebih rendah dari beberapa senyawa flavonoid. Kalkon juga mempunyai aktivitas
biologi yang sangat penting seperti :antimikrobia, antioksidan, antiprotozoa, antikankerdan
efek intestinal (Oyedapo,et al, 2008).

Senyawa kalkon diketahui sebagai kunci intermediet di dalam mensintesis senyawa-


senyawa heterosiklik yang berperan penting dalam aktivitas biologi. Dalam sintesis
laboratorium kalkon dapat dibuat dengan menggunakan reaksi Claisen-Schmidt dengan
mereaksikan senyawa asetofenon atau turunannya dengan benzaldehid atau turunannya
dengan menggunakan basa kuat seperti NaOH, KOH, Ba(OH)2, LiOH.2H2O atau NaH
sebagai katalis di dalam pelarut polar. Katalis lain yang juga dapat digunakan adalah
sodiumposfat dan aluminium-magnesium hidroksidahidrat. Sedangkan katalis asam yang
biasanya digunakan seperti: HCl, AlCl3, BF3-Et2O, TiCl4,RuCl3.( Faridz, M., 2009; Hery
Suwito,etal.,2014).

Oktari Setal.(2011), telah mensintesis senyawa turunan kalkon dari 2-asetil piridin
dengan metoksi benzaldehid serta uji aktivitasnya sebagai antioksidan. Sintesis dilakukan
dengan menggunakan pelarut etanol absolute dan katalis larutan KOH 2N.

Adanya pelarut air dalam reaksi kemungkinan dapat berpengaruh terhadap interaksi
molekul dalam proses reaksi dan akan mempengaruhi terjadinya reaksi. NaOH yang
dilarutkan secara langsung dengan etanol tanpa pelarut air akan meningkatkan karakter
ionisasi. Dalam bentuk terionisasi reaksi akan lebih cepat terjadi. Dari kedua cara tersebut
dapat dibandingkan hasil reaksi yang diperoleh dan kecepatan terbentuknya produk. Adanya
gugus vinil dan gugus keto pada kalkon kemungkinan kalkon mempunyai aktifitas sebagai
antioksidan, oleh karena itu akan dilakukan uji aktifitas antioksidan pada kalkon hasil sintesis
dengan menggunakan metode DPPH.

Primahana (2012) telah mensintesis senyawa hidroksi kalkon dan diketahui bahwa 2-
hidroksi kalkon memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
senyawa 3-hidroksi kalkon.

2.2 Struktur Kalkon

Struktur kalkon dibagi tiga bagian farmakofor,yaitu : bagian A yang berhadapan


pada posisi β berupa cincin aromatis, bagian B pada ikatan α,β –karbonil tidak jenuh dan
bagian C yang langsung terikat pada karbonil keton berupa cincin aromatis. Cincin A dan
cincin C sangat berpengaruh yang berperan sebagai potensi ikatan antara obat dengan
reseptor, untuk mengetahui aktivitasnya secara maksimal, modifikasi terhadap kedua
cincin aromatis tersebut harus dilakukan (Robinson, 2003)

β
α

Aktivitas utama dari kalkon disebabkan adanya gugus enon pada bagian
farmakofor B yang bersifat elektrofilik sehingga dapat berinteraksi dengan suatu nukleofil
biologi (Go dkk, 2005).Sifat elektrofililitas kalkon yaitu pada karbon β akan menentukan
kekuatannya dalam berinteraksi dengan nukleofil biologis yaitu daerah tapak aktif dari enzim
atau protein atau lipid atau membran sel yang memiliki gugus-gugus nukleofilik seperti –OH,
–NH, atau –SH melalui ikatan kovalen oleh C elektrofilik (Gringauz, 1934).Dua cincin
aromatis pada bagian farmakofor A dan C struktur kalkon baik simetris maupun tidak
simetris mempengaruhi sifat gugus enon kalkon sehingga menentukan besarnya potensi
ikatan antara obat dengan reseptor,hal ini mendasari dilakukannya modifikasi pada kedua
cincin aromatis. (Robinson dkk, 2003).

Kalkon merupakan α,β-tak jenuh karbonil yang terdiri dari dua cincin aromatik
yang memiliki beragam substituen. Cincin saling berhubungan dengan tiga karbon α,β-tak
jenuh yang sangat elektrofilik. Kalkon memiliki ikatan rangkap terkonjugasi dan sistem
elektron π yang terdelokalisasi sepenuhnya pada kedua cincin benzen (Rahman dkk. 2011).

Kalkon dibagi dalam tiga bagian farmakofor yaitu: bagian A berupa cincin
aromatis yang berposisi β terhadap gugus karbonil keton, bagian B berupa ikatan α,β-karbonil
tak jenuh, dan bagian C berupa cincin aromatis yang langsung terikat pada karbonil keton
(Robinson dkk, 2003).Sifat fisik dari senyawa kalkon yaitu memiliki bentuk molekuler
C15H12O; berat molekul 208,26 g/mol; berat jenis 1,071 g/cm3; titik lebur 83 °C; titik didih
381 °C; dan berwarna putih kekuningan.

2.3 Sintesis Kalkon

Secara umum, kalkon dapat disintesis dengan berbagai metode salah satunya adalah
melalui reaksi kondensasi suatu aldehid aromatik dengan suatu keton aromatik baik dalam
kondisi asam maupun basa. Reaksi ini dikenal dengan reaksi kondensasi aldol atau lebih
khusus reaksi kondensasi Claisen-Schmidt(Palleros, 2004). Reaksi ini melibatkan ion enolat
dari senyawa keton yang bertindak sebagai nukleofil untuk menyerang karbon karbonil dari
senyawa aldehida aromatik sehingga menghasilkan senyawa β-hidroksi keton yang kemudian
mengalami dehidrasi dan menghasilkan senyawa α,β-keton tak jenuh (Budimarwanti dan
Handayani, 2010).

Reaksi Kondensasi Claissen-Schmidt terjadi pada aldehida yang tidak mempunyai Hα


atau aldehida aromatik, biasanya menggunakan basa seperti NaOH karena keton pada kondisi
basa tidak mengkondensasi dirinya sendiri. Kondensasi aldol antara dua senyawa karbonil
yang berbeda disebut rekasi kondensasi aldol silang. Salah satu masalah yang muncul pada
reaksi kondensasi aldol silang adalah terjadinya self-condensation pada reaktan. Pada suatu
reaksi kondensasi aldol silang, jika salah satu reaktan tidak memiliki Hα maka reaktan
tersebut tidak dapat mengalami reaksi sefl-condensation. Sehingga untuk mengatasi self-
condensation pada reaktan yang memiliki Hα dapat dilakukan dengan menempatkan reaktan
tanpa Hα dalam kondisi basa kemudian menambahkan reaktan dengan Hα secara perlahan
(Solomon, 1997).
Mekanisme reaksi kondensasi Claissen-Schmidt dengan katalis basa (Solomon,
1997) antara benzaldehida dan aseton menghasilkan benzalaseton dibagi menjadi berbagai
tahap,yaitu :

1) Tahap pertama yaitu basa (ion hidroksi) mengambil salah satu proton dari

Cα pada salah satu molekul dalam keton menjadi resonansi ion enolat yang stabil

2) Tahap kedua yaitu ion enolat bertindak sebagai nukleofil atau sebagai
karbanion dan menyerang atom C karbonil dari molekul aldehida untuk
membentuk ion alkoksi
3) Tahap ketiga yaitu ion alkoksi mengambil proton dari molekul air membentuk
β-hidroksi keton

4) Tahap keempat yaitu proses dehidrasi menghasilkan benzalaseton

Reaksi kondensasi aldol sangat banyak digunakan dalam reaksi pembentukan ikatan
karbon-karbon, karena reaksinya sederhana, bahan baku mudah didapat dan juga ramah
lingkungan (green chemistry). Metoda ini juga dapat digunakan untuk membuat senyawa
yang mempunyai aktifitas biologis yang sama seperti kalkon yaitu turunan kurkumin. Selain
alasan diatas, daya tarik metoda ini adalah karena memungkinkan dilakukan melalui
pendekatan kimia kombinatorial. Melalui pendekatan ini dapat dibuat turunan kalkon dengan
berbagai variasi substituen pada kedua cincin benzen sehingga menghasilkan perpustakaan
molekul kalkon. Perpustakaan molekul kalkon akan berguna untuk menjelaskan antara
struktur kimia dengan aktivitas biologinya dan sangat berguna untuk tujuan terapeutik seperti
mencari aktivitas biologis tertentu misalnya antimikroba, antikanker, antiinflamasi dan lain-
lain.
Salah satu teknik dari metode Claisen-Schmidt adalah teknik grinding yang
merupakan teknik pencampuran dengan cara menumbuk reaktan di dalam mortal porselen.
Metode ini merupakan metode yang lebih ramah lingkungan karena mengurangi
penggunaan pelarut dalam pencampuran. Maka dari itu teknik grinding ini digunakan
dalam melakukan sintesis senyawa 3-metoksi-4-hidroksikalkon.Metode kondensasi Claisen-
Schmidt sangat efektif digunakan untuk sintesis karena mempunyai waktu reaksi yang
singkat dan rendemen yang besar serta bersifat green.

Reaksi akan dilakukan melalui kondensasi Claisen-Schmidt dengan teknik


grinding. Selain itu juga akan dilakukan variasi jenis dan konsentrasi katalis untuk
mengetahui jenis dan konsentrasi optimum dari suatu katalis sehingga akan diperoleh
rendemen yang terbesar. Senyawa yang dihasilkan diharapkan akan memiliki hasil yang
lebih baik dengan rendemen yang banyak dan waktu reaksi yang pendek.

2.3.1 Prodesur Sintesis Senyawa Kalkon

2.4 Katalisator Senyawa Kalkon


Katalisator tidak mengalami perubahan pada akhir reaksi, karena tidak memberikan
energi ke dalam sistem, tetapi katalis akan memberikan mekanisme reaksi alternatif dengan
menurunkan energi aktivasi, sehingga adanya katalis akan meningkatkan laju reaksi
(Widjajanti, 2005).
Widjajanti (2005) membagi katalisator dalam tiga jenis berdasarkan mekanisme
kerjanya, yaitu katalisator asam-basa, katalisator enzim, dan katalisator heterogen. Pada
penelitian ini digunakan NaOH sebagai katalisator basa karena reaksi kondensasi Claisen-
Schmidt dalam suasana basa akan membentuk intermediet ion enolat yang lebih reaktif
sehingga waktu sintesis akan lebih cepat (Vogel, 1959).

2.5 Retrosintesis Analog Kalkon


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. A. 1986 .“Kimia Organik Bahan Alam”.Jakarta : Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan

Anastas, P dan Warner, J.1998.Green Chemistry: Theory and Practice. Oxford : Oxford
Science Publications

Arora V, Arora P, Lamba HS. 2012. Synthesis and Evaluation of Chalcone


Derivatives Of 2-Acetyl Naphthalene for Antifungal and Antibacterial Activity.
Der Pharmacia Lettre 4: 554-557.
Balaji, P.N. Sreevani, M.S. Harini, P. Rani, P.J. Pratusha, K. & Chandu, T.J. 2010.
Antimicrobial Activity of Some Novel Synthesized Heterocyclic Compounds from
Substituted Chalcone.
Rahma Dona, Adel Zamri, Jasril. 2015. Sintesis dan Uji Toksisitas Senyawa Analog Kalkon
Tersubstitusi Metoksi. Jurnal Photon. Vol. 5 No. 2: 9-10

Anda mungkin juga menyukai