NASIONAL
WAHYU SANTOSO
1D AKUNTANSI
1903101120
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENDAPATAN NASIONAL
Secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah yang terkait
dengan pendapatan nasional beragam antara lain; produk domestic bruto (gross domestic
product/GDP), produk nasional bruto (gross national product/GNP), serta produk nasional neto
(net national product/NNP).1
Gambar diatas menjelaskan tentang adanya dua arus (flow), yaitu barang dan uang
1. Arus barang berupa penyerahan faktor produksi dari rumah tangga konsumen ke rumah
tangga produsen (1) dan penyerahan barang-barang dan jasa dari rumah tangga produsen
ke rumah tangga konsumen(4)
2. Sedangkan arus (flow) uang terjadi penerimaan pendapatan yang diperoleh rumah tangga
konsumen dari rumah tangga produsen (2) pengeluaran yang dilakukan rumah tangga
konsumen pada rumah tangga produsen (3)
Pendapatan nasional yang merupakan ukuran terhadap aliran uang dan barang dalam
perekonomian dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu:
1. Pendekatan produksi
2. Pendekatan pendapatan
3. Pendekatan pengeluaran
Dengan dua pendekatan yang telah disampaikan muncul suatu pertanyaan apakah sama
antara GDP dengan GNP atau adakah perbedaan antara GDP dengan GNP? Secara sederhana
dapat dinyatakan GDP adalah nilai barang jadi yang diproduksi di dalam negeri. Sedangkan di
dalam GNP ada bagian barang atau jasa yang diperoleh dari luar negeri. Misalnya, pendapatan
dari seorang warga negara Indonesia yang bekerja di Amerika adalah bagian dari GNP indonesia
tetapi bukan bagian dari GDP Indonesia karena pendapatan itu tidak dihasilkan di Indonesia.
Dari penjelasan perbedaan GDP dengan GNP di atas, maka ada tiga kondisi yang
mungkin terjadi pada suatu negara:
Berbeda dengan GNP, maka NNP merupakan GNP dikurangi penyusutan dari stok modal
yang ada selama periode tertentu. Penyusutan merupakan ukuran dari bagian GNP yang baru di
sisihkan untuk menjaga kapasitas produksi dari perekonomian. Biasanya data GNP lebih banyak
digunakan dibandingkan dengan NNP karena persoalan estimasi penyusutan mungkin tidak teliti
dan juga tidak tersedia dengan cepat sedangkan perkiraan GNP tersedia dalam bentuk sementara.
Pendapatan nasional dapat dihitung menurut harga yang berlaku dan menurut harga tetap.
Penghitungan menurut harga tetap yang dilakukan di Indonesia pada masa ini menggunakan
harga-harga pada tahun 1993. Kedua cara penghitungan itu menurut harga tetap dan harga yang
berlaku akan ditujukan dalam tabel berikut. Data yang dikemukakan adalah data pendapatan
domestik bruto, pendaptan nasional bruto, dan data pendapatan nasional (yaitu pendapatan
nasional bersih/neto pada harga faktor).
Berdasarkan kepada harga yang berlaku, PDB Indonesia pada tahun 2002 mencapai Rp
1.610 triliun. Pendapatan neto faktor-faktor produksi bernialai negatif, yaitu sebesar Rp-77,8
triliun, yang berarti Indonesia lebih banyak membayar ke luar dibandingkan dengan penerimaan
dari luar negri. Sebagai akibatnya nilai Produk Nasional Bruto lebih kecil dari Produk Domestik
Bruto yaitu hanya mecapai Rp 1.532,2 triliun.
Konsep pendapatan nasional perlu dibedakan di antara pengertian neto dan bruto. PNB
(Pendapatan Nasional Bruto) perlu dikurangi oleh depresiasi untuk memperoleh pendapatan
nasional neto atau Net National Product (NNP). Selanjutnya NNP dapat dibedakan menurut
harga pasar dan menurut harga faktor. NNP menurut harga faktor adalah pendapatan negara. Di
berbagai negara, hubungan diantara Produk Nasional Bruto (PNB) dan Pendapatan Nasional
(PN) dapat dinyatakan dengan persamaan:
Akan tetapi dalam penghitungan di Indonesia Subsidi tidak dihitung. Oleh sebab itu
diantara PNB dan PN terdapat hubungan sebagai berikut :
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi
utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh
mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu
periode tertentu.
Perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi dengan formula berikut:2
PNˍriil 1−PNˍriil 0
g= PNˍriil 0
×100
Dimana g adalah tingkat pertumbuhan ekonomi dan dinyatakan dalam persen. PN-riil1
adalah pendapatan nasional untuk tahun dimana tingkat pertumbuhan ekonominya dihitung dan
PN-riil0 adalah pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.
100
PNriiln = HI × PN masa ini
n
Dimana PNriiln adalah pendapatan nasional riil tahun n, HIn adalah indeks harga atau
pendeflasi pendapatan nasional (GNP deflator) pada tahun n, dan PN masa ini adalah pendapatan
nasional pada harga masa ini, yaitu pada tahun n.
Penggunaan GDP riil per kapita sebagai ukuran kesejahteraan suatu negara masih
digunakan. Beberapa keberatan penggunaan GDP riil per kapita sebagai indikator kesejahteraan
suatu negara sebagai berikut:
1. Umumnya hanya produk yang masuk pasar yang dihitug dalam GNP. Produk yang
dihasilkan dan dikonsumsi sendiri, tidak tercakup dalam GNP
2. GNP juga tidak menghitung nilai waktu istirahat padahal ini sangat besar pengaruhnya
dalam kesejahteraan. Semakin kaya seseorang akan semakin menginginkan waktu
istirahat
3. Kejadiian buruk seperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP. Padahal kejadian
tersebut jelas mengurangi kesejahteraan
4. Masalah polusi juga sering tidak dihitung dalam GNP. Banyak sekali pabrik-pabrik yang
dalam kegiatan produksinya menghasilkan polusi air maupun udara. Ini jelas akan
merusak lingkungan
2
I. Pendapatan nasional harus dapat mengukur peyebaran pendapatan individu
rumah tangga
Kendati GNP dikatakan dapat mengukur kinerja kegiatan ekonomi yang terjadi di pasar,
GNP tidak dapat menjelaskan komposisi dan distribusi nyata dari output perkapita. Semestinya,
prperhitungan pendapatan nasional Islami harus dapat mengenali penyebaran alamiah dari output
perkapita tersebut, karena dari sinilah nilai-nilai sosial ekonomi Islami bisa masuk. Jika
penyebaran pendapatan individu secara nasional bisa didetekti secara akurat, maka akan dengan
mudah dikenali seberapa besar rakyat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.