Anda di halaman 1dari 51

Daftar Isi

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.....................................................2


1. 1. Profil Perusahaan...................................................................................2
1. 1. 1. Sejarah Singkat Perusahaan............................................................2
1. 1. 2. Visi, Misi, dan Kebijakan Perusahaan............................................5
1. 1. 3. Struktur Organisasi Perusahaan......................................................7
1. 1. 4. Kapasitas Produksi PLTU Cilacap Unit 3......................................7
1. 2. Latar Belakang.......................................................................................7
1. 3. Perumusan Masalah...............................................................................8
1. 4. Tujuan dan Manfaat...............................................................................9
1. 4. 1. Untuk Mahasiswa...........................................................................9
1. 4. 2. Untuk Perusahaan...........................................................................9
1. 5. Ruang Lingkup......................................................................................9
1. 6. Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................10
1. 7. Sistematika Penulisan..........................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................11
2. 1. PrinsipDasarPengoprasian PLTU........................................................11
2. 2. PrinsipKerja PLTU Cilacap Unit 3......................................................14
2. 3. KomponenUtama PLTU Cilacap Unit 3..............................................16
2. 4. Heat Exchanger....................................................................................20
2. 5. Spesifikasi pada Closed Circulating Cooling Water Heat Exchanger.30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................31
BAB IV PENGUMPULAN DATA.......................................................................32
4. 1. Hasil Pengamatan Data Pada Lapangan..............................................32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................36
5. 1. Latar Belakang.....................................................................................36
5. 2. Pengenalan CCCW Heat Exchanger...................................................37
5. 2. 1. Penjelasan Deskripsi CCCW Heat Exchanger.............................37

1
5. 2. 2. Letak Posisi CCCW Heat Exchanger...........................................38
5. 2. 3. Fungsi atau Peranan CCCW Heat Exchanger Dalam Suatu Sistem
39
5. 2. 4. Penggunaan CCCW Heat Exchanger...........................................39
5. 2. 5. Cara Kerja CCCW Heat Exchanger.............................................39
5. 3. Jenis Kerusakan atau Kegagalan yang mungkin terjadi ada CCCW
Heat Exchanger..................................................................................................41
5. 3. 1. Mekanikal.....................................................................................41
5. 3. 2. Bahan Kimia yang Menyebabkan terjadinya korosi....................42
5. 3. 3. Kombinasi mekanikal dan bahan kimia penyebab terjadinya......44
korosi..............................................................................................................44
5. 3. 4. Kerak Lumpur dan algae fouling..................................................45
5. 4. Hasil Pengamatan Data Pada Lapangan..............................................46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................50
6. 1. Kesimpulan..........................................................................................50
6. 2. Saran....................................................................................................50

2
BAB I
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. 1. Profil Perusahaan
1. 1. 1. Sejarah Singkat Perusahaan
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap 2x300 MW
sebenarnya sudah lama direncanakan, yaitu sejak adanya persetujuan tarif listrik
oleh Dirjen LPE kepada PT Cita Kartika Daya (CKD) 15 April 1996,
ditindaklanjutin penandatanganan Power Purchase Agreemerll (PPA) pada
tanggal 23 Desember 1996. Karena krisis moneter, rencana pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap 2x300 MW dibatalkan melalui
Keppres Nomer 39 Tahun 1997. Setelah perekonomian membaik dan kondisi
ketenagalistrikan yang terancam krisis, tahun 2000 rencana pembangunan PLTU
Cilacap 2x300 MW dilanjutkan kembali, ditandai agreement PLN dan CKD
tentang pemberian Priority right (hak prioritas). Selanjutnya CKD pada tanggal
28 Maret 2001 menenjuk Mitshubishi corporation (MC) sebagai pemegang
priority right (hak prioritas). Namun pada tanggal 3 Februari 2003 MC
menyatakan tidak sanggup karena persyarakalan terlalu berat, khusunnya dalam
waktu yang diberikan untuk menyelesaikan proyek dalam kurun waktu 25 bulan.
Atas pengunduran MC tersebut, PLN rneminta PT. Geo Dipa Energi (GDE)
perusahaan patungan PLN dan Pertamina untuk mencari investor lain. GDE
rnenawarkan kepada PT Sumberenergi Sakti Prirma (SSP). Lalu menggandeng
kontraktor asal China yang berpengalaman membangun PLTU, yaitu Chengda
Engineering Corporation of China (CECC). Chengda bersedia, termasuk
mencarikan sumber dananya, asalkan SSP memegang saham mayoritas di PLTU
Cilacap PT Sumberenergi Sakti Prima menyetujui pernyataan tersebut dan
selanjutnya GDE dan SSP mendirikan perusahaan yang diberi tanggung jawab
membangun dan mengelola PLTU Cilacap, yaitu PT Surnber Segara Primadaya
(S2P), dan MC mengalihkan First Priority Right pembangunan PLTU CiIacap
2x300 MW kepada S2P. Selanjutnya PLN dan S2P menandatangani heads of

3
agreement untuk PPA PLTU Cilacap 2x300 MW pada tanggal 21 November
2002.
PLTU Cilacap 2x300 MW mulai dibangun 29 Desember 2003, ditandai
dengan pemasangan tiang pertama oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM), Purnorno Yusgiantoro. Dua tahun kemudian, tepatnya 26 Desember
2005 dilakukan Instal Firing of Boiler, untuk Unit 1 dan tanggal 17 Januari 2006
dilakukan sinkronisasi Unit 1 dengan sistem JAMALI dan menjalankan
serangkaian tes elektrikal, mekanikal dan sistem kontrol. Akhir April 2006 PLTU
Cilacap Unit 1 (300 MW) beroperasi secara komersial, sedangkan Unit 2 (300
MW) beroperasi komersial pada September 2006
PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB) patut berbangga hati, terkait dengan
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap 2x300 MW.
Selain tercatat sebagai proyek tercepat di Indonesia, pemerintah manjadikan
pembangunan PLTU berkapasitas 2x300 MW tersebut sebagai acuan
pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama di sektor ketenagalistrikan.
Tidak mengherankan apabila proyek bernial $514 juta itu diresmikan sendiri oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Upacara peresmian berlangsung Selasa 14
November 2006, dihadiri Duta besar China untuk Indonesia, Lan Lijun, sejumlah
Menteri, Wakil MPR, Ketua dan Anggota Komisi VII DPR-RI, Gubernur Jawa
Tengah, sejumlah Bupati Jawa Tengah, Direksi PLN, Direksi PJB serta tamu
undangan lainya. Dalam kesempatan itu para tokoh yang dinilai mendukung
terwujudnya PLTU cilacap 2x300 MW mendapat penghargaan dari Pemerintah
China. Mereka adalah Gubernur Jawa Tengah (Mardiyanto), Bupati Cilacap
(Probo Yulastoro), Direktur Utama PLN (Eddie Widiono), Direktur Utama PJB
(Samiudin) dan Direktur Utama PT Sumberenergi Sakti Prima (SSP), Sukarnto,
penghargaan disampaikan melalui Duta Besar China untuk Indonesia, Lan Lijun.
Sebelumnya, penghargaan serupa diberikan oleh pemerintah Indonesia yang
penyerahannya dilakukan oleh Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro di China 28
Oktober 2006. Penghargaan untuk PJB diterima Direktur Niaga dan Pembangunan
Usaha PJB, Susanto Purnomo, disaksikan sejumlah penjabat dan pelaku bisnis
ketenagalistrikan China.

4
Tahun 2006 sistem ketenagalistrikan Jawa, Madiun, dan Bali (JAMALI)
menerima tambahan pasokan daya sebesar 2.660 MW, berasal dari PLTU Cilacap
2x300 MW. PLTU Tanjung Jati B sebesar 2x660 MW dan PLTGU Cilegon
sebesar 740 MW. PLTU Cilacap memproduksi pasokan listrik sebesar masing -
masing 2x300 MW yang terbagi menjadi unit 1 dan 2 yang mulai beroperasi pada
tahun 2003, lx660 MW di unit 3 yang mulai beroperasi tahun 2016. Untuk
mendukung program infrastruktur ketenagalistrikan 35.000 MW, pemerintah
membangun Unit Ekspansi lx1000 MW yang dijadwalkan dapat beroperasi secara
komersial pada tahun 2019. Perbedaan yang paling mendasar diantara keempat
unit tersebut yaitu pada Unit 1 dan 2 menggunakan boilersubcritical, Unit 3
menggunakan boilersupercritical, serta unit ekspansi menggunakan
boilerultrasupercritical.

1. 1. 2. Visi, Misi, dan Kebijakan Perusahaan


PT. Sumber Segara Primadaya (S2P) telah menetapkan visi dan misi
perusahaan sebagai berikut.

VISI : Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik berkinerja tinggi,


berstandar internasional, berwawasan lingkungan untuk kemajuan
kehidupan.
MISI : 1. Memproduksi tenaga listrik secara efisien dan berdaya saing
tinggi dengan mengembangakan teknologi sesuai best practice
yang dilakasanakan diberbagai perusahaan nasional dan
internasional dalam bidang pembangkit.
2. Mengembangkan kompetensi dan komitmen SDM untuk
menghasilkan kinerja tinggi dan kepuasan semua pemangku
kepentingan.
3. Mengembangkan usaha produski listrik yang sehat dan
memiliki prospek jangka panjang dengan mentaati peraturan
dibidang perindustrian dan perniagaan, ketentuan lingkungam,
yang bersifat internasional dan kemajuan hidup manusia.

5
Kebijakan : NEON EXC
iNtergrity : Integritas menjadi nilai dasar yang harus
dimiliki oleh seluruh tingkatan manajemen
dalam perusahaan.
tEamwork : Kerjasama dalam tim untuk mengoptimalkan
kinerja karyawan dalam setiap aktifitas
perusahaan.
cOmmintmen : Komitmen perseorangan dan organisasi untuk
memenuhi segala peraturan dan persyaratan
yang berlaku.
iNnovation : Pengembangan ide, pengetahuan, dan
perbaikan secara berkesinambungan.
Efficiency : Efisien dalam operasi untuk mengoptimalkan
sumber daya.
eXCelence : Mengutamakan kualitas mutu hasil operasi dan
berorientasi untuk pencegahan pencemaran
lingkungan, kecelakaan, dan penyakit kerja.

6
1. 1. 3. Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Sumber Segara Primadaya (S2P)

1. 1. 4. Kapasitas Produksi PLTU Cilacap Unit 3


PLTU Cilacap memiliki kapasitas produksi yang dijelaskan pada keterangan
berikut.
Kapasitas Produksi : 1 x 660 MW
Pemakaian Sendiri : ± 10 % per unit
Kebutuhan Bahan Bakar : 152 ton/jam batu bara
Jalur Interkoneksi : Interkoneksi jalur selatan Pulau Jawa
Titik Transmisi : GI. Semen Nusantara, GI Rawalo 1 dan 2, GI
Kalibakal.

1. 2. Latar Belakang
Suatu kewajiban Universitas mempersiapkan mahasiswa untuk siap
menghadapi persaingan ketat dalam dunia kerja. Setiap lulusan sarjana
dituntut untuk memiliki keahlian dan keterampilan dalam menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, selain itu lulusan sarjana diharapkan memiliki
pengalaman kerja yang sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya.

7
Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta mewajibkan setiap mahasiswa untuk melakukan kerja praktik
sebagai mata kuliah wajib yang disediakan untuk menyelesaikan studi
kurikulum yang berlaku. Tujuan matakuliah kerja praktik ini adalah untuk
mempersiapkan mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya serta memberikan gambaran dengan masalah yang di hadapi
serta dalam menyelesaikannya.
Energi listrik merupakan energi yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Energi listrik yang dibangkitkan di Indonesia sangat banyak
jenisnya, salah satunya yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pemanasan air untuk
menghasilkan uap yang memutar generator umum ditemukan di Indonesia.
Cukup menjadi perhatian dalam perawatan komponen-komponen pada
PLTU.
Perlunya perawatan pada komponen-komponen pembangkit dan juga
analisa efisiensi, terutama pada Closed Circulating Cooling Water (CCCW)
Heat Exchanger (CCCW Heat Exchanger) agar terhindar dari kerusakan
yang diakibatkan panas berlebih yang dapat merusak komponen-komponen
PLTU saat beroperasi dan merugikan banyak pihak, baik masyarakat
sebagai konsumen listrik maupun perusahaan pembangkit seperti PT.
Sumber Segara Primadaya (S2P).

1. 3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan dapat ditentukan
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana prinsip kerja CCCW Heat Exchanger Unit 3 PLTU
Cilacap?
2. Apa saja Fungsi dan peran CCCW Heat Exchnager Unit 3 PLTU
Cilacap?
3. Masalah apa yang sering terjadi pada CCCW Heat Exchnager Unit
3 PLTU Cilacap?

8
4. Apakah CCCW Heat Exchnager masi bekerja sesuai dengan
standar kerjanya dari data yang didaptakan?

1. 4. Tujuan dan Manfaat


1. 4. 1. Untuk Mahasiswa
Adapun tujuan serta manfaat bagi mahasiswa, yaitu :
1. Mengetahui dan mempelajari sistem pada CCCW Heat Exchnager
PLTU Cilacap.
2. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari dalam
kegiatan perkuliahan.
3. Melatih diri agar tanggap dan dapat menyelesaikan masalah yang
terjadi di dunia kerja.
4. Sebagai tugas wajib perkuliahan dan syarat lulus dalam
menyelesaikan studi di universitas.

1. 4. 2. Untuk Perusahaan
Tujuan dan manfaat bagi perusahaan, yaitu :
1. Sebagai bentuk nyata pengabdian kepada masyarakat pada
umumnya dan bidang pendidikan pada khususnya.
2. Sebagai salah satu pertimbangan bagi perusahaan dalam hal
penilaian kualitas mahasiswa yang berhubungan dengan
penerimaan tenaga kerja baru yang fresh graduate.

1. 5. Ruang Lingkup
Kerja praktik yang dilakukan berfokus pada perawatan pengamatan
data dan juga kinerja CCCW Heat Exchanger

1. 6. Waktu dan Tempat Penelitian

9
Waktu : 16 Juli – 16 Agustus 2018
Tempat Pelaksanaan : PT. Sumber Segara Primadaya (S2P)
Jl. Lingkar Luar Timur Desa Karangkandri, Kec
Kesugihan, KabupatenCilacap, Jawa Tengah

1. 7. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan kerja praktik ini terdiri dari enam bab, dengan
penjelasan sebagai berikut.
1. BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisikan sejarah singkat perusahaan, latar belakang,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat, waktu dan tempat pelaksanaan,
serta sistematika penulisan laporan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan pembahasan singkat mengenai dasar teori maupun
pemahaman mengenai prinsip kerja PLTU secara umum, prinsip kerja
PLTU Cilacap 1x660 MW, komponen utama PLTU dan analisa CCCW
Heat Exchnager.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan cara ataupun metode yang digunakan selama proses
penyelesaian laporan kerja praktik.
4. BAB IV PENGUMPULAN DATA
Bab ini berisikan data analisa yang di dapat selama kerja praktik
sesuai jadwal yang diberikan oleh pihak perusahaan.
5. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan pembahasan mengenai CCCW Heat Exchnager.

6. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan dan saran mengenai
tindakan yang dapat dilakukan setelah melakukan kerja praktik.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. PrinsipDasarPengoprasian PLTU
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi bersifat kekal,
energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat pula dimusnahkan, yang dapat
dilakukan hanya mengubah energi dari bentuk satu ke bentuk lainnya.
Begitu pula yang terjadi pada suatu pembangkit listrik. Pada suatu
pembangkit listrik tidak terjadi pembuatan suatu energi, akan tetapi yang
terjadi hanyalah perubahan energi. Pada pemangkit listrik tenaga uap, di sini
terjadi suatu proses sebagaimana mungkin merubah dari energi kimia
menjadi energi listrik yang nantinya dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
Dari penemuan sebuah mesin konversi energi kemudian
dikembangkan menjadi pembangkitan termal pada PLTU. Urutan proses
transmisi energi memerlukan komponen utama dan bantu yang akan
menghasilkan energi listrik yang sangat besar. Sehingga PLTU merupakan
mesin pengubah energi kimia menjadi energi panas pada boiler, selanjutnya
energi panas dirubah menjadi energi kinetis pada sudu-sudu turbin. Energi
gerak atau putar dari sudu-sudu turbin tersimpan sebagai energi mekanik
pada poros. Poros turbin dikopel dengan generator sehingga menghasilkan
energi listrik. Berikut ini merupakan gambaran alur prubahan energi yang
terjadi pada PLTU :

Gambar 2.1 Perubahan energi pada siklus PLTU

Berdasarkan konversi energinya, PLTU mengubah energi kimia


menjadi energi listrik. Energi kimia yang diubah sebagai media berupa uap
air hasil pembakaran bahan bakar. Uap terbagi menjadi tiga bagian yaitu uap
jenuh, uap kering (uap dipanaskan lanjutan), serta uap basah. Dalam

11
keadaan jenuh, uap tidak mengandung bagian bagian air yang lepas pada
tekanan dan suhu tertentu. Uap dalam keadaan kering didapat dengan
pemanasan lanjutan dari uap jenuh. Oleh karena itu, pada tekanan tertentu
diperoleh beberapa uap kering dengan suhu yang berbeda. Karena proses
terjadi secara berulang dan terjadilah siklus uap, maka siklus uap atau siklus
rankine merupakan siklus teoritis paling sederhana dalam menunjukan
skema siklus uap yang terjadi.

Gambar 2.2 Siklus Rankine sederhana

Keterangan :
1–2 = Proses pemanasan pada air dari pembakaran bahan bakar menjadi
uap kering pada boiler
2–3 = Uap berekspansi sehingga sudu turbin tekanan tinggi (HPT)
terdotong dan berputar
3–4 = Uap setelah berekspansi dipanaskam kembali pada boiler
(reheater)
4 – 5 = Uap berekspansi sehingga sudu turbin tekanan rendah (LPT)
terdorong dan berputar
5–6 = Uap dari turbin tekanan rendah (LPT) dikondensasikan pada
kondensor
6–1 = Air dipompa kembali menuju boiler untuk dipanaskan kembali

Luasan 1-2-3-4-5-6 menunjukan jumlah energi yang dimanfaatkan,


sehingga berbanding lurus dengan jumlah energi menjadi lebih besar maka

12
efisiensi termal PLTU menjadi lebih besar juga. Untuk mesin yang lebih
besar, pemanasan ulang dapat dilakukan dua hingga tiga kali dengan turbin
tekanan menengah (IPT) diantaranya. Yang dimaksud siklus regenratif
adalah sebagian dari energi yang berada dalam rangkaian panas
dipertahankan beredar dalam rangakaian tersebut. Hal ini dilakukan dengan
cara memanaskan air yang keluar kondensor dengannuap yang di ekstraksi
dari turbin sebelum masuk ke boiler. Dengan sederhana efisiensi PLTU rata
rata sekitar 25%. Namun dapat diperbaiki dengan cara pengembalian
kembali sebagian dari kalor latent dalam turbin dengan penambahan
extraction yang dialirkan sebagian ke tangki air pemanas kondensat pada
boiler.

Gambar 2.3 Siklus sederhana PLTU

Siklus yang terjadi secara garis besar berupa uap kering dari
superheater dialirkan menggerakan turbin tekanan tinggi, lalu uap setelah
berekspansi pada turbin tekanan tinggi dipanaskan kembali dengan dialirkan
ke reheater, setelah mencapai suhu tertentu, maka uap digunakan kembali
untuk berekspansi pada turbin tekanan rendah. Ekspansi uap pada sudu sudu
turbin menyebabkan poros turbin berputar dan memutar generator dalam
satu poros yang dapat manghasilkan energi listrik.
Sementara uap yang keluar dari turbin tekanan rendah tadi dialirkan
kekondensor untuk didinginkan dan kembali menjadi fase cair berupa air

13
hangat. Air hangat yang meninggalkan kondensor dipompa munuju
drumboiler menggunakan feed water pump dan diterima oleh pemanas awal
sebagai pemanas diambil dari ekstraksi uap turbin tekanan tinggi.

2. 2. PrinsipKerja PLTU Cilacap Unit 3


Prinsip kerja dari PLTU Cilacap adalah dengan menggunakan siklus
air-uap-air yang merupakan suatu sistem tertutup air dari kondensant atau
air hasil proses pengondensasian di kondensor dan make up water (air yang
di murnikan) dipompa oleh condensat pump ke pemanas tekanan rendah.
Disini air dipanasi kemudian dimasukkan oleh deaerator untuk
menghilangkan oksigen, kemudian air ini dipompa oleh boiler feed water
pump masuk ke economizer. Dari economizer yang selanjutnya dialirkan ke
pipa untuk dipanaskan pada tube boiler. Pada tube, air dipanasi hingga
berbentuk uap air. Uap air ini dikumpulkan kembali pada steamdrum,
kemudian dipanaskan lebih lanjut pada superheater. Hasil dari superheater
yaitu uap kering yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi, dan
selanjutnya uap ini digunakan untuk menggerakkan sudu turbin. Hasil dari
putaran poros turbin kemudian memutar poros generator yang dihubungkan
dengan coupling. Hasil putaran generator dihasilkan energi listrik. Energi
listrik yang dihasilkan dari generator disalurkan dan didistribusikan lebih
lanjut ke pelanggan.
Pada siklus PLTU Cilacap, sebelum masuk steam drum, air umpan
dipompakan ke economizer dengan menggunakan Boiler Feed Pump (BFP).
Selanjutnya karena air yang keluar dari economizer menerima kalor, maka
air yang mengalir ke steamdrum akan dilakukan proses pemisahan, air
mengalir melalui downcomer ke lower header untuk dialirkan ke pipa-pipa
air yang merupakan dinding yang mengelilingi ruang bakar ketel uap. Ke
dalam ruang bakar ketel disemprotkan bahan bakar dan udara pembakaran.
Bahan bakar yang dicampur dengan udara ini dinyalakan dalam ruang bakar
sehingga terjadi pembakaran dalam ruang bakar.

14
Pembakaran bahan bakar dalam ruang bakar merubah energi kimia
yang terkandung dalam bahan bakar menjadi energi panas (kalor). Energi
panas hasil pembakaran ini dipindahkan ke air yang ada dalam pipa air ketel
melalui proses radiasi, konduksi, dan konveksi. Gas hasil pembakaran
dalam ruang bakar setelah dimanfaatkan untuk memindahkan energi
panasnya ke air yang ada dalam pipa ketel. Gas selanjutnya dialirkan
melalui saluran pembuangan gas buang untuk kemudian dibuang ke udara
melalui cerobong. Gas buang sisa pembakan ini masih mengandung banyak
energi panas karena tidak semua energi panasnya dapat dipindahkan ke air
yang ada dalam pipa air ketel. Gas buang ini dimanfaatkan lagi untuk :
a. Pemanas lanjut (superheater). Di daiam superheater, hasilnya berupa
superheatedsteam yang menuju ke turbin tekanan tinggi. Uap yang
mengalir dalam superheater ini mengalami kenaikan tekanan dan
temperatur sehingga uap ini benar-benar kering.
b. Reheater. Uap yang telah digunakan untuk menggerakan turbin tekanan
tinggi, sebelum menuju turbin tekanan menengah, dialirkan kembali
melalui pipa ke reheater. Dalam reheater uap akan mengalami kenaikan
temperatur yang serupa pemanas lanjut.
c. Economizer. Air yang dipompakan ke dalarn ketel terlebih dahulu
dialirkan melalui economizer agar mendapat pemanasan. Dengan
demikian temperatur air akan lebih tinggi ketika masuk ke pipa air di
ruang bakar.
d. Pemanasan udara, udara yang akan dialirkan ke ruang pembakaran yang
digunakan untuk membakar bahan bakar terlebih dahulu dialirkan
melalui pemanas udara agar mendapat pemanasan sehingga temperatur
udara pembakaran naik yang selanjutnya akan mempermudah proses
pembakaran di furnance.

Uap hasil pembakaran dialirkan ke steam drum untuk dilakukan


proses pemisahan. Uap jenuh (saturated) akan mengalir ke Low
Temperature Superheater, Larger Platen Superheater, Rear Platen

15
Superheater dan High Temperature Superheater. Dari proses di superheater
keluar aliran uap utama (main steam) dengan temperatur 540°C dan tekanan
17,78 MPa. Proses selanjutnya yaitu mainsteam dari boiler dengan tekanan
16,67 MPa dan temperatur 538°C masuk ke HighPressure Turbin (HPT).
Setelah berekspansi pada sudu turbin tekanan tinggi lalu keluaran HPT, uap
tersebut dimasukkan ke reheater yang terdapat pada boiler untuk
dipanaskan kembali menggunakan gas panas sebelum masuk ke
Intermediate Pressure (IPT). Temperatur yang masuk ke IPT hampir sama
dengan yang masuk ke HPT tapi tekanannya menurun menjadi 3,60 Mpa.
Selanjutnya uap keluar IPT langsung masuk ke LPT dengan tekanan 1,4
MPa dengan kondisi temperatur sudah turun.
Poros pada generator dikopel dengan poros turbin yang kemudian
generator akan berputar dan mengubah energi mekanik menjadi energi
listrik. Setelah uap memutar turbin, lalu uap keluaran LPT masuk ke
kondensor dengan tekanan kurang lebih 1,4 MPa untuk dilakukan proses
perubahan fasa uap menjadi cair. Uap dalam kondensor didinginkan dengan
air laut yang dipompa dengan CirculatingWaterPump (CWP) yang dialirkan
melalui pipa titanium dengan diameter dalam ±25 mm. Air hasil kondensasi
tersebut ditampung di hotwell dan dialirkan kembali oleh pompa kondensor
menuju Low Pressure Heater, High Pressure Heater, Daerator, economizer
dan kemudian menuju ruang pembakaran.

2. 3. KomponenUtama PLTU Cilacap Unit 3


Berikut beberapa komponen utama yang digunakanpada PLTU
Cilacap 1x660 MW :
a. Boiler
Boiler mengubah energi-energi kimia menjadi bentuk energi yang lain
untuk menghasilkan kerja. Boiler dirancang untuk melakukan atau
memindahkan kalor dari suatu sumber pembakaran, yang biasanya berupa
pembakaran bahan bakar. Boiler dapat dibedakan menjadi tiga jenis

16
berdasarkan fasenya, yaitu : Boiler Subcritical, Boiler Supercritical, dan
Boiler Ultra Supercritical.
Boiler Subcritical merupakan boiler yang belum dapat memisahkan
bentuk fase antara fase uap dan fase air. Sehingga memerlukan steam drum
untuk memisahkan fase sebelum memutar sudu turbin. Boiler Supercritical
artinya keadaan substansi dimana tidak dapat dibedakan fase uap dan airnya
sehingga tidak membutuhkan steam drum agar dapat langsung memutar
sudu turbin. Sedangkan untuk Boiler Ultra Supercritical sendiri memiliki
desain konstruksi metalurgi yang sangat baik tanpa adanya steam drum,
konstruksi Boiler dan Turbin dijaga dari reaksi kerak dan korosi.
PLTU Cilacap unit 3 1x660 MW sendiri menggunakan Boiler
Supercritical sehingga tidak memiliki steam drum
.
b. Turbin
Turbin adalah komponen yang berfungsi untuk mengubah energi
kinetik yang tersimpan didalam fluida kerja menjadi energi mekanis
rotasional. Turbin uap ini dapat menghasilkan daya karena proses ekspansi
uap dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Turbin
yang di pakai di PLTU Cilacap 1x660 MW memiliki tiga tingkatan yaitu
High Pressure Turbine (HPT), Intermediate Pressure Turbine (IPT), dan
Low Pressure Turbine (LPT). Prosesnya yaitu main steam dari boiler
dengan tekanan 16.67 Mpa dan Temperatur 538°C masuk ke HPT.
c. Kondensor
Kondensor adalah alat penukar kalor yang didalamnya terdapat dua
siklus yang saling berkaitan, yaitu siklus fluida panas (refrigeran) dan siklus
fluida dingin (air kondensor),yang keduanya saling berlawanan arah. Alat
ini merupakan salah satu komponen utama pada PLTU yang berfungsi
mengkondensasikan uap bekas keluar turbin tekanan rendah menjadi air
dengan media pendingin air laut. Agar proses kondensasi tersebut lebih
efisien, maka tekanan di kondensor harus lebih rendah (di-vacum-kan).
d. Boiler feed pumpatauboiler feed water pump

17
BFP adalah tipe khusus yang digunakan dari pompa yang digunakan
untuk memompa air hasil kondensasi menuju steam drum pada boiler. BFP
merupakan salah satu komponen utarna di PLTU Cilacap 1x660 MW yang
berfungsi untuk mengontrol dan mensuplai air pada jumlah tententu yang
berasal dari daerator tank menuju boiler dengan sepesifikasi tekanan yang
diternukan. Air sebelum masuk ke boiler dilakukan pemanasan awal
sehingga air yang dipompa oleh BFP juga memiliki temperatur tertentu
yang cukup panas.

e. Generator
Generator adalah salah satu jenis mesin listrik yang digunakan sebagai
alat pembangkir energilistrik dengan cara mengonversikan energi mekanik
menjadi energi listrik. Pada generator, energi mekanik didapat dari
penggerak rnula yang bisa berupa mesin diesel, turbin, baling-baling dan
lain-lain. Pada pembangkit-pembangkit besar, salah satu alat konversi yang
sering digunakan yaitu generator sinkron 3 phase. Generator merupakan
salah satu komponen utama yang berada di PLTU Cilacap 1x660 MW.
Generator yang dipakai di PLTU Cilacap 1x660 MW yaitu generator
sinkron bertipe QFSN-300.2-20B yang dibuat oleh China Dongfang
Electrical MachineCO.LTD.
f. Transformator
Transformator adalah suatu peralatan tenaga listrik yang dapat
memindahkan dan mengubah energi lisrrik ke rangkaian listrik yang lain
melalui suatu sepasang magnet berdasarkan prinsip induksi elektromagnet.
Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik
maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga listrik
memungkinkan dipilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk
berbagai keperluan misaInya keperluan akan tegangan tinggi dalam
pengiriman listrik jarak jauh.
g. Sistem pendinginan

18
Sistem pendingin di PLTU Cilacap 1x660 MW, khususnya untuk
pendinginan kondensor, heat exchanger dan oil cooler yaitu dengan
menggunakan media air laut, karena pipa kondensor yang digunakan terbuat
dari logam titanium yang tahan terhadap masalah korosi. Akan tetapi, media
air laut mengandung biota laut yang berkembang biak dan akhirnya akan
mempersempit penampang pipa-pipa yang dilewatinya. Oleh karena itu,
untuk menghindari hal tersebut, air laut sebelum masuk ke Circulating
Water Pump (CWP) diinjeksikan NaCl sebagai pencegahan berkembang
biaknya biota laut. Selain itu air laut juga mengandung kotoran, oleh karena
itu air laut disaring terlebih dahulu di Bar Steel dan Cleaning Trash Device
sebelum melalui Travelling Bar Screen (TBS) baru masuk CWP. TBS ini
merupakan sebuah saringan yang berbentuk setengah lingkaran yang saling
berhubungan dan diputar oleh sebuah motor penggerak. Didalamnya juga
terdapat sebuah spray yang berfungsi menghilangkan kotoran-kotoran yang
menempel pada saringan didalamnya dengan menyemprotkan air dari
backwashpump, setelah melewati saringan ini diharapkan kotoran-kotoran
yang kasar akan terbawa oleh air laut. Selanjumya air masuk ke CWP
kemudian dipompakan sebagai media pendingin pada kondensor, heat
exchanger, dan oil cooler. Air Iaut yang telah digunakan sebagai pendingin
sebagai pendingin tersebut kemudian dikeluarkan dan langsung dialirkan
lagi ke laut.

19
2. 4. Heat Exchanger
Heat Exchanger atau sering kita sebut “Alat Penukar Panas” merupakan
alat yang berfungsi untuk memindahkan energi panas antara dua atau lebih
fluida dan terjadi pada temperatur yang berbeda antara fluida, dimana fluida
tersebut ada yang bertindak sebagai fluida panas (hot fluid) dan yang lain
bertindak sebagai fluida dingin (cold fluid).
Heat Exchanger dapat digunakan sebagai pemanas (regenerator) maupun
sebagai pendingin (recuperator) tergantung pada tinjauan perpindahan panas
yang terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan terlepas pada alat
ini baik dari skala kecil, seperti: AC (Air Conditioner) maupun skala besar.
Jenis heat Exchanger sangat bervariasi dan dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa tinjauan antara lain:

 Proses Perpindahan.
 Jumlah Fluida Kerja.
 Desain Konstruksi.
 Bidang Kontak Perpindahan Panas.
 Arah Aliran Fluida.

a. Heat Exchanger Berdasarkan Proses Perpindahan


Berdasarkan proses perpindahannya heat exchanger dapat
dibagi menjadi dua, yaitu: direct contact dan indirect contact.
Direct contact heat exchanger merupakan heat exchanger dimana
perpindahan panas antara fluida panas dan fluida dingin langsung
terjadi kontak atau tanpa ada pembatas. Sebaliknya untuk Indirect
heat Exchanger, perpindahan panas antara kedua fluida dibatasi
oleh suatu dinding pembatas.

20
Gambar 2.4 Direct HE vs Indirect HE

b.1 HEAT EXCHANGER BERDASARKAN JUMLAH FLUIDA KERJA

Berdasarkan jumlah fluida kerjanya, heat exchanger dapat


dibagi menjadi dua fluida, tiga fuida dan N-fluida (N>3). Sesuai
dengan tinjauannya yang ditinjau merupakan jumlah fluida
kerjanya saja, namun harus sesuai dengan konsep dasar heat
exchanger, yaitu harus ada yang bertindak sebagi fluida panas dan
fluida dingin dan untuk jumlah sesuai dengan desain. Pada
umumnya terdapat dua fluida kerja pada heat exchanger baik untuk
proses pemanasan, pendinginan, penambahan panas maupun
penyerapan panas. Untuk penggunaan fluida kerja yang lebih dari
dua fluida biasanya di-aplikasikan pada industri yang
menggunakan proses kimia seperti proses penghilangan kandungan
nitrogen dari bahan baku gas alam.

21
Gambar 2.5 Heat Exchanger 3 fluida

b.2 HEAT EXCHANGER BERDASARKAN ALIRAN FLUIDA

Ditinjau dari aliran fluida yang mengalir di dalam heat


exchanger, heat exchanger dapat dikelompokkan menjadi single
pass dan multi pass heat exchanger. Heat exchanger dapat disebut
single pass heat exchanger ketika suatu fluida tepat mengalir hanya
satu kali di dalam heat exchanger tersebut. Sedangkan
dikatakan multi-pass apabila fluida mengalir lebih dari satu kali di
dalam sebuah heat exchanger. Untuk single pass heat exchanger
terdapat dua jenis arah aliranya itu counter flow dan parallel flow.
Dikatakan Counter flow heat exchanger ketika arah aliran
antara fluida dingin dan fluida panas saling berlawanan. Pada
kondisi ini perbedaan temperature antar fluida tidak terlalu
signifikan sehingga perpindahan panas sepanjang aliran relative
konstan. Selain itu, pada counter flow heat exchanger
memungkinkan bahwa temperature keluaran fluida dingin lebih
tinggi dari pada temperature keluaran fluida panas.

Sebaliknya untuk parallel flow heat exchanger, arah aliran


dari kedua fluida memiliki arah aliran yang sama. Heat exchanger

22
tipe ini juga sering disebut cocurrent flow heat exchanger. Pada
heat exchanger ini terjadi perbedaan temperatur yang signifikan
antar kedua fluida pada saat awal kedua fluida masuk. Dan
temperature keluaran dari fluida dingin tidak mungkin lebih besar
dari pada temperature fluida panas. Untuk lebih jelasnya berikut
skema heat exchanger berdasarkan aliran fluida.

Gambar 2.6 SinglePass Heat Exchanger

c. HEAT EXCHANGER BERDASARKAN DESAIN KONSTRUKSI


Berdasarkan desain konstruksinya heat exchanger dapat
dibagi menjadi tiga,  yaitu: tubular, plate dan regenerator heat
exchanger. Untuk penjelasan lebih detailnya simak bahasan
berikut:
c.1. Tubular Heat Exchanger
Tubular Heat Exchanger merupakan heat exchanger dimana
dalam desain konstruksinya terdapat komponen tube sebagai
wadah aliran dari salah satu fluida. Pada umumnya fluida yang
dialirkan dalam tube merupakan fluida bertekanan tinggi. Sehingga
material tube haruslah mampu menahan beban tekan yang tinggi
mulai dari  low carbon steel, Admiralty, copper, copper-nickel,
stainless steel, Hastelloy, Inconel atau titanium. Dengan dimensi
pada umumnya 0,625 hingga 1,5 inchi. Tubular Heat Exchanger
terdapat beberapa jenis, yaitu: shell and tube heat exchanger,
double pipe heat exchanger dan Spiral Tube Heat Exchanger.

23
c.1.1 Shell and Tube Heat Exchanger 
Shell and Tube Heat Exchanger Pada umumnya terdiri
atas kumpulan dari banyak tube yang dipasang pada selongsong
(shell). Dimana tekanan fluida pada sisi tube lebih tinggi daripada
sisi shell. Variasi dari desain shell and tube heat exchanger
didasarkan pada kapasitas perpindahan panas, tegangan thermal,
pressure drop dan fluida kerja. Shell and tube heat exchanger
diklasifikasikan dan dikonstruksi berdasarkan standar yang ada,
seperti: standar TEMA (Tubular Exchanger Manufacturers
Association), DIN, ASME (American Society of Mechanical
Engineers) dan beberapa standar lainnya. Komponen-komponen
dalam shell and tube heat exchanger secara umum antara lain: tube,
shell, baffle, tubsheet , Front- dan rear-end head dan nozzle.

Gambar 2.7 Shell and Tube Heat Exchanger

c.1.2 Double–Heat Exchanger


Double–Heat Exchanger, Heat exchanger pada umumnya
terdiri dari dua pipa konsentris dengan pada pipa dalam datar
maupun bersirip. Satu fluida berada pada pipa dalam (inner tube)
dan yang lain pada annulus antara kedua pipa. Merupakan heat
exchanger yang mudah untuk proses perawatannya. Konstruksi ini
juga cocok pada kondisi dimana satu atau kedua fluida bertekanan
sangat tinggi. Pada umumnya double pipe heat exchanger
digunakan untuk kapasitas kecil  dimana luas perpindahan

24
panasnya kurang dari sama dengan 50 m2 (500 ft2). Hal ini
dikarenakan biaya pembuatan per satuan luas relatif mahal. Pada
beberapa kondisi jumlah pipa dalam berjumlah lebih dari satu
akibat dari dimensi. Sehingga bentuk konfigurasi dari pipa tersebut
dapat berbentuk U tube atau hairpin.

Gambar 2.8 Double Pipe Heat Exchanger

c.1.3 Spiral Tube Heat Exchanger


Spiral Tube Heat Exchanger, Terdiri atas satu atau lebih
spiral koil pada sisi shell. Laju perpindahan panas menggunakan
spiral tube lebih besar daripada pada straight tube. Hal ini karena
pada spiral tube luasan yang terjadi perpindahan panas lebih besar
dari pada straight tube. Namun kelemahan heat exchanger ini ada
pada proses pembersihannya.

Gambar 2.9 Spiral Tube Heat Exchanger

25
c.1.4 Plate heat exchanger
Plate heat exchanger biasa terbuat dari plate tipis. Plate ini
dapat berupa smooth plate maupun corrugated plate, dan dapat juga
datar mapun spiral yang ditempatkan di dalam heat exchanger.
Pada heat exchanger ini tidak dapat menahan fluida bertekanan
tinggi, temperatur tinggi atau perbedaan temperatur maupun
tekanan yang tinggi. Plate heat exchanger dapat diklasifikasikan
sebagai gasketed, welded mapun brazed tergantung pada sesakan
kebocoran yang dibutuhkan pada heat heat exchanger. Plate heat
exchanger dapat juga berupa spiral plate, lamella dan platecoil.
Gasketed Plate Heat Exchanger. Terdiri atas sejumlah
rectangular metal plate yang ditutup pada ujung-unjungnya oleh
gasket. Adapun Prinsip kerjanya adalah dua atau lebih aliran fluida
kerja diatur oleh gasket-gasket yang didesain sedemikian rupa
sehingga pada masihng-masihng fluida dapat mengalir di plat-plat
yang berbeda. Kelebihan heat exchanger ini ada pada proses
perawatan yang mudah, koefisien perpindahan panas yang sukup
baik dan relatif murah. Namun hanya fluida-fluida tertentu saja
yang dapat diaplikasikan menggunakan heat exchanger ini.

Gambar 1.10 Gasketed Plate Heat Exchanger

Welded Plate Heat Exchanger, Untuk mengatasi


kelemahan gasketed plate heat exchanger digunakan plate heat

26
exchanger yang menggunakan las sebagai ganti dari gasket.
Sehingga mampu menahan fluida kerja yang bertekanan dan
bertemperatur yang tinggi. Karena diganti dengan sistem
pengelasan maka heat exchanger ini sulit untuk dibongkar pasang
berbeda dengan gasketed heat exchanger.

Gambar 2.11 Welded Plate Heat Exchanger


Spiral Plate Heat Exchanger, Pada Heat exchanger ini
digunakan spiral plate dengan menggunakan sistem sealing las.
Dimana aliran kedua fluida dapat berbentuk tiga jenis, yaitu:
parallel flow (aliran searah), counter flow (aliran berlawan arah)
dan cross flow (alirang menyilang). Dengan konfigurasi spiral
maka lintasan fluida menjadi semakin panjang sehingga
perpindahan panas semakin banyak yang terjadi.

Gambar 2.12 Spiral Plate Heat Exchanger

27
D.REGENARTOR HEAT EXCHANGER
Merupakan heat exchanger dengan sistem storage dimana energi
panas dari fluida pertama menyimpan sementara energi tersebut yang
kemudian dipindahkan ke fluida kedua. Permukaan elemen perpindahan
panasnya berbentuk matriks yang bergerak secara periodik masuk dan
keluar dari daerah panas (fluida pertama). Fluida kerja yang sering dipakai
pada heat exchanger ini hanya berupa  fluida gas. Pada regenerator
pressure drop yang terjadi relatif rendah, memiliki dimensi yang relatif
kecil, sistem yang lebih sederhana dalam distribusi panas dalam
penggunaannya efisiensi dapat mencapai 85%. Regenerator dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu tipe rotari maupun tipe fix.

D.1. Regenerator tiper rotari


Pada regenerator ini matriks membentuk lingkaran. Regenerator ini
berputar dengan kecepatan tertentu dan secara periodik akan menyerap dan
memberikan panas antara kedua fluida. Aliran kedua fluida dipisahkan
oleh sistem radial seal. Prinsip kerjanya, fluida panas yang melalui
matriksakan diserap energi panasnya. Selanjutnya perputaran dari rotor
akan membuat kedudukan maktriks yang sebelumnya menerima energi
panas sekarang berada pada posisi lintasan yang akan dilalui fluida dingin.
Pada kondisi ini panas yang tersimpan pada matriks akan diberikan pada
fluida dingin. Dan proses ini akan terus berlanjut selama hingga putaran
rotor berhenti.

28
Gambar 2.13 Regenerator HE rotary type
D.2. Regenerator tipe Fix
Untuk regenerator ini, matriks tidak bergerak namun terdapat katup
(valve) yang akan mengatur aliran fluuida gas. Pada heat exchanger ini
dibutuhkan minimal dua matriks yang tersusun parallel. Prinsip kerjanya,
fluida panas melalui matriks satu kemudian panas ditangkap matriks dan
fluida dingin melalui matriks yang kedua dengan arah kedua aliran saling
berlawanan (counterflow). Setelah interval waktu tertentu, katup merubah
arah aliran fluida  sehingga fluida panas melalui matriks yang kedua dan
fluida dingin melalui matriks yang pertama.

Gambar 2.14 Regenerator HE fix type


E. HEAT EXCHANGER BERDASARKAN BIDANG KONTAK
PERPINDAHAN PANAS

Pada pengelompokkan heat exchanger ini, parameter utama yang


digunakan dalam mengklasifikasikan adalah seberapa besar luasan bidang
kontak yang terjadi proses perpindahan panas tiap satuan volume. Hal ini
mengakibatkan pengurangan berat, ruang, peralatan pendukung,
penyangga, energi yang dibutuhkan dan biaya. Semakin luas permukaan
bidang kontak perpindahan panas per satuan volume, maka akan semakin
besar efisiensi perpindahan panas yang dihasilkan. Namun harus tetap
memperhatikan jenis, tekanan dan temperatur fluida.
Pengklasifikasian heat exchanger berdasarkan bidang
kontak antara lain adalah Compact Heat Exchanger dengan luas
bidang kontak minimal 700 m2/m3; Laminar Flow Heat

29
Exchanger dengan luas bidang permukaan minimal 3000 m2/m3;
serta Micro Heat Exchanger dengan luas bidang kontak minimal
15000 m2/m3.

2. 5. Spesifikasi pada Closed Circulating Cooling Water Heat


Exchanger
Adapun spesifikasi pada Closed Circulating Cooling Water Heat
Exchanger adalah sebagai berikut:
 Tipe : 13 LT – YNZLZ
 Made in : Wuxi Blue Sky Heavy Industry
 Design Pressure : Shell = 1 Mpa , Tube = 1 Mpa
 Operation Pressure : Shell = 0.6Mpa – 0.7Mpa , Tube = 0.4 Mpa
 Media : Shell = Desalted (Denim) water , Tube = Sea
Water
 Design Temperature : Shell = 800C , Tube = 80oC
 Operation Temperatur : Shell = 480C , Tube = 40oC
 Date manufakture : 2014

Gambar 2.16 foto spesifikasi CCCW Heat Exchanger

30
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja


Praktik di PT S2P PLTU CILACAP 1x660 MW ini yaitu metode
pembekalan materi oleh pembimbing praktik, dan observasi lapangan
meliputi :
a. Pengamatan langsung di lokasi atau lapangan.
b. Konsultasi langsung dengan pembimbing, pekerja dilapangan, dan dosen
pembimbing Kerja Praktik.
c. Browsing melalui internet untuk hal yang ada hubungannya dengan judul
Kerja Praktik.
d. Studi pustaka di perpustakaan PT S2P PLTU CILACAP 1x660 MW.

31
BAB IV
PENGUMPULAN DATA

4. 1. Hasil Pengamatan Data Pada Lapangan

CCCW Heat Exchanger alat pertukaran kalor untuk banyak alat


dari PLTU melalui media air demin. Suhu pada fluida panas yang keluar
harus di jaga pada batasan yang ditentukan dan sebisa mungkin harus
konstan. Selama di lapangan suhu dan tekanan pada inlet dan outlet fluida
dingin dan fluida panas tidaklah fluktuatif atau bisa dibilang harus
konstan.
INLET OUTLET KETERANGAN
1. AIR DEMIN AIR DEMIN
680C 670C SUHU
0.7MPa MPa TEKANAN

2. AIR LAUT AIR LAUT


270C 300C SUHU
0.05 MPa 0.05 MPa TEKANAN

Tabel 4.1. Data yang didapat dari CCCW HE A


Dari data yang didapat bisa dilihat suhu yang diturunkan dari fluida
panas tidak terlalu tinggi. Tapi data ini bisa dibilang konstan dari waktu ke
waktu selama pengoperasian. Kekonstanan inilah yang harus dijaga selama
pengoperasian karena akan sangat berpengaruh ke pendinginan ke alat
yang lain. Dari pengamatan juga bisa memungkinkan didapat kesimpulan
yang lain, walaupun tidak ada data yang tersedia. Misalnya jika suhu air
demin pada outlet meningkat kemungkinan yang terjadi adalah laju air nya
berkurang dari laju yang seharusnya.
Di sistem PLTU ini terdapat 2 CCCW Heat Exchanger yaitu
CCCW Heat Exchager A dan B, tapi yang beroperasi ialah hanya satu.
Penggunan CCCW Heat Exchager A dan B ini dilakukan secara bergiliran.

32
Waktu pergantian CCCW Heat Exchager ialah dilakukan saat ada masalah
pada CCCW Heat Exchager yang sedang beroperasi, sehingga harus
dilakukan pengoperan operasi pada CCCW Heat Exchager yang lainnya.
Pergantian ini juga dilakukan walaupun tidak terjadi masalah yaitu saat
jadwal penggunaan CCCW Heat Exchager sudah dianggap selesai sesuai
waktu yang ditentukan.
Permasalahan yang sering timbul ialah pada masuknya air laut.
Dan permasalahan ini dapat dianalisa dari data yang diambil dari CCCW
Heat Exchager A. Dari data bisa dilihat tekanan air laut inlet berada pada
0.05 Mpa dan ini merupakan masih dalam batasan normal atau standar
operasi CCCW Heat Exchager A. Tapi jika tekanan inlet air laut itu
melebihi 0.2 Mpa atau kurang dari 0.05Mpa maka ada beberapa efek yang
ditimbukan, yaitu:
 Suhu air demin outlet akan meningkat atau melebihi batas standar
operasinya yaitu sekitar 670C.
 Suhu air laut outlet juga akan meningkat melebihi batasan standar
operasinya yaitu berkisar 300C.
 Laju aliran pada air laut outlet juga akan berkurang dan tidak
sesuai standar operasinya (walaupun data tidak ada, tapi dapat
disimpulkan Laju aliran juga akan kena pengaruh).
 Jika suhu air demin outlet melebihi suhu batas standar operasinya
maka akan terjadi pula peningkatan suhu pada alat-alat yang akan
didinginkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat yang
didinginan CCCW Heat Exchager.
 Jika suhu air demin yang kerluar dari alat-alat yang akan
didinginkan itu melebihi suhu operasinya yaitu berkisar 680C maka
akan masuk juga ke inlet air denim. Hal ini dapat meningkatkan
suhu pada CCCW Heat Exchager tersebut. Yang mana batasannya
sesuai spesifikasinya yaitu 800C. Hal ini dapat merusak CCCW
Heat Exchager itu sendiri.

33
Hal diatas disebabkan oleh meningkat atau berkurangnya tekanan
pada inlet air laut, tapi peningkatan ataupun berkurangnya tekanan itu juga
dimungkinkan dipicu oleh beberapa hal, yaitu:
 Tersumbatnya air pada saluran inlet air laut yang disebabkan oleh
banyaknya sampah. Banyaknya sampah ini dapat diakibatkan
Rotary Strainer water yang berfungsi sebagai penyaring sampah
tidak bekerja dengan baik. Sehingga air laut yang masuk jadi
berkurang dan mengakibatkan tekanan air laut juga berkurang.
 Tersumbatnya air pada jalan keluar ataupun outlet air, yang
disebabkan oleh adanya algae ataupun biota laut yang
berkembang di dalam CCCW Heat Exchager. Sehingga
mengurangi luas jalan keluar air ke outlet CCCW Heat Exchager
dan mengakibatkan meningkatnya tekanan pada tube air laut
CCCW Heat Exchager.

Penyebab diatas dapat diatasi dengan beberapa cara:


 Disaat sistem terganggu karena tersumbat oleh sampah, maka perlu
adanya perbaikan pada Rotary Strainer water dan juga pembersihan
berkala agar bekerja dengan baik.
 Disaat sistem terganggu karna tersumbat kerang atau biota laut
yang tumbuh dan berkembang di dalam tube air laut CCCW Heat
Exchager, maka penanganannya dengan dilakukannya continious
inject clorine atau menginjeksikan clorine secara berulang-ulang
dengan jumlah 0.2BPM -0.5 BPM per jamnya. Penginjeksian ini
juga tidak boleh melebihi 0.5BPM karna dapat membunuh biota
laut dan penginjeksian berlebih ini sangat dilarang oleh pemerhati
lingkungan hidup.

Disaat sistem sudah terlanjur sumbat dan ataupun diserang biota


laut, maka sistem kerja CCCW Heat Exchager A harus diganti oleh sistem

34
kerja CCCW Heat Exchager B. Dan begitu sistem CCCW Heat Exchager
A sudah shut down maka harus dilakukan pembersihan manual.

35
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1. Latar Belakang

Open circulating cooling water Heat Exchanger (Occw HE) dengan


media air laut digunakan sebagai penjaga kestabilan suhu pada air demin yang
terdapat pada closed circulating cooling water Heat Exchanger(Cccw
HE).Salah satu fungsi dari air demin digunakan sebagai media pendingin,
seperti:
- boiler feed pump turbine (BFPT) lube oil
- condenser pump
- equipment turbin
- main oil tank
- EH oil
- generator stator cooling water
- generator air seal oil
- generator H2 seal oil
- mill lube oil
- fuel oil

36
- air preheater, FDF, PAF, IDF, dll

Gambar 4.1 CCCW Heat exchanger pada PLTU PT. S2P


Fungsi dari air demin perlu dijaga kesetabilan suhunya demi menjaga
kualitas dari equipment tersebut. Untuk itu dengan menjaga ataupun
menganalisa sistem ”Closed Circulating Cooling Water Heat Exchanger” dapat
memberikan masukan perlakuan yang harus dilakukan kedepannya.

5. 2. Pengenalan CCCW Heat Exchanger

5. 2. 1. Penjelasan Deskripsi CCCW Heat Exchanger

Closed Circulating Cooling Water Heat Exchanger adalah alat utama pada
sistem pendinginan tertutup dengan media pendingin air pada PLTU. Alat ini
menggunakan air utama (fluida dingin) dengan sumber air laut untuk
mendinginkan air kedua (fluida panas) atau air demin. Fluida ke dua ini yang
dapat diminum digunakan untuk mendinginkan dan mengambil panas

37
sebanyak mungkin dari alat-alat yang lainnya (seperti: boiler feed pump
turbine (BFPT), lube oil condenser pump, equipment turbin, main oil tank, EH
oil, generator stator cooling water, generator air seal oil, generator H2 seal oil,
mill lube oil, fuel oil, air preheater, FDF, PAF, IDF, dll) dari fluida temperatur
tinggi selama pengoperasian.
CCCW juga dapat digunakan mendinginkan peralatan yang mana
dapat menghasilkan panas dari alat yang beroperasi (seperti: pompa air, bering
pada peniup udara). Disamping itu juga dapat digunakan untuk mendinginkan
dapat juga menghasilkan panas karna transfer energi. Karna CCCW Heat
Exchanger ini maa dapat dipastikan keamanan pengoperasian dari PLTU.

38
5. 2. 2. Letak Posisi CCCW Heat Exchanger

Karena media pendinginnya merupakan air laut maka letak posisi


peralatan Closed Circulating Cooling Water Heat Exchanger (CCCW) ini
dekat dengan kondensor pada lantai dasar. Di mana kondensor sama dengan
CCCW Heat Exchanger juga membutuhkan air laut sebagai media untuk
mengkondensasi uap panas dari turbin.

39
5. 2. 3. Fungsi atau Peranan CCCW Heat Exchanger Dalam Suatu
Sistem

Fungsi dari peralatan ini digunakan untuk mendingan sistem yang


lainnya, contoh:
- boiler feed pump turbine (BFPT) lube oil
- condenser pump
- equipment turbin
- main oil tank
- EH oil
- generator stator cooling water
- generator air seal oil
- generator H2 seal oil
- mill lube oil
- fuel oil
air preheater, FDF, PAF, IDF, dll

5. 2. 4. Penggunaan CCCW Heat Exchanger

Karna sistem ini merupakan sistem pendinginan, maka sistem ini


digunakan/difungsikan saat awal sekali. Karna dalam PLTU bahan bakar
batubara, sistem pertama yang dioperasikan merupakan sistem
pendinginan. Begitu juga dengan saat dihentikan, sistem inilah yang paling
akhir di shut down.

5. 2. 5. Cara Kerja CCCW Heat Exchanger

CCCW Heat Exchanger bekerja berdasarkan prinsip perpindahan panas


(heat transfer), dimana terjadi perpindahan panas dari fluida yang
temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih rendah.
Biasanya, ada suatu dinding metal yang menyekat antara kedua cairan yang

40
berlaku sebagai konduktor . Suatu solusi panas yang mengalir pada satu sisi
yang mana memindahkan panasnya melalui fluida lebih dingin yang mengalir
di sisi lainnya. Energi panas hanya mengalir dari yang lebih panas kepada
yang lebih dingin dalam percobaan untuk menjangkau keseimbangan.
Permukaan area heat exchanger mempengaruhi efisiensi dan kecepatan
perpindahan panas yang lebih besar area permukaan panas exchanger, lebih
efisien dan yang lebih cepat pemindahan panasnya.

Gambar 4.2 Sistem pada CCCW Heat Exchanger


Dan klasifikasi fluida panas pada CCCW Heat Exchanger ini ialah air demin
dan fluida dinginnya air laut. Fluida panas menerima panas dari beberapa sistem
lalu mentransfernya ke fluida dingin di dalam CCCW fluida dingin yang
menerima panas dari fluida panas (air laut). Fluida dingin yang menerima panas
tadi pun dibuang ke laut langsung.

Gambar 4.3 Gambar skema kerja CCCW Heat Exchanger

41
5. 3. Jenis Kerusakan atau Kegagalan yang mungkin
terjadi ada CCCW Heat Exchanger

Korosi adalah tipe kerusakan yang umum terjadi pada peralatan CCCW
Heat Exchanger. Tapi ada banyak masalah yang dapat menyebabkan
kerusakan dan kegagalan yang menyebabkan berkurangnya efisiensi CCCW
Heat Exchanger. Untuk kerusakan ataupun kegagalan itu dapat dibagi
dengan 4 tipe, yaitu:
1. Mekanikal
2. Bahan kimia yang menyebabkan terjadinya korosi
3. Kombinasi dari mekanikal dan bahan kimia
4. Kerak

5. 3. 1. Mekanikal

Kegagalan/kerusakan ini dapat dibagi menjadi 3 bentuk:


a. Metal Erosion:
Kecepatan aliran fluida masuk ke dalam tube atau ke dalam shell
CCCW Heat Exchanger yang melebihi kecepatan yang diijinkan dapat
menyebabkan kerusakan pada metal tube atau shell akibat ter-erosi.
Metal yang sudah mempunyai tanda-tanda terserang oleh korosi akan
mengalami percepatan kerusakannya, karena lapisan pelindung dari
tube akan hilang sehingga rentan mengalami erosi.
Kebanyakan Metal yang terserang erosi terjadi di bagian dalam
tube. Fluida dengan kecepatan tinggi masuk melalui nozzle yang
kemudian  dibagi dalam banyak (tube) aliran yang kecil-kecil ketika
memasuki CCCW Heat Exchanger. Aliran tersebut akan menghasilkan
turbulensi dan berakibat adanya erosi pada metal.

b. Steam atau Water Hammer:

42
Tekanan yang bergelombang atau gelombang aliran fluida, dapat
disebabkan oleh adanya percepatan aliran atau pengurangan kecepatan
aliran secara mendadak, hal ini akan menyebabkan terjadinya steam
atau water hammer.

c. Loss of Cooling Water                                                                         


Udara yang ditekan pada after cooler dan gas cooler akan selalu
mensuplai fluida pendingin sebelum udara panas dialirkan. Larutan gas
temperatur tinggi atau akan membengkokkan tubing jika supplai air
pendingin tidak cukup.

5. 3. 2. Bahan Kimia yang Menyebabkan terjadinya korosi

Kegagalan ini diakibatkan oleh pengaruh chemical complex antara


material CCCW Heat Exchanger dan fluida yang bersirkulasi
didalamnya. Ada 5 (lima) tipe kegagalan dari Chemically induced
corrosion yaitu:
a. General corrosion
Kegagalan tipe jenis ini mempunyai karakteristik yang relatif sama
menyerang permukaan tube, tube sheet, shell dan tidak ada tanda-tanda
bahwa akan ada serangan korosi.
PH dibawah 7 yang dikombinasikan dengan CO2 atau O2 akan
menyerang Copper. Warna biru atau hijau kebiru-biruan pada
permukaan tube menunjukkan hasil serangan CO2 pada permukaan
dalam dari Copper tube. Berbagai macam bahan kimia seperti asam
juga menimbulkan serangan pada metal.
Pemilihan material yang tahan terhadap serangan korosi dan
lingkungan yang banyak mengandung bahan kimia harus benar-benar
dilakukan untuk memaksimalkan umur dari CCCW Heat Exchanger.

b. Fitting corrosion

43
Local pitting sering terjadi pada ferrous dan nonferrous metal yang
terjadi akibat perbedaan potensial dari electrochemical serta perbedaan
konsentrasi oksigen Oksigen akan memaksa membuat lubang (anoda)
dan permukaan benda kerja sebagai Katoda. Yang menghasil lubang
kecil( pitting).

c. Stress corrosion
Bentuk korosi ini serangannya terjadi pada area batas butir. Tube
CCCW Heat Exchanger biasanya mempunyai residual stress, dimana
residual stress. Stress sudah terbentuk sejak pembuatan tube maupun
pada saat fabrikasi, membentuk U-Tube, atau pada saat expanding tube
ke tube-sheet. Kegagalan korosi jenis ini mengambil bentuk "fine
crack'; yang mengikuti garis stress dan batas-batas butir material.
Corrodent yang menyebabkan stress corrosion pada stainlees steel
adalah ion Chloride, yang selalu ada pada setiap bahan campuran
dengan chlorine. Phenomena stress corrosion akibat chloride ini
frekwensi kejadiannya akan bertambah dengan naiknya temperatur dan
konsentrasi ion chloride.
Corrodent yang menyebabkan stress corrosion cracking pada
copper atau tube copper alloy adalah AMONIA. Konsentrasi Amonia
yang sangat kecil (< dari 1 ppm). Amonia menyebabkan problem
stress cracking, terutama pada bagian dalam U-bend tube CCCW Heat
Exchanger. Copper nickle alloys mempunyai ketahanan yang baik
terhadap stress corrosion cracking dan dapat digunakan pada
konsentrasi amonia yang rendah.

d. Dezincification
Problem ini terjadi pada Copper Zinc Alloys yang mengandung
kurang dari 85% Copper ketika kontak dengan air yang mengandung
oksigen dan CO2 yang tinggi, atau larutan yang diam.
De-zincification cenderung terjadi pada saat percepatan kenaikan
temperature atau PH turun sampai di bawah 7. Dezincification

44
menimbulkan porous pada permukaan metal yang mana bahan kimia
Zinc terbuang dari alloy. Sisa Copper timbul seperti bunga karang.
Dezincification dapat dicegah dengan menggunakan Brass dengan
kandungan zinc rendah atau brass mengandung timah atau arsenic
untuk mencegah terjadinya reaksi kimia atau dengan melakukan
kontrol terhadap pengaruh lingkungan caustik.

e. Crevice corrosion
Tipe dari korosi ini terjadi pada celah antara material, seperti antara
baffle dan tube atau dibawah kerak atau kotoran. Korosi ini akan
berkembang secara lokal dan memunculkan korosi pada metal berupa
pitting (lubang).

5. 3. 3. Kombinasi mekanikal dan bahan kimia penyebab terjadinya


korosi
Kegagalan CCCW Heat Exchanger dalam banyak contoh bukan
hanya disebabkan oleh satu kasus saja, tetapi kombinasi dari beberapa
kondisi. Ada 2 (dua) type kombinasi yang umum terjadi antara mechanical
dan korosi yaitu : Erosion Corrosion dan Corrosion Fatique.
a. Erosion Corrosion
Setiap korosi akan dipercepat terjadi apabila lapisan film
terbuang/terlepas oleh kecepatan yang berlebih, larutan yang kasar
atau terjadinya vibrasi . Erosion-Corrosion biasanya terjadi pada
daerah inlet tube, di bawah inlet nozzle pada shell pada titik kontak
antara baffle dengan tube dan bagian dalam area U-Bend tube,
khususnya pada ikatan U-bend.

b.  Corrosion - Fatique

Kombinasi kedua model kegagalan ini, ditekankan pada fatique


yang dihasilkan oleh karena adanya beban berlebih, seperti vibrasi dari
mesin, expansion atau contraction yang disebabkan oleh siklus

45
temperature atau water hammer ringan dan dilingkungan yang hanya
mungkin terjadi korosi. Bagaimanapun dalam corrosion - fatique Cyclic
stressed merapuhkan area yang sudah tidak terproteksi dan membuatnya
mudah terkena serangan, kejadian ini membuka kesempatan terjadinya
percepatan korosi.

5. 3. 4. Kerak Lumpur dan algae fouling

Lapisan film pada permukaan tube berfungsi sebagai insulator,


menahan aliran panas dan memproteksi terjadinya karat. Efek dari isolasi
yang dihasilkan adalah dinding tube bertambah panas dan bertambahnya
korosi.

Kerak yang terjadi akibat bahan mineral yang terbuang


memperlambat terjadinya pertukaran panas pada fluida, contoh : ketika
Calsium bikarbonat (CaCO3), unsur utama yang terdapat pada kebanyakan
air, setelah dipanaskan, Carbon Dioksida ( CO2) terlepas dan material
calsium karbonat berkurang, bahan campuran yang tidak dapat larut dalam
air mengendap dan melapisi permukaan alat penukar panas. Pengalaman
menunjukkan bahwa kecepatan pengendapan dapat dikurangi dengan
menambah kecepatan fluida. Kecepatan fluida didalam tube harus sesuai
dengan kemampuan material menahan efek erosi akibat adanya kecepatan.
Suspended solid biasanya dijumpai dalam bentuk pasir, besi, endapan
lumpur atau partikel-partikel yang mungkin ada pada fluida salah satu atau
kedua alat penukar panas. Jika abrasive suspended solid ada di dalam tube
CCCW Heat Exchanger, kecepatan fluida harus dibuat cukup rendah untuk
mencegah terjadinya erosi,

Algae dan tumbuhan laut lainnya adalah merupakan masalah yang


serius jika terdapat didalam CCCW Heat Exchanger. Dalam banyak kasus,
lingkungan CCCW Heat Exchanger adalah tempat yang sangat cepat untuk
perkembang biakan algae atau binatang laut lainnya yang akan menahan

46
aliran fluida dan mengganggu kerja CCCW Heat Exchanger Bahan kimia
Algacides seperti chlorine sangat effective untuk mengontrol algae atau
binatang laut lainnya. Fluida dengan kecepatan tinggi juga mengecilkan
serangan dari algae dan perkembang biakannya.

5. 4. Hasil Pengamatan Data Pada Lapangan

CCCW Heat Exchanger alat pertukaran kalor untuk banyak alat


dari PLTU melalui media air demin. Suhu pada fluida panas yang keluar
harus di jaga pada batasan yang ditentukan dan sebisa mungkin harus
konstan. Selama di lapangan suhu dan tekanan pada inlet dan outlet fluida
dingin dan fluida panas tidaklah fluktuatif atau bisa dibilang harus
konstan.
INLET OUTLET KETERANGAN
1. AIR DEMIN AIR DEMIN
680C 670C SUHU
0.7MPa MPa TEKANAN

2. AIR LAUT AIR LAUT


270C 300C SUHU
0.05 MPa 0.05 MPa TEKANAN

Tabel 4.1. Data yang didapat dari CCCW HE A


Dari data yang didapat bisa dilihat suhu yang diturunkan dari fluida
panas tidak terlalu tinggi. Tapi data ini bisa dibilang konstan dari waktu ke
waktu selama pengoperasian. Kekonstanan inilah yang harus dijaga selama
pengoperasian karena akan sangat berpengaruh ke pendinginan ke alat
yang lain. Dari pengamatan juga bisa memungkinkan didapat kesimpulan
yang lain, walaupun tidak ada data yang tersedia. Misalnya jika suhu air
demin pada outlet meningkat kemungkinan yang terjadi adalah laju air nya
berkurang dari laju yang seharusnya.
Di sistem PLTU ini terdapat 2 CCCW Heat Exchanger yaitu
CCCW Heat Exchager A dan B, tapi yang beroperasi ialah hanya satu.
Penggunan CCCW Heat Exchager A dan B ini dilakukan secara bergiliran.
Waktu pergantian CCCW Heat Exchager ialah dilakukan saat ada masalah

47
pada CCCW Heat Exchager yang sedang beroperasi, sehingga harus
dilakukan pengoperan operasi pada CCCW Heat Exchager yang lainnya.
Pergantian ini juga dilakukan walaupun tidak terjadi masalah yaitu saat
jadwal penggunaan CCCW Heat Exchager sudah dianggap selesai sesuai
waktu yang ditentukan.
Permasalahan yang sering timbul ialah pada masuknya air laut.
Dan permasalahan ini dapat dianalisa dari data yang diambil dari CCCW
Heat Exchager A. Dari data bisa dilihat tekanan air laut inlet berada pada
0.05 Mpa dan ini merupakan masih dalam batasan normal atau standar
operasi CCCW Heat Exchager A. Tapi jika tekanan inlet air laut itu
melebihi 0.2 Mpa atau kurang dari 0.05Mpa maka ada beberapa efek yang
ditimbukan, yaitu:
 Suhu air demin outlet akan meningkat atau melebihi batas standar
operasinya yaitu sekitar 670C.
 Suhu air laut outlet juga akan meningkat melebihi batasan standar
operasinya yaitu berkisar 300C.
 Laju aliran pada air laut outlet juga akan berkurang dan tidak
sesuai standar operasinya (walaupun data tidak ada, tapi dapat
disimpulkan Laju aliran juga akan kena pengaruh).
 Jika suhu air demin outlet melebihi suhu batas standar operasinya
maka akan terjadi pula peningkatan suhu pada alat-alat yang akan
didinginkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat yang
didinginan CCCW Heat Exchager.
 Jika suhu air demin yang kerluar dari alat-alat yang akan
didinginkan itu melebihi suhu operasinya yaitu berkisar 680C maka
akan masuk juga ke inlet air denim. Hal ini dapat meningkatkan
suhu pada CCCW Heat Exchager tersebut. Yang mana batasannya
sesuai spesifikasinya yaitu 800C. Hal ini dapat merusak CCCW
Heat Exchager itu sendiri.

48
Hal diatas disebabkan oleh meningkat atau berkurangnya tekanan
pada inlet air laut, tapi peningkatan ataupun berkurangnya tekanan itu juga
dimungkinkan dipicu oleh beberapa hal, yaitu:
 Tersumbatnya air pada saluran inlet air laut yang disebabkan oleh
banyaknya sampah. Banyaknya sampah ini dapat diakibatkan
Rotary Strainer water yang berfungsi sebagai penyaring sampah
tidak bekerja dengan baik. Sehingga air laut yang masuk jadi
berkurang dan mengakibatkan tekanan air laut juga berkurang.
 Tersumbatnya air pada jalan keluar ataupun outlet air, yang
disebabkan oleh adanya algae ataupun biota laut yang
berkembang di dalam CCCW Heat Exchager. Sehingga
mengurangi luas jalan keluar air ke outlet CCCW Heat Exchager
dan mengakibatkan meningkatnya tekanan pada tube air laut
CCCW Heat Exchager.

Penyebab diatas dapat diatasi dengan beberapa cara:


 Disaat sistem terganggu karena tersumbat oleh sampah, maka perlu
adanya perbaikan pada Rotary Strainer water dan juga pembersihan
berkala agar bekerja dengan baik.
 Disaat sistem terganggu karna tersumbat kerang atau biota laut
yang tumbuh dan berkembang di dalam tube air laut CCCW Heat
Exchager, maka penanganannya dengan dilakukannya continious
inject clorine atau menginjeksikan clorine secara berulang-ulang
dengan jumlah 0.2BPM -0.5 BPM per jamnya. Penginjeksian ini
juga tidak boleh melebihi 0.5BPM karna dapat membunuh biota
laut dan penginjeksian berlebih ini sangat dilarang oleh pemerhati
lingkungan hidup.

Disaat sistem sudah terlanjur sumbat dan ataupun diserang biota laut,
maka sistem kerja CCCW Heat Exchager A harus diganti oleh sistem kerja
CCCW Heat Exchager B. Dan begitu sistem CCCW Heat Exchager A sudah shut
down maka harus dilakukan pembersihan manual.

49
50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1. Kesimpulan
Berdasarkan praktik dan pengamatan penulis, dapat disimpulkan :
1. Prinsip kerja CCCW Heat Exchanger adalah menukar kalor atau energi
dari alat-alat yang bekerja pada sistem PLTU dengan bantuan air laut
sebagai pendinginannya.
2. Fungsi dan peran CCCW Heat Exchanger ialah dalam membantu
memindahkan panas pada berbagai alat di sistem PLTU agar tidak terjadi
panas berlebih
3. Permasalahan yang terjadi pada CCCW Heat Exchanger diantaranya
pembentukan kerak disebabkan air laut yang kotor, terjadinya korosi
pada pipa (tube), terbentuknya deposit, tersumbatnya tube di dalam
CCCW Heat Exchanger karena algae dan kerang.
4. Dari data yang didapat bahwa CCCW Heat Exchanger masih bekerja
sesuai dengan standarnya.

6. 2. Saran
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, sebenarnya masih
terdapat banyak kekurangan data yang diperlukan dalam menghitung
efisiensi dari Close Circulating Cooling Water Heat Exchager tersebut
seperti data jumlah tube, diameter tube, dan juga bahan tube.
Maka diharapkan kedepannya Perusahaan melengkapi data
tersebut, agar dapat dengan mudah mengetahui seberapa efisien Close
Circulating Cooling Water Heat Exchager ini bekerja dan dari situ data
yang didapat dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas pekerjaan
yang dilakukan.

51

Anda mungkin juga menyukai