Anda di halaman 1dari 17

Konsep Dasar Manajemen Resiko

Studi Kasus : Bangunan Air

Dosen Pengajar :

Bernadette Detty Kussumardianadewi ST,MT.

Disusun Oleh :

1. Taufik Khairullah 41116010106


2. Richa Fitamala 41117010078
3. Anisya Intan Sari 41117010070
4. Muhamad Chikal A 41117010111
5. Rafly Ramadhan 41117010030

Makalah Ini Ditulis Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Sistem Manajemen Mutu Konstruksi

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERCUBUANA
PERIODE 2020 / 2021
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang................................................................................................2
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................3
1.4 Batasan Masalah.............................................................................................3
1.5 Metodologi Penulisan......................................................................................4
BAB II............................................................................................................................5
LANDASAN TEORI......................................................................................................5
2.1 Manajemen Resiko..........................................................................................5
2.2 Bangunan Air...................................................................................................6
2.3 Jenis – Jenis Bangunan Air.............................................................................6
a) Bangunan Pengambil Bebas...........................................................................6
b) Bangunan Bendung.........................................................................................6
c) Bendungan......................................................................................................8
2.4 Alternatif Pemilihan Jenis Bangunan Utama.................................................11
BAB III.........................................................................................................................12
PEMBAHASAN...........................................................................................................12
3.1 Pembahasan Studi Kasus.............................................................................12
3.1.1. Jurnal......................................................................................................12
BAB IV........................................................................................................................14
KESIMPULAN.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Jika
terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, perusahaan akan mengalami
kerugian yang sangat besar, yang dapat menghambat, mengganggu bahkan
menghancurkan kelangsungan usaha atau kegiatan operasi. Manajemen risiko merupakan
alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang merugikan (Ramli,
2010).

Berdasarkan laporan International Labor Organization (ILO) dalam Rinanti (2013),


ada 6.000 kasus kecelakaan kerja terjadi setiap hari yang berakibat fatal. Di Indonesia
sendiri terdapat 20 korban yang fatal akibat kecelakaan kerja dari setiap 100.000 tenaga
kerja. Disamping itu, kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara
berkembang empat kali lebih tinggi dibandingkan negara industry yaitu US$1.25 triliun
atau sama dengan 4% dari Produk Nasional Bruto (PNB).

Data kecelakaan kerja di Indonesia yang diterima oleh Sindonews.com dari PT


Jamsostek (Persero) yang saat ini telah berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat sepanjang tahun 2014 pesertanya yang
mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang.Sementara akibat kecelakaan
tersebut, jumlah peserta BPJS yang meninggal sebanyak 3.093 pekerja, yang mengalami
sakit 15.106 orang (Jamsostek, 2014).

Data kecelakaan kerja yang diterima PT Jamsostek untuk wilayah Provinsi Jawa Barat
selama tahun 2012 terdapat 37.390 kasus kecelakaan kerja. Dari data jumlah kecelakaan
kerja sepanjang tahun 2012 terdapat 2.419 kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan
pekerja meninggal dunia (Jamsostek, 2013).

Suatu pekerjaan proyek konstruksi tentunya ingin diselesaikan dengan tepat waktu,
namun terkadang aktivitas pekerjaan suatu proyek dapat terganggu dengan berbagai hal,
sehingga mengalami ketelambatan waktu penyelesaian. Salah satu penyebab
terganggunya atau terhentinya pekerjaan proyek adalah kecelakaan yang mungkin terjadi

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


pada suatu proyek konstruksi. Untuk itu, sistem manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) diwajibkan untuk diterapkan pada saat pelaksanaan pekerjaan
konstruksi karena ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek
(Tjakra dkk, 2013 : 282).

Untuk mengurangi atau menghilangkan bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan


di tempat kerja maka diperlukan suatu manajemen risiko yang kegiatannya meliputi
identifikasi bahaya, analisis risiko bahaya maka penilaian risiko, pengendalian risiko,
serta pemantauan dan evaluasi.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan, maka dapat dibuat suatu perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana
Penerapan Manajemen Resiko pada Bangunan Air”

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan dan diidentifikasi, maka tujuan penulisan
dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah sistem manajemen mutu.
2. Mengetahui penerapan Manajemen Resiko pada proyek.
3. Menambah wawasan mengenai Manajemen Resiko proyek bangunan air.

1.4 Batasan Masalah

Dalam makalah ini, pembahasan akan dibatasi seputar topik berikut ini:

1. Apa pengertian manajemen resiko.


2. Bagaimana konsep manajemen resiko.
3. Apa pengertian bangunan air.
4. Bagaimana penerapan manajemen resiko pada bangunan air.

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


1.5 Metodologi Penulisan

Metodelogi penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) BAB I PENDAHULUAN
Memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, dan
metodelogi penulisan
2) BAB II LANDASAN TEORI
Memuat pengertian dari materi yang akan dibahas dan pengenalan materi
3) BAB III PEMBAHASAN
Memuat analisis dari jurnal disertai data terlampir
4) BAB IV PENUTUP
Memuat kesimpulan dari hasil pembahasan makalah
5) DATA TERLAMPIR
Memuat jurnal maupun studi kasus pembahasan

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Resiko


Resiko dapat bermunculan dimana-mana, dapat muncul kapan saja, dan sulit untuk
dihindari. Jika resiko tersebut menimpa suatu proyek, maka proyek tersebut bisa
mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, resiko tersebut bisa
mengakibatkan terbengkalainya proyek tersebut. Karena itu resiko penting untuk dikelola.
Manajemen resiko bertujuan untuk mengelola resiko sehingga proyek tersebut dapat
bertahan, atau barangkali mengoptimalkan resiko (Hanafi, 2006).
Selain itu manajemen resiko dapat diartikan sebagai suatu sistem pengelolaan resiko
yang digunakan di dalam suatu organisasi, atau perusahaan, yang pada dasarnya
merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan yang dilakukan secara menerus
(continue), untuk mengendalikan kemungkinan timbulnya resiko yang membawa
konsekuensi merugikan organisasi,atau perusahaan yang bersangkutan (Saptodewo &
Soedarsono, 2000).

Dan secara objektif,manajemen resiko proyek adalah bagaimana meningkatkan


kemungkinan dan dampak dari kegiatan positif dan mengurangi kemungkinan dan dampak
dari sesuatu yang merugikan. Manajemen resiko pada dasarnya dilakukan melalui proses -
proses tersebut di bawah ini, yaitu : (PMBOK, 2004)
1. Rencana manajemen resiko (Risk management planning)
2. Identifikasi resiko (Risk identification)
3. Analisa resiko secara kualitatif (Qualitative risk analysis)
4. Analisa resiko secara kuantitatif (Quantitative risk analysis)
5. Rencana respon resiko (Risk response planning)
6. Pengawasan dan kontrol resiko (Risk monitoring and control)

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


2.2 Bangunan Air
Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk memanfaatkan dan
mengendalikan air di sungai maupun danau. Bentuk dan ukuran bangunan tergantung
kebutuhan, kapasitas maksimum sungai, dana pembangunan dan sifat hidrolik sungai.
Kebanyakan konstruksi bangunan air bersifat lebih masif dan tidak memerlukan segi
keindahan dibanding dengan bangunan-bangunan gedung atau jembatan, dan
perencanaan bangunannya secara detail tidak terlalu halus. Permukaan bangunan air atau
bagian depannya sebaiknya berbentuk lengkung untuk menghindari kontraksi sehingga
mempunyai efisiensi yang tinggi dan mengurangi gerusan lokal (local scoure) di
sekililing bangunan atau di hilir bangunan.

2.3 Jenis – Jenis Bangunan Air

Bangunan ini merupakan bangunan utama yang dibangun di sungai untuk memenuhi
kebutuhan air irigasi. Jenis bangunan yang dipilih harus disesuaikan dengan jumlah air
yang ada disungai tersebut, sifat hidrolik sungai, daerah yang akan diairi, jenis tanaman
yang akan dikembangkan dan sebagainya. Air yang diambil dari sungai harus dapat
mengalir secara gravitasi dan harus bisa mengurangi kandungan sedimen yang
berlebihan serta memunginkan untuk mengukur air yang masuk irigasi.
Mengingat tempat kedudukan lahan yang akan dialiri dan kondisi sungai yang ada maka
dapat dibuat beberapa jenis bangunan utama, yaitu:

a) Bangunan Pengambil Bebas


Bangunan ini dibuat untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke
jaringan irigasi tanpa merubah kondisi sungai, jika muka air sungai cukup tinggi
untuk mencapai lahan yang akan diairi.
Bangunan tersebut berupa saluran pengambilan yang dilengkapi dengan pintu air
untuk mengatur debit air yang masuk untuk memenuhi kebutuhan irigasi.
Bangunan tersebut harus dapat mengambil air dengan jumlah yang cukup pada
masa pemberian air irigasi tanpa memerlukan peninggian muka air sungai.

b) Bangunan Bendung
Bangunan ini dibangun melintang sungai yang berfungsi untuk menaikkan
muka air sungai, menaikkan tinggi tekan dan atau membendung aliran sungai

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


sehingga aliran sungai mudah disap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang
membutuhkannya dengan jarak saluran yang relatif pendek.

Tipe bendung dapat dibedakan menjadi:


 Bendung pelimpah atau bisa juga disebut bendung tetap.
 Bendung gerak yang berupa pintu air.
 Bendung gerak yang berupa bendung karet.

i. Bendung Tetap
Bendung tetap adalah ambang yang dibangun melintang sungai untuk
pembendungan sungai yang terdiri dari ambang tetap, dimana muka air banjir
di bagian udiknya tidak dapat diatur elevasinya. Bendung ini juga merupakan
penghalang saat terjadi banjir sehingga air sungai menjadi tinggi dan tanpa
kontrol yang baik akan dapat menyebabkan genangan air di hulu bendung
tersebut. Untuk sungai yang tidak mampu menampung tinggi luapan yang
terjadi tidak sesuai dengan bangunan ini. Bahannya dapat terbuat dari
pasangan batu, beton atau pasangan batu dan beton.

Gambar 2.1 Contoh Bendung Tetap


ii. Bendung Gerak, yang berupa pintu air
Bendung ini dapat dihilangkan selama terjadi aliran besar yaitu dengan
cara membuka pintu air, sehingga masalah yang ditimbulkan selama banjir
kecil saja, karena kenaikan muka air akibat banjir rendah. Bendung gerak
dilengkapi dengan alat pembuka pintu mekanik untuk mengatur muka air di
depan pengambilan agar air yang masuk sesuai dengan kebutuhan irigasi.
Bendung gerak memerlukan eksploitasi secara terus menerus karena pintunya
harus tetap terjaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan apapun. Pada
saat banjir, pintu harus segera dibuka agar tidak menimbulkan kenaikan muka

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


air dihilir bendung secara berlebihan yang akan menyebabkan genangan di
hulu bendung.

Gambar 2.2 Contoh Bendung Bergerak


c) Bendungan
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju
air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Bangunan ini dibangun melintang
sungai untuk meninggikan muka air dan membuat tampungan air. Dengan
dibangunnya waduk ini dapat berfungsi ganda antara lain pengendalian banjir,
irigasi, PLTA, industri, air minum, perikanan, rekreasi dan lain-lain. Terdapat
banyak sekali tipe bendungan yang sukar dibandingkan antara satu dengan yang
lainnya. Jadi satu bendungan dapat dipandang dari berbagai segi yang masing-
masing menghasilkan tipe yang berbeda-beda pula.

Pembagian tipe bendungan:

i. Pembagian tipe bendungan berdasar ukurannya.


Ada dua tipe yaitu bendungan besar dan bendungan kecil.
 Bendungan besar (large dams)
Menurut ICOLD definisi bendungan besar adalah:
Bendungan yang tingginya lebih dari 15m, diukur dari bagian terbawah
pondasi sampai puncak bendungan.

Bendungan yang tingginya antara 10m dan 15m dapat pula disebut
bendungan besar asal memenuhi salah satu atau lebih kriteria sebagai
berikut:
¯ Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500m.
¯ Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta m3.

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


¯ Debit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak kurang dari 2000
m3/detik.
¯ Bendungan menghadapi kesulitan-kesulitan khusus pada pondasinya (had
specially difficul foundation problems).
¯ bendungan didesain tidak seperti biasanya (unusual design).

ii. Pembagian tipe bendungan besar tujuan pembangunannya


 Bendungan dengan tujuan tunggal (single purpose dams) Adalah
bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja.
Misalnya untuk: pembangkit tenaga listrik atau irigasi (pengairan) atau
pengendalian banjir atau perikanan darat dll, tetapi hanya satu tujuan saja.
Contoh : Bendungan Sakuma di Sungai Tenryu (Jepang).
Tujuan pembangunan untuk PLTA.
 Bendungan serbaguna (multipurpose dams) adalah bendungan yang
dibangun untk memenuhi beberapa tujuan, misalnya: pembangkit listrik
(PLTA) dan (irigasi pengairan), pengendalian banjir dan PLTA, air
minum dan industri, PLTA ,pariwisata dan irigasi dll.

iii. Pembagian tipe bendungan berdasar konstruksinya.

a. Bendungan urugan (fill dams, embakment dams)

Menurut ICOLD definisinya adalah bendungan yang dibangun dari


hasil penggalian bahan (material) tanpa tambahan bahan lain yang
bersifat campuran secara kimia, jadi betul-betul bahan pembentuk
bendungan asli. Bendungan ini masih dapat di bagi menjadi:
 bendungan urugan serba sama (homogenous dams)

Gambar 2.3 Contoh Bendungan Bening

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


 Bendungan urugan berlapis-lapis (zone dams rockfill dams)Adalah
bendungan urugan yang terdiri dari beberapa lapisan yaitu lapisan kedap
air (water tight layer), lapisan batu (rock zones, shell), lapisan batu
teratur (riprap) dan lapisan pengering (filter zones).

Gambar 2.4 Contoh Bendungan Wonorejo


Terletak di desa Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung.

b. Bendungan beton (concrete dams)

Bendungan yang di buat ahli konstruksi beton baik dengan tulangan


maupun tidak. Ini masih dapat dibagi menjadi: bendungan beton
berdasar berat sendiri, bendungan beton dengan penyangga, bendungan
beton berbentuk lengkung dan bendungan beton kombinasi.

Gambar 2.5 Bendungan Hoover sebuah bendungan beton lengkung

di Black Canyon di Sungai Colorado

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


Gambar 2.6 Bendungan Scrivener, Canberra Australia
dibangun untuk mengatasi banjir 5000-tahunan
2.4 Alternatif Pemilihan Jenis Bangunan Utama
Pemilihan ketiga bangunan utama didasarkan pada topografi dan debit yang
tersedia serta debit kebutuhan. debit andalan sedapat mungkin 1,2 x debit kebutuhan,
namun bisa juga dibuat sama apabila keandalan yang diinginkan leih rendah atau
dengan sistem pemberian air irigasi yang diatur secara bergilir.'ecara garis besar
dasar pemilihan ketiga alternatif tersebut dipertimbangkan sebagai berikut :
 Q andalan cukup, H (tinggi tekan) cukup, maka dapat dibangun pengambilan bebas.
 Q andalan cukup, H tidak cukup, maka dibangun bendung. Bendung tetap jika
sungaimampu menampung kenaikan air saat banjir. Bendung gerak jika sungai tidak
mampu menampung kenaikan air saat banjir.
 Bendungan, jika Q andalan tidak cukup dan H tidak cukup. Namun pengambilan
sering kali dipertimbangkan berdasar kelayakan ekonomi bangunan, yaitu antara
biaya dan manfaat yang diperoleh

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan Studi Kasus
3.1.1. Jurnal
1. Judul Jurnal : Analisis Resiko Proyek Konstruksi Studi Kasus Bendungan Way
Sekampungan Paket 2 Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis dan Domino

2. Ditulis oleh : M. Rizqika Aftortu, Ika Kustiani, dan Amril Ma’ruf Siregar
(Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung)

3. Sasaran pengambilan survei : Melalui kuesioner yang dikembangkan menjadi studi


literature dengan responden ditentukan melalui penerapan metode purposive sampling

4. Isi Pembahasan
Bendungan way sekampung memiliki tipe sebagai bendungan urugan.
Berdasarkan ISO : 3100, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan
metode identifikasi resiko lanjutan dengan menganalisis berbagai pertimbangan dari
kegagalan yang ada dan mengevaluasi dampak dari kegagalan tersebut. Untuk
menentukan faktor dasar dari variable pekerjaan yang memiliki resiko tinggi
dilakukan diagramming techniques dengan menerapkan fishbone diagram.

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


Perhitungan Risk Priority Number dari probabilitas dan dampak resiko, yaitu :

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


BAB IV

KESIMPULAN

1. Manajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Jika
terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, perusahaan akan mengalami
kerugian yang sangat besar, yang dapat menghambat, mengganggu bahkan
menghancurkan kelangsungan usaha atau kegiatan operasi. Manajemen risiko
merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang
merugikan (Ramli, 2010).

2. Kebanyakan konstruksi bangunan air bersifat lebih masif dan tidak memerlukan segi
keindahan dibanding dengan bangunan-bangunan gedung atau jembatan, dan
perencanaan bangunannya secara detail tidak terlalu halus. Permukaan bangunan air

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


atau bagian depannya sebaiknya berbentuk lengkung untuk menghindari kontraksi
sehingga mempunyai efisiensi yang tinggi dan mengurangi gerusan lokal (local
scoure) di sekililing bangunan atau di hilir bangunan.

3. Mengingat tempat kedudukan lahan yang akan dialiri dan kondisi sungai yang ada
maka dapat dibuat beberapa jenis bangunan utama, yaitu:
 Bangunan Pengambil Bebas
 Bangunan Bendung
 Bendungan

DAFTAR PUSTAKA

Soedibyo, 2003, Teknik Bendungan, Pradnya Paramita, Jakarta.

Suanda, Budi. 2001. Pengelolaan Resiko Kontrak Terhadap Kinerja Biaya pada
Proyek Konstruksi ( Studi Kasus PT.PP). Universitas Indonesia, Depok.

Kustiani,Ika, M. Rizqika Aftortu dan Amril Ma’ruf Siregar. 2019. Analisis Resiko
Proyek Konstruksi Studi Kasus Bendungan Way Sekampung Paket 2 Dengan Metode
Failure Mode and Effect Analysis dan Domino. Universitas Lampung

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15


https://docplayer.info/41680215-Bab-i-pendahuluan-1-1-latar-belakang-1-2-
perumusan-masalah.html | Jumat, 6 Maret 2020. Pukul 10.46 WIB

Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 15

Anda mungkin juga menyukai