Dosen Pembimbing :
Duwi Basuki M.Kep
Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas selesainya Makalah yang berjudul
Manajemen Keperawatan: Gaya Kepemimpinan Visioner atas dukungan yang diberikan
dalam menyusun makalah ini. Maka kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Duwi Basuki M.Kep. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen
Keperawatan
2. Teman-teman kelompok 4 kelas D Program Studi S1 Ilmu Keperawatan yang telah
membantu untuk menyelesaikan Tugas Makalah ini.
Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan ini sangat disadari bahwa Tugas
Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan sangat terbatasnya
pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk
menyempurnakan Tugas Makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................
1
1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................................
1
BAB 2 PEMBAHASAN ...........................................................................................................
2
2.1 Kepemimpinan Visioner ( Visionary Leadership) ............................................................. 2
2.2 Karakteristik Pemimpin Visioner ....................................................................................... 4
2.3 Langkah-langkah Menjadi Kepemimpinan Visioner (Visionary Leadership) ................. 7
2.4 Analisa Jurnal..................................................................................................................... 9
BAB 3 PENUTUP................................................................................................................... 21
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 21
4.2 Saran ................................................................................................................................. 21
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kepemimpinan berasal dari kata “to lead” yang berarti memimpin atau menunjukkan,
sedangkan “leader” adalah pemimpin atau orang yang menunjukkan jalan, dapat pula berarti
mengepalai suatu pekerjaan. Jadi kepemimpinan adalah hal yang berhubungan dengan
tuntunan, bimbingan, menyalurkan jalan untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditentukan.
Kepemimpinan merupakan suatu fungsi yang harus dilaksanakan dalam sebuah
organisasi, karena kepemimpinan merupakan sebuah tugas yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam organisasi terutama yang
berkaitan dengan visi dan misi yang akan dicapai. Gaya kepemimpinan yang berbeda pada
masing-masing organisasi sesuai dengan kondisi dalam organisasi sangat menentukan tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi. Disamping itu setiap organisasi selalu
mengalami perubahan situsasi dimana setiap situasi, sehingga memerlukan gaya
kepemimpinan yang berbeda. Kata “kepemimpinan” sebagai terjemahan dari bahasa Inggris
“leadership” sering didengar dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak sedikit para praktisi
mencoba mempelajarinya dan mengupasnya.
Masalah yang hendak dibahas dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Menurut Mangkunegara (2014:9) “kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja
(output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai persatuan periode
waktu dalam melaksanakan tugas-tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya”. Menurut Mangkunegara (2014 : 14) mengemukakan secara umum
pencapaian kinerja individu dipengaruhi oleh faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi
(motivation). Kinerja individu dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan fisik dan non-fisik.
Aspek-aspek kinerja dosen yang dibahas pada penelitian ini antara lain kualitas kerja,
kecepatan/ketepatan, inisiatif dalam kerja, kemampuan kerja dan komunikasi. Selanjutnya
menurut Wibowo (2013:7), “Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan
sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang
apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya”. (Heriana, Wahyudi, & Chiar)
Kepemimpinan yang memiliki visi (Visionary Leadership) yaitu kepemimpinan yang
kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen
perubahan (agent of change) yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu
prioritas, menjadi pelatih yang profesional dan dapat membimbing personil lainnya ke arah
profesionalisme kerja yang diharapkan.
Dalam rumah sakit, kepuasan kerja perawat adalah elemen yang sangat penting yang
berpengaruh pada kepuasan dari pelayanan keperawatan yang ada di rumah sakit. Untuk itu
kepuasan perawat dalam bekerja harus benar – benar diperhatikan supaya tujuan akan
pemenuhan kepuasan pasien tercapai melalui kinerja perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Salah satu penyebab kepuasan kerja dari perawat adalah dipengaruhi oleh
faktor gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala ruang dalam memimpin dan
mengkoordinir perawat pelaksana dalam melakukan asuhan keperawatan. Gaya
kepemimpinan terbukti sangat efektif mempengaruhi kepuasan kerja perawat(Bowles &
Bowles, 2000) karena memalui sebuah gaya kepemimpinan seorang pemimpin atau kepala
ruang dapat memperlakukan bawahan atau perawat pelaksana untuk bekerja dengan hati dan
lebih termotivasi sehingga perawat merasa lebih puas dalam bekerja. (Purnomo, 2016)
2
Penelitian Goleman, Boyatzis, dan Mckee (2007) menunjukkan bahwa pendekatan
visioner merupakan model paling efektif untuk menggugah hati staf bahwa pekerjaan mereka
ikut berperan dalam pencapaian visi organisasi. (Riyatin, Noviestari, & Afifah, 2018)
Kepemimpinan visioner dipengaruhi oleh tiga domain, yaitu sifat (trait), situasi
(situation), dan perilaku (behavior). Ada tiga sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin visioner, yaitu cognitive complexity, emotional intelligence, dan leader self-
efficacy
(Petrides, Frederickson, & Furnham, 2004). (Yasman, Sahar, & Nuraini, 2015)
3
yang akan diraihnya di masa depan adalah syarat utama bagi seorang pemimpin
yang visioner.
3. Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel
Dalam makalahnya menyebutkan bahwa kepemimpinan yang efektif dimulai
denganvisi yang jelas.Visi yang akan menjadi daya atau kekuatan untuk
melakukan perubahan,mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang
dahsyat melalui integrasimaupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang
ada dalam organisasitersebut. Lebih jauh Prijosaksono dan Sembel mengatakan
bahwa ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation
role.Artinya seorang pemimpin, selain membangun suatu visi bagi organisasinya
juga memiliki kemampuan untuk menjabarkan visi tersebut ke dalam suatu
rangkaian tindakan atau kegiatan yang merupakan upaya untuk mencapai visi
itu.Oleh karena itu seorang pemimpin yang visioner adalah seorang yang sangat
responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan,
harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya.Selain itu selalu aktif dan
proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang
dihadapi organisasinya.
4
diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi
dimasa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.
5
membuat anggotanya lebih maju dan mandiri. Secara tidak langsung hubungan itu
akan terjalin dengan sendirinya. Dia juga tidak malu – malu dalam member reward
dan punnisment terhadap anggota, tingkat integritasnya sangatlah tinggi
8. Innovative dan proaktif : dalam berfikir pemimpin vioner sangatlah kreatif dia
mengubah berfiir konvesiomal menjadi paradigma baru, dia sangatlah sosok
pemimpin
yang kreatif dan aktif. Dia selalu mengamati lankah – langkah kedepan dan isu – isu
terbaru tentang organisasi/instasi.
Brown mengemukakan sepuluh kompetensi yang harus dimiliki pemimpin visioner. yaitu
sebagai berikut ini :
1. Visualizing. Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang
hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
2. Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis
pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang
akan datang.
3. Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan
masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin
dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain
yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
4. Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik
untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau
mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk
menanggulangi rintangan itu.
5. Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha
mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan
masalah. Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
6. Taking Risks. Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap
kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
7. Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan
sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan
tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
8. Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai
sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam
6
maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan
berbagai macam individu, departemen dan golongan tertentu.
9. Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil
bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam
maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi,
negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu
mengejar peluang untuk bekerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat
memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan
imajinasi.
10. Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu
bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan
perubahan yang tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan
aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
2.3 Langkah-langkah Menjadi Kepemimpinan Visioner (Visionary Leadership)
Visi harus disegarkan sehingga tetap sesuai dan sepadan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungan.Karena itu visi dalam konteks ini merupakan atribut utama
seorang pemimpin.Adalah tugas dan tanggung jawab pimpinan untuk melahirkan,
memelihara, mengembangkan, menerapkan, dan menyegarkan visi agar tetap memiliki
kemampuan untuk memberikan respons yang tepat dan cepat terhadap berbagai permasalahan
dan tuntutan yang dihadapi organisasi.Jelaslah bahwa visi itu ternyata berproses, dapat
direkayasa dan ditumbuh kembangkan.
a. Penciptaan Visi
Visi tercipta dari hasil kreatifitas pikir pemimpin sebagai refleksi
profesionalisme dan pengalaman pribadi atau sebagai hasil elaborasi pemikiran
mendalam dengan pengikut/personil lain berupa ide-ide ideal tentang cita-cita
organisasi di masa depan yang ingin diwujudkan bersama.
b. Perumusan Visi
Kepemimpinan visioner dalam tugas perumus visi adalah kesadaran akan
pentingnya visi dirumuskan dalam statement yang jelas agar menjadi komitmen
semua personil dalam mewujudkannya sehingga pemimpin berupaya mengelaborasi
informsi, cita-cita, keinginan peribadi dipadukan dengan cita-cita/gagasan personil
7
lain dalam forum komunikasi yang intensif sehingga menghasilkan kristalisasi visi
organisasi.
Visi perlu dirumuskan dalam statement yang jelas dan tegas dan
perumusannya harus melibatkan stakeholders dengan fase kegiatan sebagai beirkut:
1) Pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan
2) Merumuskan strategi secara konsensus
3) Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk
mewujudkan visi ini menjadi suatu kenyataan.
c. Transformasi Visi
Kemampuan membangun kepercayaan melalui komunikasi yang intensif dan efektif
sebagai upaya shared vision pada stakeholders, sehingga diperoleh sense of belonging
dan sense of ownership
d. Implementasi Visi
Implementasi visi merupakan Kemampuan pemimpin dalam menjabarkan dan
menterjemahkan visi ke dalam tindakan.Visi merupakan peluru bagi kepemimpinan
visioner.Visi berperan dalam menentukan masa depan organisasi apabila
diimplementasikan secara komprehensif. Kepemimpinan yang bervisi bekerja dalam
empat pilar sebagaimana dikatakan Nanus (2001), yaitu: (1) Penentu Arah, (2) Agen
Perubahan, (3) Juru Bicara, (4) Pelatih dan komunikator.
8
2.4 Analisa Jurnal
9
Kesejahteraan pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati setiap ibu dan anak sehingga
Sosialdi Provinsi Dki atau karakter semata, tapi juga harus memiliki segera terwujud peningkatan
Jakarta (Ditinjau Dari serangkaian metode kepemimpinan agar dapat derajad kesehatan yang tinggi,
Dimensi Sumber menjadi pemimpin yang efektif. Banyak maka perlu kepemimpinan yang
Daya/Kepemimpinan) sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek tangguh, efektif, visioner,
yang pertama yaitu karakter dan integritas profesional danakuntabel.
seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi
pimpinan formal, justru tidak efektif sama
sekali karena tidak memiliki metode
kepemimpinan yang baik, salah satunya
dengan kemimpinan yang visioner.
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan
visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah
daya atau kekuatan untuk melakukan
perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui
integrasi maupun sinergi berbagai keahlian
dari orang-orang yang ada dalam organisasi
tersebut.
3. Maria Susila 2016 Faktor Determinan Temuan penelitian menunjukkan bahwa factor Pimpinan profesi keperawatan
Sumartiningsi Yang Berhubungan kepemimpinan perawat di Wilayah Tangerang sebagai pengelola hendaknya
h Dengan berkonstribusi sedang (26,93). Makna lebih mempertahankan
Profesionalisme kepemimpinan dalam penelitian ini adalah konsistensiya dalam pemetaan
Perawat Di Wilayah sifat-sifat yang dimilki oleh unsur pemimpin pengembangan profesionalisme
Tangerang keperawatan dari tingkat yang tertinggi perawat melalui penegakan
sampai level pemimpin yang paling rendah. ketentuan yang mengatur
Kepemimpinan diwakili oleh dimensi tentang lineraritas dan
visioner, pekerja keras, tekun, tabah, siap membangun kualitas
sedia melayani dan disiplin. Artinya variabel profesionalisme perawat.
ini sangat penting untuk ditingkatkan lagi
guna mengoptimalkan profesionalisme profesi
keperawatan.
10
4. Dudung 2018 Pengaruh Sharp dalam Luthan ( 1992 : 113) yang Perlu meningkatkan
Juhana menyatakan bahwa: terdapat hubungan dan kepemimpinan visioner
Kepemimpinan
pengaruh langsung dari kepuasan kerja sehingga rencana yang bersifat
Visioner Dan terhadap kinerja dan kepuasan kerja yang strategis dan berjangka
tinggi pada gilirannya akan panjang dapat lebih
Pengembangan
meningkatkan kinerja. Brayfield dan Crockett diandalkan. Dalam
Karier Terhadap dalam Steer (1997 : 56) mengemukakan implementasinya perlu upaya
bahwa kepuasan kerja karyawan secara membangkitkan semangat para
Kepuasan Kerja Serta
langsung mempengaruhi pegawai, menghargai
Implikasinya Pada kinerjanya. Hal itu menunjukan bahwa antusiasme pegawai, dan
pengaruh kepemimpinan visioner dan membantu berbagai kendala
Kinerja Pegawai
pengembangan karier terhadap kepuasan kerja yang dihadapi para pegawai,
Dinas Pertambangan pegawai pada Dinas Pertambangan dan Energi mengoptimalkan bakat-bakat
berada pada kategori kuat yang dimiliki pegawai untuk
Dan Energi Provinsi
kepentingan pencapaian tujuan,
Jawa serta menjadi panutan bagi
para pegawai
Barat
5. Ahmad Fauzan 2016 Kepemimpinan Kepemimpinan visioner adalah kemampuan Untuk keberhasilan dalam
Visioner Dalam pemimpin dalam mencipta, merumuskan, pengelolaannya, pimpinan
Manajemen mengkomunikasikan, mensosialisasikan, sekolah atau madrasah yang
Kesiswaan mentransformasikan dan visioner dapat melakukan
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran beberapa langkah yaitu :
ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai 1. Bimbingan
hasil interaksi sosial di antara anggota 2. Pembinaan Disiplin
organisasi yang diyakini sebagai cita-cita Siswa
organisasi di masa depan yang harus dicapai 3. Pemberdayaan OSIS
melalui komitmen semua personil.
Robbins dalam Wahyudi mengatakan bahwa
keterampilanketerampilan yang perlu dimiliki
11
oleh pemimpin visioner adalah: (1)
kemampuan menjelaskan visi kepada orang
lain; (2) mampu mengungkapkan visi; dan (3)
mampu memperluas visi kepada konteks
kepemimpinan yang berbeda.
6 Neti Nuraida 2017 Hubungan Antara Subyek dalam penelitian ini sebesar 52 Berdasarkan hasil penelitian
Kepemimpinan subyek yakni seluruh karyawan yang telah dilakukan peneliti
Visioner Dengan Puskesmas Tenggilis Kota Surabaya. memberikan
Kesiapan Individu Penelitian dilakukan dalam rentang saran bagi peneliti yang akan
Untuk Berubah Pada waktu 3 bulan mulai taggal 13 Juli – 13 datang untuk memperhatikan
Karyawan September aspek metodologi
Puskesmas Pada output hasil uji normalitas sebaran data penelitian, antara lain:
diatas diperoleh nilai a. Subyek Penelitian
signifikasi variabel kepemimpinan visioner, Penelitian ini hanya dilakukan
kesiapan individu untuk pada satu puskesmas, maka
berubah 0,853 > 0.05, maka sebaran data peneliti
pada penelitian ini dengan selanjutnya dapat melakukan
menggunakan data skala kepemimpinan penelitian ulang pada
visioner, kesiapan individu untuk puskesmas lain yang
berubah terdistribusi normal. lebih luas ataupun dapat
membandingkan antar
puskesmas.
b. Peneliti selanjutnya
disarankan untuk membuat
aitem skala yang lebih
baik lagi agar subyek penelitian
dapat menjawab sesuai dengan
kondisi
yang sebenarnya.
c. Peneliti selanjutnya juga
dapat menggunakan metode lain
seperti kualitatif
12
atau eksperimen untuk lebih
detail menjelaskan gambaran
kesiapan
individu untuk berubah dengan
faktor-faktor lain.
d. Penelitian tentang kesiapan
individu untuk berubah yang
mengkaitkan
dengan kepemimpinan visioner
masih minim, sehingga peneliti
selanjutnya
diharapkan lebih banyak
mengkaji sumber referensi yang
mendukung
untuk memperluas dan
mempertimbangkan variabel
tersebut.
7. Fadime Cinar, 2012 Conflict Management Ketika hasil tingkat kepemimpinan visioner Saran yang dikembangkan
Ayca Kaban and Visionary mana yang dimiliki manajer rumah sakit; berdasarkan temuan yang
Leadership: An terlihat bahwa menurut pendapat karyawan berkaitan dengan penelitian ini
Application in rumah sakit, para manajer memiliki tingkat dapat didaftar sebagai berikut;
Hospital rata-rata karakteristik kepemimpinan visioner. dalam kasus-kasus konflik yang
Organizations dalam penelitian yang dilakukan oleh Grup dijumpai oleh personel dalam
Sabanci berjudul "the Assesment of the konflik rumah sakit yang timbul
Principals Visionary Leadership di rumah sakit, alih-alih harus
Characteristics by the opinions of the meminimalkan dampak buruk
Principals, Vice Principals and the Teachers ", dari konflik tersebut dengan
terlihat bahwa sementara Kepala Sekolah mengelolanya secara rasional
mengevaluasi diri mereka sebagai memiliki sambil berusaha
kompetensi kepemimpinan visioner unggul, memaksimalkan manfaat bagi
para guru memiliki pendapat bahwa Kepala bisnis. Dengan demikian, para
Sekolah adalah pemimpin visioner dengan manajer harus memiliki
13
kapasitas yang jauh lebih rendah (Aslan2002: pengetahuan tentang teknik
Sayeed mathur 1980; Sabanci 2007). Dalam mengurangi dan mendorong
konteks ini, manajer rumah sakit gagal konflik. Agar manajemen
memberikan perhatian yang cukup terhadap rumah sakit menjadi lebih
aspek visioner rumah sakit karena mereka sukses, pentingnya konsep
berurusan dengan pekerjaan rutin sehari-hari konflik harus dipahami dan
dapat dianggap sebagai pemimpin visioner harus juga diingat bahwa teknik
moderat oleh karyawan rumah sakit. Sebagai dan model manajemen konflik
akibat dari administrator rumah sakit yang harus digunakan lebih efisien.
memiliki tingkat kepemimpinan visioner yang Pelatihan yang relevan dapat
moderat sebagai gaya manajemen konflik, diselenggarakan untuk
penyelesaian masalah dan kompromi sering meningkatkan kesadaran
telah ditentukan. Selain itu, sebagai penyebab manajer dalam hal ini. dengan
konflik, dan perbedaan individu juga cara in-house, penamaan rumah
perbedaan dalam bentuk pekerjaan. sakit harus telah meningkatkan
diri di bidang kepemimpinan
dan kepemimpinan visioner dan
pendapat karyawan harus
diperoleh selama
mengembangkan visi dan
kontribusi mereka harus
disediakan. Studi yang akan
dilakukan di masa depan terkait
dengan subjek penelitian ini
dapat fokus pada bisnis atau
sektor lain. Perbandingan dapat
dibuat tentang alasan konflik
dalam bisnis dan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi cara
manajemen konflik (tahun
pendirian, jumlah karyawan,
budaya). Efek dari perilaku
14
manajer rumah sakit dengan
tingkat kepemimpinan visioner
yang rendah, rata-rata dan
tinggi pada kinerja karyawan
rumah sakit dapat diamati.
Perbandingan dapat dibuat
antara rumah sakit umum dan
rumah sakit swasta
8 Eric Kearneya, 2019 A paradox Interaksi antara visioner dan pemberdayaan Arguably salah satu paradoks
Meir Shemlab, perspective on the kepemimpinan adalah signifikan (ß = 0,16, t = paling menonjol yang dihadapi
Daan van interactive effects of 2,25, p = 0,03). Tes kemiringan sederhana para pemimpin dalam upaya
Knippenbergc, visionary and (Aiken & West, 1991) mengungkapkan hal untuk meningkatkan kinerja
Florian A. empowering itu, seperti ditunjukkan pada Gambar. 2, pengikut mereka adalah
Scholza leadership kepemimpinan visioner hanya terkait dengan ketegangan antara, lebih luas,
kejelasan tujuan ketika memberdayakan agensi dan persekutuan, dan,
kepemimpinan tinggi (b = 0,17, SE = 0,08, β lebih khusus, mempertahankan
= 0,23, p = 0,03), tetapi tidak ketika kontrol sambil secara
memberdayakan kepemimpinan rendah (b = bersamaan melepaskan kontrol.
−0,03, SE = 0,06, β = −0,04, p = .64). Diperlukan perilaku
Sebaliknya, pemberdayaan kepemimpinan kepemimpinan yang berbeda
hanya terkait untuk kejelasan tujuan ketika untuk mengatasi dan
kepemimpinan visioner tinggi (b = 0,19, SE = merekonsiliasi dua kutub ini.
0,08, β = 0,24, p = 0,02), tetapi tidak ketika Kami menunjukkan bagaimana
kepemimpinan visioner rendah (b = −0,03, SE kombinasi kepemimpinan
= 0,07, β = −0,03, p = 0,72). visioner dan pemberdayaan
Sejalan dengan teori paradoks (mis., memiliki efek sinergis karena
Waldman & Bowen, 2016; Zhang et al., memungkinkan para pemimpin
2015), dalam interpretasi kami terhadap hasil, untuk menghadapi tantangan ini
kami memeriksa efek interaksi simetris, dan dengan demikian
daripada membingkai salah satu dari dua kami menghasilkan tingkat kejelasan
variabel fokus (kepemimpinan visioner dan tujuan yang lebih tinggi dan,
15
pemberdayaan) sebagai independen variabel pada gilirannya, kinerja
dan yang lainnya sebagai moderator. daripada yang dicapai oleh
Indeks mediasi yang dimoderasi adalah perilaku kepemimpinan mana
signifikan (0,02, s = 0,01), sebagai interval pun dengan sendirinya.
kepercayaan bootstrap yang dikoreksi 95% Pekerjaan kami menyoroti janji
tidak termasuk nol (0,001; 0,048 untuk untuk mempelajari efek
kepemimpinan visioner sebagai independen interaktif dari perilaku
variabel, dan 0,001; 0,045 untuk kepemimpinan yang biasanya
pemberdayaan kepemimpinan sebagaivariabel dipelajari secara terpisah, serta
bebas). Pengaruh tidak langsung nilai yang ada dalam meneliti
kepemimpinan visioner terhadap kinerja efek tersebut melalui lensa
pengikut yang dimediasi oleh kejelasan tujuan paradoks.
positif ketika memberdayakan kepemimpinan
tinggi (mis., satu standar deviasi di atas rata-
rata): b = 0,03, s.e = 0,02, 95% CI: 0,01; 0,08.
Efek tidak langsung ini tidak signifikan ketika
memberdayakan kepemimpinan rendah (mis.,
satu standar deviasi di bawah rata-rata): b =
−0,01, s.e. = 0,02, 95% CI: −0,04; 0,02.
Demikian pula, efek tidak langsung dari
pemberdayaan kepemimpinan kinerja
pengikut yang dimediasi oleh kejelasan tujuan
adalah positif ketika visioner kepemimpinan
tinggi (b = 0,03, s.e = 0,02, 95% CI: 0,01;
0,09), tetapi tidak ketika kepemimpinan
visioner rendah (b = −0.00, s.e. = 0,02, 95%
CI: −0,04; 0,02).
9. Yulia Yasman, 2015 MODEL Model kepemimpinan transaksional dan Perawat pelaksana mempunyai
Junaiti Sahar, KEPEMIMPINAN visioner berpengaruh besar terhadap retensi pandangan bahwa model
Tuti Nuraini KEPALA perawat pelaksana di RSUD X. Perawat kepemimpinan yang dominan
RUANGAN pelaksana di RSUD X membutuhkan model ditampilkan oleh kepala
MENURUT kepemimpinan transaksional dan visioner ruangan adalah model
16
PANDANGAN karena akan mendukung peningkatan kepemimpinan visioner. Model
PERAWAT kepuasan kerja dan komitmen orga-nisasi. kepemimpinan yang paling
PELAKSANA Perawat pelaksana menilai kepemimpinan dominan berhubungan dengan
BERHUBUNGAN transaksional kepala ruangan tidak lagi retensi adalah model
DENGAN RETENSI berfokus pada contingent reward, tetapi kepemimpinan transaksional
perawat mem-butuhkan perilaku manajemen diikuti oleh model
eksepsi kepala ruangan. Hal ini dibuktikan kepemimpinan visioner setelah
dari komponen kepemimpinan transaksional dikontrol oleh karakteristik
yang paling dominan adalah komponen perawat. Sistem pemberian
menggunakan MBE aktif 77,1%. Artinya hadiah berbasis beban kerja dan
kepala ruangan melakukan penilaian kinerja kinerja perawat baik dalam
staf secara akurat, sesuai dengan standar yang bentuk finansial maupun
ada yang akan meningkatkan retensi. Hal ini nonfinansial perlu diupayakan
disebabkan oleh penilaian kepala ruangan RS. Kebijakan terkait sistem
akan mempengaruhi penilaian manajemen jenjang karier berbasis
untuk menetapkan status kepegawaian kompetensi juga perlu disusun
seorang perawat pelaksana. Selain itu, dalam upaya meningkatkan
manajemen eksepsi aktif merupakan bagian motivasi dan kinerja perawat.
dari supervisi. Supervisi berperan penting Penetapan kepala ruangan juga
untuk mempertahankan segala kegiatan dapat perlu memperhati-kan aspek
dilaksanakan dengan baik (Swansburg, 2002). kepemimpinannya. Penelitian
Sementara itu, perawat pe-laksana lanjutan terkait faktor lain yang
mempunyai pandangan kepala ruangan. memengaruhi retensi perlu
Menggunakan komponen contingent reward diteliti serta perlu dilakukan
sebesar 68,1%. Strategi dalam contingent replikasi penelitian ini di rumah
reward dapat berupa pujian lisan, insentif sakit swasta dan militer (INR,
keuangan, dan pengakuan publik untuk HH).
memotivasi karyawan (Northouse, 2010).
Model kepemimpinan visioner juga
berpengaruh terhadap retensi perawat setelah
dikontrol variabel perancu. Hasil ini
menggambarkan bahwa perawat pelaksana
17
RSUD X membutuhkan kepala ruangan yang
mempunyai tujuan yang jelas di masa depan.
Komunikasi adalah dasar interaksi antara
pemimpin dan pengikut, dimana pemimpin
visioner akan memfokuskan perhatian dan
membuat jelas visi yang ingin dicapai
(Martini, 2008). Kemampuan mengungkapkan
visi itu bukan hanya secara verbal melainkan
juga melalui perilaku dalam berbagai konteks
kepemimpinan (Robbins & Coulter, 2007).
Perawat yang mem-punyai pandangan kepala
ruangan menggunakan model kepemimpinan
visioner berharap kepala ruangan mampu
membawa stafnya lebih maju dan berkembang
sejalan dengan visi dan misi RS.
10. Rukhiyat 2019 PENGARUH Berdasarkan uji statistik, diketahui nilai Diharapkan para pimpinan
Syahidin KEPEMIMPINAN signifikansi kepemimpinan visioner dan rumah sakit
VISIONER, DAN motivasi kerja secara simultan terhadap menerapkan gaya
MOTIVASI Kinerja dokter adalah sebesar kepemimpinannya dengan gaya
TERHADAP 0,000 < 0,05 dan F hitung 39,341 > F tabel yang visioner dalam
KINERJA DOKTER 3,18 maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan meningkatkan kinerja
DI RS X TIPE C H1 diterima, yang berarti variabel dokternya, melalui futuristic
kepemimpinan visioner dan motivasi thinking, memberikan posisi
kerja secara simultan atau bersama-sama mana dana apa yang diperlukan
terhadap variabel Kinerja dokter terdapat dokter dan rumah sakit di masa
pengaruh positif dan signifikan, dengan yang
demikian hipotesis terbukti. akan datang, , Showing
Pengaruh langsung dari kepemimpinan Forsight memberikan apa yang
visioner terhadap Kinerja dokter sebesar diinginkan oleh dokter dalam
35,76% dan pengaruh tidak langsung melalui teknologi, prosedur dan alat
X2 sebesar 8,17%. ini menandakan bahwa bantu yang optimal, sehingga
kepemimpinan visioner sangat berhubungan hasil kinerja dokter di rumah
18
erat dengan motivasi kerja. Total pengaruh sakit tipe C lebih baik lagi dan
kepemimpinan visioner terhadap Kinerja membawa kinerja rumah sakit
dokter sebesar 43,93%. Hal ini menunjukan keseluruhan akan lebih baik
bahwa semakin baik kepemimpinan visioner lagi.
maka akan meningkatkan Kinerja dokter di Diharapkan para pimpinan
Rumah sakit tipe C. Total pengaruh untuk meningkatkan kinerja
kepemimpinan visioner dan motivasi kerja dokternya dapat dilakukan
dokter tetap terhadap Kinerja dokter dokter dengan cara memotivasi kerja
tetap di setiap dokternya sehingga
prodi perhotelan PTS Rumah Sakit tipe C baik Kinerja dokternya meningkat,
secara parsial maupun simultan sebesar melalui penghargaan dan
59,23%. Perbedaan hasil perhitungan antara reward yang sesuai dengan
SPSS dengan Excel. Hal ini terjadi karena keprofesionalan, memperbaiki
angka-angka yang ada di SPSS bersifat suasana kerja, pemberian
pembulatan sehingga pada saat dihitung tanggungjawab yang
menggunakan SPSS terjadi perbedaan menyeluruh
desimal. Sedangkan sisanya 40,77% kepada setiap dokter.
dipengaruhi faktor lain yang tidak dikaji Secara bersama-sama
dalam penelitian ini. meningkatkan
kepemimpinan yang visioner
dan memotivasi para dokter
melalui perbaikan reward
dokter, tanggungjawab dan
tantangan serta creative
thinking memberikan alternatif
dan problem solving dalam
permasalahan diagnosa dan
terapi
kepada pasiennya.
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita diharuskan dapat mengatur kinerja diri sendiri maupun
orang lain agar dapat mencapai visi misi yang diinginkan. Demikian makalah ini kami susun,
semoga dapat bermanfaan bagi pembaca serta apabila terdapat kesalahan kami mohon maaf
sebesar besarnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Heriana, P., Wahyudi, & Chiar. (t.thn.). PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN IKLIM
ORGANISASI TERHADAP KINERJA DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN. 3.
Riyatin, L., Noviestari, E., & Afifah, E. (2018). MODEL KEPEMIMPINAN SERVANT
PALING DOMINAN BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 185.
Yasman, Y., Sahar, J., & Nuraini, T. (2015). MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA
RUANGAN MENURUT PANDANGAN PERAWAT PELAKSANA
BERHUBUNGAN DENGAN RETENSI. Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 18
no. 1, 35.
Goleman, Daniel. Boyatzis, Richard. Mckee, Annie. 2004. Primal leadership. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
21