Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/281720178

HIDROGEOLOGI MATA AIR_Lecture Note (Heru Hendrayana, 2013)

Research · September 2015


DOI: 10.13140/RG.2.1.4304.6884

CITATIONS READS
0 5,361

1 author:

Heru Hendrayana
Universitas Gadjah Mada
56 PUBLICATIONS   29 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Harizo View project

Groundwater Vulnerability Assessment and Hazard Mapping at Ngem Plak and Kalasan area, Sleman Regency, Yogyakarta, Indonesia under support of KNB/DIKTI Program
of Indonesian Government View project

All content following this page was uploaded by Heru Hendrayana on 14 September 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


HIDROGEOLOGI MATA AIR
DR. Ir. Heru Hendrayana
Geological Engineering Dept., Faculty of Engineering
Gadjah Mada University
heruha@ugm.ac.id

PENGERTIAN MATA AIR

Airtanah adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lapisan batuan yang
jenuh air, yang disebut sebagai akuifer. Airtanah dapat muncul ke permukaan tanah dengan
berbagai cara yang umumnya dikontrol oleh kondisi geologi setempat, dan pemunculan airtanah
ini disebut sebagai mata air. Sejak jaman dahulu, mata air telah dimanfaatkan oleh manusia
sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata air dapat muncul di berbagai
bentang alam, baik di dataran, perbukitan maupun pegunungan. Airtanah maupun mata air dapat
ditemukan di berbagai macam batuan, seperti endapan sungai yang berupa pasir-kerikil-kerakal,
endapan batuan karbonat yang berupa batugamping, ataupun pada endapan gunungapi yang
berupa endapan lahar, breksi dan lava terkekarkan.

Mata air yang dijumpai di pegunungan umumnya terdapat pada batuan volkanik baik
berupa endapan lahar, breksi dan lava, yang umumnya muncul karena adanya pemotongan
topografi terhadap akuifernya. Mata air di pegunungan dianggap sebagai sumber air yang
sempurna, baik kuantitas maupun kualitasnya. Debit mata air di pegunungan umumnya besar dan
menerus, karena di daerah ini umumnya merupakan daerah basah dengan intensitas curah hujan
tinggi dan masih mempunyai daerah tangkapan air yang relatif baik. Kualitas air yang didapatkan
sangat baik, karena di daerah pegunungan dianggap sebagai awal pemunculan airtanah ke
permukaan, dimana relatif belum banyak dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia yang dapat
menurunkan kualitas airtanah. Indonesia merupakan daerah tropis basah dengan curah hujan
yang relatif tinggi dan secara geologis terletak di daerah busur gunung api. Indonesia mempunyai
lebih dari seratus gunung api aktif maupun non aktif yang secara geologis gunung-gunung api

Hidrogeologi Mata Air - Dr. Ir. Heru Hendrayana – UGM – heruha@ugm.ac.id (2013) 1
tersebut membentuk lapisan-lapisan batuan yang sangat sempurna sebagai akuifer. Dengan curah
hujan yang tinggi, maka umumnya di daerah-daerah sekitar gunung api mempunyai kandungan
airtanah yang cukup melimpah dan dengan kualitas yang sangat baik. Airtanah di daerah gunung
api di Indonesia umumnya mempunyai tingkat salinitas rendah, kandungan hidrogen karbonat,
kalsium, magnesium, serta natrium melimpah secara alamiah, berasa segar, jernih dengan
kandungan organisme sangat rendah. Kondisi geomorfologi sangatlah berpengaruh terhadap
keberadaan airtanah di suatu wilayah, dan terdapat pengaruh kuat antara genesis atau proses
geomorfologi masa lampau terhadap pembentukan bentuk lahan saat ini, dan akhirnya
berpengaruh terhadap proses pembentukan akuifer dan sifat hidrogeokimia. Dengan demikian
geomorfologi suatu daerah akan menentukan hidrostratigrafi, keterdapatan dan karakteristik
airtanahnya, serta proses hidrogeokimia. Hubungan tersebut memberikan arahan pada pencarian
sumber mata air yang sempurna di daerah pegunungan.

Menurut Hendrayana, 1994, Mata air adalah tempat dimana airtanah merembes atau
mengalir keluar ke permukaan tanah secara alamiah. Mata air adalah tempat pemunculan
airtanah pada lapisan akuifer dari bawah permukaan tanah ke atas permukaan tanah secara
alamiah. Selanjutnya, air yang keluar dari mata air akan mengalir di permukaan tanah sebagai air
permukaan melalui alur-alur sungai. Mata air sering diidentifikasikan sebagai awal sumber air
bagi sungai-sungai yang ada.
Menurut Kresic dan Stevanovic, 2010, mata air (springs) adalah lokasi pemusatan
keluarnya airtanah yang muncul di permukaan tanah, karena terpotongnya lintasan aliran
airtanah oleh fenomena alam.
Beberapa pengertian lain dari beberapa ahli, antara lain menyebutkan, bahwa mata air
adalah sebuah tempat di permukaan tanah dimana airtanah mengalir keluar dari akuifer dan
menunjukkan adanya aliran air yang disebabkan oleh adanya perbedaan elevasi “hydraulic head”
pada akuifer dengan elevasi “hydraulic head” di permukaan tanah dimana airtanah muncul.
Apabila keluarnya airtanah tersebut tidak menunjukkan sebagai aliran air, maka dapat disebut
sebagai “seepage” atau rembesan, dengan demikian sebenarnya rembesan air yang terdapat pada
lereng-lereng dan lembah-lembah sungai dapat diklasifikasikan juga sebagai mata air.
Dari beberapa definisi atau pengertian di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa terjadinya
mata air haruslah secara alamiah, yaitu terjadi karena proses-proses geologi ataupun proses alam

Hidrogeologi Mata Air - Dr. Ir. Heru Hendrayana – UGM – heruha@ugm.ac.id (2013) 2
lainnya. Dengan demikian, apabila keluarnya airtanah tersebut karena pengaruh aktivitas
manusia, seperti pemboran dan penggalian, maka tidak termasuk sebagai mata air.

PEMBENTUKAN DAN KLASIFIKASI MATA AIR

Pembentukan atau genesa sebuah mata air merupakan suatu hal yang harus diketahui
dalam rangka evaluasi kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran air yang keluar dari mata air.
Sistem aliran airtanah dan sistem hidrogeologi pada suatu mata air menunjukkan genesa mata air,
dengan demikian kedua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi mata air.
Klasifikasi mata air dikelompokkan berdasarkan pada berbagai karakteristiknya maupun
pada proses pembentukannya atau genesa-nya, sehingga di alam terdapat berbagai macam
sebutan pada mata air – mata air yang ada, tergantung dasar pengelompokkannya.
Klasifikasi mata air berdasarkan kontinuitas keluarnya airtanah pada mata air, maka mata
air dapat dibedakan menjadi :
 Mata air intermittent, mata air yang mengeluarkan airtanah secara tidak menerus.
 Mata air musiman, mata air yang mengeluarkan airtanah hanya pada musim basah/musim
penghujan, sedangkan pada musim kering/musim kemarau mata air tidak berair.
 Mata air tahunan, mata air yang mengeluarkan airtanah secara menerus, baik pada musim
penghujan maupun pada musim kemarau.
 Mata air periodik, mata air ini dijumpai pada bentang alam karst, yaitu mata air yang
mengeluarkan airtanah secara tidak menerus dan tidak konstan, pada waktu berair
umumnya mempunyai interval perioda yang relatif sama dan selaras dengan air
permukaan.

Klasifikasi mata air berdasarkan jenis akuifer yang mengeluarkan airtanahnya, maka
mata air dibedakan:
 Mata air artesis, yaitu mata air yang airtanahnya berasal dari akuifer tertekan.
 Mata air bebas, yaitu mata air yang airtanahnya berasal dari akuifer tidak tertekan.

Klasifikasi mata air berdasarkan suhu airtanah yang dikeluarkan oleh mata air, maka
mata air dibedakan:

Hidrogeologi Mata Air - Dr. Ir. Heru Hendrayana – UGM – heruha@ugm.ac.id (2013) 3
 Mata air dingin/normal, yaitu mata air yang airtanahnya mempunyai suhu yang sama
dengan suhu udara rata-rata di lingkungan mata air setempat.
 Mata air panas, yaitu mata air yang airtanahnya mempunyai suhu yang lebih tinggi 6 sd
10 derajat celcius lebih tinggi daripada suhu udara rata-rata di lingkungan mata air
setempat. Air dari mata air dipanaskan oleh proses alamiah, yaitu oleh adanya proses
geothermal yang berkaitan dengan panas bumi di bawah permukaan tanah.

Klasifikasi mata air berdasarkan sifat fisik batuan akuifer yang mengeluarkan airtanah,
maka mata air dibedakan menjadi :
 Mata air akuifer berpori, yaitu mata air yang airtanahnya berasal dari akuifer batuan
berpori, seperti lapisan tanah tebal, sedimen lepas : pasir dan gravel.
 Mata air “fractured” atau “fissured”, yaitu mata air yang airtanahnya berasal dari akuifer
batuan yang retak-retak, joints, cleavages, patahan, seperti batuan sediment kompak,
breksi, konglomerat, batuan beku, aliran lava.
 Mata air “tubular” atau “cave spring”, yaitu mata air yang airtanahnya berasal dari
akuifer batuan yang berlubang-lubang terbuka ataupun batuan batugamping yang
mengalami pelarutan, seperti pada bentang alam karst.

Klasifikasi mata air berdasarkan sebab terjadinya mata air yang didasarkan pada
perbedaan tekanan hidraulik pada akuifer dengan lokasi munculnya mata air di permukaan tanah,
dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
 Mata air gravitasi, yaitu mata air di bawah kondisi tanpa tekanan, tidak tertekan, dimana
muka airtanah terpotong oleh topografi, mata air ini disebut juga “descending spring”.
Aliran airtanah yang muncul pada mata air ini terjadi karena gaya gravitasi dan berarah
relatif horizontal.
 Mata air artesis (artesian springs), yaitu mata air di bawah kondisi tekanan karena adanya
akuifer tertekan, mata air ini disebut juga “ascending spring atau rising spring”. Aliran
airtanah yang muncul pada mata air ini berarah relatif vertikal, karena adanya tekanan
hidraulik dari bawah permukaan.

Hidrogeologi Mata Air - Dr. Ir. Heru Hendrayana – UGM – heruha@ugm.ac.id (2013) 4
Mata air artesis adalah mata air yang airnya berasal dari akifer tertekan dan karena
pengaruh tekanan (perbedaan head), sehingga airtanah artesis mengalir ke atas setinggi
permukaan piezometric tanpa harus dipompa. Berdasarkan panjang lintasan dan kedalaman asal-
usulnya, maka airtanah artesis termasuk dalam sistem aliran airtanah intermediate atau sistem
aliran airtanah regional. Panjang lintasan airtanah artesis berkisar antara 5 – 50 km, bahkan di
beberapa tempat dapat mencapai > 50 km. Umur airtanah atau residence time pada mata air
artesis juga jauh lebih tua (orde puluhan~ribuan tahun), apabila dibandingkan dengan umur
airtanah pada mata air depresi maupun umur airtanah pada mata air kontak yang umurnya hanya
dalam orde jam sampai tahunan. Lintasan yang panjang dan umur yang tua menunjukkan proses
filtrasi airtanah artesis sangat kompleks, itu sebabnya secara kualitas kemurnian airtanah artesis
sangat tinggi dan tidak mudah terkontaminasi oleh kegiatan lingkungan di sekitarnya. Di
samping itu karena jarak antara recharge dan discharge area yang jauh, maka secara kuantitas
pasokan airtanah artesis jauh lebih sustainable dibandingkan dengan airtanah pada mata air
dipresi maupun airtanah pada mata air kontak.
Mata air gravitasi, yaitu mata air yang dihasilkan oleh tenaga gravitasi (gravitational
springs) antara lain adalah:
 Mata air depresi (depresion springs), adalah mata air yang terbentuk karena muka
airtanah terpotong oleh topografi permukaan tanah yang menurun; ditunjau dari asal-usul
airnya, maka mata air depresi termasuk tipe mata air airtanah dangkal. Mata air jenis ini
sangat labil; kuantitas dan kualitas airtanah yang dikeluarkan sangat tergantung pada
keadaan lingkungan di sekitarnya, terutama ketergantungannya pada presipitasi/curah
hujan dan mudahnya terkontaminasi oleh kegiatan manusia di atas permukaan tanah.
Mata air depresi umumnya memiliki lintasan aliran airtanah yang pendek dan umur air
yang relatif muda, serta diklasifikasikan sebagai sistem aliran airtanah lokal.
 Mata air kontak (contact gravity springs), adalah mata air yang terbentuk karena adanya
kontak antara lapisan batuan yang lulus air/permeabel dengan lapisan batuan yang kedap
air/impermeabel, yang terpotong muka airtanahnya oleh pemotongan topografi. Karena
airtanah tidak dapat merembes ke lapisan impermeabel, maka airtanah keluar ke
permukaan tanah dalam bentuk mata air di lokasi dimana terjadi kontak antara lapisan
permeabel dengan lapisan impermeabel. Mata air kontak kebanyakan terjadi pada akifer
bebas (unconfined aquifer) atau pada sistem airtanah dangkal. Sebagaimana mata air

Hidrogeologi Mata Air - Dr. Ir. Heru Hendrayana – UGM – heruha@ugm.ac.id (2013) 5
depresi, kuantitas dan kualitas air keluaran mata air kontak juga sangat labil, mudah
terpengaruh oleh kondisi lingkungan di sekitarnya, terutama faktor curah hujan dan
pencemaran. Mata air kontak ini dapat juga dimasukkan pada kelompok ”Barrier
Spring”, yaitu mata air yang airtanahnya keluar karena adanya struktur geologi ataupun
karena kondisi geologi tertentu, yaitu adanya kontak batuan permeabel dengan batuan
impermeabel yang membentuk struktur geologi karena proses geologi tertentu.
 Mata air turbuler (turbulence/joint springs), adalah mata air yang terbentuk secara
alamiah akibat adanya rekahan/fracture pada zona permeabel atau retakan/joint dalam
batuan padat dan kompak yang memiliki permeabilitas rendah. Aliran airtanah terutama
keluar melalui rekahan batuan pada airtanah dangkal maupun dari akifer dalam. Mata air
terbentuk terutama ketika aliran airtanah terpotong oleh tekuk lereng (break of slope).

Klasifikasi mata air yang lain adalah berdasarkan besarnya debit yang keluar dari mata
air, sehingga klasifikasi ini menghasilkan beberapa klas mata air berdasarkan discharge-nya.

DAERAH TANGKAPAN AIR BAGI MATA AIR

Menurut Hendrayana, 1994, daerah tangkapan air untuk mata air adalah cakupan wilayah
dimana air permukaan dan airtanah mengalir menuju ke titik mata air, dengan demikian daerah
tangkapan air tersebut merupakan daerah pengaruh terhadap mata air, atau disebut juga daerah
imbuhan bagi mata air. Luas wilayah tangkapan air bagi mata air dikontrol oleh sistem aliran
airtanah, kondisi geologi bawah permukaan dan tergantung pada proses geologi atau proses alam
yang membentuk mata air (genesa mata air). Daerah tangkapan air bagi mata air umumnya
berbentuk elips (lonjong) yang mengarah ke hulu, dengan jarak mulai beberapa ratus meter
sampai dengan beberapa kilometer. Daerah tangkapan air bagi mata air dapat digunakan sebagai
analisis asal usul air yang muncul dan keluar di titik mata air.

HIDROGEOKIMIA MATA AIR

Airtanah mengalir di bawah permukaan pada lapisan batuan jenuh air (akuifer), dan
selama pengalirannya airtanah mengalami berbagai proses (fisika-kimia-biologi), sehingga
airtanah mengandung bermacam zat dan mineral, yang akhirnya mempunyai kualitas yang

Hidrogeologi Mata Air - Dr. Ir. Heru Hendrayana – UGM – heruha@ugm.ac.id (2013) 6
berbeda di setiap tempat. Airtanah tersimpan di dalam akuifer dengan kedalaman dari beberapa
meter sampai dengan ratusan-ribuan meter di bawah permukaan tanah, dan mempunyai waktu
tinggal atau yang disebut sebagai residence time dari beberapa hari sampai jutaan tahun.

Airtanah mengalir di bawah permukaan dalam lapisan batuan pembawa air dengan
kecepatan beberapa milimeter sampai beberapa meter per hari. Selama pengalirannya airtanah
mempunyai kontak langsung dengan mineral-mineral penyusun batuan, dan dengan berjalannya
waktu kontak dari harian sampai jutaan tahun, maka terjadilah proses-proses fisika dan kimia.
Proses hidrogeokimia tersebut sangatlah dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun akuifer,
proses dan pola pergerakan airtanah, serta waktu tinggal airtanah terjebak di dalam akuifer.
Proses hidrogeokimia tersebut menyebabkan terjadinya pelarutan mineral-mineral, sehingga ada
perubahan komposisi kimia airtanah. Selama proses pengalirannya mulai dari daerah imbuhan
(recharge area) sampai dengan daerah pelepasan (discharge area), airtanah mengalir melalui
sistem akuifer yang mempunyai karakteristik berbeda-beda. Hal inilah yang menyebabkan
airtanah mengandung berbagai mineral dan kandungan zat lain, baik yang memberikan dampak
positif maupun negatif terhadap kesehatan manusia. Pengaruh mineral batuan terhadap kualitas
airtanah inilah yang menyebabkan perbedaan kualitas airtanah pada mata air di berbagai daerah
sesuai dengan kondisi geologi setempat. Selain pengaruh alamiah (geogen/natural factor) berupa
kandungan mineral batuan, kualitas airtanah juga dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia
(anthropogen/artificial factor) yang secara langsung memberikan kontribusi kandungan zat-zat
tertentu di dalam airtanah. Sebagai akibatnya adalah, kualitas airtanah terus berkembang sejalan
dengan pengalirannya yang dipengaruhi oleh kondisi alam yang dilaluinya, serta berbagai
macam aktivitas manusia di atasnya. Akhirnya, kualitas airtanah pada mata air sangatlah
beragam di berbagai tempat.

Mata air mineral adalah mata air yang mengeluarkan airtanah dengan kandungan
mineral-mineral tertentu yang dibutuhkan oleh tubuh mahkluk hidup dalam bentuk garam-garam
terlarut dengan jumlah tertentu secara alamiah. Air mineral tersebut umumnya berkaitan dengan
sistem aliran airtanah intermidiate ataupun sistem aliran airtanah regional yang mempunyai
residence time cukup lama, berasal dari sistem akuifer yang cukup dalam, dan umumnya berasal
dari akuifer tertekan atau sebagai mata air artesis non gravitasional.

Hidrogeologi Mata Air - Dr. Ir. Heru Hendrayana – UGM – heruha@ugm.ac.id (2013) 7
DAFTAR PUSTAKA

Buchanan, Rex. 1998. “Kansas Springs” Public Outreach, Kansas Geological Survey.
http://www.kgs.ku.edu/Publications.
Hendrayana, H., 1994, “Dasar-Dasar Hidrogeologi”, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, UGM, Yogyakarta.
Kresic Neven & Stevanovic Zoran. 2010. “Groundwater Hydrology of Springss.
Engineering, Theory, Management, and Sustainabilitty” Elsevier Inc. USA
Maine Geological Survey, 2009. “An Introduction to Groundwater Hydrology” Department
of Conservation, State of Maine.
Meijerink, 1982. ”Hydrogeomorphology”. Lecture Notes. Dept. Geomorphology ITC
Netherland.
Seiler KP & Gat JR., 2007. “Groundwater Recharge from Run-off, Infiltration and
Percolation”. Published by Springser, The Netherlands.

Hidrogeologi Mata Air - Dr. Ir. Heru Hendrayana – UGM – heruha@ugm.ac.id (2013) 8

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai