Dosen Pengampu :
Fitriana Azizah, S.H.I.,M.Pd.
Disusun Oleh :
Reisa Apriliyani (1921030449)
Diajeng Sri Mulyati (1921030453)
Hendi Restu Putra (1921030436)
Aya Sopia (1921030477)
FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
BANDAR LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu-Ilmu Al-Quran adalah suatu ilmu yang lengkap yang mencakup semua
ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Quran. Dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an tersebut
banyak cabangnya dan pembahasannya pun sangat banyak. Salah satu
pembahasan dalam Ilmu-Ilmu Al-Qur’an adalah Makkiyah dan Madaniyah.
Secara umum kita ketahui bahwa Makki adalah ayat-ayat atau suratyang
diturunkan di Makkah. Sedangkan Madani adalah yang diturunkan di Madinah.
Pada saat kita membaca Al-Qur’an kita akan melihat ayat-ayat makkiyah yang
mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat madaniyah, baik irama
maupun maknanya, walaupun kedua-keduanya didasarkan pada hukum-hukum
dan perundang-undangannya. Perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah dapat
kita ketahui dari ciri-ciri atau karakterisitik suatu ayat atau surat dalam Al-Quran
sehingga kita dapat mengetahui bahwa ayat atau surat tersebut termasuk dalam
Makkiyah dan Madaniyah. Klasifikasi atau pembagian Makkiyah dan Madaniyah
yaitu seperti surat-surat Makkiyah dan Madaniyah, selain itu dalam surat
Makkiyah tersebut juga ada beberapa ayat yang termasuk ayat madaniyah begitu
pula sebaliknya dengan berbagai macam pembagian lainnya berserta contohnya
dalam Al-Qur’an. Lebih jelasnya akan kami paparkan dalam makalah ini.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
B. Pengertian Madaniyah
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah nabi Muhammad SAW
melakukan hijrah ke Madinah selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, terhitung sejak nabi
hijrah ke Madinah sampai tanggal 9 dzulhijah tahun 63 dari tahun kelahiran nabi.
A. Ayat Makiyah
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa ayat makkiyah merupakan
ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT di kota Mekkah, yaitu
sebelum Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam berhijrah ke Madinah. Beberapa
ayat tersebut di antaranya adalah Al- fatihah, Al- A’raf, Yunus, Al- An’am, Ar-
Rad, Yusuf, An- Nahl, Al- Isro, Al- Hajj, dan masih banyak lagi ayat-ayat al-
Qur’an lainnya. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang menandakan Al-
Makiyyah, seperti :
1. Kata-kata atau kalimat yang dipergunakan
Ada beberapa hal yang terkait dengan kata-kata atau kalimat yang menjadi ciri
dari ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah (Al- Makkiyyah), di
antaranya :
1. Memiliki ayat atau suku kata yang pendek-pendek,
2. Kata-kata yang dipergunakan dalam ayat tersebut sangat mengesankan (bersajak /
penuh dengan syair serta ungkapan perasaan)
3. Kalimat yang dipergunakan juga tergolong fasih dan baligh
4. Banyak qasam, tasybih, dan amtsal.
5. Gaya bahasa yang dipergunakan jarang sekali bersifat kongkrit maupun realistis
materialis
6. Di dalam setiap surat terdapat lafadz kalla dan ya ayyuhannass.
B. Ayat Madaniyyah
Ini merupakan wahyu dari Allah SWT kepada umatnya dalam bentuk ayat atau
surat-surat yang diturunkan oleh Allah SWT tepatnya ketika Rosulullah
Sholallahu Alaihi Wassalam telah berhijrah ke Madinah. Beberapa surat-surat
dalam Al-Qur’an yang tergolong sebagai Al- Madaniyyah di antaranya adalah QS.
Al- Baqarah, QS. An-Nisa’, QS. Ali Imron, QS. Al- Maidah, QS. At- Taubah, QS.
Al- Hujurat, dan beberapa surat lainnya. Adapun ciri-ciri dari ayat atau surat yang
tergolong Al- Madaniyyah di antaranya adalah :
1. Kata-kata atau kalimat yang dipergunakan
2. Ayat atau surat-surat yang tergolong Al- Madaniyyah mempergunakan
kata-kata atau kalimat yang bermakna mendalam, kuat, dan juga
kokoh.
3. Mempergunakan kalimat-kalimat ushul serta ungkapan syariah.
4. Terkandung seruan “Ya ayyuhalladzina aamanuu”
5. Ayatnya panjang-panjang dan menggunakan gaya bahasa yang dapat
menjelaskan tujuan dari ayat tersebut serta dapat memantapkan syariat.
Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lebih pemurah
yangmengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengaarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.! (al-alaq (96):1-5).
Pendapat ini didasarkan pada suatu hadis yang diriwayatka oleh dua syeh ahli
hadis dan yang lain, dari aisyah R.a, yang mengatakan:” sesungguhnya apa yang
mula-mula terjadi bagi Rosulullah SAW. Adalah mimpi yang nenar diwaktu
tidur.Dia melihat dimimpi itu datangnya bagaikan terangnya pagi hari.Kemudian
dia suka menyendiri. Dia pergi kegua hira untuk beribadah untuk beberapa
malam. Untuk itu ia membawa bekal. Kemudian ia pulang kepada khodijah Ra,
maka khodijah pun membekalinya seperti bekal terdahulu. Digua hira dia
dikejutka oleh suatu kebenaran. Seorang malaikat datang kepadanya dan
mengatakan: “ bacalah!”Rosulullah menceritakan maka akupun menjawab:” aku
tidak pandai membaca”. Malaikat tersebut kemudian memelukku sehingga akupun
merasa sangat payah. Lalu aku dilepaskan, dan dia berkata lagi ”bacalah”, maka
akupun menjawab aku tidak pandai membaca. Lalu dia merangkulku yang kedua
kali sampai aku kepayahan, kemudian ia lepaskan lagi kemudian dia berkata lagi:
“bacalah” aku menjawab:” aku tidak pandai membaca. Maka dia merangkulku
yang ketiga kalinya sehingga aku kepayahan, kemudian ia berkata;” bacalah
dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan…...” sampai dengan
….” Apa yang tidak ia ketahuinya”. (hadist).
2. Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah firman Allah: yaa
ayyuhal muddassir (wahai orang yang berselimut.) ini dari abu salamah bin abdur
rahman, dia berkata:” aku telah bertanya kepada jabir bin abdullah: yang manakah
diantara al-qur’an itu yang turun pertamakali? Dia menjawab: yaa ayuhal
muddassir. Aku bertanya lagi: ataukah iqra’ bismi rabbik? Dia menjawab: aku
katakan kepadamu apa yang dikatakan Rosulullah SAW kepada
kami.“sesungguhnya aku berdiam diri di fua Hira.Maka ketika habis masa
diamku,aku turun lalu aku telusuri lembah. Aku lihat kemuka, kebelakang,
kekanan dan kekiri. Lalu aku lihat kelangiyt tiba-tiba aku melihat jibril yang amat
menakutkan. Maka aku pulang ke khodijah. Khodijah memerintahkan mereka
untuk menyelimuti aku. Merekapun menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan:
“wahai orang yang berselimut, bangkitlah, lalu berilah peringatan “
Mengenai hadist jabir ini,dapatlah dijelaskan bahwa pertanyaan itu mengenai
surat yang di turunkan secara penuh. Jabir menjelaskan bahwa surat muddassirlah
yang turun secara penuh sebelum surat iqra’ selesai di turunkan, karna yang turun
pertamakali dari surat iqra’ itu hanyalah permulaannya saja. Hal yang demikian
ini juga di perkuat oleh hadist abu salamah dari jabir yang terdapat dalam soheh
bukhori dan muslim.
3. Dikatakan pula, bahwa yang pertamakali turun adalah surat fatihah. Mungkin
yang dimaksud adalah surat yang pertamakali turun secara lengkap.
ىبينOOالس على كرسOOراء جOOاءني بحOOذى جOOك الOO فرفعت راسى فاذا المل, سمعت صوتا منالسماء,بينما انا امثي
اOا ايهOا لى ( يOارك وتعOانزل هللا تبO ف,الونيO زم, زمالونى: فقلت, فرجعت, فجثثت منه فرقا,السماء واالرض
) قم فانذر,المدثر
“ketika aku berjalan, aku mendengar suara dari langit. Lalu ku angkat kepalaku,
rtiba-tiba yang datang kepadaku malaikat yang ku lihat ketika aku di gua hirak
duduk diatas kursi yang terletak diantara langit dan bumi, sehingga akupun
merasa ketakutan sekali. Kemudian aku pulang dan berkata: “selimuti aku,
selimuti aku “. Lalu Allah menurunkan: wahai orang yang berselimut, bangkitlah,
lalu berilah peringatan “
Dalam hadist ini ia memberi tahukan tentang malaikat yang datang kepadanya di
gua hira sebelum saat itu. Di dalam hadist Aisyah ia memberitahukan bahwa
turunnya iqra’ itu di gua hira, dan bahwa iqra’ itulah wahyu pertama yang turun.
Kemudian setelah itu wahyu terhenti. Sedang dalam hadist jabir ia
memberitahukan bahwa wahyu berlangsung kembali setelah turunnya yaa ayyuhal
muddassir. Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa “ iqra’ “ adalah wahyu
yang pertama sekali diturunkan secara mutlaq, dan bahwa “muddassir” diturunkan
sesudah iqra’
“ Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah
sisa riba yang belum di pungut. “ (Al baqoroh :2:278)
2) Dan di katakan pula bahwa ayat Al quran yang terakhir di turunkan ialah
firman Allah:
Ini di dasarkan pada hadist yang di riwayatkan oleh Annasa’I dan lain-lain, dari
ibnu abbas dan said bin jubair: “Dan peliharalah dirimu dari adhap yang terjadi
pada suatu hari yang pada waktu itu kamu semua di kembalikan kepada Allah
“(Al baqoroh :2:281)
3) Juga di katakan bahwa yang terakhir kali turun itu ayat mrngenai utang:
berdasarkan hadist yang di riwayatkan dari said bin Al musyyab: “ Telah sampai
kapadanya bahwa ayat Al quran yang paling muda di ‘Arsy ialah ayat mengenai
utang” yang di maksudkan adalah ayat :
“orang-orang yang beriman pabila kamu berhutang untuk waktu yang ditentukan
hendaklah kamu menuliskannya (Al Baqoroh:2:282)
Ketiga riwayat itu dapat di padukan, yaitu bahwa ketiga ayat tersebut di atas di
turunkan sekaligus seperti tertib urutanya di dalam mushaf. Karena ayat-ayat
tersebut masih satu kisah. Setiap perowi mengabarkan bahwa sebagian dari yang
di turunkan itu sebagai yang terkhir kali dan itu memang benar. Dengan demikian,
maka ketiga ayat itu tidak saling bertentangan.
4) Di katakan pula bahwa yang terkhir kali di turunkan adalah ayat mengenai
kalalah. Bukhori dan muslim meriwayatkan dari bara’ bin azib: dia berkata” Ayat
yang terkhir kali turun adalah:
5) Pendapat lain menyatakan bahwa yang terakhir turun adalah firman Allah:
6) Di katakan pula yang terakhir kali turun adalah surat Al maidah. Ini di dasarkan
pada riwayat tirmidhi dan haki, dari Aisyah ra. Tatapi menurut pendapat kami
surat ini surat yang terakhir kali turun dalam hal halal dan haram, sehingga tak
satu hukumpun yang di nasih di dalamnya.
7) Juga di katakan bahwa yang terakhir kali turun adalah firman Allah:
8) Ada juga di katakan bahwa ayat terakhir yang turun adalah ayat:
“ barang siapa yang membunuh seorang seorang mu’min dengan sengaja, maka
balasannya ialah jahanam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya dan
mengutukny serta menyediakan azab yang besar baginya.: (an nisa’ :4:93)
9) Dari ibn abbas dikatakan: “ surrah yang terakhir kali diturunkan ialah:
[44] yang dimaksud ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan:
tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang
tunduk.
4. Asbabun Nuzul
A. Pengertian Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”.
Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar belakangi
terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatar belakangi terjadinya
sesuatu bisa disebut Asbabun Nuzul, namaun dalam pemakaiannya, ungkapan
Asbabun Nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang
melatar belakangi turunya al-qur’an, seperti halnya asbab al-wurud yang secara
khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadist.[1]
Sedangkan secara terminology atau istilah Asbabun Nuzul dapat diartikan sebagai
sebab-sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat Al-Quran kepada Nabi
Muhammad SAW karena ada suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau
pertanyaan yang membutuhkan jawaban.[2]
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama’, diantaranya :
1. Menurut Az-Zarqani :
“Asbabun Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubunganya
dengan turunya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu
terjadi.”
2. Ash-Shabuni :
Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunya satu
atau beberapa ayat mulia yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan
dengan urusan agama.[3]
3. Shubhi Shalih :
َض ِّمنَةً لَهُ اَوْ ُم ِج ْيبَةً َع ْنهُ أَوْ ُمبِ ْينَةًلِ ِح َك ِم ِه َز َمنَ ُو ُكوْ ِع ِه ُ َ ماَنُ ِزلَ ِةاألَيَةُ اَ ِوااْل َيا
َ ت بِ َسبَبِ ِه ُمت
Artinya:
“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa
ayat. Al-qur’an (ayat-ayat)terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons
atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu
terjadi.”,
4. Mana’ al-Qhathan:
Kesimpulan
Ayat makkiyah merupakan ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah
SWT di kota Mekkah, yaitu sebelum Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam
berhijrah ke Madinah. Sedangkan merupakan wahyu dari Allah SWT kepada
umatnya dalam bentuk ayat atau surat-surat yang diturunkan oleh Allah SWT
tepatnya ketika Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam telah berhijrah ke
Madinah. Macam macamnya ialah surat-surat makiyah murni, surat-surat
madaniyah yang berisi ayat makiyah, surat-surat makiyah yang berisi ayat
madaniyah, surat-surat madaniyah murni.
1. Yang turun pertama kali :
العلق
ياايهاالمدثر
الفاتحة
بسم هللا الرحمن الرحيم
Ø al-baqarah:281
Ø mengenai kalalah
Ø at-taubah:128
Ø surat al-maidah
Ø al-imran:195
Ø an-nisa’:93
Ø al-fath
3. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan
“nuzul”. Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang
melatar belakangi terjadinya sesuatu. Sedangkan sescara terminology atau
istilah Asbabun Nuzul dapat diartikan sebagai sebab-sebab yang
mengiringi diturunkannya ayat-ayat al-Quran kepada Nabi Muhammad
SAW karena ada suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau
pertanyaan yang membutuhkan jawaban.
Sejak zaman sahabat pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dipandang
sangat penting untuk bisa memahami penafsiran Al-Qur’an yang benar.
Karena itu mereka berusaha untuk mempelajari ilmu ini. Mereka bertanya
kepada Nabi SAW tentang sebab-sebab turunya ayat atau kepada sahabat
lain yang menjadi saksi sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan
demikian pula para tabi’in yang datang kemudian, ketika mereka harus
menafsirkan ayat-ayat hukum, mereka memerlukan pengetahuan Asbabun
Nuzul agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan.
Asbabun Nuzul ada bermacaam-macam, diantarannya :
1. Banyaknya nuzul dengan satu sebab.
2. Penuruna ayat lebih dahulu daripada sebab.
3. Beberapa ayat turun mengenai satu orang.
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Liliek Channa AW, M.Ag Ulumul Qur’an dan Pembelajarannya, Kopertais
IV Press, 2010, hal 244.
Shahhatah, Abdullah Al-Qur’an wa Al-Tafsir
[1] Al-Hafidz, Ahsin. Kamus Ilmu Alquran. Jakarta: AMZAH 2005
[2] https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/ciri-ciri-ayat-makiyah-dan-
madaniyah diakses pada hari kamis tanggal 26 oktober 2017 jam 08.30 WIB
[3] https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/ciri-ciri-ayat-makiyah-dan-
madaniyah diakses pada hari kamis tanggal 26 oktober 2017 jam 08.30 WIB
[4] https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/ciri-ciri-ayat-makiyah-dan-
madaniyah diakses pada hari kamis tanggal 26 oktober 2017 jam 08.30 WIB
[6] Liliek, AW, Ulumul Qur’an dan Pembelajarannya, Kopertais IV Press, 2010
hal 244.
Mudzakir, As. 2006. Studi Ilmu-Ilmu Al-qur’an. Jakarta: Citra AntarNusa