Anda di halaman 1dari 6

TIOSIANAT

Tiosianat (juga dikenal sebagai rodanida) adalah anion [SCN]−. Senyawa ini


adalah basa konjugat dari asam tiosianat. Turunan umumnya mencakup garam kalium
tiosianat dan natrium tiosianat. Senyawa organik yang mengandung gugus fungsional SCN juga
disebut tiosianat. Raksa(II) tiosianat dulunya digunakan untuk kembang api.
Tiosianat analog dengan ion sianat, [OCN]−, dengan oksigen digantikan oleh sulfur.

[SCN]  adalah salah satu pseudohalida, karena kesamaan reaksi dari ion-ion halida. Tiosianat
dulunya dikenal sebagai rodanida (dari bahasa yunanikata untuk mawar) karena warna merah
akibat kompleks besi. Tiosianat dihasilkan oleh reaksi elemental sulfur
atau tiosulfat dengan sianida:
8 CN− + S8 → 8 SCN−
CN− + S2O23- → SCN− + SO23-
Reaksi kedua dikatalisis oleh enzim sulfotransferase dikenal sebagai rodanase dan dapat
berhubungan untuk detoksifikasi sianida dalam tubuh.

SENYAWA TIOSIANAT
 Amonium tiosianat adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia NH4SCN.
 Kalium tiosianat adalah suatu senyawa kimia dengan rumus kimia KSCN.
 Natrium tiosianat adalah senyawa kimia dengan rumus NaSCN.

BAHAYA TIOSIANAT
 Tiosianat terkandung di dalam sayur kol, rebung, sawi, dan kangkung yang sering
dikonsumsi oleh penduduk endemik . Kadar tiosianat yang tinggi di lingkungan dapat
menyebabkan keracunan seperti mual, lemah, dan kematian.
 Tiosianat mempunyai sifat goitrogenik, yaitu zat yang menekan sekresi hormon tiroid.
Gangguan pembentukan hormon tiroid ini dapat menyebabkan GAKI (Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium). GAKI merupakan masalah serius yang terjadi di Indonesia.
Penderita akan mengalami gondok endemik, kapasitas mental terbatas akibat defisiensi
iodium, dan kretin endemik

Kalium Tiosianat (KSCN)


Kalium tiosianat adalah suatu senyawa kimia dengan rumus kimia KSCN. Senyawa ini
merupakan garam yang penting dari anion tiosianat, salah satu pseudohalida. Senyawa ini
memiliki titik lebur yang relatif rendah dibandingkan kebanyakan garam anorganik lainnya.

Sifat fisika dan kimia


Bentuk : padat
Warna : putih
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : 5,3 - 8,5 pada 50 g/l 20 °C
4,8 pada 1.070 g/l 20,1 °C
Titik lebur : 177 °C pada 1.013 hPa
Titik didih : > 400 °C pada 1.013 hPa
Titik nyala : tidak menyala
Flamabilitas : Produk ini tidak mudah-menyala.
Densitas : 1,91 g/cm3 pada 20 °C

SINTESIS KSCN
Sintesis kalium tiosianat dapat berlangsung dengan melelehkan kalium sianida dengan
larutan belerang atau kalium hidroksida serta amonium tiosianat. Yang terakhir ini diperoleh dari
reaksi karbon disulfida dan amonia di bawah tekanan dan pada suhu tinggi:
SC2 + 2NH3  NH4SCN + H2S

KEGUNAAN KSCN
 Sintesis kimia
KSCN berair bereaksi hampir secara kuantitatif dengan Pb(NO3)2 untuk
menghasilkan Pb(SCN)2, yang telah digunakan untuk mengubah asil kloridamenjadi
tiosianat. KSCN mengubah etilen karbonat menjadi etilensulfida. Untuk tujuan ini,
KSCN pertama kali dicairkan di bawah vakum untuk menghilangkan air. Dalam reaksi
yang terkait, KSCN mengubah sikloheksida oksida menjadi episulfida yang sesuai.
C6H10O + KSCN → C6H10S + KOCN
KSCN juga merupakan produk awal untuk sintesis karbonil sulfida.
 Kegunaan lain
Cairan encer KSCN terkadang digunakan untuk efek darah yang cukup realistis dalam
film dan teater. Senyawa ini dapat dicat pada permukaan atau disimpan sebagai larutan
yang tidak berwarna. Bila kontak dengan larutan besi(III) klorida(atau larutan lain yang
mengandung Fe3+, Produk dari reaksi adalah larutan dengan warna merah darah, karena
pembentukan ion kompleks besi-tiosianat.
Fe3+ + 3SCN- + 3H2O  [Fe(SCN)3(H2O)3]
Dengan demikian bahan kimia ini sering digunakan untuk menciptakan efek
'stigmata'. Karena kedua larutan tersebut tidak berwarna, keduanya bisa diletakkan
terpisah di masing-masing tangan. Ketika tangan saling kontak satu sama lain, larutan
bereaksi dan efeknya terlihat sangat mirip dengan stigmata.
Demikian pula, reaksi ini digunakan sebagai uji untuk Fe3+ di laboratorium.
Kalium tiosianat juga dapat berfungsi sebagai pereaksi deteksi untuk ion tembaga(II).
Untuk tujuan ini, ion tembaga (II) direaksikan dahulu dengan natrium sulfit untuk
direduksi menjadi ion tembaga(I), yang bersama-sama dengan tiosianat menghasilkan
endapan berwarna:
2Cu2+ + SO32- + 3H2O  SO42- + 2H3O+ + 2Cu+
Cu+ + SCN-  CuSCN
Demikian pula, ion kobalt(II) dapat dideteksi dengan kalium tiosianat. Hal ini
menimbulkan warna merah-violet dalam kobalt(II) tiosianat berair, yang menjadi biru
pada penambahan alkohol atau aseton.

Co2+ + 2SCN-  Co(SCN)2

Selanjutnya, kandungan klorida dari larutan asam nitrat dapat ditentukan dengan


larutan kalium tiosianat dalam titrasimenurut metode Volhard. Titrasi ini merupakan
titrasi balik. Pada langkah pertama, ion klorida diendapkan dengan kelebihan perak
nitrat yang ditentukan sebagai perak klorida. Pada langkah kedua, kelebihan ion perak
kemudian dititrasi terhadap kalium tiosianat. Sebagai indikator, ion Fe3+ digunakan:

Cl -+ Ag+  AgCl
Ag+ + SCN- AgSCN

Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) jika teradi kontak dengan Kalium
Tiosianat :

 Setelah terhirup maka segeralah hirup udara segar


 Setelah terkena kulit maka cuci dengan air yang banyak lalu lepaskan pakaian yang
terkontaminasi
 Setelah terkena mata maka bilaslah dengan air yang banyak lalu segeralah pergi ke dokter
 Jika tertelan, berilah air minum (paling banyak dua gelas). Segera bawalah ke dokter
secepatnya.

Reaksi identifikasi tiosianat

TIOSIANAT, SCN-. Kelarutan Perak dan tembaga(l) tiosianat praktis tak Iarut dalam air,
merkurium(ll) dan timbel tiosianat sangat sedikit Iarut; kelarutan masing-masing dalam g/l pada
20⁰ adalah 0,0003, 0,0005, 0,7 dan 0,45. Tiosianat dari kebanyakan logam lainnya, Iarut. 
Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, pakailah Iarutan kalium tiosianat KSCN 0,1M. 

1. Asam sulfat
Dengan asam yang pekąt dihasilkan pewarnaan kuning dalam keadaan dingin:
dengan dipanaskan, timbul reaksi yang dahsyat, dan terbentuk karbonil sulfida (terbakar
dengan nyala biru). 

SCN- + H2S04 + H2O  COS + NH4+ SO42- 

Tetapi reaksi adalah lebih kompleks dari ini, karena belerang


dioksida (menghilangkan warna Iarutan fuksin) dan karbon dioksida, mungkin
pula terdeteksi dalam gas-gas hasil penguraian itu. Dalam Iarutannya, sedikit belerang
mengendap dan asam format juga dapat dideteksi. 
Dengan asam 2,5M, tak terjadi reaksi dalam keadaan dingin, tetapi
setelah dididihkan, terbentuk Iarutan kuning belerang dioksida dan sedikit
karbonil sulfida dilepaskan. Reaksi yang serupa tetapi lebih lambat terjadi dengan asam
sulfat M. 

2. Larutan perak nitrat


Endapan perak tiosianat, AgSCN, yang putih dan seperti dadih susu, yang Iarut
dalam Iarutan amonia tetapi tidak Iarut dalam asam nitrat encer. 

SCN- + Ag+  AgSCN


AgSCN + 2NH3  [Ag(NH3)2]+ + SCN+ 

Dengan mendidihkan dengan Iarutan natrium klorida M, endapan berubah menjadi perak


klorida: 

AgSCN + Cl-  AgCl + SCN- 

(perbedaan dan suatu metode pemisahan dari perak halida). Setelah diasamkan dengan
asam klorida, ion-ion tiosianat dapat dideteksi dengan besi(lll) klorida. Perak tiosianat
juga terurai pada pemijaran atau peleburan dengan natrium karbonat.

3. tembaga sulfat
Nampak mula-mula pewarnaan hijau, lalu endapan hitam tembaga(II) tiosianat

2SCN- +Cu2+  Cu(SCN)2

Penambahan asam sulfit (larutan jenuh belerang dioksida) mengubah endapan


menjadi tembaga(I) tiosianat yang putih:

2Cu(SCN)2 + SO2 + 2H2O  2CuSCN + 2SCN- + SO42- + 4H+

4. Larutan merkurium(Il) nitrat


Endapan putih merkurium(II) tiosianat Hg(SCN),, yang mudah larut dalam
larutan tiosianat yang berlebihan. Jika endapan dipanaskan, endapan akan mengembang
besar sekali membentuk ‘ular Firaun', suatu produk sianogen yang terpolimer

2SCN- + Hg2+  Hg(SCN)2


Hg(SCN)2↓ + 2SCN  [Hg(SCN)4]2-
-

5. Zink dan asam klorida encer


Hidrogen sulfida dan hidrogen sianida (BERACUN) dilepaskan:

SCN- + Zn + 3H+  H2S + HCN + Zn2+


6. Larutan besi(IIl) klorida
Pewarnaan merah-darah, yang ditimbulkankarena terbentuknya suatu kompleks:

3SCN- + Fe3+  Fe(SCN)3

Sebenarnya, ada sederetan kation dan anion kompleks yang terbentuk. Kompleks
(yang tak bermuatan) itu, dapat diekstraksi dengan mengocok dengan eter. Warna merah
dihilangkan oleh ion-ion fluorida, merkurium (II), dan oksalat, pada mana terbentuk
kompleks-kompleks yang tak berwarna, dan lebih stabil:

Fe(SCN)3 + 6F-  [FeF6]3- + 3SCN-


4Fe(SCN)3 + 3Hg2+  3[Hg(SCN)4]2- + 4Fe3+
Fe(SCN)3 + 3(COO)22-  [Fe{(COO)2}3]3- + 3SCN-

7. Asam nitrat encer


Terurai ketika dipanaskan, terjadi pewarnaan merah dan nitrogen oksida serta
hidrogen sianida (BERACUN) dilepaskan:

SCN- + H+ + 2NO3-  2NO + HCN + SO42-

Dengan asam nitrat pekat terjadi reaksi yang lebih keras, disertai permbentukan
nitrogen oksida dan karbon dioksida.

8. Uji penyulingan
Asam tiosianat bebas, HSCN, dapat dibebaskan dengan asam klorida, lalu
disuling ke dalam larutan amonia, dimana dapat diidentifikasi dengan besi(II) klorida
(reaksi 6). Uji ini boleh dipakai untuk memisahkan tiosianat dari campuran-campuran
dengan ion yang akan mengganggu reaksi 6.
Taruh beberapa tetes larutan uji dalam tabung-uji semimikro, asamkan dengan
asam klorida encer, tambahkan sekeping kecil pecahan porselen, dan pasangkan sebuah
pipet serap gas, yang disi dengan satu dua tetes larutan amonia. Didihkan larutan dalam
tabung uji perlahan-lahan untuk penyuling setiap HSCN yang ada dalam larutan.
Bilaskan larutan amonia itu ke dalam sebuah tabung-uji semimikro yang bersih, asamkan
sedikit dengan asam klorida dan tambahkan setetes larutan besi(III) klorida. Kita
memperoleh pewarnaan merah.

9. Larutan kobalt nitrat


Pewarnaan biru, yang disebabkan oleh terbentuk- nya [Co(SCN)4]2- tetapi tak
ada endapan [perbedaan dari sianida, heksasianoferat(II) dan (III)]

4SCN- + Co2+ → [Co(SCN)4]2-

Teknik uji-bercaknya adalah sebagai berikut. Campurkan setetes larutan uji dalam
krus mikro dengan setetes yang sangat kecil (0,02 ml) larutan kobalt nitrat 0,5M dan
uapkan sampai kering. Residu, entah tiosianat ada atau tidak berwarna lembayung, dan
warna ini perlahan-lahan memudar. Tambahkan beberapa tetes aseton. Diperoleh
pewarnaan hijau-biru atau hijau.
Kepekaan: 1 ug SCN-. Batas konsentrasi: 1 dalam 50.000
Nitrit-nitrit menghasilkan warna merah yang ditimbulkan oleh nitrosil tiosianat,
maka mengganggu uji ini.

10. Uji katalisis reaksi iod-azida


Runutan tiosianat bertindak sebagai katalis yang kuat dalam reaksi antara triiodida
(iod) dan natrium azida, yang kalau tidak, akan berjalan sangat lambat sekali:

I3- + 2N3-  3I- + 3N2

Sulfida dan tiosulfat mempunyai efek katalitik yang serupa; ini dapat dihilangkan
dengan mengendapkannya dengan larutan merkurium(II) nitrat:

Hg2+ + S2-  HgS


Hg2+ + S2O3- + H2O  HgS + SO42- + 2H+

Iod dalam jumlah yang banyak, menghambat reaksi ini; maka iod sebaiknya
dihilangkan sebagian besar dengan menambahkan larutan merkurium(II) terbentuk ion
kompleks [HgI4]2-, yang tak mempenraruhi khatalisds imi. mempengaruhi katalisis ini.
Campurkan setetes larutan uji dengan 1 tetes reagensia iod-azida di atas lempeng bercak.
Gelembung-gelembung gas (nitrogen) dilepaskan.
Kepekaan: 1,5 ug KSCN. Batas konsentrasi: 1 dalam 30.000.
Reagensia dibuat dengan melarutkan 3 g natrium azida dalam 100 ml iod 0,05 M

11. Reagensia tembaga(II) sulfat-piridina


Bila larutan netral suatu tiosianat ditambahkan kepada larutan garam tembaga
encer yang mengandung beberapa tetes piridina, akan terbentuk endapan hijau-
kekuningan dengan Komposisi [Cu(C5H5N)2](SCN)2; senyawa ini larut dalam kloroform,
yang diwarnai hijau jamrud (emerald) olehnya. Sianat menggan piridina yang berlebihan
harus dihindari.

2SCN- + Cu2+ + 2C5H5N  [Cu(C5H5N)2](SCN)2

Tambahkan beberapa tetes piridina kepada 3-4 tetes larutan tembaga sulfat
0,25M, lalu masukkan kira-kira 2 ml kloroform, diikuti dengan beberapa tetes larutan
tiosianat yang netral. Kocok campuran dengan kuat. Kloroform akan berwarna hijau.
Batas konsentrasi: 1 dalam 50.000

Anda mungkin juga menyukai