Anda di halaman 1dari 12

[Type here]

MAKALAH
BAIAT
Makalah ini untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara
Islam

Dosen Pengampu:
Saoki, S.HI, M.HI.

Oleh:
Wahyuni Murya Tamiling (NIM: C71219087)
Vicky Chalila (NIM: C71219086)
Hera Fitria Nuriana (NIM: C91219114)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019

[Type here]
[Type here]

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, tidak lupa juga kita haturkan Shalawat serta salam kepada junjungan
kita nabi besar Muahmmad SAW. yang telah membawa kita dari kegelapan ke
jalan yang terang benderang. Selanjutnya telah memberikan kemudiahan kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini sebelum pada waktunya. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara Islam yang
berjudul “Baiat”.

Makalah ini berisi tentang pengertian dan sejarah Baiat, hukum atau dalil
dari al-Quran maupun Hadis yang menyertainya, serta bentuk dan mekanisme
sejarah baiat pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin. Yang dapat diambil
hikmahnya untuk menjadikan kepada pembaca sebuah pengetahuan dan
pembelajaran.

Surabaya, 11 Maret 2020

Penulis

[Type here]
[Type here]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap golongan orang membutuhkan pemimpin, dan setiap
kepemimpinan memiliki masa jabatan, dan membutuhkan seseorang lagi
untuk menggantikannya untuk menyerahkan jabatan atau mandat
kepadanya dengan sebuah tanda penyerahan. Agama islam sebagai
agama yang rahmatan lilalamin mengajarkan umatnya untuk selalu taat.
Di dalam agama Islam terdapat segala aturan menganai kehidupan
manusia baik dari segi politik, sosial, budaya, ekonomi, dan lain
sebagainya.
Dalam islam dikenal istilah baiat, maksudnya adalah membuat
suatu perjanjian antara satu orang dengan pemimpin agar berkomitmen
mencapai satu tujuan. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW ketika melakukan baiat Aqobah, Ridwan, dan lain-lain. Beliau
membaiat sahabatnya agar berkomitmen denagn sungguh-sungguh untuk
memperjuangkan islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan baiat?
2. Apa hukum baiat?
3. Apa dalil yang menyertai Baiat?
4. Bagaimana Mekanisme sejarah Baiat dalam Pemerintahan Islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Baiat.
2. Mengetahui Hukum Baiat
3. Mengetahui dalil-dalil yang menyertai Baiat.

[Type here]
[Type here]

4. Mengetahui Sejarah dan mekanisme Baiat dalam sejarah


Pemerintahan Islam.

[Type here]
[Type here]

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bai’at

Ada beberapa pengertian tentang bai’at, jika dilihat dari fiqih siyasah
di kalangan kaum muslimin setelah pengajuan calon khalifah sebelum
kaum muslimin diajak untuk memberikan bai’at kepada khalifah..
Menyadari pentingnya memahami isi bai’at, maka penulis memaparkan:

1. Pengertian Bai’at Secara Bahasa

Arti bai’at dilihat dari segi etimologis (lughot) adalah berasal dari
bahasa Arab, dengan bentuk kata pokok: ‫ ع‬,‫ ي‬,‫ ب‬di dalam kamus bahasa
Arab karangan Mahmud Yunus adalah ‫ بايع‬artinya bersetia, berjanji dan
juga ‫ بيع‬,‫ بيعة‬yang artinya pelantikan khalifah.1 Sedangkan dari kamus al-
Munawwir kata bai’at adalah ‫ البيعة‬: ‫ عملية بيع‬artinya transaksi penjualan
dan ( ‫ التولية( عقد البيعة‬artinya: ikatan janji:2

Asal kata bai’at terkandung makna :

a. Adanya dua pihak yang saling berakad secara damai,

b. Adanya dua barang atau sarana yang saling dipertukarkan oleh dua
pihak dalam akad,

c. Adanya kerelaan yang sempurna dari dua belah pihak yang berakal,
di mana masing-masing mereka mengambil sesuatu yang lebih
berharga, sementara yang lainnya mengambil harga. 3

2. Pengertian Bai’at Secara Istilah

1
Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidayah Karya Agung, 1997), cet.
Ke-1, hal. 75
2
A. W. Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), cet.
Ke-1, hal. 135
3
Ramli Kabi Ahmad Sidiq Abdurrahman. hal. 40

[Type here]
[Type here]

Pengertian bai’at secara terminologi (istilah) banyak sekali di antaranya


adalah: bai’at diambil dari kata ba’a yang berarti membeli sesuatu dengan
harga dan kesepakatan dua orang yang sedang melakukan transaksi dagang
dengan cara memukulkan tangan yang satu ke tangan yang lainnya sebagai
tanda setuju. Bai’at ini telah berjalan bertahun-tahun dalam tradisi arab
klasik. Bai’at juga memberikan arti kesepakatan kewajiban menjual (ba’i)
dan janji setia. Jadi bai’at berarti pemberian janji orang yang membai’at
untuk patuh dan ta’at kepada pemimpin dalam keadaan susah dan lapang,
yang disukai dan yang tidak disukai, tidak menentangnya dan menyerahkan
urusan kepadanya.4

"Berjanji untuk taat", seakan-akan orang yang berbai’at memberikan


perjanjian kepada amir (pimpinannya) untuk menerima pandangan tentang
masalah dirinya dan urusan-urusan kaum muslimin, tidak akan menentang
sedikitpun dan selalu mentaatinya untuk melaksanakan perintah yang
dibebankan atasnya baik dalam keadaan suka atau terpaksa. Jika membai’at
seorang amir dan mengikat tali perjanjian, maka manusia meletakkan tangan
tangan mereka pada tangannya (amir) sebagai penguat perjanjian, sehingga
menyerupai perbuatan penjual dan pembeli, maka dinamakanlah bai’at yaitu
isim masdar dari kata ba 'a, dan jadilah bai’at secara bahasa dan secara
ketetapan syari'at.5

Menurut Muhammad Abdul Qadir Abu Fariz dalam buku Sistem


Politik Islam, bahwa Ibnu Khaldun mendefinisikan bai’at adalah janji setia,
seorang pemberi bai’at tidak akan menentang sedikitpun, mentaati dan
mematuhi perintah dan tugas yang diberikan kepadanya dalam hal yang
disukai maupun yang tidak disukai. Mereka apabila membai’at amir dan
memberi ikatan sumpah setia kepadanya mengulurkan tangan ke dalam
tangannya sebagai penguat sumpah setia, yang demikian itu mirip apa yang

4
Muhammad Abdul Qadir Abu Fariz,, hal. 205
5
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid. Bai’at antara Sunnah dan Bid’ah, PDF, diunduh 1O Maret
2020

[Type here]
[Type here]

dilakukan oleh pembeli dan penjual. Bai’at menjadi jabat tangan karena bai’at
merupakan bentuk kata benda (masdar) dari kata ba’a.6

Sedangkan dalam buku Syahadatain, Syarat Utama Tegaknya Syariat


Islam karya M. Umar Jiau Haq diterangkan pendapat Ibnu Atsir, bahwa bai’at
adalah suatu ungkapan (gambaran) dari orang yang saling mengikat saling
berjanji (perjanjian dari kedua belah pihak), seolah-olah masing-masing
keduanya telah menjual apa yang ada pada dirinya kepada saudaranya, dan ia
telah memberikan ketulusan hati ketaatan dalam urusan interennya.7

Menurut Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, bai’at adalah


menyatakan janji dari orang yang berbai’at untuk mendengar, taat kepada
pemimpin, baik dalam hal yang menyenangkan maupun pada hal yang tidak
disukai, kesulitan kemudahan loyal kepada pemimpin dan mempercayakan
segala urusan kepadanya.8

Jadi, bai’at dapat diartikan ungkapan antara dua belah pihak pemimpin
dan ummat yang saling menukar janji setia untuk saling menaati, seolah-olah
masing-masing keduanya telah menjual apa yang ada pada dirinya, baik dalam
hal menyenangkan maupun pada hal yang tidak disukai dan mempercayakan
segala urusan kepada pemimpin yang dilakukkan setelah permusyawaratan.

B. Dalil Baiat

Sebagaimana firman Allah, didalam Q.S. al-Mumtahanah mengenai dalil


baiat:

َ‫س ِر ْقنَ َواَل يَ ْزنِين‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلنَّبِ ُّى إِ َذا َجٓا َءكَ ٱ ْل ُمؤْ ِم ٰنَتُ يُبَايِ ْعنَكَ َعلَ ٰ ٓى أَن اَّل ي‬
َ ِ ‫ش ِر ْكنَ بِٱهَّلل‬
ْ َ‫ا َواَل ي‬XYًٔ‫ش ْئـ‬
ٍ ‫صينَكَ فِى َم ْع ُر‬
ۙ ‫وف‬ ِ ‫َواَل يَ ْقتُ ْلنَ أَ ْو ٰلَ َدهُنَّ َواَل يَأْتِينَ بِبُ ْه ٰتَ ٍن يَ ْفتَ ِرينَهۥُ بَيْنَ أَ ْي ِدي ِهنَّ َوأَ ْر ُجلِ ِهنَّ َواَل يَ ْع‬
ْ ‫فَبَايِ ْع ُهنَّ َوٱ‬
‫ستَ ْغفِ ْر لَ ُهنَّ ٱهَّلل َ ۖ إِنَّ ٱهَّلل َ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬

6
Muhammad Abdul Qadir Abu Fariz,. hal. 205
7
M. Umar Jiau Haq, hal. 270
8
Ramli Kabi’Ahmad Shiddiq Abdurrahman,, hal. 45

[Type here]
[Type here]

Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang


beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan
Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-
anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki
mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah
janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka.
Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-
Mumtahanah: 12)

ُ ‫ق أَ ْي ِدي ِه ْم ۚ فَ َمن نَّ َك َث فَإِنَّ َما يَن ُك‬


ِ ‫ث َعلَ ٰى نَ ْف‬
ۖ ‫س ِۦه‬ َ ‫إِنَّ ٱلَّ ِذينَ يُبَايِ ُعونَ َك إِنَّ َما يُبَايِعُونَ ٱهَّلل َ يَ ُد ٱهَّلل ِ فَ ْو‬
‫سيُؤْ تِي ِه أَ ْج ًرا َع ِظي ًما‬ َ َ‫َو َمنْ أَ ْوفَ ٰى بِ َما ٰ َع َه َد َعلَ ْيهُ ٱهَّلل َ ف‬

Artinya: “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu


sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan
mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar
janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada
Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” (Q.S. al-Fath: 10)

۟ ‫ش ُر‬
‫وا بِبَ ْي ِع ُك ُم ٱلَّ ِذى بَايَ ْعتُم بِ ِهۦ‬ ْ ‫ۚ و َمنْ أَ ْوفَ ٰى بِ َع ْه ِد ِهۦ ِمنَ ٱهَّلل ِ ۚ فَٱ‬
ِ ‫ستَ ْب‬ َ

Artinya: “Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?
Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar.” (Q.S. at-Taubah: 111)

C. Hukum Baiat
Memilih seorang pemimpin merupakan kewajiban dalam islam, hal
tersebut didasarkan pada kewajiban taat terhadap ulil amri. Sejajar dengan
kewajiban taat kepada Allah dan Rasul Nya. Menurut Yusuf al-Qardlawi

[Type here]
[Type here]

membaiat seorang pemimpin muslim merupakan suatu kewajiban.9 Hal


tersebut didasarkan pada sabda Rasulullah.
‫ات مِي َت ًة َجا ِهلِيَّة‬
َ ‫مات َو لَ ْم َيعْ ِرفْ إما َم َزما ِن ِه َم‬
َ ْ‫َمن‬
Artinya: "Barang siapa mati dan tidak mengenal imam zamannya maka mati dalam
keadaan jahiliyah".

D. Mekanisme Baiat dalam Sejarah Pemerintahan Islam


1. Baiat Pada Masa Rasulullah
Pada masa Rasulullah terjadi beberapa kali baiat namun yang
menjadi pilar terbentuknya negara Madinah adalah baiat Aqobah pertama
dan kedua. Awalnya Nabi mengajarkan Islam di Mekah secara sembunyi-
sembunyi. Pada waktu itu jumlah pemeluk agama Islam masih sedikit.
Baru pada akhir tahun ketiga dari awal kenabian, Nabi mulai menyiarkan
agama yang diabawahnya secara terang-terangan yang mengakibatkan
banyak permusuhan, penganiayaan oleh kafir Mekah. Kehidupan di
Yatsrib pada masa Rasulullah saat itu sedang dicekam oleh permusuhan
antar golongan dan antar suku (Khazraj dan Aus) dan mereka
mengharapkan ada pemimpin yang mempersatukan kedua golongan
tersebut. Kemudian Nabi bertanya kepada mereka apakah mereka sudi
menerima dan melindunginya di Yatsrib. Mereka menjawab tidak yakin
dapt membantu Rasulullah, karena mereka sendiri sedang terlibat
permusuhan. Tetapi mereka berjanji akan mengajak penduduk Yatsrib
untuk masuk Islam. 10
Aqobah pertama terjadi pada tahun ke-12 kenabian atau 621 M.
disuatu bukit aqobah baiat ini terjadi antara Nabi dan 12 orang dari kabilah
Khazraj dan Aus yang isinya: “mereka berjanji setia kepada Nabi untuk
tidak menserikatkan Allah, tidak akan mencuri, berzina, membunuh anak-

9
Jeje Abdul Rojak, Hukum Tata Negara, Surabaya: UINSA Press, 2014. Hal.64.
10
Imam Amrusi Jaelani, dkk, Hukum Tata Negara Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,
2013Hal. 158

[Type here]
[Type here]

anak, menuduh dengan tuduhan palsu, tidak akan mendurhakai Nabi


didalam kebaikan.”11
Pada aqobah dua, tahun 622M, terjadi antara Nabi dan 75 orang
Yatsrib, 73 orang laki-laki, 2 orang perempuan, dengan kata-kata: “kami
berbaiat untuk taat dan selalu mengikuti baik pada waktu kesulitan
maupun pada waktu kemudahan, pada waktu senang dan susah, dan
berbicara benar dimanapun kamu berada, tidak takut celaan orang dalam
membela kalimat Allah.”12
2. Baiat Pada Masa Khulafaur Rasyidin 13
Pada masa Khulafaur Rasyidin atau setelah Rasulullah wafat, para
sahabat tidak langsung menguburkan jenazah beliau sampai mendapatkan
kepastian pengganti pemimpin umat islam. Para sahabat bermusyawarah
untuk memilih khalifah sehingga terpilihlah Abu Bakar. Dibaiatlah Abu
Bakar di Tsaqibah Bani Saidah. Abu Bakar menghadap kepada orang
Anshar mamuji Allah dan mengajak mereka untuk bersatu dan melarang
mereka untuk berpecah belah. Kemudian Abu Bakar berkata: “saya
menasehatkan kepadamu untuk membaiat salah seorang diantara dua
orang ini, yaotu Abu Ubaidah Bin Jarah dan Umar bin Khattab.”
Kemudian Umar berkata : “demi Allah benarkah itu? Padahal engkau ada
diamtara kalian Tuanlah yang berhak memegang persoalan ini dan lebih
dulu menjadi sahabat Rasulullah daripada kami, kau yang menggantikan
Rasulullah mengimami Shalat, maka siapakah yang lebih pantas
mengurusi persoalan ini daripadamu? Ulurkanlah tangan tuan, saya
membaiatkan.”
Setelah berkata demikian, umar bin khattab da ubadah bin jarah
berdiri hendak membaiat abu Bakar, tetapi sebelum kedua tokoh quraisy
tersebut tiba di depan abu bakar dan mengucap baiat, Basyir bin Saad,
seorang tokoh anshor dari suku Khajraj, mendahului mengucapkan
baiatnya kepada Abu Bakar. Barulah kemudian umar, abu ubaidah, dan
11
Ibid., Hal. 159
12
Ibid., Hal 159
13
Ibid., Hal 160-162

[Type here]
[Type here]

para hadirin dari kelompok muhajirin dan anshor. Baiat tersebut terkenal
dengan baiat tsaqifah. Setelah wafatnya abu bakar, umar menggantikan
kedudukannya sebagai khalifah Umar dipilih berdasarkan wasiat abu
Bakar. Umar di baiat secara umum dan terbuka di masjid nabawi.

Pada waktu Usman bin Affan diangkat menjadi khalifah, yang


mua-mula membaiat adalah Abdurrahmanbin Auf, kemudian diikuti oleh
orang-orang yang ada di masjid. Pembaiatan usman melalui proses yang
sangat rumit. 12 tahun kemudian, Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi
Khalifah. Sebelum menjadi Khalifah, Ali menanyakan dimana peserta
(pertempuran Badar) Thalhah, Zubair dan Saad, karena merekalah yang
berhak menentukan tentang siaap yang harus menjadi Khalifah. Maka
muncullah tiga tokoh senior itu dan berbaiat kepada Ali. Kemudian diikuti
pada orang banyak dari kelompok muhajirin dan Anshar. Orang yang
pertama berbaiat kepada Ali adalah Thalhah bin Ubaidillah.

Dari uraian diatas, yang membaiat itu adalah Ahlul Hal wa al-Aqd
dan bisa kemudian diikuti oleh rakyat pada umumnya. Akan tetapi,
pembaiatan itu dianggap sah apabila dilakukan oleh anggota ahlul hal wa
al aqd seperti pada kasus abu bakar.
Pembaitan dilakukan setelah terjadi permusyawaratan penentuan
seorang imam. Ada kemungkinan tidak seluruh ahlul hal wa al aqd
membaiat imam, keadaan demikian harus dihindari sedapat mungkin
dengan jalan musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan.

[Type here]
[Type here]

BAB III

KESIMPULAN

Baiat mengandung pengertian perjanjian yang melibatkan antara kedua


belah pihak yang saling berjanji dan setia dalam suatu urusan. Baiat juga
mengandung makna kesetiaan umat kepada imamnya untuk mematuhi dan
mentaatinya. Hukum Baiat berdasarkan al-Quran dan Hadis nabi serta didasarkan
pada kesepakatan atau Ijma’ kaum muslimin. Dalil Baiat salah satunya pada Q.S.
al-Fath ayat 18 yang memerintahkan untuk berbaiat, maka Allah akan
memberikan pahala yang besar. Hukumnya wajib bagi kaum muslimin untuk
berbaiat kepada yang baik. Mekanisme Baiat adalah berjabat tangan untuk
bersedia menjawab akad transaksi (barang atau hak dan kewajiban, saling taat).

[Type here]

Anda mungkin juga menyukai