Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN

“PENGUJIAN PENETRASI ASPAL”

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum


Konstruksi Jalan.

Mata Kuliah:

Konstruksi Jalan Raya

Dosen Pengampu:
Faqih Ma’arif, M.Eng.

Disusun Oleh :
Dimas Addien Pradipta
(16510134021)

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan praktikum
Konstruksi Jalan dan insyaAllah dapat bermanfaat bagi masyarakat, Amiin.

Tidaklah lupa penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan moral dan


material yang diberikan dalam penyusunan laporan praktikum, maka penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Faqih Ma’arif, S.Pd.T, M.Eng, selaku dosen pembimbing atas


segala bimbingan, ilmu, dan arahannya.
2. Bapak Maris Setyo Nugroho, M.Eng, selaku asisten dosen yang telah
memberikan waktu, ilmu, dan mengarahkan selama proses praktikum.
3. Bapak Kimin Triono, S.Pd, yang telah memberikan nasehat serta
mempersiapkan alat dan bahan praktikum.
4. Seluruh teman-teman yang telah mendukung kelancaran praktikum.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman,
penulis menyakini masih banyak kekurangan dalam laporan praktikum ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
guna menyempurnakan laporan praktikum ini.

13 September 2017

Penulis

Pengujian Penetrasi Aspal | ii


DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
A. JENIS PENGUJIAN.............................................................................................1
B. KAJIAN TEORI....................................................................................................1
C. ALAT dan BAHAN............................................................................................2
1. Alat.......................................................................................................................2
2. Bahan...................................................................................................................6
D. LANGKAH KERJA.............................................................................................7
E. PENYAJIAN DATA.............................................................................................8
F. PEMBAHASAN...................................................................................................11
G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM..........................................17
H. KESIMPULAN....................................................................................................17
I. SARAN – SARAN...............................................................................................17
J. DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18
K. LAMPIRAN.........................................................................................................18

Pengujian Penetrasi Aspal | iii


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi cawan penetrasi...................................................................... 4


Tabel 2. Data hasil penelitian ................................................................................ 8
Tabel 3. Data hasil pemanasan .............................................................................. 9
Tabel 4. Data hasil penelitian .............................................................................. 10
Tabel 5. Data hasil pemanasan ............................................................................ 10
Tabel 6. Data hasil penelitian .............................................................................. 11
Tabel 7. Standar deviasi pengujian pertama ....................................................... 12
Tabel 8. Standar deviasi pengujian kedua ........................................................... 13
Tabel 9. Standar deviasi pengujian ketiga .......................................................... 14

Pengujian Penetrasi Aspal | iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penetrometer ...................................................................................... 3


Gambar 2. Cawan ................................................................................................. 4
Gambar 3. Baskom ............................................................................................... 4
Gambar 4. Stopwatch ........................................................................................... 5
Gambar 5. Termometer ........................................................................................ 5
Gambar 6. Kain lap .............................................................................................. 6
Gambar 7. Aspal hasil uji pemanasan .................................................................. 6
Gambar 8. Grafik Nilai Penetrasi dengan Batas Atas dan Bawah ...................... 13
Gambar 9. Grafik Nilai Penetrasi dengan Batas Atas dan Bawah....................... 14
Gambar 10. Grafik Nilai Penetrasi dengan Batas Atas dan Bawah..................... 15
Gambar 11. Nilai penetrasi rerata dengan standar deviasi ................................... 15

Pengujian Penetrasi Aspal | v


Pengujian Penetrasi Aspal | vi
A. JENIS PENGUJIAN

Pengujian penetrasi merupakan pengujian untuk mendapatkan nilai


mutu suatu aspal. Pada pengujian ini menggunakan alat penetration test
dan aspal pada suhu 25 °C sebagai bahan. Dengan alat dan bahan tersebut
akan didapatkan mutu aspal. Pengujian penetrasi ini dilakukan di
Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Negeri Yogyakarta.

B. KAJIAN TEORI
Penetrasi merupakan pengujian yang sangat penting, karena penetrasi
dapat mengindikasikan mutu suatu aspal. Penetrasi adalah masuknya
jarum penetrasi ukuran tertentu, beban tertentu, dan waktu tertentu ke
dalam aspal pada suhu tertentu. Aspal keras (asphalt cement) adalah suatu
jenis aspal minyak yang didapat dari residu hasil destilasi minyak bumi
pada keadaan hampa udara, (SNI 06-2456-1991).
Tujuan dari pengujian ini adalah menyeragamkan cara pengujian untuk
pengendalian mutu bahan dalam pelaksanaan pembangunan, serta untuk
keperluan pembangunan atau pemeliharaan jalan. Pengujian penetrasi
dilakukan dengan cara menusukkan jarum dengan diameter 0.1mm yang
diberi beban 50gram untuk beban 100 gram dan 100gram untuk beban
200gram. Sebelum pengujian dilakukan, aspal sampel harus dibuat
bersuhu 25 °C dengan cara merendam benda uji kedalam air es.
Penusukan jarum dilakukan dengan lama waktu 5detik, (SNI 06-2456-
1991).
Penetrasi aspal bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal.
Prosedur pemeriksaan mengikuti PA-0301-76 atau AASTHO T49-80.
Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan jarum berdiameter 1mm
dengan menggunakan beban 50 gram sehingga diperoleh beban gerak
seberat 100 gram (berat jarum + beban ) selama 5 detik pada temperature

Pengujian Penetrasi Aspal | 1


25 °C. Besarnya penetrasi diukur dan dinyatakan dalam angka yang
merupakan kelipatan 0,1mm, ( Sukirman, S. 1999).
Menurut Sukirman (1999) dalam bukunya yang berjudul Perkerasan
Lentur Jalan Raya, aspal semen pada temperatur ruang (25° - 30° C)
berbentuk padat. Aspal semen terdiri dari beberapa jenis tergantung dari
proses pembuatannya dan jenis minyak bumi serta asalnya.
Pengelompokan aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi
pada tempratur 25° C ataupun nilai viskositasnya. Aspal di
Indonesia,biasanya dibedakan berdasar pada nilai penetrasinya yaitu :

1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50.


2. AC pen 60/70, yaitu Ac dengan penetrasi antara 60-70.
3. AC pen 85/100, yaitu aspal dengan penertrasi antara 85-100.
4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150.
5. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300.
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca
panas atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen
dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu
lintas volume rendah. Di Indonesia umumnya dipergunakan aspal semen
dengan penetrasi 60/70 dan 85-100 (Sukirman S,1999 ).

C. ALAT dan BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
1. Alat
a. Penetrometer.
Penetrometer adalah alat untuk menguji mutu suatu aspal dengan
cara menusukkan jarum dibebani bandul sesuai dengan persyaratan
SNI 06-2456-1991 sebagai berikut :
1.) Alat penetrometer yang dapat melepas pemegang jarum
untuk bergerak secara vertikal tanpa gesekan dan dapat

Pengujian Penetrasi Aspal | 2


menunjukkan kedalaman masuknya jarum ke dalam benda uji
sampai 0,1 mm terdekat.
2.) Berat pemegang jarum 47,5 gram ± 0,05 gram. Berat total
pemegang jarum beserta jarum 50 gram ± 0,05 gram. Pemegang
jarum harus mudah dilepas dari penetrometer untuk keperluan
pengecekan berat.
3.) Penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk
memastikan posisi jarum dan pemegang jarum tegak (90°) ke
permukaan.
4.) Berat beban 50 gram ± 0,05 gram dan 100 gram ± 0,05
gram sehingga dapat digunakan untuk mengukur penetrasi
dengan berat total 100 gram atau 200 gram sesuai dengan kondisi
pengujian yang diinginkan.

Gambar 1. Penetrometer.

b. Cawan.
Cawan sebagai tempat menampung aspal saat dipanaskan dan
setelah dipanaskan dengan spesifikasi tinggi cawan 35mm dan
diameter cawan 55mm.

Pengujian Penetrasi Aspal | 3


Gambar 2. Cawan

Tabel 1. Spesifikasi cawan penetrasi (SNI 06-2456-1991)


Spesifikasi Cawan Penetrasi
Penetrasi Diameter Dalam/Tinggi
Dibawah 200 55mm 35mm
200 sampai 300 70mm 45mm

c. Baskom.
Baskom digunakan untuk menampung air dan es padasaat proses
perendaman cawan aspal sampel hingga suhu tersyarat.

Gambar 3. Baskom

Pengujian Penetrasi Aspal | 4


d. Stopwatch.
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu proses
pemanasan aspal dan mengukur waktu proses menusuknya jarum
pada pengujian penetrasi.

Gambar 4. Stopwatch.

e. Termometer.
Termometer digunakan pada saat pengukuran suhu ruang dan
suhu aspal pada titik tertentu. Termometer yang digunakan pada
praktikum ini adalah termometer raksa dengan jangkauan 0° – 360°
C sesuai dengan SNI 19-6421-2000 Spesifikasi Standar
Termometer.

Gambar 5. Termometer.

f. Kain lap.

Pengujian Penetrasi Aspal | 5


Kain lap digunakan untuk membersihkan aspal yang terlelet
pada lantai atau alat praktikum yang telah dipakai.

Gambar 6. Kain Lap

2. Bahan
a. Aspal hasil uji pemanasan.
Aspal hasil pemanasan yang telah didinginkan menjadi suhu
25 °C menjadi aspal uji penetrasi.

Gambar 7. Aspal Hasil uji pemanasan.

D. LANGKAH KERJA

Pengujian Penetrasi Aspal | 6


Praktikum dapat dilaksanakan setelah mempersiapkan alat dan bahan.
Langkah kerja pengujian penetrasi sebagai berikut :
1. Baskom diisi dengan air secukupnya kemudian ditambahkan es batu
yang sudah dihancurkan.
2. Aspal sampel direndam pada baskom sampai suhu 25 °C sesuai
persyaratan.
3. Dipasang pemberat 50 gram pada pangkal jarum penetrasi.
4. Ditempatkan sampel aspal keruang penetrasi.
5. Jarum ditempelkan ke permukaan sampel uji.
6. Jarum indikator penetrasi diatur pada posisi 0.
7. Kunci jarum penetrasi dilepaskan sehingga jarum akan bergerak
menusuk aspal bersertaan dengan dijalankan stopwatch hingga 5 ± 0,1
detik.
8. Dicatat hasil pengujian yang tertera pada jarum indikator nilai
penetrasi.
9. Sampel uji pada alat penetrasi dilepas, kembali direndam aspal pada air
es.
10. Jarum penetrasi dibersihkan agar tidak ada kotoran yang mengganggu
saat pengujian.
11. Diulang langkah 3 sampai 10 hingga pengujian terulang 3X.
12. Alat dan tempat pengujian dibersihkan dan dirapikan.

E. PENYAJIAN DATA

Pengujian Penetrasi Aspal | 7


Praktikum pengujian penetrasi aspal pertama dilaksanakan pada:
1. Waktu
Hari : Senin
Tanggal : 17 September 2017
Jam : 10:00-12:00 WIB
Cuaca : Cerah

2. Tempat                  
Pengujian Penetrasi Aspal dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi
Jalan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.

3. Hasil Pengujian.
Tabel 2. Data hasil penelitian

Data Hasil Penelitian Penetrasi Aspal


No Uraian Suhu (°C) Nilal Penetraasi (mm) Waktu (detik)
1. A1 25 79 5,67
2. A2 25 52 5,47
3. A3 25 42 5,34

Setelah pengujian penetrasi pertama pada tanggal 17 September 2017,


aspal lalu dipanaskan sesuai dengan standar pemanasan (SNI 06-2456-
1999).

Praktikum pemanasan aspal daur ulang dilaksanakan pada:


1. Waktu.
Hari : Senin
Tanggal : 17 September 2017
Jam : 10:00-12:00 WIB
Cuaca : Cerah

Pengujian Penetrasi Aspal | 8


2. Tempat.                  
Pengujian Penetrasi Aspal dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi
Jalan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.

3. Hasil Pengujian.
Tabel 3. Data hasil pemanasan

No Jenis Pengujian Suhu Waktu


Awal Akhir
1 Pemanasan Aspal 31 °C 106 °C 9 menit 34detik
Daur Ulang 1

Setelah pengujian pemanasan limbah aspal yang pertama pada tanggal 17


September 2017, aspal lalu disimpan pada bidang datar untuk pengujian
yang kedua.

Praktikum pengujian penetrasi aspal kedua dilaksanakan pada:


1. Waktu
Hari : Senin
Tanggal : 25 September 2017
Jam : 10:00-12:00 WIB
Cuaca : Mendung

2. Tempat                  
Pengujian Penetrasi Aspal dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi
JalanJurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.

Pengujian Penetrasi Aspal | 9


3. Hasil Pengujian.
Tabel 4. Data hasil penelitian

Data Hasil Penelitian Penetrasi Aspal


No Uraian Suhu (°C) Nilal Penetraasi (mm) Waktu (detik)
1. B1 25 72 5,46
2. B2 25 75 5,34
3. B3 25 80 5,38

Setelah pengujian penetrasi kedua pada tanggal 25 September 2017, aspal


lalu dipanaskan sesuai dengan standar pemanasan (SNI 06-2456-1999).

Praktikum pemanasan aspal daur ulang kedua dilaksanakan pada:


1. Waktu.
Hari : Senin
Tanggal : 25 September 2017
Jam : 10:00-12:00 WIB
Cuaca : Mendung

2. Tempat.                  
Pengujian Penetrasi Aspal dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi
Jalan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.

3. Hasil Pengujian.
Tabel 5. Data hasil pemanasan

No Jenis Pengujian Suhu Waktu


Awal Akhir
1 Pemanasan Aspal 27 °C 103 °C 9 menit 30 detik
Daur Ulang 1

Setelah pengujian pemanasan limbah aspal yang kedua pada tanggal 25


September 2017, aspal lalu disimpan pada bidang datar untuk pengujian
yang ketiga.

Pengujian Penetrasi Aspal | 10


Praktikum pengujian penetrasi aspal ketiga dilaksanakan pada:
1. Waktu
Hari : Senin
Tanggal : 3 Oktober 2017
Jam : 10:00-12:00 WIB
Cuaca : Cerah Berawan

2. Tempat                  
Pengujian Penetrasi Aspal dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi
Jalan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.

3. Hasil Pengujian.
Tabel 6. Data hasil penelitian

Data Hasil Penelitian Penetrasi Aspal


No Uraian Suhu (°C) Nilal Penetraasi (mm) Waktu (detik)
1. C1 25 55 5,44
2. C2 25 65 5,38
3. C3 25 68 5,32

F. PEMBAHASAN
Penelitian penetrasi menghasilkan angka yang mengindikasikan mutu
suatu aspal. Aspal akan lembek pada nilai penetrasi tinggi dan keras pada
nilai penetrasi rendah. Spesifikasi pemakaian aspal lembek atau aspal
keras sangat bergantung pada lokasi pengaplikasian dan suhu tempat
tersebut.
Hasil pada praktikum penetrasi yang telah dilaksanakan, dapat di
hitung nilai standar deviasi sebagai berikut :

Pengujian Penetrasi Aspal | 11


Tabel 7. Standar Deviasi Pengujian Pertama.

No X X - X1 | X – X1 | |X – X1|²
1 79 21,34 21,34 455.3956
2 52 -5.66 5.66 32,0356
3 42 -15,66 15,66 245,2356
X1 = 57,66 Σ=732,6668

Dari hasil Pengujian Tersebut didapat nilai standar deviasi dengan


persanaan :

SD=√ ¿ ................................................................................................ (1)

dan koefisien batas simpangan dalam persen :

SD/ X 1 x 100 % ......................................................................................(2)

Maka didapat perhitungan standar deviasi penetrasi yang pertama :

SD=

2 ¿732.6668∨²
3−1

SD = 19.13984

19. 13984
K =
57.66

K = 33.19431 %

Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat diperjelas pada gambar.


Sebagai berikut :

Pengujian Penetrasi Aspal | 12


90.0
80.0 76.8
70.0
60.0
50.0
Nilai Penetrasi
38.5
40.0
30.0 Batas Bawah
20.0
10.0 Batas Atas
0.0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Gambar 8. Grafik Nilai Penetrasi dengan Batas Atas dan Bawah

Tabel 8. Standar Deviasi Pengujian Kedua.

No X X - X1 | X – X1 | |X – X1|²
1 72 -3.6 3.6 12.96
2 75 -0.6 0.6 0.36
3 80 4.4 4.4 19.36
X1 = 75.6667 Σ=32,6

Maka didapat perhitungan standar deviasi penetrasi yang kedua :

SD=

2 ¿32.6∨²
3−1

SD = 4.04227

32.6
K = 4.04227

K = 5.346927 %

Pengujian Penetrasi Aspal | 13


Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat diperjelas pada gambar sebagai
berikut :

82.0
79.7
80.0

78.0

76.0
Nilai Penetrasi
74.0 71.6
72.0 Batas Bawah

70.0
Batas Atas
68.0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Gambar 9. Grafik Nilai Penetrasi dengan Batas Atas dan Bawah

Tabel 9. Standar Deviasi Pengujian Ketiga.

No X X - X1 | X – X1 | |X – X1|²
1 55 -12.6 12.6 158.76
2 65 2.4 2.4 5.76
3 68 5.4 5.4 29.16
X1 = 62.6 Σ=193.68

Maka didapat perhitungan standar deviasi penetrasi yang kedua :

¿ 92.667∨²
SD=

2

3−1

SD = 6.8

6.8
K =
62.667

K = 16.67 %

Pengujian Penetrasi Aspal | 14


Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat diperjelas pada gambar sebagai
berikut :

80
69.5
70
60 55.9
50
40 Nilai Penetrasi
30
Batas Bawah
20
10 Batas Atas
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Gambar 10. Grafik Nilai Penetrasi dengan Batas Atas dan Bawah

Setelah pengujian penetrasi aspal residu dilakukan, maka didapat


gambar grafik sebgai berikut :

80
70
60
50
40
Nilai Penetrasi Rerata
30 Standar Deviasi
20
10
0
Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3

Gambar 11. Nilai penetrasi rerata dengan standar deviasi

Pengujian Penetrasi Aspal | 15


Pengujian penetrasi aspal dengan aspal residu menghasilkan nilai
penetrasi bervarian. Nilai penetrasi aspal residu semakin tinggi dari pada
aspal baru serta memiliki standar deviasi semakin kecil. Aspal residu
pertama dan kedua dengan nilai penetrasi sebesar 75,66 ± 4,04 dan 62,6 ±
6,8 lebih tinggi dari pada nilai penetrasi aspal baru sebesar 57,66 ± 19,13.
Hal tersebut dapat terjadi karena proses pemanasan aspal yang dilakukan
secara berulang akan membuat oli pada aspal menguap sehingga aspal
akan bersifat getas. Aspal dengan nilai penetrasi rendah digunakan di
daerah panas dengan lalu lintas tinggi berlaku sebaliknya, dengan kata lain
aspal yang akan dipasangan di Indonesia tidak dapat dipanaskan secara
berulang karena keadaan iklim yang panas dan lalulintas padat
mensyaratkan aspal dengan nilai penetrasi rendah.

Pemasangan jarum dan pemberat harus sesuai persyaratan. Jarum


standar dengan spesifikasi diameter 1mm dan panjang 50mm. Terpasang
pada alat penetrasi dengan beban pada pangkal jarum 50gram untuk aspal
pen dibawah 200 dan 100gram untuk aspal pen diatas 200. Peletakan alat
penetrasi maupun jarum harus tegak 90° agar arah jarum dapat menusuk
tegak lurus.

Perendaman aspal sampel harus dengan suhu 25 °C. Perendaman juga


tidak boleh menjadikan aspal sampel tenggelam karena akan
mempengaruhi sifat aspal. Pada saat pengukuran suhu menggunakan
termometer cukup dengan menempelkan pangkal raksa ke permukaan
aspal.

Pengujian Penetrasi Aspal | 16


G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Pengujian penetrasi yang dilakukan di Laboratorium Konstruksi Jalan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta memiliki beberapa kesulita diantaranya :
1. Alat yang sudah tidak memenuhi standar yang masih terus dipakai.
2. Pemeriksaan suhu dan jarak antar lubang penetrasi yang tidak selalu
akurat.

Dari kedua poin tersebut pastilah mempengarhi nilai penetrasi aspal.


Penulis berharap untuk kedepannya alat alat pada laboratorium dapat
memenuhi standar penelitian. Sehingga penelitian akan lebih akurat
menghasilkan data.

H. KESIMPULAN
Berdasar pada pengujian penetrasi tersebut aspal sampel termasuk
dalam jenis AC pen 60/70. Aspal yang dipanaskan berulang atau aspal
residu menjadikan sebagian kadar oli menguap sehingga bersifat getas.
Akan tetapi dengan dipanaskan secara berulang akan menghasilkan aspal
dengan homogenitas yang lebih sempurna. Dengan nilai penetrasi tinggi
maka aspal pen 60/70 yang dipanaskan secara berulang tidak dapat
diaplikasikan di Indonesia.

I. SARAN – SARAN
Penulis menyarankan selalu berhatihati saat pengujian. Kondisi alat
yang sudah tua dan laboratorium yang sempit membuat harus lebih
waspada dengan kondisi lingkungan. Tetap laksanakan K3-L. Lakukan
seluruh praktikum sesuai standar dan langkah kerja yang telah ditentukan.
Setap berkerjasama antar anggota maupun antar tim peneliti.

Pengujian Penetrasi Aspal | 17


J. DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional SNI 06-2456-1991 “Metode Pengujian
Penetrasi Bahan-bahan Bitumen” Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional SNI 19-6421-2000 “Spesifikasi Standar
Termometer” Jakatra.
Sukirman, S. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung : Nova.
Universitas Tadulako, Palu, Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari
2010:1– 12

K. LAMPIRAN

Data sementara….

Pengujian Penetrasi Aspal | 18

Anda mungkin juga menyukai