Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bentangan alam yang sangat luas terdiri dari beragam bentukan alam dan sumber

dayanya serta ragam sebaran vegetasi dan fauna yang hidup sesuai dengan kemampuan

adaptasi mereka dengan lingkungan sehingga membuat ekosistem tersendiri sesuai

dengan kondisi wilayah dan makhluk hidup di dalamnya. Bentukan geomorfologi alam

terjadi akibat adanya proses alami dari bumi ini. Misalnya bentukan alam alluvial hasil

dari aliran aliran air, bentukan dataran dan lain sebagainya.

Biogeografi merupakan bentuk percabangan antara geografi fisik dengan biologi.

Biogeografi mengkaji sebaran, komposisi dan produktifitas tumbuhan dan hewan di atas

permuakaan bumi berdasarkan letak lintang dan ketinggian tempat. Biogeografi

membantu mengidentifiasi langkah-langkah mengkonservasi tumbuhan dan hewan

dengan memperhatikan aspek lokasi, habitat yang tepat.

Campur tangan manusia seperti misalnya dalam mempertahankan suatu tipe hutan

tertentu untuk mendapat lahan garapan, sering mengungkap potensi-potensi atau bahkan

menunjang secara langsung kemampuan produktifitas daerah tertentu. Tentunya perlu

dipahami mengenai bentang lahan dan vegetasi apa saja yang sesuai tumbuh dan dapat

dikembangkan pada bentang lahan tersebut yang selanjutnya akan dibahas dalam

pembahasan berikut.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang penulisan di atas maka dirumuskan masalah bagaimana

bentukan lahan dan vegetasi yang sesuai untuk tumbuh di dalamnya serta interpretasi

penggunaanya?

1|Hal
1.3 Tujuan Penulisan

Untuk dapat memahami sebaran vegetasi yang sesuai dengan criteria dari bentangan

lahan yang beragam tersebar di bumi ini dan untuk memenuhi tugas makalah bidang

studi geografi.

2|Hal
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bentang Lahan

Landscape/lansekap secara umum memiliki makna yang hamper sama dengan

istilah ‘bentanglahan’ atau ‘fisiografis’ dan ‘lingkungan’. Perbedaan diantara ketiganya

terletak pada aspek interpretasinya. Bentang lahan yang didalamnya terdapat unit-unit

bentuk lahan (landforms) merupakan dasar lingkungan manusia dengan berbagai

keseragaman (similaritas) maupun perbedaan (diversitas) unsur-unsurnya. Kondisi

bentang lahan seperti ini memberikan gambaran fisiografis atas suatu wilayah.

Berikut adalah definisi mengenai bentang lahan menurut beberapa ahli:

1. Wilayah yang mempunyai karakteristik dalam hal bentuk lahan, tanah vegetasi

dan atribut (sifat) pengaruh manusia, yang secara kolektif ditunjukkan melalui

kondisi fisiografi dikenal sebagai suatu lansekap.(Vink1983)

2. Bentanglahan ialah sebagian ruang permukaan bumi yang terdiri atas sistem-

sistem, yang dibentuk oleh interaksi dan interdepen-densi antara bentuklahan,

batuan, bahan pelapukan batuan, tanah, air, udara, tetumbuhan, hewan, laut tepi

pantai, energi dan manusia dengan segala aktivitasnya yang secara keseluruhan

membentuk satu kesatuan (Surastopo, 1982).

2.2 Klasifikasi Vegetasi

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa

jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat klasifikasi vegetasi terdiri dari 7

macam diantaranya:

3|Hal
1. Vegetasi Pantai

Vegetasi yang terletak di tepi pantai dan tidak terpengaruh oleh iklim serta

berada diatas garis pasang tertinggi. Salah satu tanaman yang terdapat di daerah

pantai adalah kelapa, merupakan satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae.

2. Vegetasi Mangrove/Rawa

Merupakan karakterisitik dari tanaman pantai,muara sungai atau delta yang

berada di tempat yang terlindung di daerah pesisir pantai yang membentuk suatu

ekosistem. Definisi menurut FAO (1982): adalah jenis tumbuhan maupun

komunitas tumbuhan yang tumbuh pada daerah pasang surut.

Macam-macam Vegetasi Mangrove

a. Vegetasi inti

Jenis ini membentuk hutan mangrove di daerah yang mampu brtahan

terhadap salinitas (garam) yang disebut sebagai Halophyta. Kebanyakan

jenis mangrove mempunyai adaptasi khusus untuk tumbuh dan berkembang,

toleransi terhadap garam tinggi, dapat bertahan pada perendaman pasang

surut.

b. Vegetasi marginal

Pada mangrove yang berada di darat, di rawa musiman, pantai dan atau

mangrove marginal.

c. Vegetasi fakultatif marginal

Daerah yang banyak ditumbuhi tanaman meliaceae dengan jenisnya Carapa

guianensis. Jenis lain Raphia taedigera, dimana pengaruh iklim khatulistiwa

sangat banyak, tumbuh jenis Melaleuca leucadendron rawa. Vegetasi yang

tumbuh di daerah pantai berlumpur dengan jenis-jenis pohon diantaranya

4|Hal
pohon bakau (Rhizophora sp), Bruguiera sp., Sonneratia sp., Xylocarpus,

Avicenia dan lain-lain. Terdapat di bagian barat kawasan yaitu di sekitar

Sukadana dan Batu Barat.

3. Vegetasi Payau

Adalah areal/bidang tanah yang berupa hutan lebat yang berawa-rawa,

permukaan tanah tergenang selama enam bulan dan kumulatif dalam setahun

dan pada kurin waktu tidak terjadi penggenangan (surut) tanah senantiasa jenuh

air. Vegetasi ini tumbuh di daerah pertemuan air sungai dan air laut yang

terdapat di muara sungai. Jenis vegetasi di daerah payau adalah

Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur.

Sedangkan bakau R. Stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir

berlumpur.

4. Vegetasi Gambut

Lahan gambut mempunyai penyebaran di lahan rawa, yaitu lahan yang

menempati posisi peralihan diantara daratan dan sistem perairan. Lahan ini

sepanjang tahun/selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air

(water logged) atau tergenang air. Tanah gambut terdapat di cekungan, depresi

atau bagian-bagian terendah di pelimbahan dan menyebar di dataran rendah

sampai tinggi. Yang paling dominan dan sangat luas adalah lahan gambut yang

terdapat di lahan rawa di dataran rendah sepanjang pantai. Lahan gambut sangat

luas umumnya menempati depresi luas yang menyebar diantara aliran bawah

sungai besar dekat muara, dimana gerakan naik turunnya air tanah dipengaruhi

pasang surut harian air laut. Jenis pohonnya antara lain ramin (Gonystylus

bancanus), dan jelutung (Dyera sp).

5|Hal
5. Vegetasi Dataran Rendah

Vegetasi yang tumbuh dibawah ketinggian 700 m di atas permukaan laut.

Vegetasi yang terdapat banyak dijumpai pada ketinggian hampir 0 meter diatas

permukaan laut. Daerah ini banyak terdapat tanah aluvial. Vegetasi tanah aluvial

secara umum merupakan habitat yang subur dan mempunyai keaneragaman

jenis yang tinggi. Jenis pohonnya antara lain pohon belian/kayu besi

(Eusideroxilon zwageri).

6. Vegetasi Dataran Tinggi

Vegetasi yang tumbuh di ketinggian antara 700 - 1500 m diatas permukaan laut.

Ekosistem pada daerah dataran tinggi dibentuk oleh kondisi lingkungan yang

ekstrem, antara lain suhu malam hari yang sangat rendah, intensitas sinar

matahari yang tinggi pada siang hari namun disertai masa fotosintesa yang

pendek, kabut tebal, curah hujan tinggi, serta kondisi tanah yang buruk.

Tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut sifatnya sangat khusus karena harus

bertahan untuk hidup pada kondisi sulit tersebut. Tanaman yang dapat tumbuh di

daerah dataran tinggi diantaranya: cemara (tumbuhan berdaun jarum), ketela

pohon, ubi jalar, kopi, cokelat, dan sebagainya.

7. Vegetasi Pegunungan

Vegetasi yang tumbuh diketinggian antara 1500 - 2500 m di atas permukaan

laut. Terdapat di bukit-bukit yang lebih rendah atau di lereng gunung. Salah

satunya adalah tanaman teh dan bunga Eidelweis. Teh dihasilkan oleh

perkebunan besar dan perkebunan rakyat, di daerah pegunungan yang subur dan

banyak turun hujan. Selain itu tanaman kopi juga dapat tumbuh di daerah

6|Hal
pegunungan. Tanaman tembakau dapat juga tumbuh di daerah ini namun hanya

dapat pada musim kemarau.

2.3 Bentang Lahan dan Bentuk Lahan Penyusunnya

Keberadaan bentang lahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kategori

konstruksional dan kategori destruksional. Bentuk lahan kostruksional pertama adalah

benua-benua dan dasar samudra, yang kedua adalah dataran-dataran (dengan struktur

horizontal dan tekstur rendah), plato (dataran tinggi dengan tekstur horizontal dengan

relief tinggi), gunung (dengan struktur terganggu yang beraneka ragam, dan gunung api

(dengan struktur seperti kerucut). Vegentasi yang biasa menyelubungi daerah-daerah

tersebut biasanya menempati kedudukan sekunder dan tidak bebas dalam hirearki alami

serta selalu terikat dengan sifat-sifat setempat dan kondisi di gunung-gunung, dst.

Batuan dataran tinggi biasanya tersusun horizontal tehadap endapanya atau bahkan

ekstrasi pembekuanya dalam lapisan-lapisan yang rata, memaksakan keseragaman

mengenai kondisi dan vegetasi yang menyertainya. Demikian sebaliknya dengan di

daerah pegunungan yang memiliki lahan demikian ekstrim sehingga tidak dapat

diberikan penjelasan yang singkat.

Berikutnya adalah bentang lahan destruksioal. Bentuk ini dihasilkan oleh agen-agen

erosi yang bekerja pada bentuk-bentuk konstruksional. Sebagian karakteristiknya

ditentukan oleh penyebab-penyebab erosi dan sebagian yang lain ditentukan oleh bentuk

lahan konstruksional yang bersangkutan. Diantara contohnya adalah lembah sungai

yang dihasilkan oleh erosi yang merupakan pemindahan bahan, delta sungai yang

merupakan hasil pengangkutan dan peletakan pengendapan, jembatan-jembatan alami

yang merupakan sisa-sisa setelah material di skitarnya terpindahkan. Masing-masing

bentuk lahan tersebut memiliki karakteristik tersendiri yang kemudian dapat

7|Hal
memberikan sumbanga kepada berbagai tipe bentang lahan. Bagaimanapun juga

vegetasi yang tumbuh di atas bentang lahan tersebut terkadang tidak memiliki

perbedaan yang signifikan dengan tempat yang lain tetapi terkadang pula menjadi

benar-benar sebagai karakteristik untuk suatu bentuk lahan tertentu. Demikianlah bukit-

bukit pasir cenderung dihuni oleh rumput kasar pengikat pasir yang terdapat sepanjang

daerah dari kutub utara sampai daerah tropika

Adapun jenis-jenis bentukan lahan berdasarkan bentuk geomorfologi dapat dibagi

menjadi 10 jenis bentang lahan, yaitu:

(a) Bentuklahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan

bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunungapi. Contoh bentuklahan ini

antara lain: kerucut gunungapi, medan lava, kawah, dan kaldera.

(b) Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan

bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan

lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah merupakan contoh-contoh

untuk bentuklahan asal struktural.

(c) Bentuklahan asal fluvial (F) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan

yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai,

dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.

(d) Bentuklahan asal proses solusional (S) merupakan kelompok besar satuan

bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut,

seperti batugamping dan dolomite karst menara, karst kerucut, doline, uvala,

polye, goa karst, dan logva merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.

(e) Bentuklahan asal proses denudasional (D) merupakan kelompok besar satuan

bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi, seperti longsor dan erosi.

8|Hal
Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: bukit sisa, lembah sungai, peneplain,

dan lahan rusak.

(f) Bentuklahan asal proses eolian (E) merupakan kelompok besar satuan

bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini

antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan

transversal.

(g) Bentuklahan asal marine (M) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan

yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut.

Contoh satuan bentuk lahan ini antara lain: gisik pantai (beach), bura (spit),

tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai

dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang

terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi kedua

proses itu disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan

yang terjadi akibat proses fluvio-marine ini antara lain delta dan estuari.

(h) Bentuk lahan asal glasial (G) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan

yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini

antara lain lembah menggantung dan morine.

(i) Bentuk lahan asal organik (O) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan

yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh

satuan bentuklahan ini adalah pantai mangrove dan terumbu karang.

2.4 Bentuk Lahan dan Kehidupan Tumbuhan

Bentuk lahan destruksioanal secara garis besar dan bentuk kehidupan tumbuhan

yang hidup di situ serta karakteristiknya. Hal pertama yang akan dibahas adalah

penyebab-penyebab utama erosi yang diantaranya adalah sungai (aliran air), sungai es

9|Hal
(gletser), air tanah, angin, gelombang serta arus air. Sertiap golongan structural yang

merupakan hasilnya kemudian dapat dibagi lagi menjadi bentuk lahan erosional,

deposional, dan residual serta bentuk-bentuk minor lainya yang tidak seberapa penting.

 Bentuk Lahan Erosional

Ciri-ciri erosional yang ditimbulkan oleh sungai, disamping “dataran erosi”

(peneplain) mencakup pula berbagai jenis lembah dan ngarai. Dengan letaknya

yang lebih rendah dari dataran lain menyebabkanya cenderung menunjang

vegetasi yang lebih subur. Disamping lembah-lembah yang lebih terbuka, aliran

air juga dapat mengikis alur-alur yang sempit, jurangjurang dan kanyon yang

tebing-tebingnya curam dan biasanya berbatu-batu memberikan habitat kepada

tumbuhan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Akibatnya tumbuhan

tersebut dapat menjadi indicator untuk keadaan basah atau keadaan keteduhan,

terkadang pula menjadi indicator suatu substrat tertentu seperti yang diberikan

oleh batuan berkapur. Sangat sering ditemukan bahwa lembah yang bentangan

lerengnya menghadap ke utara mempunyai kondisi yang sama sekali berbeda

dengan lereng yang menghadap ke selatan. Sebgai contoh adalah tumbuhan

paku, merupakan tumbuhan yang berkarakteristik untuk tebing yang lembab dan

teduh, sedang sukulenta hanya terdapat di tempat-tempat yang kering dan

terkena sinar matahari.

Ciri-ciri erosional yang ditimbulkan oleh sungai es agak mirip dengan yang

diakibatkan oleh sungai, hanya saja lembahnya lebih dalam berbentuk huruf “U”

dengan dinding yang curam. Dasarnya juga terkikis sehingga kandungan

tanahnya sedikit yang berakibat vegetasi di atasnya menderita walaupun

mendapat keuntungan wilayah yang terlindung. Cekungan dan laur yang lebih

10 | H a l
dalam sering terisi oleh air, dan terutama genangan-genangan yang banyak

terdapat di sungai es. Ciri-ciri erosional yang ditimbulkan oleh air tanah

mencakup goa-goa dan terowongan, yang vegetasinya menjadi tereduksi secara

drastik dengan semakin jauh dari cahaya matahari semakin jauh dari mulut goa.

 Bentuk Lahan Deposisional

Ciri-ciri deposisional yang terbentuk oleh sungai atau aliran air seperti misalnya,

dataran-dataran dan bukit-bukit alluvial, endapan dataran banjir, gisik-gisik

penghalang aliran air, delta dan tanggul-tanggul alami. Masing-masing

mempunyai kecenderungan untuk menunjang suatu tipe vegetasi yang cocok

untuk masing-masing wilayah. Bentuk-bentuk deposional yang ditimbulakan

oleh sungai biasanya terdiri atas bahan yang halus dan kaya akan zat hara.

Ciri-ciri deposisional yang ditinggalkan oleh sungai es banyak yang masih ada

seperti misalnya morena (moraine) dan endapan glasiofluvial (endapan sungai

es) Morena akhir, yang terletapa pada ujung sungai es yang tepinya tinggal

stasioner untuk waktu yang lama, biasanya berbentuk seperti jalur berbukit-bukit

atau bukit-bukit kecil bulat dengan cekungan yang terdistribusi tidak beraturan,

terkdang mencakup danau-danau dan rawa-rawa. Vegetasinya dari temapat ke

tempat sangat variable dan biasanya bersifat subur karena material yang

terkandung banyak mengandung unsure hara, daerah seperti ini biasanya

dimanfaatkan sebagi lahan pertanian dan perkebunan.

Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan

gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri prosespengendapan. Semua proses

pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan

menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang

11 | H a l
berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke

daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan.

Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi

atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh: jenis batuannya, vegetasi, dan relief.

Bentukan ini terbentuk oleh proses gradasi yang di dalamnya terdapat dua proses

yaitu (1) proses agradasi, dan (2) proses degradasi. Proses agradasi adalah

berbagai proses sedimentasi dan pembentukan lahan baru sebagai material

endapan dari proses degradasi. Sedangkan proses degradasi adalah proses

hilangnya lapisan-lapisan dari permukaan bumi. Psoses degradasi adalah proses

yang paling dominan yang terjadi. Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 8

macam, yaitu pegunungan terkikis, perbukitan terkikis, bukit sisa, bukit

terisolasi, dataran nyaris, lereng kaki, pegunungan/perbukitan dengan gerakan

masa batuan, dan lahan rusak.

Faktor-Faktor Pembentuknya

 Pengendapan (sedimentation)

 Proses-proses pelapukan (weathering

 Erosi/pengikisan dan gerak masa batuan (erosion and mass movement)

 Bentuk Lahan Residual

Ciri-ciri bentuk lahan residualyang ditinggalkan oleh erosi sungai dalam bahasan

ini dianggap tidak terlalu peting. Meskipun vegetasi di tempatnya dapat

mengikat permukaan sedemikian rupa sehingga dapat menghambat

pembentuknya, namun biasanya hanya berupa vegetasi yang miskin. Sebagai

contoh adalah igir-igir pemisah dan sisa-sisa bukit, sisa-sisa erosi dengan puncak

yang subur (mesa) dan gumuk-gumuk (butt). Bentuk-bentuk lahan ini

12 | H a l
kemungkinan besar bersifat berbatu-batu dan tersingkap dengan akibat hanya

mempunyai vegetasi yang miskin.

Ciri-ciri residual yang ditinggalkan oleh angin mencakup batu jamur dan

beberapa mesa (dataran tinggi sempit) dan bukit-bukit cadas puncaknya

biasanya memiliki vegetasi yang miskin akibat keterdadahan dan kekeringan,

sisinya gundul sebagai akibat dari abrasi dan erosi.

 Iklim dan Pengaruhnya terhadap Jenis-Jenis Vegetasi Alam

Faktor iklim suatu daerah berpengaruh besar terhadap persebaran floranya,

terutama jumlah hujan dan temperaturnya. Tumbuhan di Indonesia hidup

sepanjang tahun karena suhu rata-rata yang cukup tinggi dan didukung

persediaan air yang cukup. Kondisi ini lain dengan negaranegara di daerah

subtropis yang mengalami musim gugur. Di Indonesia terdapat perbedaan jenis

tumbuhan dan kemampuan tumbuh flora di daerah yang satu dengan daerah

yang lain.

Berdasarkan jumlah hujan yang berbeda-beda itu, flora di Indonesia dibagi

menjadi sebagai berikut:

a) Hutan Hujan Tropis

Hutan ini terdiri dari tumbuh-tumbuhan berpohon besar dan rindang yang

berada di daerah dengan suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi pula.

Tumbuhan yang hidup seperti kamper, meranti, kruing, rotan, dan tumbuhan

lainnya. Karakter lain adalah adanya tumbuhan epifit yang hidup pada

pohon-pohon besar tersebut, antara lain, anggrek dan rotan.

13 | H a l
b) Hutan Musim

Hutan musim adalah hutan yang keberadaan tanaman di dalamnya sangat

tergantung oleh musim, disebut juga hutan meranggas. Hutan meranggas

berarti hutan yang daun-daunnya meranggas di musim kemarau dan akan

tumbuh lagi ketika musim hujan datang. Hutan ini dapat ditemui pada daerah

beriklim sedang yang terlihat dengan nyata adanya musim gugur dan musim

semi. Di Indonesia sebaran hutan musim terdapat di Jawa dan Sulawesi yang

berupa hutan jati, sengon, dan akasia.

c) Sabana

Sabana merupakan padang rumput yang berselang-seling dengan semak

belukar dan berada pada daerah dengan suhu yang tinggi dengan curah hujan

sedikit. Di Indonesia sabana terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa

Tenggara Timur, juga di sebagian Sulawesi Tengah.

d) Stepa

Stepa merupakan padang rumput di daerah dengan curah hujan sedikit dan

bersuhu udara tinggi. Di Indonesia stepa dapat ditemui di Sulawesi Tengah,

Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

 Hubungan Ketinggian Tempat dengan Jenis Vegetasi

Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, suhunya akan semakin dingin.

Oleh karena itu, suhu di daerah pegunungan lebih dingin dibandingkan dengan

dataran rendah.

J.W. Junghuhn, seorang ahli tumbuhan dari Jerman, telah membagi kelompok

tumbuhan menurut tinggi rendahnya suatu tempat yang didasarkan pada

tanaman perkebunan, sebagai berikut:

14 | H a l
a) daerah panas, dengan ketinggian antara 0–700 meter dpl, merupakan areal

yang tepat untuk pertumbuhan tanaman perkebunan seperti: cokelat, kopi,

karet, tembakau, dan kelapa;

b) daerah sedang, dengan ketinggian antara 700–1.500 meter dpl, merupakan

areal yang tepat untuk tanaman perkebunan seperti: pinang, kopi, teh, dan

kina;

c) daerah dingin, dengan ketinggian antara 1.500–2.500 meter, merupakan areal

yang tepat untuk jenis tanaman cemara;

d) daerah sangat dingin, dengan ketinggian antara 2.500–3.500 meter,

merupakan areal yang tepat untuk rumput-rumput kerdil dan hutan alpin;

e) daerah salju, yang berketinggian >3.500 meter, merupakan areal yang tidak

mampu ditumbuhi tanaman karena permukaannya diliputi salju.

 Hubungan Bentang Lahan dan Keadaan Tanah dengan Jenis Vegetasi

Bentang lahan dengan tanah subur yang berasal dari material vulkanis

merupakan tempat yang biasa ditumbuhi oleh hutan lebat dan berbagai macam

tumbuhan di dalamnya. Daerah ini mempunyai jenis tanaman yang beraneka

ragam yang biasa disebut hutan heterogen. Bentang lahan dengan tanah kurang

subur yaitu di tanah yang tandus yang biasanya merupakan lapukan dari material

kapur, lebih banyak ditumbuhi oleh semak belukar, rumput, dan alang-alang.

Bentang lahan daerah pantai berawa-rawa dan bertanah lumpur yang biasa

disebut daerah rawa, didominasi oleh tumbuhan hutan mangrove (bakau).

15 | H a l
 Distribusi Jenis-Jenis Vegetasi Alam

Di dunia komunitas organisme tumbuhan dibagi menjadi enam macam

tumbuhan utama yang tersebar sepanjang perubahan kekeringan dan

kelembapan. Enam macam komunitas tumbuhan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Padang Rumput

Daerah padang rumput mempunyai kisaran curah hujan sebesar 250 mm

sampai dengan 500 mm/tahun, dan pada beberapa padang rumput, curah

hujan dapat mencapai 1.000 mm

b) Gurun Daerah

Gurun mempunyai kisaran curah hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang

sehingga termasuk curah hujan rendah dan tidak teratur. Gurun banyak

terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Keadaan

alam dari padang rumput ke arah gurun, biasanya makin jauh dari padang

rumput kondisinya makin gersang. Panas yang tinggi karena teriknya

matahari mencapai >40°C sehingga menimbulkan suhu yang panas di siang

hari dan penguapan yang tinggi pula. Amplitudo harian yaitu perbedaan pada

siang dan malam hari sangat besar.

c) Tundra

Daerah tundra memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan

gelap serta musim panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah

tersebut hanya terdapat di belahan bumi utara dan terletak di sebagian besar

lingkungan kutub utara.

16 | H a l
d) Hutan Basah

Hutan-hutan basah tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di

antaranya, terdapatnya beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya.

Sepanjang tahun hutan basah mendapatkan cukup air sehingga

memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka waktu yang lama

sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan basah

tropika terdapat di daerah tropika dan subtropika, misalnya, di Indonesia,

daerah Australia bagian Irian Timur, Amerika Tengah, dan Afrika Tengah.

Ketinggian pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai dengan 40 meter

dengan cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung (canopy)

yang mengakibatkan hutan menjadi gelap. Kelembapan di hutan basah tinggi

dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar 25°C. Di samping pepohonan

yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa rotan dan anggrek yang

merupakan tumbuhan khas di daerah itu.

e) Hutan Gugur

Hutan gugur tumbuh di daerah beriklim sedang. Di sana umumnya juga

terdapat padang rumput dan gurun. Curah hujan merata sepanjang tahun

sebesar 750 sampai 1.000 mm per tahun. Terdapat pula musim dingin dan

musim panas yang dengan adanya musim tersebut tumbuhan di sana

17 | H a l
beradaptasi dengan menggugurkan daunnya menjelang musim dingin.

Musim gugur adalah musim yang ada sebelum musim dingin tiba.

f) Taiga

Taiga adalah hutan pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan merupakan

bioma yang hanya terdiri atas satu spesies pohon. Daerah persebarannya

terdapat di belahan bumi utara seperti Rusia, Siberia, dan Kanada. Beberapa

contoh pohon yang hidup di hutan taiga, antara lain: konifer, terutama pohon

spruce (picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus). Masa

pertumbuhan spesies ini pada musim panas, berlangsung antara 3 sampai

dengan 6 bulan.

2.5 Interpretasi dan Penggunaan

Bentang lahan secara khas terbentuk dari bentuk tumbuh-bentuk lahan yang

berukuran kecil sampai sedang. Vegetasi memberikan sarana yang mudah dan dapat

menjadi bukti dalam membeda-bedakan bentuk lahan dari cirri-cirri setempat lainya dan

menyusun suat bentang lahan, yang dapat membantu dalam interpretasi dan sebagai

konsekuensi bila menentukan untuk apa suatu daerah tertentu dapat digunakan.

Tumbuhan menjadi lebih terbatas pada kondisi-kondisi yang dinyatakan oleh

habitat-habitat tertentu bila tumbuhan semakin mendekati pinggiran habitatnya.

Kesuburan dan bentuk vegetasi yang berkembang di suatu daerah, akan memberikan

dampak baik kepada setiap orang beberapa indikasi mengenai produktifitasnya,

diperlukan pengetahuan yang cukup banyak tentang keadaan setempat untuk

menginterpretasi vegetasi dan menggunakan vegetasi itu sebagai dasar untuk

perencanaan pertanian dan kehutanan. Studi yang lebih mendalam mengenai vegetasi

dalam situasi yang kurang lebih sama, dirangkaikan barang kali dengan pengamatan

18 | H a l
mengenai pertumbuhan tanaman di sekitar tempat tinggal yang sudah mapan.

Selanjutnya terdapat kelompok-kelompok tumbuhan serupa di tempat yang berbeda,

biasanya kebalikannya yang berlaku.

2.6 Klasifikasi Tataguna Lahan

Untuk kepentingan praktek dari tataguna lahan yang paling efektif dari suatu lahan,

Dr. Edward H. Graham, mengklasifikasikan menjadi:

Bentang lahan sebagai suatu kompleks ekologi yang menentukan penggunaan


lahan oleh manusia. Tidak berlaku jika produksi tanaman melalui penggarapan
adalah penggunaan tertinggi lahan, melainkan hanya dapat dibenarkan untuk
kelas-kelas lahan tertentu saja.

19 | H a l
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa bentukan lahan dan vegetasi yang

sesuai untuk tumbuh adalah Bentuk lahan kostruksional yang pertama merupakan

benua-benua dan dasar samudra, yang kedua adalah dataran-dataran. Vegentasi yang

biasa menyelubungi daerah-daerah tersebut biasanya menempati kedudukan sekunder

dan tidak bebas dalam hirearki alami serta selalu terikat dengan sifat-sifat setempat dan

kondisi di gunung-gunung dan sebagainya.

Berikutnya adalah bentang lahan destruksioal, Sebagian karakteristiknya ditentukan

oleh penyebab-penyebab erosi dan sebagian yang lain ditentukan oleh bentuk lahan

konstruksional yang bersangkutan. vegetasi yang tumbuh di atas bentang lahan tersebut

terkadang tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan tempat yang lain tetapi

terkadang pula menjadi benar-benar sebagai karakteristik untuk suatu bentuk lahan

tertentu.

3.2 Saran

Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan penjelasan tentang batuan

sedimen. Untuk itu bagi pembaca agar mencari literatur yang lebih lengkap.

20 | H a l
DAFTAR PUSAKA

Powerpoint.2013.”biogeografi”

http://bang-ron.blogspot.com/2011/07/bentang-lahan-dan-bentukannya-landscape.html

http://puspacintablogs.blogspot.com/2012/05/hubungan-tipe-iklim-dan-bentang-
alam.html

http://teachgeograf.blogspot.com/2012/05/makalah-geomorfologi-bentukan-lahan.html

21 | H a l

Anda mungkin juga menyukai