Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 2 No.

2, September 2012
Sekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam
Dwi Utari Nugroho*), Nurulia Unggul P.R*), Nur Shinta Rengganis*), Putri Asmita Wigati**)
*)
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
**)
Staff Pengajar Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Koresponden : d_utarinu@yahoo.com

ABSTRAK
Kurangnya perhatian pada penanganan korban bencana alam, khususnya upaya pemulihan
trauma di setiap bencana alam yang terjadi di Indonesia merupakan masalah yang belum
ditangani secara serius dan efektif. Padahal trauma dapat menyebabkan masalah besar dalam
kehidupan pasca bencana alam. Bencana berarti juga terhambatnya laju pembangunan. Berbagai
hasil pembangunan ikut menjadi korban sehingga perlu adanya proses membangun ulang. Siswa
pun harus terpaksa berhenti sekolah. Kenyataan seperti ini berarti pula muncul kemungkinan
kegagalan di masa mendatang. Dari berbagai masalah seperti itu bisa menyebabkan timbulnya
trauma (Faturochman, 2013). Melalui kajian pustaka, sebuah gagasan membentuk Sekolah Petra
muncul sebagai solusi permasalahan di atas. Sekolah Petra dengan metode penanganan
berdasarkan kebutuhan korban dan pemulihan tiga aspek penting dalam korban, yaitu emosional,
intelektual, dan spiritual diharapkan mampu memulihkan kondisi korban bencana secara
menyeluruh. Sekolah Petra diterapkan secara bertahap: pertama, identifikasi masalah dengan
mengumpulkan data-data di lapangan; kedua, spesifikasi masalah berdasarkan data-data yang
telah diambil, sehingga terbentuk kelompok-kelompok yang digolongkan berdasarkan tingkat
trauma, permasalahan, dan kepribadian korban, dan kategori lain yang dianggap penting; ketiga,
pemecahan masalah dengan mencari solusi yang tepat terhadap penanganan masing-masing
kelompok. Setelah terbentuk kelompok-kelompok dengan metode penanganan masing-masing,
maka sekolah dapat dimulai. Lamanya waktu pelaksanaan program ini disesuaikan dengan tingkat
perkembangan korban dan mengacu pada evaluasi yang dilakukan. Program Sekolah Petra
dirancang untuk menjawab permasalahan penanganan trauma pada korban bencana alam
terutama untuk anak-anak. Di harapkan Sekolah Petra mampu menyembuhkan luka trauma secara
permanen dan memulihkan kondisi, serta meningkatkan kualitas hidup korban bencana alam.
Kata kunci : Sekolah Petra, Trauma, Bencana

97
Sekolah Petra ... Dwi U.N, Nurulia U.P.R, Nur Shinta
R
PENDAHULUAN yang terjadi, anak-anak selalu menjadi korban
Pada awal tahun 2013 ini, Jakarta kembali utama yang cenderung dinomorduakan
dikejutkan dengan datangnya banjir besar. penanganannya. Padahal, penanganan korban
Meski curah hujan yang datang lebih kecil bila anak bencana itu seharusnya diprioritaskan di
dibandingkan dengan kejadian banjir besar di samping konsentrasi pada evakuasi korban,
Jakarta pada tahun 2007 lalu, tetapi dampaknya pemenuhan kebutuhan fundamental, seperti
tidaklah jauh berbeda. (Berita Hangat, 2013) bahan makanan, obat-obatan, dan lain-lain.
Tidak saja menyebabkan timbulnya korban Berbagai faktor kendala perlindungan anak
jiwa ataupun menimbulkan kerusakan rumah dalam penanganan bencana alam di Indonesia
dan infrastruktur, tetapi juga meninggalkan antara lain:
trauma yang luar biasa, terutama bagi anakanak. 1. Belum adanya Undang-Undang tentang
Kejadian luar biasa yang dialami seseorang dan penanggulangan bencana.
tidak mampu diantisipasinya seperti bencana 2. Belum ada rumusan kebijakan tentang
alam dapat menyebabkan terganggunya perlindungan khusus bagi anak dalam
kejiwaan orang tersebut. Keadaan ini semakin situasi darurat seperti bencana alam.
diperparah dengan jumlah pengungsi yang tidak 3. Penanganan bencana selama ini masih
sesuai dengan tempat pengungsian. Mereka terpusat pada tahap penyelamatan korban
kebanyakan tidak mendapatkan tempat yang dan belum menyentuh pada pemulihan hak
layak untuk tinggal bahkan hanya untuk korban anak bencana.
beristirahat saja. Kurangnya pasokan makanan 4. Terbatasnya pengetahuan orang tua dan
yang bergizi juga menyebabkan para pengungsi masyarakat tentang perlindungan anak
mudah terserang penyakit. Mereka tidak mampu khususnya dalam situasi bencana.
bersekolah dan harus tidur di tempat yang 5. Terbatasnya sumber daya bagi
seadanya. Bencana alam dipastikan akan perlindungan korban anak bencana.
berdampak pada psikologis anak-anak. Kondisi 6. Koordinasi dan kerjasama antara lembaga
ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan belum efektif dalam upaya perlindungan
kualitas mental sebagai dampak traumatis terhadap korban anak bencana. Sejalan
kejadian tersebut. (Andri Suryadi, 2008) dengan itu Peraturan Presiden Nomor 7
Anak-anak Indonesia merupakan aset tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
negara, generasi penerus bangsa, oleh karena itu Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-
perlindungan anak perlu menjadi perhatian 2009 pada Bab 12 menyatakan salah satu
khusus. Namun, dalam setiap bencana alam kegiatan pokok Program Peningkatan

98
Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 2 No.2, September 2012
Kesejahteraan dan Perlindungan Anak dengan kurikulum yang terstruktur, disertai
adalah Pengembangan Mekanisme pengamatan perkembangan anak-anak korban
Perlindungan bagi Anak dalam Kondisi bencana alam ini diharapkan dapat memberikan
Khusus, seperti bencana alam dan sosial manfaat yaitu mampu menghilangkan trauma
(termasuk konflik) dan memulihkan kondisi anak serta
(http://kla.or.id). meningkatkan kualitas diri mereka.
Perlindungan korban bencana alam tidak
hanya terkait dengan penyembuhan fisik, tetapi GAGASAN
yang tidak kalah penting adalah penanganan Selama ini banyak relawan dari masyarakat
luka trauma akibat bencana. Karena pada terutama dari kalangan mahasiswa ataupun dari
umumnya anak-anak lebih rentan mendapat organisasi atau komunitas manapun yang terjun
trauma yang berkepanjangan dibandingkan langsung membantu korban bencana alam.
orang dewasa, sehingga terjadi penurunan Mereka juga turut andil dalam penanganan
kualitas mental yang berimbas pada penurunan masalah trauma pada korban anak-anak. Namun
kualitas hidup. Oleh karena itu penanganan penanganan trauma pada anak yang selama ini
trauma (traumatic healing) patut menjadi fokus. dilakukan dinilai kurang efektif, karena tidak
Berlandaskan alasan pentingnya penanganan berdasarkan sumber masalahnya dan juga tidak
trauma (traumatic healing) pada anak, maka semua di tempat terjadinya bencana ada relawan
pengusul memunculkan sebuah gagasan berupa yang melakukan penanganan trauma pada anak.
program pendidikan yang komperhensif, Usaha yang dilakukan hanya sekedar
menangani permasalahan emosional, menghibur anak-anak dengan kegiatan yang
intelektual, dan spiritual bagi anak-anak korban spontanitas dan seadanya, seperti bermain dan
bencana alam. Gagasan ini diberi nama Sekolah kegiatan seni agar anak-anak lupa akan
Petra (Penanganan Trauma). masalahnya (pengalihan sementara).
Tujuan Kegiatankegiatan tersebut tidak bertujuan untuk
Program Sekolah Petra bertujuan untuk menghilangkan trauma secara permanen. Selain
memberikan panduan kepada rekan-rekan itu, kegiatan-kegiatan tersebut biasanya hanya
mahasiswa, masyarakat, ataupun berlangsung beberapa minggu pasca bencana
relawanrelawan yang terjun langsung dan kurang ditindak lanjuti perkembangannya.
menangani korban bencana, khususnya Hal di atas terjadi karena sebagian besar
menangani anakanak, agar dapat melakukan relawan kurang memahami psikologi anak,
tindakan yang tepat sesuai dengan sehingga penanganan dampak traumatis pada
perkembangan kepribadian dan tingkat anak-anak kurang terstruktur.
traumatis anak. Pembentukan sekolah Petra

99
Dalam hal ini pemerintah sudah mengatur Tahap pertama
penanganan anak-anak korban bencana alam Langkah awal program ini adalah
dalam bentuk Undang-Undang. UndangUndang identifikasi masalah, yaitu mengumpulkan data
No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak korban anak-anak yang meliputi usia, jenis
mengamanatkan dalam beberapa pasal, sebagai kelamin, kondisi fisik, dan kondisi keluarganya
berikut: Pertama, pada pasal 59, diamanatkan melalui survei lapangan atau wawancara kepada
bahwa pemerintah dan lembaga negara lainnya, korban bencana.
berkewajiban dan bertanggungjawab untuk Tahap kedua
memberikan perlindungan khusus kepada anak Melakukan spesifikasi masalah. Setelah
dalam situasi darurat. Kedua, pada pasal 60 data terkumpul maka anak-anak korban bencana
dinyatakan antara lain bahwa anak dalam situasi alam dikelompokkan menjadi beberapa
darurat adalah anak korban bencana alam. kelompok sesuai kriteria-kriteria dari
Ketiga, pada pasal 62 dinyatakan bahwa masingmasing anak yang memiliki kurang lebih
perlindungan khusus tersebut dilaksanakan kriteria yang sama ataupun mirip.
melalui: Tahap Ketiga
1. Pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri Setelah identifikasi dan spesifikasi
atas pangan, sandang, pemukiman, masalah, tahap ketiga adalah penanganan
pendidikan, kesehatan, belajar dan trauma disesuaikan dengan permasalahan yang
berekreasi, jaminan keamanan, dan dimiliki anak. Penanganan ini memiliki empat
persamaan perlakuan; dan titik poin dalam pencarian solusi masalah
2. Pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak trauma, yaitu fisik, emosional, intelektual dan
yang menyandang cacat dan anak yang spiritual. Karena keempat titik poin tersebut
mengalami gangguan psikososial. merupakan prinsip keseimbangan dalam hidup
(http://www.komnasperempuan.or.id) manusia.
Permasalahan penanganan anak korban Dengan pemulihan fisik diharapkan korban
mampu menerima
Sekolah Petra ... Dwi U.N, Nurulia U.P.R, Nur Shinta
R pembinaan dan
bencana alam ini dijawab dengan menggunakan penanganan tahap
program Sekolah Petra. Program Sekolah Petra selanjutnya. Titik poin dalam pencarian
memiliki beberapa tahapan dalam menangani masalah dengan fisik misalnya jika ada korban
trauma pada anak-anak korban bencana alam yang terluka atau cacat akibat bencana
antara lain : solusinya untuk anak adalah dengan
memberikan semangat dan motivasi dan juga
memberikan sesuatu yang bisa membuat korban

100
Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 2 No.2, September 2012
bisa tetap sehat dan kuat. Emosional, anak traumanya melalui berbagai permainan olah
biasanya memiliki emosi yang labil sehingga fisik ataupun memancing pemikiran-pemikiran
untuk meredakan emosi pada anak bisa sederhana, metode “bermain” seperti metode
dilakukan dengan bermain agar anak selalu tebak-tebakan, sulap ataupun olah kreasi dari
gembira. Intelektual, akibat terjadinya bencana bahan sekitar. Sedangkan anak-anak balita akan
biasanya aktivitas sekolah terganggu sehingga lebih menyukai bermain mobil-mobilan yang
dalam Sekolah Petra ini perlu adanya proses tinggal pakai agak rusak pun tak mengapa,
belajar mengajar agar aktivitas belajar terus bermain pembayangan, asal gambar dan
berjalan dan agar korban bencana tetap pantomim yang lucu-lucu serta sekedar
menambah pengetahuan mereka dengan hal-hal mendengar dongeng lucu tentang binatang
baru yang diberikan sekolah petra. Spiritual, ataupun tumbuhan serta kehidupan yang belum
misalnya dengan mengadakan pengajian atau pernah mereka lihat.
belajar tentang agama dan doa bersama akan Organisasi kemanusiaan Aksi Cepat
mengurangi rasa trauma dengan iman yang Tanggap (ACT) membantu korban banjir
kuat. dengan melalui upaya penyembuhan luka
Sekolah Petra merupakan suatu sistem psikologis kepada anak-anak yang mengalami
terpadu untuk pemulihan trauma pada korban trauma pascabencana banjir bandang.
anak-anak bencana alam. Sistem ini meliputi Penyembuhan trauma dilakukan melalui metode
empat aspek potensi dalam diri anak, yaitu hipnoterapi bagi siswa SMP dan SMA serta
aspek fisik, emosional, spiritual dan intelektual. dongeng ceria (story telling) bagi para anak TK
Selain itu sekolah petra ini juga memiliki dan SD. Metode hipnoterapi dan dongeng ceria
pengajar yang profesional khususnya dalam dilakukan oleh para relawan professional.
psikologi. Sehingga untuk menunjang Kedua metode tersebut diharapkan ampuh
kemampuan psikologi, pengajar juga harus secara cepat memulihkan kondisi psikologis
dilatih bagaimana mengajar atau menangani anak-anak yang menjadi korban bencana alam.
trauma pada anak. Oleh karena itu pemerintah Luka psikologis atau trauma merupakan luka
sebaiknya membuka pelatihan kemampuan atau yang tidak kasat mata. Para korban penderita
belajar psikologi bagi relawan yang ingin trauma umumnya terlihat sehat secara fisik,
membantu korban bencana alam agar dalam namun ketika dihadapkan pada kondisi tempat
penanganan trauma bisa efektif dan efisien. tinggal yang porak poranda akibat bencana, sisi
Misalnya dengan pelatihan bagaimana traumatis anak akan kembali muncul. (Waspada
mengatasi trauma sesuai umur atau jenjang online, 2013)
pendidikan anak. Anak yang sudah mengenyam Untuk mengatasi persoalan traumatis
pendidikan, biasanya mudah melupakan akibat bencana, anak-anak korban bencana alam

101
seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor dan Sekolah Petra ini bisa berjalan efektif dan
sebagainya perlu mendapatkan pembelajaran efisien.
dan pendidikan khusus. Salah satunya melalui
permainan yang memenuhi kebutuhan emosi DAFTARPUSTAKA
yang stabil dan komunikasi yang hangat antara 1. Anonim. 2013. Video Banjir Jakarta,
keluarga dan anak-anak korban bencana alam. (Online),
Diharapkan Sekolah Petra ini bisa (http://www.beritaterhangat.net/2013/01/vi
direalisasikan atau diresmikan pemerintah deo-banjir-jakarta-2013.html, diakses 17
sehingga bagi yayasan atau organisasi yang Pebruari 2013).
ingin membantu korban bencana harus 2. Anonim. Anak dan Bencana
mendaftar ke Pemerintah. Hal ini dimaksudkan Alam,
untuk pemerataan relawan atau pengajar (Online),
Sekolah Petra ke setiap adanya tempat-tempat (http://www.kla.or.id/index.php?option=co
terjadinya bencana. m_content&view=article&id=53:anakdan-
bencana-
KESIMPULAN alam&catid=37:masalahsosial&Itemid=58,
Program Sekolah Petra dirancang untuk diakses 17 Pebruari 2013).
menjawab permasalahan penanganan trauma 3. Anonim. 2013. ACT Terapkan Metode
pada korban anak-anak bencana alam. Tahapan Hipnoterapi Untuk Korban Banjir,
penanganan trauma Sekolah petra yaitu pertama (Online),
diawali dengan identifikasi masalah, kedua (http://www.waspada.co.id/index.php?opti
spesifikasi masalah dan ketiga pemecahan on=com_content&task=view&id=278487
masalah. Diharapkan dengan metode &Itemid).
penanganan yang memiliki sistem bertahap, 4. Faturochman. Dampak Psikologi Bencana
berkelanjutan, dan memperhatikan semua aspek Alam, (Online),
dalam diri anak, yaitu fisik, emosional, dan (http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/KORAN
intelektual, Sekolah Petra mampu Dampak Psikologis Bencana Alam.pdf,
menyembuhkan luka trauma secara permanen
diakses 17 Pebruari 2013).
dan memulihkan kondisi anak, serta
5. Komnas Perempuan. 2009. UU
meningkatkan kualitas hidup anak. Selain itu
Perlindungan Anak, (Online),
diharapkan juga Sekolah Petra memiliki
(http://www.komnasperempuan.or.id/wpco
pengajar yang profesional dengan terlebih dulu
ntent/uploads/2009/07/UU-
menjalankan pelatihan, sehingga program
PERLINDUNGAN-ANAK.pdf, diakses

102
Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 2 No.2, September 2012
17 Pebruari 2013).

103

Anda mungkin juga menyukai