Makalah A.L Kontrasepsi Non Hormonal Dan
Makalah A.L Kontrasepsi Non Hormonal Dan
DAN
KERANGKA KONSEP ASKEP
“ALAT KONTRASEPSI NON HORMONAL DAN HORMONAL”
OLEH :
RADA NIKMATUL MAULA
b. Non kontrasepsi
a. Definisi
b. Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan
secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan
sebelum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara
eklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan).
c. Cara kerja
d. Indikasi
c) Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma dijung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah
kedalam saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme Q (MS termasuk HIV /
AIDS ) dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vilin)
d) Indikasi Pemakaian Kondom
6 minggu sesudah vasektomi C samapai mani tidak mengandung
spermatozoa lagi, yang seperti dketahui dengan pemeriksaan
laboratorium.
Sementara menunggu pemeriksaan AKDR.
Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang
diminum.
Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36
jam.
Apabila diduga ada penyakit kelamin sementaramenunggu
diagnosis yang pasti.
Bersamaan dengan pemakaian spermiside.
Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia
atau yang dipakai.
Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu.
e) Kontraindikasi
1. Absolut
Pria dengan ereksi yang tidak baik.
Riwayat syok septik.
Tidak bertannggung jawab secara seksual.
Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks.
2. Relatif
Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual.
f) Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap
kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian
kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara
ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 -12
kehamilan per 100 perempuan pertahun.
g) Keterbatasan
Efektifitas tidak terlalu tinggi
Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
Agak mengganggu hungan seksual (mngurangi sentuhan langsung)
Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam
hal limbah
h) Keuntungan
Mencegah kehamilan
Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan
seksual (PMS)
Dapat diandalkan, Relatif murah
Sederhana, ringan dan disposible
Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau pollow-up
Reversible
Pria ikut serta aktif dalam program KB
i) Efek Samping Dan Cara Penanggulangannya
1) Adanya rasa nyeri dan panas akibat : alergi terhadap karet
kondom (jarang didapati) dan lecet-lecet pada kemaluan pria akibat
pemakaian tergesa-gesa / kurangnya pelicin.
Pengobatan :
a. Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti dengan
cara lain
b. Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk
memakai kondom yang mempunyai zat pelicin. Pemakainan
kondom jangan terburu-buru
2) Kondom tidak terlihat terpasang pada kemaluan pria dan wanita
merasa terdapat sesuatu dalam liang senggama. Bila terlalu lama
dibiarkan kadang-kadang laing sengama wanita berbau busuk.
Akibat air mani yang membahu karena adanya benda asing
didalamnya dan terjadi infeksi
Penganggulangan dan pengobatan :
a. Keluarkan kondom dari liang senggama wanita dan
bersihkan liang sengama wanita dengan antiseptik. Bila
terdapat infeksi beri antibiotik
3) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum digunakan)
Penanganan:
a. Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermasida
digabung kondom
b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat
berhubungan
Penanganan :
a. Jika dicurigai ada kebocoran pertimbangkan pemberian
Morning After pill (kontasepsi darurat : postinol atau
mikroginon)
5. FemCap
Alat ini sejenis cervical cap yang terbuat dari karet silikon non-
alergi . Alat ini dapat masuk kedalam serviks dan memiliki tepi yang
luas (seperti topi pelaut) yang menciptakan alur diantara kubah dan
topi tersebut. Topi penutup melekatkan FemCap jauh lebih kecil,
tetapi kesulitan untuk melepasnya jauh lebih besar kendati alat ini
memiliki tali pengikat untuk melepasnya. Memasukan dan mencabut
FemCap selama hubungan seksual juga menjadi sebuah permasalah
dan risiko kehamilan pun lebih besar.
6. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD
a). Definisi
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah
digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan panjang.
dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam
terbuat dari plastik, plastik yang dililit tembaga. Cara kerja Yaitu
menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tubba fallopi
dan mempengaruhi fertilitasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri.
b). Indikasi
Usia reproduksi (25 – 49 tahun).
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
Setelah Abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Resiko rendah dan IMS (infeksi menular seksual)
Tidak menghendaki metode hormonal.
c). Kontraindikasi
Sedang hamil atau kemungkinan hamil
Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui (sampai dapat
di evaluasi).
Sedang menderita infeksi alat genital (Vaginitis servisitif).
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm dan tumor jinak rahim.
d). Efek samping
Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada
masa menstruasi.
Keluar bercak-bercak darah (Spotting) setelah lama 2 hari
pemasangan.
Kram atau nyeri selama menstruasi.
Keputihan.
2.4 KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi
yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi
(Baziad 2008).
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi
(Manuaba, 2010).
2.4.1 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik,
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran
Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan
kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Disamping itu progesteron
dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba,
2010). Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesterone
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka
estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih
banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan
mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk
membantu pengaturan hormon realising factors of hipotalamus,
membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium
dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja
secara primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari
hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau
prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari
endometrium (Hartanto, 2002). Adapun efek samping akibat kelebihan
hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual,
retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau
keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa
perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran
air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala
disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam
perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. kadang efek samping
demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan
kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor
dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan kandungan
hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan
hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika
dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak
teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan,
acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus
(keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan
pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi,
disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida albicans
(Wiknjosastro, 2007). Komponen estrogen menyebabkan mudah
tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan bertambah,
menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi,
meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan
serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne
(jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan
sering kram (Manuaba, 2010).
2.4.2. Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal
1. Kontrasepsi Pil
a. Definisi
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon
ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
b. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-
99,9% dan 97% (Handayani, 2010).
c. Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam
dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif,
jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua
dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi.
Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan
tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasi setiap hari.
d. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Menekan ovulasi
Mencegah implantasi
Mengentalkan lendir serviks
Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum
akan terganggu.
Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
e) Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil
dihentikan
g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker
ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne,
disminorhea.
e. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
Amenorhea
Perdarahan haid yang berat
Perdarahan diantara siklus haid
Depresi
Kenaikan berat badan
Mual dan muntah
Perubahan libido
Hipertensi
Jerawat
Nyeri tekan payudara
Pusing
Sakit kepala
Kesemutan dan baal bilateral ringan
Mencetuskan moniliasis
Pelumasan yang tidak mencukupi
Perubahan lemak
Disminorea
Kerusakan toleransi glukosa
Hipertrofi atau ekropi serviks
Perubahan visual
Infeksi pernafasan
Peningkatan episode sistitis
Perubahan fibroid uterus.
2. Kontrasepsi Suntik
a. Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik
mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100
perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat
efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita
akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2
per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).
b. Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi
suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a). Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat).
b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200
mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara
di suntik intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
c. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a). Mencegah ovulasi
b). Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
c). Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d). Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
d. Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan
seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah,
tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih
35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor
jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul (Sulistyawati, 2013).
e. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut
Sulistyawati (2013) yaitu:
a). Gangguan haid
b). Leukorhea atau Keputihan
c). Galaktorea
d). Jerawat
f). Rambut Rontok
g). Perubahan Berat Badan
3. Kontrasepsi Implant
a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implan.
Nyaman
Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan
bercak, dan amenorea
Aman dipakai pada masa laktasi.
b). Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6
mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-
kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75
mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
c). Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Lendir serviks menjadi kental
Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
Mengurangi transportasi sperma
Menekan ovulasi.
d). Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
Tidak mengganggu ASI
Klien hanya kembali jika ada keluhan
Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
Mengurangi nyeri haid
Mengurangi jumlah darah haid
Mengurangi dan memperbaiki anemia
Melindungi terjadinya kanker endometrium
Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan kejadian endometriosis.
e). Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DENGAN ALAT KONTRASEPSI
1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Meliputi nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, umur, agama, dll.
B. Wawancara
1. Jumlah anak yang direncanakan
2. Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan
lain-lain ?
3. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?
4. Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan,
nyeri saat berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya
5. Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya
/kultur, kebiasaan merokok
6. Harapan pada jenis kelamin anak tertentu
7. Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan
siklus haid seperti amenore, spotting, metroragia,
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak
dari anemia, kelemahan, berat badan/tinggi badan,
b. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari
hormonal, Nadi cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi
karena respon tubuh terhadap pemasangan AKDR.
c. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek
hormonal).
d. Kardiovaskuler : Palpitasi.
e. Dada : pernapasan kadang sesak.
f. Payudara : hyperpigmentasi
g. Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)
h. Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam,
varises, ukuran uterus yang mengalami kelainan
i. Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi
post pemasangan implant pada tangan atas.
D. Pemeriksaan Penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan, maka
diperiksa:
a. Hb, biasanya < 10gr/dl
b. Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)
c. Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3)
4. Pemeriksaan Psikososial
a. Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan
b. Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi
c. Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi
d. Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat penghasilan,
pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan untuk kontrol lainnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau
pasngan untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur
interval kelahiran, mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan
umur pasanngan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga(Hartanto, 2003). Dalam pelaksanaan program KB biasanya
digunakan alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur
/mengendalikan pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia.
Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya
konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB
ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan
menggunakan AKDR. Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat,
keuntungan serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut. Masalah yang
timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa teratasi
dengan beberapa cara antara lain dengan memperhatikan cara pemakaian
yang benar, efek samping serta konseling bagi pengguna oleh tenaga
kesehatan.
4.2 SARAN
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR Pengguna hendaknya
mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai
dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2. Bagi tenaga kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan
keterampilannya memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk
melakukan infomconsent pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP
http://makravela.blogspot.co.id/2016/05/kontrasepsi-mantap.html diakses tanggal
28 agustus 2016