Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTU MEDIA KOMIK

DIGITAL TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA PADA


MATERI SISTEM EKSKRESI

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu proses modifikasi perilaku dan sikap sekelompok
atau individu dalam usaha pendewasaan diri melalui pengajaran dan pelatihan
tertentu. Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya kegiatan untuk menjelaskan
atau menjawab permasalahan yang dihadapi khususnya di era modern (Syah,
2004:10).
Pada abad 21 peserta didik tidak hanya pengetahuan yang diasah tetapi
keterampilan yang berfungsi sebagai bekal untuk menghadapi berbagai macam
kesulitan dan permasalahan yang sedang berkembang di lingkungan masyarakat.
Keterampilan yang dibutuhkan tersebut diantaranya adalah keterampilan pemecahan
masalah dan berpikir kritis, komunikasi dan kolaborasi, inovasi dan kreativitas,
informasi dan komunikasi memahami literasi teknologi serta keterampilan
metakognitif (Redhana, 2019:2240).
Metakognitif dapat diartikan sebagai cara berpikir seseorang mengenai kognisi
atau pengetahuannya sendiri. Metakognitif melibatkan pengetahuan dan kesadaran
seseorang mengenai aktivitas kognitifnya. Sedangkan keterampilan metakognitif
merupakan keterampilan dalam mengelola dan memantau proses kognitif dalam
belajar sehingga menjadi lebih praktis. Dengan diasahnya keterampilan metakognitif
pada peserta didik maka dapat meningkatkan hasil belajar kognitifnya terutama pada
mata pelajaran IPA (Hapsari dan Widodo, 2016:591).
Hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan guru mata pelajaran IPA
kelas VIII di MTs Akhlaqiyyah kabupaten Cianjur menyatakan bahwa di abad 21 ini
siswa wajib menguasai keterampilan metakognitif. Adapun untuk pengujian
keterampilan metakognitif belum pernah dilakukan hanya pengujian kognitifnya saja.
Selain itu, pada mata pelajaran IPA terutama materi sistem ekskresi banyak siswa
yang belum memahami. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai IPA kelas VIII yakni
69 di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 70, sebanyak 24
orang dari 34 orang siswa dikategorikan tidak tuntas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA menyatakan bahwa 78% siswa
sering membawa gadget ke sekolah. Selain itu fasilitas internet seperti WiFi juga
tersedia. Sehingga memudahkan siswa untuk mengakses internet. Dengan adanya
revolusi industri 4.0 teknologi diintegrasikan kedalam media pembelajaran yang
berbasis digital. Salah satunya adalah komik digital (Martikasari, 2018:182-183).
Komik adalah media komunikasi bentuk visual yang dipakai guna
memberikan penjelasan berbentuk cerita sehingga mudah dipahami. Hal ini
disebabkan karena komik menggabungkan antara gambar dengan tulisan yang disusun
dalam bentuk cerita sehingga informasi lebih mudah dimengerti (Waluyanto,
2005:51). Berdasarkan hasil angket siswa di MTs Akhlaqiyyah bahwa 75% siswa
menyukai media pembelajaran yang menggunakan gambar. Sehingga media komik
digital dapat diterapkan dengan baik.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara kepada guru dan
melihat proses pembelajaran yang berlangsung selama 4 kali pada mata pelajaran IPA
kelas VIII Mts Akhlaqiyyah, bahwa proses pembelajaran yang sering digunakan yaitu
model pembelajaran kontekstual dan menggunakan media pembelajaran berupa
poster, gambar, dan PPT. Menurut Afandi (2013:25) pembelajaran yang
menggabungkan pengetahuan dengan pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari
disebut pembelajaran kontekstual.
Dengan penggunaan media komik digital dalam model pembelajaran dapat
mengatasi rendahnya keterampilan metakognitif siswa, sehingga guru memiliki
peranan penting. Guru IPA selain menjelaskan teori dan konsep juga harus
menstimulasi keterampilan metakognitif agar dapat berkembang dengan baik. Model
pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model Discovery Learning. Menurut
Joolingen (1999:386) model Discovery Learning merupakan model pembelajaran
dimana siswa menyusun pengetahuannya sendiri dengan bereksperimen untuk
menghasilkan konsep dan kesimpulan dari hasil eksperimen. Ide dasar dari
pembelajaran ini yaitu siswa dapat menyusun eksperimen dan menyimpulkan
konsepnya sendiri sehingga bisa membangun pengetahuannya secara mandiri.
Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
penggunaan model pembelajaran Discovery Learning berbantu media komik digital
dalam pembelajaran IPA di MTs Akhlaqiyyah Cianjur. Peneliti mengangkat judul
penelitian “PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTU MEDIA
KOMIK DIGITAL TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA PADA
MATERI SISTEM EKSKRESI”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaiamana keterlaksanaan proses pembelajaran dengan model Discovery
Learning berbantu media komik digital pada materi sistem ekskresi?
2. Bagaimana pengaruh model Discovery Learning berbantu media komik digital
terhadap keterampilan metakognitif siswa pada materi sistem ekskresi?
3. Bagaimana respon siswa menggunakan model Discovery Learning berbantu
media komik digital terhadap keterampilan metakognitif siswa pada materi sistem
ekskresi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian
iniadalah untuk:
1. Untuk mendeskripsikan keterlaksanaan proses pembelajaran dengan model
Discovery Learning berbantu media komik digital pada materi sistem ekskresi.
2. Untuk menganalisis pengaruh model Discovery Learning berbantu media komik
digital terhadap keterampilan metakognitif siswa pada materi sistem ekskresi.
3. Untuk menganalisis respon siswa menggunakan model Discovery Learning
berbantu media komik digital terhadap keterampilan metakognitif siswa pada
materi sistem ekskresi.
D. Batasan Masalah Penelitian
Agar masalah yang diteliti dalam penelitian ini lebih jelas dan terarah, maka
dibuat batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII MTs Akhlaqiyyah dengan
menggunakan dua kelas yakni kelas VIII C sebagai kelas kontrol dan VIII D
sebagai kelas eksperimen.
2. Materi yang digunakan yaitu materi sistem ekskresi.
3. Menggunakan model pembelajaran yakni Discovery learning berbantu media
komik digital.
4. Variabel yang diamati berupa keterampilan metakognitif siswa.
5. Penelitian ini menggunakan 3 indikator keterampilan metakognitif menurut
Cooper dan Urena (2009: 240) yang terdiri dari :
a. Keterampilan Perencanaan (Planning)
- Mengidentifikasi tujuan
- Memilih informasi penting
- Memecahkan masalah dalam bentuk poin
- Menghasilkan solusi
- Merancang penyelidikan
b. Keterampilan Pemantauan (Monitoring)
- Mengecek berbagai tahapan
- Bertanya kepada teman
- Memperbaiki cara yang kurang tepat
c. Keterampilan Evaluasi (Evaluation)
- Memeriksa kembali jawaban akhir
- Mengecek jawaban menjawab pertanyaan

Indikator keterampilan metakognitif yang diteliti berupa keterampilan


perencanaan (planning): memecahkan masalah dalam bentuk poin,
menghasilkan solusi, dan merancang penyelidikan; keterampilan pemantauan
(monitoring): memperbaiki cara yang kurang tepat; dan keterampilan evaluasi
(evaluation): memeriksa kembali jawaban akhir.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian adalah:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini mampu menyumbangkan pengetahuan mengenai pengaruh
penggunaan model pembelajaran Discovery Learning berbantu media komik digital
sebagai model yang digunakan untuk mengasah keterampilan metakognitif peserta
didik pada materi sistem ekskresi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Siswa

Siswa mampu mengelola proses pembelajaran secara mandiri. Selain itu dengan
adanya peningkatan keterampilan metakognitif maka siswa dapat menyelesaikan
tugas di sekolah secara mandiri.

b. Bagi Guru

Dapat memberikan wawasan serta menjadi referensi model pembelajaran untuk


membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan berintegrasi dengan
teknologi karena dibantu media komik digital.
c. Bagi Peneliti

Menganalisis pengaruh model Discovery Learning berbantu media komik digital


terhadap keterampilan metakognitif siswa serta dengan harapan dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya.

F. Kerangka Penelitian
Berdasarkan kurikulum 2013, materi sistem ekskresi adalah materi IPA yang
disajikan kepada siswa kelas VIII semester genap dari KD 3.9 Menjelaskan struktur
dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan
dan KD 4.9 Membuat karya tentang struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia
dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri. Menurut Zubaidah (2017:82) proses
pembuangan zat sisa metabolisme seperti karbondioksida, urin, dan keringat dari
dalam tubuh disebut sistem ekskresi. Terdiri atas 4 organ yakni hati, paru-paru, ginjal
dan hati.
Di era modernisasi ini peserta didik perlu menguasai kecakapan abad 21 salah
satunya yaitu keterampilan metakognitif. Keterampilan metakognitif merupakan
kegiatan penataan yang berkaitan dengan cara menguraikan masalah, terdiri dari
perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. Kemampuan tersebut harus dikembangkan
pada setiap siswa untuk menguraikan masalah yang berkaitan dengan pelajaran. Oleh
sebab itu keterampilan metakognitif sebaiknya diasah oleh guru agar dapat menaikkan
hasil belajar siswa. Keterampilan metakognitif menurut Swanson dalam Delvecchio
(2011:8) merupakan alat untuk memprediksi kesuksesan siswa dalam memecahkan
permasalahan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
Keterampilan Metakognitif peserta didik dapat diasah menggunakan model
Discovery Learning. Discovery Learning adalah model pembelajaran yang membuat
peserta didik aktif dalam menggali pengetahuannya sendiri dengan melakukan
pengamatan, mengidentifikasi masalah, menganalisis, menjelaskan, hingga membuat
kesimpulan (Sani, 2015:220). Adapun langkah-langkah pembelajaran model
Discovery Learning berbantu media komik digital sebagai berikut:
1. Stimulation (stimulasi) guru menstimulasi dengan kegiatan yang memicu rasa
ingin tahu siswa;
2. Problem statemen (identifikasi masalah) guru meminta siswa mengenali masalah
dan disusun menjadi hipotesis;
3. Data collection (pengumpulan data) siswa menghimpun data dengan observasi,
melaksanakan eksperimen dan membaca komik digital;
4. Verification (pembuktian) siswa menguji kebenaran hipotesis dengan dibantu
media komik digital;
5. Generalization (menarik kesimpulan) guru dan siswa membuat kesimpulan untuk
digunakan sebagai patokan secara umum (Kurniasih dan Sani, 2014:68-71).

Kelebihan model Discovery Learning:

1. Membantu meningkatkan pengetahuan serta keterampilan;


2. Pengetahuan lebih mudah diingat;
3. Membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah;
4. Memperkuat konsep diri pada siswa;
5. Membantu siswa belajar aktif serta mandiri (Hosnan, 2014:287-288).

Kekurangan model Discovery Learning:

1. Menghabiskan banyak waktu dan


2. Tidak semua siswa memiliki kemampuan berpikir rasional (Hosnan, 2014:288-
289).

Berdasarkan wawancara guru mata pelajaran IPA, kelas kontrol biasa


menggunakan model Problem Based Learning antara lain:

1. Guru mengenalkan permasalahan pada siswa


2. Guru membuat kelompok belajar
3. Guru memandu siswa dalam penyelidikan
4. Hasil yang diperoleh dikembangkan dan dipresentasikan
5. Menelaah dan mengecek kembali proses penguraian masalah

Menurut Abidin (2014:162-163) adapun kelebihan dan kekurangan dari model


yang biasa digunakan antara lain:

1. Memacu motivasi belajar


2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis
3. Memudahkan siswa menguasai konsep.

Kekurangan dari model yang sering digunakan antara lain:

1. Kurang nyaman dengan cara belajar sendiri


2. Butuh waktu lama
3. Tidak belajar apa yang mereka inginkan.

Adapun skema kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada dapat
dilihat pada Gambar 1. di bawah ini
Analisis Materi KI dan KD Kelas VIII Semester Genap

Analisis Konsep Sistem Ekskresi

Pretest

Langkah Pembelajaran yang


menggunakan model Discovery Learning Langkah Pembelajaran yang tidak
berbantu media komik digital: menggunakan model Discovery Learning
Stimulation (stimulasi) guru menstimulasi berbantu media komik digital :
dengan kegiatan yang memicu rasa ingin tahu Guru mengenalkan permasalahan pada
siswa siswa
Problem statemen (identifikasi masalah) guru Guru membuat kelompok belajar
meminta siswa mengenali masalah dan Guru memandu siswa dalam penyelidikan
disusun menjadi hipotesis Hasil yang diperoleh dikembangkan dan
Data collection (pengumpulan data) siswa dipresentasikan
menghimpun data dengan observasi, Menelaah dan mengecek kembali proses
melaksanakan eksperimen dan membaca penguraian masalah
komik digital (Guru mata pelajaran IPA MTs
Verification (pembuktian) siswa menguji Akhlaqiyyah)
kebenaran hipotesis dengan dibantu media Kelebihan:
komik digital 1. Memacu motivasi belajar
Generalization (menarik kesimpulan) guru 2. Mengembangkan kemampuan berpikir
dan siswa membuat kesimpulan untuk kritis
digunakan sebagai patokan secara umum 3. Memudahkan siswa menguasai konsep
(Kurniasih dan Sani, 2014: 68-71). (Abidin, 2014:162)
Kelebihan: Kekurangan:
Membantu meningkatkan pengetahuan serta Kurang nyaman dengan cara belajar sendiri
keterampilan; Butuh waktu lama
Pengetahuan lebih mudah diingat; Tidak belajar apa yang mereka inginkan
Membantu meningkatkan kemampuan (Abidin, 2014: 163)
pemecahan masalah;
Memperkuat konsep diri pada siswa;
Membantu siswa belajar aktif serta mandiri
(Hosnan, 2014: 287-288).
Kekurangan: Indikator Keterampilan Metakognitif:
Menghabiskan banyak waktu Keterampilan Perencanaan
Tidak semua siswa memiliki kemampuan Memecahkan masalah dalam bentuk poin
berpikir rasional (Hosnan, 2014: 288-289). Menghasilkan solusi
Merancang penyelidikan
Keterampilan Pemantauan
Memperbaiki cara yang kurang tepat
Keterampilan Evaluasi
Memeriksa kembali jawaban akhir
(Delvecchio, 2011: 63).

Posttest

Gambar 1. Kerangka berpikir pengaruh model Discovery Learning berbantu Komik Digital
G. Hipotesis Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, dapat dibuat hipotesis penelitian
yaitu “terdapat pengaruh model pembelajaran Discovery Learning berbantu media
komik digital terhadap keterampilan metakognitif siswa pada materi sistem ekskresi”.
Sedangkan hipotesis statistik diantaranya:

H0= Tidak terdapat pengaruh penggunaan model Discovery Learning berbantu media
komik digital terhadap keterampilan metakognitif siswa pada materi sistem
ekskresi.

H1= Terdapat pengaruh penggunaan model Discovery Learning berbantu media komik
digital terhadap keterampilan metakognitif siswa pada materi sistem ekskresi.

H. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian pengaruh model Discovery Learning ini sejalan dengan hasil
penelitian yang telah dilaksanak oleh peneliti lain menggunakan variabel dan materi
yang berbeda. Hasil penelitian yang menjadi referensi diantaranya:

1. Menurut Putri (2019:44), bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada


keterampilan metakognisi dengan rata-rata N-gain yaitu (0,59 ± 0,163) di
kelas eksperimen setelah menggunakan model Discovery Learning pada
materi pemanasan global dibandingkan dengan kelas kontrol dengan rata-rata
nilai N-gain yaitu (0,52 ± 0,154).
2. Menurut Windasari dkk (2016:69), bahwa model pembelajaran Discovery
Learning berpengaruh terhadap keterampilan metakognitif siswa pada materi
sistem reproduksi di kelas XI MIA yang ditandai dengan tinggi nilai N-Gain
pada kelas eksperimen sebesar 70,74 (kategori tinggi) dibandingkan dengan
nilai N-Gain kelas kontrol sebesar 37,87 (kategori sedang).
3. Menurut Elyantari (2016:54), bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap nilai N-gain keterampilan metakognitif siswa pada materi sistem
gerak. Dengan rata-rata respon peserta didik di kelas eksperimen adalah 69%
termasuk kategori sangat baik dan di kelas kontrol adalah 31% termasuk
kategori baik.
4. Menurut Ningsih (2018:61), bahwa penggunaan model Discovery Learning
berpengaruh terhadap metakognitif siswa dengan rata-rata pencapaian skor
lebih tinggi sebesar 31,22 di kelas eksperimen dan di kelas kontrol sebesar
30,17.
5. Menurut Rustiningsih dkk (2017:60), bahwa penggunaan model Discovery
Learning berpengaruh terhadap keterampilan metakognitif dengan rata-rata
28,16 di kelas eksperimen dan rata-rata 26,96 di kelas kontrol.
I. Definisi Operasional
Untuk memperjelas masalah penelitian ini, berikut penjelasan definisi dari
beberapa istilah tertentu:
a) Discovery Learning berbantu media komik digital merupakan model pembelajaran
yang dikembangkan dengan melakukan penemuan dan penyelidikan sendiri
sampai menghasilkan konsep yang mudah diingat (Hosnan, 2014:282). Menurut
Waluyanto (2005:51) menyatakan bahwa komik merupkan alat komunikasi visual
yang digunakan untuk memberikan penjelasan dalam bentuk cerita sehingga
mudah dicerna. Cara penggunaan komik digital dalam belajar pada umumnya
untuk memudahkan peserta didik untuk memahami materi pada kelas tersebut.
Dengan berbantu media komik digital, peserta didik terlebih dahulu dapat
mempelajari materi yang akan disampaikan oleh guru sehingga memudahkan
dalam pemberian materi pada pertemuan berikutnya.
b) Menurut Williams dan Atkins (2009:27) menyatakan bahwa keterampilan
metakognitif adalah suatu proses pengaturan kognisi seseorang yang dapat dibagi
menjadi dua komponen yakni proses kognisi dan kemampuan dalam mengatur
kognisi untuk meningkatkan keefektifan berpikir. Keterampilan metakognitif ini
terdiri dari 3 indikator, yaitu: Perencanaan (Planning), Pemantauan (Monitoring),
dan Evaluasi (Evaluation) (Cooper dan Urena, 2009:240).
c) Sistem ekskresi adalah sistem yang mengatur proses pembuangan limbah-limbah
dari hasil metabolisme dalam tubuh yang sudah tidak butuhkan sehingga zat
tersebut harus dikeluarkan dari dalam tubuh yang berupa urin, keringat, dan air
mata (Agushinta dan Satria, 2018:381).
J. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan uraian dalam latar belakang penelitian
maka memakai pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan
pendekatan yang melibatkan angka-angka serta didapatkan dari hasil pretest dan
posttest. Selain itu juga memakai pendekatan kualitatif yang diperoleh dari lembar
observasi dan angket (Arikunto, 2012:12)
Menurut Nasution (2003:18) pada penelitian kuantitatif akan lebih
memusatkan serta memperlihatkan keterkaitan variabel atau representasi
mengenai situasi sosial sehingga bersifat deskriptif. Penelitian kuantitatif juga
menggunakan kuesioner guna memperjelas permasalahan dalam penelitian.

b. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian yaitu metode quasi-experiment
(eksperimen semu). Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen
memakai model Discovery learning berbantu media komik digital sedangkan pada
kelas kontrol memakai model PBL. Kelas kontrol tidak sepenuhnya untuk
mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Adapun
pengaruh dari model Discovery Learning berbantu media komik digital ini dapat
dilihat dari perbedaan nilai pretest dan posttest.
Desain penelitiannya berupa Nonequivalent Control Grup Design yaitu
satu kelas akan diberi perlakuan tertentu dengan model Discovery learning
sedangkan kelas kelas yang satunya lagi dengan model yan biasa diterapkan. Pada
kedua kelas tersebut diberi tes awal (pretest) dan setelah dikenakan perlakuan
kedua diberi tes akhir (posttest) (Sugiono, 2013:77), adapun desain penelitian
dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini:
Table 1. Desain Penelitian

Keterangan :

O1= pretest pada kelas eksperimen


O2= posttest pada kelas eksperimen
O3= pretest pada kelas kontrol
O4= posttest pada kelas kontrol
X= pembelajaran dengan model Discovery Learning berbantu media komik digital
-= pembelajaran tanpa model Discovery Learning berbantu media komik digital
2. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretest dan posttest keterampilan
metakognitif, sedangkan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan angket
peserta didik. Untuk data jawaban berupa angket, supaya dapat diukur maka
dikonversikan dari data kualitatif ke data kuantitatif dengan memberikan skor
pada jawaban angket.
b. Sumber Data
1) Sumber Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi MTs
Akhlaqiyyah Cianjur tahun ajaran 2019/2020 sebanyak 4 kelas yang terdiri dari
kelas VIII A berjumlah 40 orang, kelas VIII B berjumlah 34 orang, kelas VIII C
berjumlah 36 orang, dankelas VIII D berjumlah 34 orang sehingga total peserta
didik berjumlah 144 orang.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Menurut Sugiono (2013:218) bahwa purposive sampling merupakan
pemungutan sampel tidak secara acak melainkan dengan rekomendasi dari
seseorang yang berpengalaman, dalam hal ini adalah guru. Guru dapat
mempertimbangkan rata-rata nilai ulangan semester siswa yang homogen antara
kelas VIII A, VIII B, VIII C dan VIII D. Berdasarkan pertimbangan tersebut
terdapat selisih nilai rata-rata ulangan kelas VIII C dan VIII D mempunyai selisih
yang lebih rendah dilihat dari rata-rata nilai kelas yang ada yaitu kelas VIII A
dengan nilai rata-rata 63, kelas VIII B dengan nilai rata-rata 65, kelas VIII C
dengan nilai rata-rata 67 dan kelas VIII D dengan nilai rata-rata 69. Selanjutnya
kedua kelas tersebut, yaitu kelas VIII C sebagai kelas kontrol yang tanpa
menggunakan model Discovery learning berbantu media komik digital dan kelas
VIII D sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model Discovery learning
berbantu media komik digital.
2) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diambil dari hasil pengamatan atau
observasi pada saat penelitian. Dapat berupa dokumen-dokumen dan angket.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data hasil penelitian yaitu data mengenai variabel
yang diteliti untuk memudahkannya dapat menggunakan prosedur penelitian
dan instrumen penelitian.
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti
untuk mempermudah dalam pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan maka dibutuhkan


sebuah instrumen penelitian. Instrumen penelitian merupakan sebuah alat ukur yang
dipakai dalam penelitian berupa tes dalam bentuk PG beralasan, dengan empat pilihan
yang digunakan untuk mengukur keterampilan metakognitif siswa materi sistem
ekskresi. Selain berupa tes, instrumen lainnya berupa angket peserta didik dan lembar
observasi.

a. Tes Keterampilan Metakognitif


Tes keterampilan metakognitif untuk mengetahui seberapa
berpengaruh model Discovery Learning berbantu media komik digital
terhadap keterampilan metakognitif peserta didik pada materi sistem
ekskresi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal benar
salah beralasan. Tes yang dilakukan berupa pretest yaitu sebelum
pembelajaran berlangsung dan posttest setelah peserta didik mendapatkan
pembelajaran.
Penilaian terhadap jawaban tes uraian untuk tiap butir soal
menggunakan skala interval 0-4 jadi setiap jawaban butir soal pasti ada
skor untuk setiap jawaban peserta didik. Menurut Arikunto (2012:245)
hasil jawaban peserta didik dikonversikan dan disesuaikan dengan skala
penilaian yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Skala Kategori Nilai

b. Angket Peserta Didik


Dalam penelitian ini angket tersebut berisikan pernyataan positif
dan negatif dengan menggunakan skala likert, berbentuk pernyataan
tertutup sehingga responden memilih jawaban yang sesuai, yaitu: Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak
Setuju (STS) (Azwar, 2012:139).
c. Lembar Observasi
Keterlaksanaan proses pembelajaran, diketahui dengan cara
melakukan penilaian menggunakan lembar observasi (LO). Dalam hal ini
lembar observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan
pembelajaran model Discovery Learning berbantu media komik digital
pada materi sistem ekskresi. Lembar observasi terdiri atas lembar
observasi aktivitas guru dan siswa. Dengan poin-poin pilihan menurut
Purwanto (2012:102) yaitu: Terlaksana dan Tidak Terlaksana. Data
observasi dari kegiatan guru dan peserta didik tersebut diperoleh melalui
pengamatan langsung ketika proses pembelajaran. Pengisian lembar
observasi dilakukan pada saat berlangsungnya pembelajaran, yaitu selama
tiga kali pertemuan. Indikator yang ada pada lembar observasi diselaraskan
dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
Discovery Learning.
4. Teknik Analisis Data
a. Analisis Data
Sebuah instrumen penelitian yang dipakai dalam proses penelitian
sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu, untuk dilihat apakah instrumen
tersebut layak dan memenuhi syarat untuk digunakan dan penelitian. Dosen
pembimbing berperan dalam memberikan judgement untuk melihat ketepatan
instrumen yang diujicobakan. Selain itu, hasil dari ujicoba akan dianalisis
dari tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reabilitasnya. Setelah
dilakukan ujicoba soal kemudian dianalisis kembali secara kualitatif melalui
bimbingan, penilaian, dan arahan dari ahli, dalam hal ini pembimbing untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda
secara otomatis menggunakan software Anatest versi 4.0.9.
1) Uji Validitas
Dalam Arikunto (2012:211) bahwa ukuran yang
memperlihatkan tingkat kevalidan suatu instrumen disebut validitas.
Jika validitasnya rendah dikategorikan kurang valid. Selain
menggunakan software, menguji validitas bisa menggunakan korelasi
Product Moment, dengan rumus:

Keterangan:
rxy =validitas angket
N = jumlah responden
X = jumlah skor butir soal
Y = jumlah skor total
Hasil perhitunganrXY dikonsentrasikan dengan taraf signifikansi
5% atau taraf kepercayaan 95%. Jika didapatkan harga rXY>rtabel maka
butir instrumen dapat dikatakan valid, akan tetapi sebaliknya jika harga
rXY<rtabel maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak valid.
2) Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2012:375) uji reliabilitas dipakai untuk
menentukan tingkat reliabel atau keterandalan suatu instrumen. Selain
menggunakan software bisa juga menggunakan rumus alpha dari
Cronbach, sebagai beriku

Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas tes
n = jumlah butir item

= jumlah varian skor dari setiap butir


St 2 = varian total
3) Tingkat Kesukaran
Soal yang digunakan untuk penelitian harus dianalisis tingkat
kesukarannya. Menurut Arifin (2012:134-135) perhitungan tingkat
kesukaran soal merupakan ukuran dari kesulitan soal. Jika dilakukan
suatu tes hendaknya soal yang digunakan memiliki tingkat kesulitan
yang seimbang. Selain menggunakan software juga bisa menggunakan
rumus sebagai berikut:

Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:

Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


IK = 0, 00 (soal terlalu sukar)
0, 00 < IK ≤ 0, 30 (soal sukar)
0, 30 < IK ≤ 0, 70 (soal sedang)
0, 70 < IK ≤ 1, 00 (soal mudah)
4) Uji Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2012:231) menyatakan bahwa cara melihat
perbedaan siswa yang berkemampuan tinggi dengan yang
berkemampuan rendah dapat menggunakan analisis daya pembeda
soal. Adapun rumusnya antara lain sebagai berikut:
Keterangan:

DP = daya pembeda
X KA = rata-rata kelompok atas
X KB = rata-rata kelompok bawah
Skor maks = skor maksimum
Menurut Arifin (2012:133) menyatakan bahwa cara mengetahui
soal-soal yang akan digunakan dari daya pembeda soal, dapat
diklasifikasikan antara lain:
D = negatif adalah soal sangat jelek
D = 0, 00 – 0, 20 (soal jelek)
D = 0, 21 – 0, 40 (soal cukup)
D = 0, 41 – 0, 70 (soal baik)
D = 0, 71 – 1, 00 (soal sangat baik)

Setelah melakukan tes hasilnya dianalisis kembali untuk diketahui hasilnya.


Teknik analisis data hasil penelitian diantaranya sebagai berikut:
1) Perhitungan Gain
Gain dipakai untuk melihat perubahan kemampuan sebelum
dan sesudah pembelajaran. Gain yang didapatkan kemudian
dinormalisasi oleh selisih antara skor maksimal dengan skor pretest.
gain = skor terbesar – skor terkecil
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dengan rumus faktor gain
(N-Gain) dengan rumus: g = spostest –spretest
Smax –Spretest
Keterangan :
G = Peningkatan Keterampilan Metakognitif
Interpretasi nilai perhitungan gain dikemukakan oleh Hake dalam
(Situmorang, 2018: 88). Dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Interpretasi persentase N-Gain KM Siswa

2) Pengujian Normalitas
Menurut Rahayu (2017:107-108), langkah pengujian normalitas
data adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan formula
H0 = data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal
b) Menentukan nilai Z, FT, FS dan | FT – FS |
c) Menentukan tingkat signifikansi
K-S=K-S (α) (n)
d) Menentukan kriteria pengujian hipotesis
Nilai terbesar | FT – FS | dibandingkan dengan nilai tabel
K-S:
-Jika nilai terbesar | FT – FS | lebih kecil dari tabel K-S,
maka H0 diterima. Data berdistribusi normal.
-Jika nilai terbesar | FT – FS | lebih besar dari tabel K-S,
maka H0 ditolak. Data tidak berdistribusi normal.
e) Memberikan kesimpulan
3) Pengujian Homogenitas
Uji Homogenitas varians berfungsi untuk mengetahui
keseragaman (homogen) ataupun bervariasi sampel yang diambil
dari populasi yang sama. Dalam Rahayu (2017:133), rumus uji F
adalah sebagai berikut:
a) Mencari nilai F
F = Vb
Vk
Keterangan : F = Distribusi F, Vb = Variansi terbesar, Vk =
Variansi terkecil
Jika Fhitung <Ftabel, maka 2 varian homogen
Jika Fhitung >Ftabel, maka 2 varian tidak homogen
b) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:
db1= n1– 1 db2 = n2– 1
Ket : db1= Derajat kebebasan data ke-1
db2= Derajat kebebasan data ke-2
n1= Jumlah sampel data ke-1
n2= Jumlah sampel data ke-2
c) Menentukan nilai Ftabel dari daftar
d) Menentukan homogenitas dengan kriteria
Jika Fhitung <Ftabel, maka daftar homogen
4) Pengujian Hipotesis
Setelah dilaksanakan uji prasyarat dan data dikategorikan
homogen serta berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan
analisis data untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, diukur
dengan pengujian hipotesis. Dalam pengujian hipotesis ada 2 cara
diantaranya:
1) Jika kedua kelompok memiliki data distribusi normal dan
variansinya homogen maka uji-t (t-test). Menurut Subana dan
Sudrajat (2011:127) tahapan-tahapan untuk uji t adalah
sebagai berikut:
a) Mencari Deviasi Standar Gabungan (dsg)

dsg=
Keterangan :
n1 : Banyaknya data kelompok 1
n2: Banyaknya data kelompok 2
S12 : Varian data kelompok 1
S22 : Varian data kelompok 2
b) Menentukan nilai thitung

Keterangan:
X1 : Rata-rata nilai pretest
X2 : Rata-rata nilai posttest
T : Distribusi
dsg : Deviasi Standar Gabungan
N : Jumlah Sampel
(Sudjana, 2005: 239).
c) Menentukan nilai ttabel dengan rumus:

d) Membuat kesimpulan
2) Jika datanya dinyatakan tidak berdistribusi normal maka
pengujian hipotesis dapat menggunakan statistik non
parametric dalam hal ini digunakan uji Mann-Whitney (U-
test). Uji Mann-Whitney digunakan untuk menguji dua
sampel independen (two independen sampel test) berbentuk
data ordinal atau nominal. Menurut Rahayu (2017:168),
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Membuat tabel penelitian tes awal dan tes akhir kelas
control dan eksperimen
b) Membuat sampek gabungan dengan peringkat
c) Membuat tabel penolong untuk pengujian dengan U-test
d) Menentukan harga U :
Keterangan :
n1 = Jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
R1 = jumlah ranking pada sampel n1
R2 = jumlah ranking pada sampel n2
3) Jika dari salah satu data berdistribusi normal, tetapi tidak
homogen, maka perhitungan yang tepat untuk uji hipotesisnya
adalah dengan menguji uji t` (Sudjana, 2005:204-241).
Adapun tahapan-tahapan perhitungannya sebagai berikut:
a) Rumusan Masalah
b) Menetukan t`
Rumus t` hitung :

Keterangan :

1 : rata-rata kelas terbesar S2 2 : varians kelas kontrol

2 : rata-rata kelas terkecil n1 : jumlah siswa kelas eks


S2 1 : varians kelas eksperimen n2 : jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria dengan pengujian adalah : terima hipotesis Ho jika :

Dengan :
w1 = S2 1/n1 : w2 = S2 2/n2
t1 = t (1-1/2α), (n-1)
t2 = t (1-1/2α), (n-1)
c) Pengujian hipotesis
Ho diterima jika t` ada dalam daerah penerimaan
Ha diterima jika t` ada diluar daerah penerimaan
d) Penarikan kesimpulan
5) Pengujian Besarnya Pengaruh Model Pembelajaran
Suatu model pembelajaran dapat dikatakan memiliki
pengaruh apabila terdapat suatu efek yang dapat diukur. Untuk
mengukur besarnya efek dari satu variabel terhadap variabel yang
lain, dalam penelitian ini yaitu besarnya efek dari model
discovery learning berbantu media komik digital terhadap
keterampilan metakognitif siswa maka dilakukan suatu pengujian
effect size (d) dengan rumus dan kategorisasi disajikan dalam
Tabel 5. (Cohen, 2013:276) antara lain:

Keterangan :
D= effect size
MA= skor rata-rata kelompok A (eksperimen)
MB = skor rata-rata kelompok B (kontrol)
O = gabungan standar deviasi kedua kelompok
Tabel 5. Kategori Nilai Effect Size (d)

6) Menghitung Angket
Menghitung angket respon siswa dengan menggunakan
skala likert dengan ketentuan:

Menurut Subana dan Sudrajat (2011:30) untuk


mengetahui skor dari tiap-tiap jenis pernyataan yang dapat dilihat
pada Tabel dan untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya
angket dengan menetapkan kategori kualifikasi yang ditentukan
oleh kualifikasi skala seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Skor Jenis Pertanyaan

Tabel 7. Kualifikasi Respon Siswa

7) Analisis Data Hasil Observasi


Analisis data observasi menggunakan analisis deskriptif
kualitatif, yaitu analisis kegiatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran dengan menceklis (√) pada kolom “Terlaksana”
dan “Tidak Terlaksana” untuk tiap-tiap kegiatan yang
dilaksanakan guru dan siswa. Untuk kolom “Ya” nilainya adalah
1 dan kolom “Tidak” nilianya adalah 0 dalam Purwanto
(2012:103). Adapun tahapan-tahapan berikutnya antara lain:
a) Menjumlahkan skor aktivitas siswa yang diperoleh
b) Mengkonversi skor yang diperoleh menjadi persentase
memakai rumus:

Keterangan:
NP : Nilai persen aktivitas siswa yang diharapkan
R : Jumlah skor yang diperoleh
SM : Skor maksimum ideal
100 : Bilangan tetap
c) Menurut Purwanto (2012:103) bahwa mengubah persentase
yang diperoleh kedalam kriteria penilaian aktivitas siswa,
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria Aktivitas Siswa

5. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Akhlaqiyyah Kabupaten Cianjur
kelas VIII C dan VIII D semester genap. Alasan mengapa lokasi penelitian
ini dilakukan di lokasi tersebut karena ditemukan permasalahan yang sesuai
dengan topik penelitian, selain itu juga belum pernah dilaksanakan penelitian
dengan topik yang sama.
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di semester genap tahun ajaran 2019/2020 dari
mulai bulan Maret sampai April 2020.
K. Prosedur Penelitian
Adapun beberapa tahap prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
 Melakukan studi pendahuluan untuk mengumpulkan informasi dan
mengetahui model serta media pembelajaran yang dipakai.
 Telaah kurikulum, dilaksanakan untuk memahami kompetensi dasar
supaya model pembelajaran yang digunakan dapat mencapai hasil
sesuai dengan kurikulum.
 Survei ke sekolah dan mewawancarai guru mata pelajaran IPA kelas VIII.
 Merumuskan permasalahan yang akan diteliti
 Menyusun proposal penelitian
 Menentukan dan membuat instrumen penelitian
 Judgement pembimbing dan revisian
 Uji coba instrumen
 Analisis instrumen
2. Tahap pelaksanaan
 Memberikan tes awal (pretest)
 Melaksanakan pembelajaran dengan memakai model Discovery
Learning berbantu media komik digital pada materi sistem ekskresi.
 Pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) observer melakukan
pengamatan terhadap keterlaksanaan model Discovery Learning
berbantu media komik digital pada format observasi yang telah
disediakan.
 Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur keterampilan
metakognitif siswa setelah diberikan perlakuan.
 Memberikan angket dan lembar observasi (LO) kepada siswa yang
memakai model Discovery Learning berbantu media komik digital pada
materi sistem ekskresi.
3. Tahap Akhir
 Mengolah data hasil tes awal, tes akhir, lembar observasi, LKS dan
angket.
 Membuat analisis data
 Menarik kesimpulan dari hasil analisis data
 Menyampaikan hasil penelitian
Adapun alur penelitian dapat dilihat pada gambar 2. di bawah ini:
Survey dan Studi Pendahuluan

Kajian Materi Sistem


Studi Literatur Telaah Kurikulum 2013 Revisi Biologi Ekskresi

Merumuskan Masalah

Penyusunan Proposal Penelitian

Menentukan dan Menyusun Instrumen

Judgment pembimbing dan Revisi

Uji Coba Instrument

Analisis Instrument

Penelitian

Pretest

Pelaksanaan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran


kelas yang tidak menggunakan kelas yang menggunakan
model Discovery Learning model Discovery Learning
berbantu media komik digital berbantu media komik digital

Posttest Posttest, LO dan Angket

Analisi Data Hasil Penelitian

Pembahasan Hasil Penelitian

Kesimpulan

Gambar 2. Alur Penelitian model Discovery Learning berbantu media komik digital
pada materi sistem ekskresi

Anda mungkin juga menyukai