Pasien ISPA rawat jalan merupakan pasien dengan jumlah yang paling banyak
termasuk ke dalam 10 besar penyakit dari seluruh puskesmas di Kabupaten Kota Karangasem
pada Januari-Juni 2018 dengan penggunaan obat antibiotic terbanyak sehingga menyebabkan
biaya pengobatan menjadi tinggi.
Obat dalam resep pasien rawat jalan ISPA akut paling banyak menggunakan
antibiotikdengan kelas terapi DRP (38,45%). Dalam hal ini menurut pharmaceutical care 2005
amoksilin merupakan terapi lini pertama untuk penggunaan ISPA.
Tujuan penelitian ini untuk mengamati analisis minimal biaya (CMA) sirup amoksilin
dan sirup cefadroxil untuk pengobatan ISPA pada balita di puskesmsan manggis I Kabupaten
Karangasem Bli tahun 2018.
Metode Penelitian :
Nilai rata-rata biaya total obat untuk golongan antibiotika sirup cefadroxil lebih mahal
dibandingkan dengan rata-rata biaya obat amoksilin.
Uji normalitas
Hasil uji normalitas menunjukkan nilai P>0.05, ini menunjukkan data tidak terdistribusi
normal dan analisis data secara non parametik
Hasil uji karakterisitik diperoleh data jenis kelamin perempuan 63.5% dan laki-laki
36.5%. Katagori rata-rata umur ≤ 3.3 tahun 30.8% dan > 3.3 tahun 69.2%. Penggunaan
antibiotika sirup amoksilin 50% dan sirup cefadroxil 50%. Dana kapitasi ≤ Rp. 5.700 sebesar
75.7% dan > Rp. 5.700 sebesar 24.3%.
Karakteristik, penggunaan antibiotika dan dana f %
kapitasi
Jenis Kelamin
Perempuan 66 63.5
Laki 38 36.5
Umur (mean)
≤ 39 bulan 32 30.8
> 39 bulan 72 69.2
Antibiotik
Sirup Amoksilin 35 50
Sirup Cefadroxil 35 50
Dana Kapitasi
≤ Rp. 5.700 53 75.7
> Rp. 5.700 17 24.3
Hasil uji binary logistic tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P=0.42; Odds
Ratio(OR)=1.77) antara antibiotika terhadap dana kapitasi.
P OR
Karakterisitik dan antibiotic
Jenis Kelamin 0.83 0.87
Umur 0.35 1.94
Antibiotik 0.42 1.77
Pembahasan
Hasil pada penelitian berikut menunjukkan bahwa pasien dengan kelamin perempuan
lebih rentan terkena infeksi ISPA maupun penyakit hormonal, genetic dan lingkungan lainnya.
Hal ini bertentangan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa anak laki-laki lebih beresiko
terkena ISPA karena anak laki-laki lebih sering bermain di luar rumah. Namun, hasil tidak
menyebutkan hubungan antara jenis kelamin dengan dana kapitas (p>0.05) yang mana sesuai
dengan penelitian yang menyatakan bahwa anak balita diberikan perlakuan atau kebijakan
dengan program pembiayaan kesehatan tanpa membedakan jenis kelamin dan status sosial.
Hasil penelitian berikt juga menjelaskan bahwa pasien balita pada umur >39 bulan
lebih banyak terkena resiko penyakit ISPA dibandingkan dengan pasien balita berumur <39
bulan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan semaki tinggi umur penderita makan
makin mudah balita untuk terpapar ISPA. Pada uji binary logistic menyatakan tidak ada
keterkaitan antara umur dan dana kapitasi yang mana umur tidak mempengaruhi pembiayaan
kesehatan.
Hasil CMA antibiotika rata-rata menyatakan biaya total obat sirup amoksilin lebih
murah dibandingkan sirup cefadroxil namun tidak memiliki perbedaan signifikan secara
statistika karena kedua jenis obat ini rata-rata biaya tidak melewati dana kapitasi puskesmas.
Hal ini membuktikan bahwa kedua sirup antibiotik sudah sesuai untuk pelaksanaan dana
kapitasi. Penggunaan antibiotic juga mempengaruhi pada biaya penggunaan antibiotic yang
akan mempengaruhi pembiayaan kesehatan serta biaya merupaka elemen utama dalam
pemberiaan keputusan penggunaan peresepan antibiotic. Disebutkan pula 24.3% masih
melewati batas dana kapitasi yang ditetapkan karena factor penggunaan obat simtomatik lebih
mahal dari sirup amoksilin dan sirup cefadroxil.
Kesimpulan
Penggunaan antibiotic sirup amoksilin dan sirup cefadroxil tidak berbeda secara
signifikan terhadap dana kapitasi dan bisa dijadikan acuan standar untuk pengobatan ISPA.