Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan bagian yang integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada
masyarakat. Rumah sakit adalah Institusi Pelayanan K yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat.

Tujuan rumah sakit adalah untuk memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia, serta rumah sakit sendiri
memiliki fungsi untuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Setiap
rumah sakit diwajibkan memliki tenaga kesehatan yang berwenang untuk menjaga
kerahasiaan berkas identitas pasien, yang disebut dengan tenaga perekam medis.

Tenaga rekam medis adalah tenaga kesehatan di rumah sakit yang berupaya menunjang
tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Untuk menunjang produktivitas kerja petugas rekam medis, maka dibutuhkan
lingkungan kerja yang bagus. Dalam lingkungan kerja yang bagus akan berdampak positif
terhadap produktivitas kerja sehingga meningkatkan pelayanan dan menguntungkan bagi
rumah sakit.

Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-


hari. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang
pegawai. Jika pegawai menyukai lingkungan kerja di tempat dia bekerja, maka pegawai
tersebut akan betah bekerja dan melakukan aktivitasnya dengan baik, sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif dan optimis dan dapat mempengaruhi meningkatnya prestasi
kerja pegawai. Lingkungan kerja tersebut mencakup jenis lingkungan kerja, standart
lingkungan kerja fisik, standart lingkungan kerja non fisik, keselamatan kerja dan 5
R(ringkas, rapi, resik, rawat, rajin).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi lingkungan kerja?
2. Apa manfaat lingkungan kerja ?
3. Apa tujuan lingkungan kerja?
4. Apa saja indikator lingkungan kerja?
5. Apa saja aspek-aspek dalam lingkungan kerja?
6. Bagaimana standart lingkungan kerja?
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja?
8. Bagaimana konsep dasar 5R?
9. Bagaimana keselamatan kerja diunit rekam medis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi lingkungan kerja
2. Untuk mengetahui manfaat lingkungan kerja
3. Untuk mengetahui tujuan lingkungan kerja
4. Untuk mengetahui indikator lingkungan kerja
5. Untuk mengetahui aspek-aspek dalam lingkungan kerja
6. Untuk mengetahui standart lingkungan kerja.
7. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja
8. Untuk memahami konsep dasar 5R
9. Untuk mengetahui keselamatan kerja di unit rekam medis

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Manfaat utama bagi mahasiswa adalah dapat mengenal lingkungan kerjanya setelah lulus.
1.4.2 Manfaat Bagi Stikes Yayasan RSUD Dr. Soetomo
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan salah satu fungsi yang penting dalam manajemen sumber
daya manusia (MSDM). Lingkungan kerja adalah semua keadaan yang ada di tempat kerja
yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung selain itu
lingkungan kerja merupakan suatu komunitas tempat manusia berkumpul dalam suatu
keberagaman serta dalam situasi dan kondisi yang berubah-ubah yang dapat mempengaruhi
kinerja karyawan. . Lingkungan kerja juga dapat diartikan segala sesuatu yang ada di sekitar
pegawai pada saat bekerja berupa fisik dan non fisik yang dapat mempengaruhi diri pegawai
dalam menjalankan tugas yang dibebankan oleh perusahaan maupun lembaga. Adapun
pengertian lingkungan kerja menurut beberapa para ahli seperti dibawah ini :

a. Menurut Nitisemito 1992, adalah “Sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.”
b. Menurut Sedarmayati 2001, adalah “Keseluruan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan
kinerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.”
c. Menurut Bambang 1991, adalah “Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja seorang pegawai.”
d. Menurut Sutrisno 2010, adalah “Keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di
sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan, lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja, fasilitas, dan alat
bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja
antara orang-orang yang ada di tempat tersebut.”

Berdasarkan dari pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja/karyawan berupa
fisik dan non fisik yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaannya sehingga akan diperoleh hasil kerja yang maksimal, dimana dalam
lingkungan kerja tersebut terdapat fasilitas kerja yang mendukung karyawan dalam
penyelesaian tugas yang dibebankan kepada karyawan guna meningkatkan kerja karyawan
dalam suatu perusahaan.

Namun secara singkat pengertian lingkungan kerja adalah segala kondisi, tempat dan
suasana sekitar yang berupa fisik dan non fisik dan berpengaruh terhadap para pegawai
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan maksmimal.

Lingkungan kerja dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat antara orang-orang
yang ada di dalam lingkungannya. Oleh karena itu, hendaknya diusahakan agar lingkungan
kerja harus baik dan kondusif karena lingkungan kerja yang baik dan kondusif menjadikan
karyawan merasa betah berada di ruangan dan merasa senang serta bersemangat untuk
melaksanakan setiap tugas-tugasnya.

2.2 Manfaat Lingkungan Kerja

Adapun manfaat lingkungan kerja yang baik yakni sebagai berikut :

1. Menciptakan kemudahan dan gairah kerja,


2. Menciptakan produtivitas dan prestasi kerja meningkat.

Manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga

produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena

bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat

diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang

benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Kinerjanya akan dipantau oleh

individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak

pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.(Arep, 2003:103

2.3 Tujuan Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja merupakan hal yang sangat penting bagi lembaga ataupun institusi terkait.
Keberadaan lingkungan kerja sangatlah jelas tujuannya baik tujuan dari lembaga atau
institusi terkait maupun bagi tenaga kesehatan atau non kesehatan seperti (dokter,perawat,
bidan, perekam medis) yang bekerja. Lembaga kesehatan membutuhkan tenaga kesehatan
maupun non kesehatan yang professional untuk mewujudkan visi,misi dan tujuan dari
lembaga tersebut. Lingkungan kerja merupakan salah satu fasilitas yang diberikan lembaga
untuk para tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan
bagi seorang tenaga kesehatan/non kesehatan lingkungan kerja yang baik, nyaman dan
mendukung akan mempermudahkan bagi pegawai untuk melaksanakan tugasnya sebagai
tenaga kesehatan dan non kesehatan yang professional.

2.4 Aspek-Aspek dalam Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau bisa disebut juga
aspek pembentuk lingkungan kerja, bagian-bagian itu bisa diuraikan sebagai berikut
(Simanjuntak, 2003:39):

1. Pelayanan kerja

Pelayanan karyawan merupakan aspek terpenting yang harus dilakukan oleh


setiap perusahaan terhadap tenaga kerja. Pelayanan yang baik dari perusahaan akan
membuat karyawan lebih bergairah dalam bekerja, mempunyai rasa tanggung
jawabdalam menyelesaikan

pekerjaannnya, serta dapat terus mennjaga nama baik perusahaan melalui produktivitas
kerjanya dan tingkah lakuknya. Pada umumnya pelayanan karyawan meliputi beberapa
haln yakni :

a. Pelayanan makan dan minum.

b. Pelayanan kesehatan .

c. Pelayanan kamar kecil/kamar mandi ditempat kerja, dan sebagainya.

2. Kondisi Kerja

Kondisi kerja karyawan sebaiknya diusahakan oleh manajemen perusahaan sebaik


mungkin agar timbul rasa aman dalam bekerja untuk karyawannya, kondisi kerja ini
meliputi penerangan yang cukup, suhu udara yang tepat, kebisingan yang ddapat
dikendalikan, pengaruh warna, runag gerak yang diperlukan dan keamanan kerja
karyawan.

3. Hubungan karyawan

Hubungan karyawan akan sangat menentukan dalam menghasilkan produktivitas


kerja. Hala ini disebabkan karena adanya hubungan antara motivasi serta semangat dan
kegairahan kerja dengan hubungan yang kondusif antar sesama karyawan dalam
bekerja, ketidak serasian hubungan antara karyawan dapat menurunkan motivasi dan
kegairahan yang akibatnya akan dapat menurunkan produktivitas kerja.

2.5 Standar Lingkungan Kerja


2.5.1 Standar Lingkungan Kerja Fisik
Persyaratan tata ruang kantor yang baik adalah
a. Ruang yang tersedia dapat digunakan secara efisien
b. Tersedia pelayanan yang menunjang pekerjaan, misal: listrik dan telepon
c. Pimpinan lebih mudah melakukan pengawasan
d. terpeliharanya kesatuan dan kesetiaan antar pegawai
e. Tersedianya komunikasi dan arus kerja yang lancar
f. Mobilitas pegawai tidak terganggu oleh letak dan susunan perlengkapan kantor seperti
rak dan lemari
g. Perlengkapan kantor yang tidak mengganggu
h. Terciptanya rasa aman bagi pegawai
i. Susunan tempat kerja dapat digunakan untuk berbagai pekerjaan dan mudah diubah
sewaktu-waktu
j. Memberikan suasana yang merangsang daya kerja

Menurut Gempur Santoso, 2004 dalam buku Ergonomi, standar lingkungan kerja fisik meliputi:
a. Temperatur
1. ± 49°C : temperatur yang dapat dditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas
kemampuan fisik dan mental.
2. ± 30°C : temperatur mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.
3. ± 24°C : kondisi optimum.
4. ± 10°C : kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
5. Produktivitas manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperature
± 24°C sampai dengan ± 27°C
b. Kelembaban
Udara yang panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh
secara besar-besaran (karena sistem penguapan). Sehingga mempengaruhi semakin
cepatnya denyut jantung, karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen.
c. Siklus udara
Udara normal mengandung 21% oksigen, 0.03% karbondioksida, dan 0.9% gas campuran.
Siklus udara tidak baik apabila terdapat gejala sesak nafas pada tubuh orang normal.
Maka siklus udara yang baik adalah ventilasi cukup dan tanaman.
d. Pencahayaan
Ukuran jarak pandang untuk membaca idealnya adalah 30cm tanpa pemaksaan mata,
menggunakan cahaya warna netral seperti putih.
Keuntungan cahaya yang baik adalah:
1. Prestasi lebih besar
2. Semangat kerja lebih tinggi
3. Hasil pekerjaan lebih efektif
4. Kesalahan berkurang
5. Keletihan berkurang

Kerugian cahaya yang tidak baik adalah:

1. Kelelahan mata
2. Kelelahan mental
3. Kelelahan daerah mata dan kepala
4. Kerusakan indera mata

Untuk menentukan intensitas cahaya yang layak digunakan pengukuran penerangan


dengan foot candle yaitu sejumlah cahaya atau penerangan dengan jarak 1 kaki dari
sebuah lilin 10 watt tiap kaki persegi memberikan 1.5 foot candle. 200 watt
menerangi 1 ruangan yang ukuran 10x10 (3x3 meter persegi) memberikan
penerangan 15 candle per foot.

e. Kebisingan
f. Bau
Pemakaian AC yang tepat dapat menghilangkan bau yang menganggu disekitar
g. Getaran Mekanis
Getaran dipengaruhi oleh intensitas, frekuensi, dan lamanya getaran. Getaran yang tidak baik
ditandai dengan adanya gejala konsentrasi menurun, kelelahan, dan gangguan mata,
syaraf dan otot.
h. Warna
1. Merah: panas, kegembiraan, kegiatan kerja, merangsang semangat kerja.
2. Kuning: kehangatan matahari, merangsang mata dan syraf, gembira, riang,
melenyapkan rasa tertekan, terang dan leluasa.
3. Hijau dan biru: sejuk, aman, menyegarkan, ketentraman, mengurangi ketegangan
otot dan tekanan darah, baik untuk pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi.
4. Gelap: leluasa

Tabel standar warna

Ruang yang seluruhnya warna putih terbukti terlalu terang menerima pantulan, akan
menimbulkan silau bagi para pekerja. Di Indonesia sebaiknya menggunakan warna
redup seperti: biru muda, hijau muda, abu-abu muda. Jika ruangan kerja sempit, maka
dapat diberikan warna yang memberi kesan luas.

2.5.2 Standar Lingkungan Kerja Non Fisik


Menusesama rekan rekarut Sedarmayanti (2007) menyatakan bahwa lingkungan kerja non fisik
adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan
atasan maupun dengan sesama rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan.
Lingkungan kerja non fisik ini merupakan lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.

Menurut Nitisemo (2001) perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung
kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang
sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan,
komunikasi yang baik, dan pengendalian diri. Membina hubungan yang baik antara
sesama rekan kerja, bawahan maupun atasan harus dilakukan karena kita saling
membutuhkan.
2.6 Indikator Lingkungan Kerja
Indikator-indikator lingkungan kerja oleh Nitisemito (1992,159) yaitu sebagai berikut:

1. Suasana kerja

Suasana kerja adalah kondisi yang ada disekitar karyawan yang sedang
melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.
Suasana kerja ini akan meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan,
kebersihan, pencahayaan, ketenangan termasuk juga hubungan kerja antara orangorang
yang ada ditempat tersebut (Saydam, 1996:381).

2. Hubungan dengan rekan kerja

Hubungan dengan rekan kerja yaitu hubungan dengan rekan kerja harmonis dan
tanpa ada saling intrik diantara sesama rekan sekerja. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi karyawan tetap tinggal dalam satu organisasi adalah adanya hubungan
yang harmonis diantara rekan kerja. Hubungan yang harmonis dan kekeluargaan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

3. Tersedianya fasilitas kerja

Hal ini dimaksudkan bahwa peralatan yang digunakan untuk mendukung


kelancaran kerja lengkap/mutakhir. Tersedianya fasilitas kerja yang lengkap, walaupun
tidak baru merupakan salah satu penunjang proses dalam bekerja.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009:28) indikator-indikator lingkungan kerja yaitu
sebagai berikut:

1. Penerangan/cahaya di tempat kerja

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat
keselamatan dan kelancaran kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan
(cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup)
mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat,
banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam
melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit tercapai.

2. Sirkulasi udara ditempat kerja

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga
kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor
apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan
gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara
segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil
oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.

3. Kebisingan di tempat kerja

Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah
kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena
terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja,
merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut
penelitian, kebisingan yang serius dapat menyebabkan kematian.

4. Bau tidak sedap di tempat kerja

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran,


karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terusmenerus
dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan baubauan yang
mengganggu disekitar tempat kerja.
5. Keamanan di tempat kerja

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman
maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja. Oleh karena itu faktor
keamanan perlu diwujudkan keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan
ditempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Pengaman

(SATPAM). Dari dua pendapat yang berbeda yaitu dari Nitisemito (1992:159) dan
Sedarmayanti (2009:28) tentang lingkungan kerja diharapkan terciptanya lingkungan
kerja yang kondusif sehingga karyawan akan betah dalam bekerja.

Dari dua pendapat berbeda peneliti mengambil indikator yaitu suasana kerja,
hubungan dengan rekan kerja, tersedianya fasilitas kerja, penerangan, sirkulasi udara,
kebisingan, bau tidak sedap, dan keamanan.

Adapun indikator lingkungan kerja menurut (Sedarmayanti: 2004:46) adalah sebagai


berikut:

1. Penerangan/cahaya ditempat kerja

2. Temperatur/suhu udara ditempat kerja

3. Kelembapan udara ditempat kerja

4. Sirkulasi udara ditempat kerja

5. Getaran mekanis ditempat kerja

6. Bau tidak sedap ditempat kerja

7. Tata warna ditempat kerja

8. Dekorasi ditempat kerja

9. Musik ditempat kerja

10. Keamanan ditempat kerja


Untuk dapat menciptakan lingkungan kerja yang efektif dalam perusahaan ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan (Gie dalam Nuraini:

2013:103):

1. Cahaya

Cahaya penerangan yang cukup memancarkan dengan tepat akan menambah


efisiensi kerja para karyawan/pegawai, karna mereka dapat bekerja dengan lebih cepat
lebih sedikit membuat kesalahan dan matanya tak lekas menjadi lelah.

2. Warna

Warna merupakan salah satu faktor yang penting untuk memperbesar efisiensi
kerja para karyawan, khususnya warna akan mempengaruhi keadaan jiwa mereka
dengan memakai warna yang tepat pada dinding ruang dan alat-alat lainnya
kegembiraan dan ketenangan bekerja para karyawan akan terpelihara.

3. Udara

Mengenai faktor udara ini, yang sering sekali adalah suhu udara dan banyaknya
uap air pada udara itu.

4. Suara

Untuk mengatasi terjadinya kegaduhan, perlu kiranya meletakkan alat-alat yang


memiliki suara yang keras, seperti mesin ketik pesawat telpon, parkir motor, dan lain-
lain. Pada ruang khusus, sehongga tidak mengganggu pekerja lainnya dalam
melaksanakan tugasnya.

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu (Siagian, 2006:63) :
1. Bangunan tempat kerja

2. Ruang kerja yang lega


3. Ventilasi pertukaran udara

4. Tersedianya tempat-tempat ibadah keagamaan

5. Tersedianya sarana angkutan khusus maupun umum untuk karyawan nyaman dan mudah
Menurut (Sedarmayanti dalam Wulan, 2011:21) Menyatakan bahwa secara garis
besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor lingkungan kerja fisik
dan faktor lingkungan kerja non fisik.
1. Faktor Lingkungan Kerja Fisik

a. Pewarnaan

b. Penerangan

c. Udara

d. Suara bising

e. Ruang gerak

f. Keamanan

g. Kebersihan

2. Faktor Lingkungan Kerja Non Fisik

1. Struktur kerja

2. Tanggung jawab kerja

3. Perhatian dan dukungan pemimpin

4. Kerja sama antar kelompok

5. Kelancaran komunikasi
Menurut (Suwatno dan Priansa, 2011:163)secara umum lingkunga

kerja terdiri dari lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja psikis.

1. Faktor Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik adalah lingkungan yang berada disekitar pekerja itu
sndiri. Kondisi di lingkungan kerja dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan yang
meliputi:

a. Rencana Ruang Kerja


Meliputi kesesuaian pengaturan dan tata letak peralatan kerja, hal ini
berpengaruh besar terhadap kenyamanan dan tampilan kerja karyawan.

b. Rancangan Pekerjaan
Meliputi peralatan kerja dan prosedur kerja atau metode kerja, peralatan kerja
yang tidak sesuai dengan pekerjaannya akan mempengaruhi kesehatan hasil kerja
karywan.
c. Kondisi Lingkungan Kerja
Penerangan dan kebisingan sangat berhubungan dengan kenyamanan para pekerja
dalam bekerja. Sirkulasi udara, suhu ruangan dan penerangan yang sesuai sangat
mempengaruhi kondisi seseorang dalam menjalankan tugasnya.

d. Tingkat Visual Pripacy dan Acoustical Privacy

Dalam tingkat pekerjaan tertentu membutuhkan tempat kerja yang dapat


mdemberi privasi bagi karyawannya. Yang dimaksud privasi disini adalah sebagai “
keleluasan pribadi “ terhadapa hal-hal
yang menyangkut dirinya dan kelompoknya. Sedangkan acoustical privasi
berhubungan dengan pendengaran.

2. Faktor Lingkungan Psikis

Faktor lingkungan psikis adalah hal-hal yang menyangkut dengan hubungan sosial dan
keorganisasian. Kondisi psikis yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah:
a. Pekerjaan Yang Berlebihan
Pekerjaan yang berlebihan dengan waktu yang terbatas atau mendesak dalam
penyelesaian suatu pekerjaan akan menimbulkan penekanan dan ketegangan terhadap
karyawan, sehingga hasil yang didapat kurang maksimal.

b. Sistem Pengawasan Yang Buruk


Sistem pengawasan yang buruk dan tidak efisien dapat menimbulkan ketidak puasaan
lainnya, seperti ketidak stabilan suasana politik dan kurangnya umpan balik prestasi
kerja.

c. Frustasi
Frustasi dapatberdampak pada terhambatnya usaha pencapaian tujuan, misalnya
harapan perusahaan tidak sesuai dengan harapan karyawan, apanbila hal ini
berlangsung terus menerus akan menimbulkan frustasi bagi karyawan.
d. Perubahan-Perubahan Dalam Segala Bentuk

Perubahan yang terjadi dalam pekerjaaan akan mempengaruhi cara orang-orang


dalam bekerja, misalnya perubahan lingkungan kerja seperti perubahan jenis
pekerjaan, perubahan organisasi, dan pergantian pemimpin perusahaan.

e. Perselisihan Antara Pribadi Dan Kelompok


Hal ini terjadi apabila kedua belah pihak mempunyai tujuan yang sama dan
bersaing untuk mencapai tujuan tersebut. Perselisihan inin dapat berdampak negatif
yaitu terjadinya peselisihan dalam berkomunikasi, kurangnya kekompakan dan
kerjasama. Sedangkan dampak positifnya adalah adanya usaha positif untuk
mengatasiperselisihan ditempat kerja, diantaranya: persaingan, masalah status dan
perbedaan antara individu.
Lingkunga kerja fisik maupun psikis keduanya sama pentingnya dalam sebuah
organisasi, kedua lingkungan kerja ini tidak bisa dipisahkan. Apabila sebuah perusahaan
hanya mengutamakan satu jenis lingkungan kerja saja, tidak akan tercipta lingkungan kerja
yang baik, dan lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu
yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien
dan akan menyebabkan perusahaan tersebut mengalami penurunan produktivitas kerja.
2.8 Keselamatan Kerja
Harus dicegah terjatuhnya petugas ketika menyimpan atau mengambil berkas rekam
medis pada rak yang letaknya di atas. Perlu disediakan tangga yang tidak mudh
tergelincir. Ruang gerak untuk bekerja dalam penyimpanan harus memudahkan
pekerjaan. Kebersihan terjaga, adanya penghisap debu, penggunaan masker, kelembaban
dan suhu ruangan perlu diatur untuk mencegah kebakaran. Penerangan lampu dan
sirkulasi udara yang cukup baik untuk menghindarkan kelelahan.
Contoh Keselamatan Kerja di RS. X Surabaya
1. Ada program pencegahan bahaya untuk menjamin arsip tidak hilang, rusak, dan ditangani
dengan baik, missal : smoke, detection, file alarm, APAR, sprinkle sistem yang terpasang
di ruang penyimpanan.
2. Lemari penyimpanan terbuat dari besi aluminium yang dilengkapi dengan alat kunci
pengaman dan sistem ril (Roll o’pack).
3. Tersedia tangga di bagian penyimpanan dan pengambilan DRM untuk memudahkan petugas.
4. Ruang penyimpanan dilengkapi akses control di mna hanya 1 orang yang memiliki akses
untuk masuk ke ruang penyimpanan DRM.
5. Distribusi DRM harus selalu dalam keadaan menutupi identitas pasien, dan diserahkan ke
perawat/petugas yang menangani pasien.

2.9. 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat. Rajin)


1. Pengertian
Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada pengembangan dan
penyempurnaan secara terus menerus atau berkesinambungan dalam perusahaan bisnis. Kaizen
berasal dari Bahasa Jepang yaitu kai artinya perubahan dan zen artinya baik. Di Cina kaizen
bernama gaishan di mana gai berarti perubahan/perbaikan dan shan berarti baik/benefit. Jadi,
Kaizen dapat diartikan sebagai perubahan yang lebih baik.
Kaizen adalah kegiatan sehari-hari yang sederhana bertujuan untuk melampaui peningkatan
produktifitas, juga merupakan sebuah proses apabila dilakukan dengan benar akan
“memanusiawikan” tempat kerja, mengurangi beban kerja yang berlebihan, dan mengajarkan
orang untuk melakukan percobaan dalam pekerjaannya dengan menggunakan metode-metode
ilmiah dan bagaimana belajar mengenali serta mengurangi pemborosan dalam proses kerjanya.
5R di Indonesia meliputi:
a. Seiri (Ringkas)
Seiri berarti membedakan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan serta
membuang yang tidak diperlukan. Prinsip dari seiri yaitu dengan menggunakan
stratifikasi dan menangani sebab masalah. Langkah-langkah dalam penerapan seiri :
1. Penjelasan guna penyeragaman pengertian
2. Kegiatan meringkas tempat kerja
3. Pemeriksaan berkala kondisi ringkas tempat kerja
4. Pelembagaan ringkas dengan sistem piket
Slogan seiri adalah singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan di tempat kerja
(Osada, 2004).
b. Seiton (Rapi)
Seiton adalah menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga kita selalu menemukan
barang yang dibutuhkan. Prinsip dari seiton adalah penyimpanan fungsional dan
menghilangkan waktu untuk mencari barang. Langkah-langkah dalam penerapan seiton:
1. Pengelompokkan barang
2. Penyiapan tempat
3. Pemberian tanda batas
4. Pemberian tanda pengenal barang
5. Membuat denah/peta penyiapan.
Slogan seiton adalah setiap barang yang berada di tempat kerja memiliki tempat yang
pasti.
c. Seiso (Resik)
Seiso berarti menghilangkan sampah kotoran dan barang asing untuk memperoleh tempat
kerja yang lebih bersih. Prinsip Seiso adalah bahwa pembersihan sebagai pemeriksaan
dan tingkat kebersihan, Langkah-langkah dalam penerapan Seiso:
1. Penyediaan saran kebersihan
2. Pembersihan tempat kerja
3. Peremajaan tempat kerja
4. Pelesrarian Seiso
Slogan Seiso adalah bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat kerja. Membersihkan
berarti memeriksa.
d. Seiketsu (Rawat)
Seiketsu berarti memlihara barang dengan teratur, rapi, bersih, dan dalam aspek personal
serta kaitannya dengan polusi. Prinsip seiketsu adalah Manajemen Visual dan
Pemantapan 5S. Langkah-langkah dalam penerapan seiketsu:
1. Penentuan butir kendali
2. Penetapan kondisi tidak wajar
3. Rancangan mekanisme peantauan
4. Pola tindak lanjut
5. Pemeriksaan berkala/audit
Slogan seiketsu adalah setiap orang memperoleh informasi yang dibutuhkan di tempat
kerja tepat waktu.
e. Shitsuke (Rajin/Disiplin)
Shitsuke berarti melakukan suatu yang benar sebagai kebiasaan. Prinsip shitsuke adalah
pembentukan kebiasaan dan tempat kerja yang mantap. Langkah-langkah daalm
penerapan shitsuke:
1. Penerapan target bersama
2. Teladan/contoh bagi atasan
3. Hubungan karyawan
4. Kesempatan belajar bagi karyawan
Slogan shitsuke adalah lakukan apa yang harus dilakukan dan jangan dilakukan apa yang
tidak boleh dilakukan.
2. Tujuan
Mengatur mengelola tempat kerja menjadi tempat kerja yang lebih baik secara berkelanjutan
serta meningkatkan efisiensi dan kualitas di tempat kerja.
3. Manfaat
a. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang lebih efisien.
b. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan menjadi luas/lapang.
c. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang bagus/baik.
d. Menambah penghematan karean menghilangkanberbagai pemborosan di tempat kerja.
4. Ruang lingkup
Seperti yang telah disebutkan bahwa praktik kaizen memiliki tujuan dalam perbaikan maupun
peningkatan secara terus menerus, maka praktik kaizen dalam suatu organisasi perusahaan harus
menyentuh setiap karyawan. Konsep praktik kaizen pada umumnya memiliki dasar:
a. Berorientasi pada proses berserta hasil.
b. Berpikir secara sistematis pada seluruh proses.
c. Tidak menyalahkan manusianya. Namun, harus memperbaiki proses.
Pada umumnya praktik kaizen selalu beriringan dengan Total Quality Management (TQM)
karena system mutu dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu dari produk maupun sumber
daya yang ada dalam organisasi perusahaan. Jadi, kaizen bias juga dikaitkan dengankesatuan
pandangan yang komperhensif dan terintegrasi dengan TQM tersebut. Orientasi kaizen pada
TQM mencakup:
a. Berorientasi pada pelanggan atau customer
b. Pengendalian mutu secara menyeluruh
c. Autonomation/robotik
d. Disiplin ditempat kerja
e. Pemeliharaan produktifitas
f. Penyempurnaan dan perbaikan mutu
g. Tepat waktu
h. Tanpa cacat
Dalam praktik kaizen dalam organisasi perusahaan, pada umumnya mencakup 3 segmen.
Akan tetapi, hal ini tergantung kepada kebutuhan masing-masing perusahaan. 3 segmen kaizen
dalam organisasi perusahaan:
1. Kaizen yang berorientasi pada manajemen dengan memusatkan perhatian pada masalah
besar yang berada pada raung lingkup seperti masalah strategi dalam perusahaan.
2. Kaizen yang berorientasi pada kelompok, pada umumnya dilakukan dengan keikutsertaan
karyawan secara sukarela.
3. Kaizen yang berorientasi pada individu, pada umumnya kaizen ini berupa perbaikan
terhadap kinerja individu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Jadi, pada umumnya kaizen bisa dilakukan oleh siapa saja dan di manapun tempatnya yang
sangat diperlukan dalam praktik kaizen itu adalah bagaimana kita bisa dan dapat berkomitmen
untuk menjalankan dan melaksanakan praktik kaizen tersebut tanpa harus adanya tekanan
maupun paksaan dari pihak manapun.
Karena kaizen membutuhkan metodologi ilmiah yang akan bisa digunakan sebagai “peta” agar
dalam praktik kaizen tidak mealkukan perbaikan bukan pada focus yang diharapkan. Jadi,
diperlukan juga pengembangan dan pelatihan metodologi praktik kaizen, seperti PDCA (Plan,
Do, Check, and Action/Adjust). Analisa-analisa yang mengarah pada akar permasalahan seperti
analisa 5 mengapa dan yang paling penting adalah komunikasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai