Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Manajemen Unit-Unit Penunjang Pendidikan

(Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi)

Dosen Pengampu:
Dr. Maslani

Disusun Oleh:
M. Jiva Agung W
NIM. 219004055

PROGRAM PASCASARJANA
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG 2019

1
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan ............................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 3
Bab II Pembahasan ............................................................................................................................... 4
A. Pengertian Manajemen Unit Penunjang Pendidikan ............................................................ 4
B. Manajemen Unit Penunjang Pendidikan ................................................................................ 5
C. Hadits tentang Manajemen Unit Penunjang Pendidikan .................................................... 10
Bab III Penutup................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 13

2
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Manajemen dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mengatur/mengelola sumber daya yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
Jika kata manajemen kemudian disandingkan dengan kata unit penunjang pendidikan
(sekolah), maka maknanya menjadi khusus, terfokus pada kegiatan pengaturan/pengelolaan
sumber daya, yang berupa manusia dan unit penunjang pendidikan, secara efektif untuk
mencapai tujuan yang berhubungan dengan kependidikan. Di antara unit-unit penunjang yang
ada di sekolah ialah, seperti perpustakaan, Bimbingan dan Konseling (BK), dan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS).

Namun sayangnya realita di lapangan, khususnya di sekolah tempat penulis mengabdi


(SMPN 12 Bandung), performa ketiga unit penunjang ini masih jauh dari kata optimal. Ini
dapat diperkirakan karena disebabkan oleh belum terciptanya kesadaran dari pihak sekolah
akan pentingnya melakukan upaya-upaya manajerial yang sesuai dengan teori-teori
manajemen.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas sisi teoritis perihal manajemen unit
penunjang pendidikan dengan judul “Manajemen Unit-Unit Pendidikan.”

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen unit penunjang pendidikan?
2. Bagaimana manajemen unit penunjang pendidikan?
3. Apa hadits tentang manajemen unit penunjang pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen unit penunjang pendidikan.
2. Untuk mengetahui manajemen unit penunjang pendidikan.
3. Untuk mengetahui hadits tentang manajemen unit penunjang pendidikan.

3
Bab II

Pembahasan

A. Pengertian Manajemen Unit Penunjang Pendidikan


Siagian Sondang, sebagaimana yang dikutip oleh Fauzi, mengungkapkan bahwa
manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Di sini makna manajemen
masih sangat general, sebab subjek dan objeknya belum ada. Mujahid, dalam bukunya yang
berjudul Manajemen Madrasah, masih seperti yang dikutip oleh Fauzi, mengatakan bahwa
manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.1 Berkebalikan dengan
pendapat di atas, meskipun ada benarnya pendapat Mujahid ini sebab di dalam aktivitas
manajemen pasti seorang manajer akan melimpahkan suatu tugas tertentu kepada orang lain
(bawahan/karyawan), namun pengertian ini terlalu sempit, menutup kemungkinan dari objek
lain yang akan diatur.

Agaknya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat memberikan sedikit arahan yang
lebih jelas, dikatakan bahwa manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran. Ungkapan ini senada dengan yang disampaikan oleh Hasibuan, masih
seperti yang dikutip dari Fauzi, bahwa manajemen itu adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.2

Dari pembahasan ini, setidaknya ditemukan tiga istilah kunci sehingga penulis dapat
meramu mengertian manajemen secara lebih proporsional, yakni: mangatur, sumber daya,
efektif. Kata mengatur dapat disimpan ke dalam predikat (kata kerja), sumber daya sebagai
objek, sedangkan efektif sebagai kata keterangan. Untuk subjek (pelaku) dapat dapat berupa
seseorang atau sekelompok orang. Sehingga secara sederhana manajemen dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan mengatur/mengelola sumber daya yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.

Jika kata manajemen kemudian disandingkan dengan kata unit penunjang pendidikan,
maka maknanya menjadi khusus, terfokus pada kegiatan pengaturan/pengelolaan sumber daya

1
Fauzi, I. (2014). Manajemen Pendidikan ala Rasulullah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 35-36
2
Ibid.

4
yang berupa manusia dan unit penunjang pendidikan secara efektif untuk mencapai tujuan yang
berhubungan dengan kependidikan.

Disebut penunjang karena memang bukanlah suatu elemen terpenting sehingga kalau pun
tidak ada, maka kegiatan tersebut masih dapat berlangsung, namun unit-unit penunjang ini
amat bermanfaat sebagai penyokong elemen-elemen utama untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki. Karena dalam makalah ini dibatasi hanya pada dunia persekolahan, maka unit-
unit penunjang tersebut adalah perpustakaan, usaha kesehatan sekolah (UKS), dan bimbingan
dan konseling (BK).

B. Manajemen Unit Penunjang Pendidikan (Sekolah)

1. Perpustakaan

Secara sederhana, sebagaimana dipahami dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
perpustakaa adalah tempat, gedung, atau ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan
penggunaan buku. Istilah lain yang masih senada ialah, koleksi buku, majalah dan bahan
kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dan dibicarakan. Bagi penulis,
istilah kedua lebih tepat sebab di era sekarang penyimpanan buku tidak lagi harus berupa
tempat fisik (gedung, ruangan, dll) namun juga berupa penyimpaan digital. Maka wajar jika
belakangan ini muncul istilah perpustakaan digital.3 Baik perpustakaan fisik maupun digital
patut diperhitungkan sebagai salah satu elemen/unit penting penunjang pendidikan di
sekolah. Tidak hanya itu, perpustakaan sebenarnya bukan sekadar ruang untuk menyimpan
informasi, lebih dari itu, juga dapat dikatakan sebagai sistem informasi sebab di dalamnya
terkandung pula kegiatan pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian, dan
penyebaran informasi.4 Maka dari itu, kegiatan atau manajemen tidak bisa lepas darinya,
agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan efektif.

Mansyur mengungkapkan bahwa manajemen perpustakaan adalah sebuah upaya


pengelolaan perpustakaan yang didasarkan pada teori dan prinsip-prinsip manajemen.
Karena yang dibahas dalam makalah ini adalah perpustakaan sekolah, maka pembahasannya
akan berkaitan dengan bagaimana perpustakaan sekolah membuat perencanaan,

3
Bandingkan dengan buku Manajemen Perpustakaan Sekolah karangan Kemendiknas (2010), hlm. 6
4
Pandangan Lasa sebagaimana dkutip dari Monaliza. (Maret, 2017). “Manajemen Perpustakaan Sekolah”.
Manajer Pendidikan, Vol.11 No.3, hlm. 283

5
menentukan tujuan, kebijakan, standar operasional yang jelas sehingga dapat berperan
sebagai penunjang yang ideal dalam pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah.5

Dalam menjalankan tindakan manajerial, perpustakaan sekolah tidak akan luput dari
fungsi-fungsi manajerial yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengaturan staf (staffing), pengarahan (directing), dan pengendalian
(controlling).6

Berkaitan dengan perencanaan, ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yakni: (1)
menentukan tujuan perpustakaan sekolah, (2) mengindetifikasi pemakai dan kebutuhannya.
Kemudian berkenaan dengan pengorganisasian yang merupakan tanggung jawab
pustakawan, perlu melakukan tindakan, seperti: (1) mengatur layanan peminjaman yang
efisien kepada guru maupun siswa, (2) menyediakan sistem yang efisien mengenai
pelayanan pemesanan bahan atau koleksi yang ada di sekolah, (3) memberikan sistem yang
fleksibel bagi siswa, baik perorangan maupun kelompok, serta guru untuk menggunakan
perpustakaan sekolah sebagai tujuan proses pembelajaran, (4) menjalankan suatu sistem
yang memungkinkan sumber-sumber informasi dalam bentuk perangkat keras, (5) mengatur
produksi sumber belajar dalam perpustakaan sekolah, (6) mengawasi dan mengatur
pekerjaan bagi pustakawan atau staf perpustakaan lain.7

Selain mempertimbangkan kelima fungsi manajemen sebagaimana yang telah


diterangkan, perpustakaan sekolah perlu menetapkan visi, misi, tugas, kebijakan, dan
layanan kepustakaan yang disesuaikan dengan kebijakan dan keingina lembaga induknya.8

Pengaturan staf di sini berkaitan erat dengan pengaturan, pemantauan, dan pembinaan
staf sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan berdasarkan kemampuan dan bidang
keterampilan yang dimiliki. Adapun pengarahan, maksudnya adalah seorang pemimpin
perpustakaan perlu mendorong dan mengarahkan staf (anggota) yang dipimpinnya sehingga
mereka dapat bekerja secara optimal. Dan terakhir, mengenai controlling, pustakawan
sekolah harus senantiasa menyadari tujuan yang sedang dilaksanakan, menghindari kegiatan

5
Masyur, H.M. (2015). “Manajemen Perpustakaan Sekolah”. Pustakaloka, Vol. 7 No.1, hlm. 2
6
Kemdiknas (2010), hlm. 6. Bandingkan dengan pandangan Mustari, M. (2013). Manajemen Pendidikan
dalam Konteks Sekolah. Bandung: Arsad Press, hlm. 6-7 yang menambah beberapa butir lain seperti:
leading, coordinating, motivating, reporting, forecasting.
7
Op cit, hlm. 47.
8
Op cit, hlm. 48.

6
apa pun yang tidak efisien, dan melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang telah
dilakukan.9

Semua tindakan manajerial ini dapat dilakukan oleh seorang guru atau tenaga
administrasi yang ditugaskan oleh kepala sekolah sebagai penanggungjawab yang diberi
kewenangan untuk mengelola penyelenggaraan perpustakaan di sekolah.10

Terakhir, beberapa hal tambahan yang perlu diperhatikan dalam mengelola


perpustakaan sekolah, seperti yang diungkapkan oleh Batiancila, adalah: (1) pengrektutan
dan pendidikan bagi para pustakawan, (2) dukungan kepala sekolah atau staf administrasi,
(3) dukungan dana, (4) layanan teknologi informasi terhadap layanan perpustakaan.11

2. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Pada dasarnya UKS merupakan sebuah program kesehatan anak pada usia sekolah yang
berusia 6 hingga 21 tahun, terbagi menjadi dua sub kelompok, yakni pra remaja yang berada
di kisaran umur 6-9 tahun dan remaja di umur 10-19 tahun.12 Sebagaimana yang dipaparkan
oleh Azwar Nasrul, UKS merupakan bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi
beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah dalam rangka mencapai kesehatan
yang optimal dan sekaligus meningkatkan prestasi belajarnya.

Salah satu ciri sekolah yang efektif ialah sekolah yang sehat, maksudnya sekolah
tersebut dapat memberikan lingkungan terbaik untuk belajar sehingga memungkinkan siswa
dapat mengembangkan seluruh kapasitas dirinya secara sehat dan menyenangkan. Bagi
Farida, kata kunci dalam pembahasan ini ialah kesehatan, sebab siswa dan para praktisi
pendidikan lainnya harus sehat terlebih dahulu. Maka dari itu, sekolah memiliki pera penting
dalam menyampaikan informasi seputar kesehatan kepada murid dan masyarakat sekitar.

Sekolah perlu membuat dan merealisasikan program kerjasama dengan Dinas


Kesehatan melalui pembentukkan dan manajemen UKS. Mu’rifah, sebagaimana yang
dikutip oleh Farida, mengatakan bahwa manajamen UKS berperan sebagai wahana untuk

9
Ibid, hlm. 47.
10
Widiasa, I. K. ( April, 2007). “Manajemen Perpustakaan Sekolah”. Jurnal Perpustakaan Sekolah, Vol. 1, hlm. 9
11
Batiancila, M.R. (2007). “Managing Public School Libraries in a Changing Environment”, hlm. 9
12
Rahmawati, E.I, dkk. (2015). “Manajemen Usaha Kesehatan Sekolah”. Manajemen Pendidikan, Vol.24 No.6,
hlm. 572.

7
meningkatkan hidup sehat para peserta didik sedini mungkin, yang dijalankan sejak SD
hingga SMA.13

Manajemen UKS, lebih lanjut, merupakan bagian dari manajemen peserta didik yang
seharusnya mendapat perhatian secara serius kepala sekolah. UKS juga berfungsi sebagai
pengembangan sosial agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan kawan
sebayanya, orantua keluarga, dan lingkungan sekitar sekolah. Tidak hanya aspek sosial,
emosional, dan akademik, tapi UKS dapat berfungsi sebagai tempat penyaluran hobi dan
minat siswa yang terakomodir secara sistematis.14

3. Bimbingan dan Konseling (BK)


Menurut Permendiknas No.27 tahun 2008, sebagaimana yang dikutip oleh Rahman
dkk, kegiatan manajerial dalam BK sangat penting dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
BK itu sendiri yang berdiri sebagai unit penunjang pendidikan di sekolah.15
Lebih jelasnya lagi, sebagaimana yang dipaparkan oleh Rahman dkk, manajemen BK
adalah kegiatan manajemen yang dilakukan untuk mencapai tujuan bimbingan dan
konseling yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada.
Dan seperti halnya dengan unit-unit sebelumnya, fungsi manajemen dalam BK terdiri atas
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pengontrolan (controlling).16
Kemudian Rahman memberikan gambaran kerangka pemikiran manajemen BK sebagai
berikut:

13
Faridah. “Manajemen UKS” dalam http://faridasagmmpd-
sditalauliya1bpp.blogspot.com/2012/12/manajemen-uks.html, pada 19 Desember 2012, dikutip pada 8
Oktober 2019.
14
Ibid.
15
Rahman, K.A, dkk. (April, 2017). “Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri”. Jurnal Administrasi
Pendidikan, Vol.24 No.1, hlm. 41
16
Ibid, hlm. 42

8
PERENCANAAN PENGORGANISASIAN

Manajemen Bimbingan Konseling

PELAKSANAAN

EVALUASI

HASIL PENDUKUNG/

PENGHAMBAT

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap perencanaan BK sebagaiamana yang


diutarakan oleh Santoadi, adalah: (1) identifikasi kebutuhan, (2) analisis situasi, (3)
merumuskan dan meninjau alternatif pemecahan masalah. Adapun berkenaan dengan
perencanaan program, Sukardi menyarankan tiga langkah, yakni (1) merumuskan masalah
yang dihadapi siswa, (2) merumuskan tujuan dengan jelas, (3) merumuskan inventaris
berbagai fasilitas yang ada, termasuk perihal anggaran biaya.17

Selanjutnya, mengenai pengorganisasian, Sukardi mengatakan bahwa seorang konselor


harus memerhatikan beberapa hal, seperti: (1) semua personil sekolah perlu dihimpun dalam
suatu wadah sehigga terwujud dalam satu kesatuan untuk memberikan layanan BK, (2)
melakukan persamaan persepsi dalam melakukan layanan meliputi mekanisme kerja, pola
kerja, dan prosedur kerja, (3) adanya perincian yang jelas mengenai tugas, tanggung jawab,
dan wewenang masing-masing.18

Masuk ke pembicaan mengenai pelaksanaan, bagi Wardati menjadi ujuk tombak


kegiatan BK yang sebaiknya dilakukan secara langsung (tatap muka). Beberapa layanan BK
dapat berupa: (1) orientasi, (2) informasi, (3) penempatan dan penyaluran, (4) bimbingan
belajar, (5) konseling perorangan, (6) konseling kelompok, dan (7) bimbingan kelompok.

17
Ibid, hlm. 42.
18
Ibid, hlm. 43.

9
Beberapa kegiatan pendukung lainnya, seperti: (1) konferensi kasus, (2) kunjungan rumha,
dan (3) alih tangan kasus.19

Terakhir, dalam perannya sebagai evaluasi program, manajemen BK perlu melakukan


tindakan-tindakan, seperti: (1) pencatatan hasil kerja dan kinerja, (2) menetapkan standar
kinerja, (3) mengukur dan menilai hasil kerja dan kinerja, (4) mengambil tindakan perbaikan
dan pengembangan.20

C. Hadits tentang Manajemen Unit Penunjang Pendidikan (Sekolah)


Memang kita tidak akan menemukan hadits-hadits yang membicarakan tentang
manajemen unit penunjang pendidikan (sekolah). Ini karena, jelas bahwa, di zaman Rasulullah
belum ada lembaga sekolah sebagaimana hari ini. Betapapun demikian, karena pada waktu itu
proses pendidikan telah berlangsung, maka kita pun sebenarnya akan dapat menemukan
substansi (semangat/ruh) hadits, atau setidaknya memuat indikator-indikator, yang mengarah
kepada hal-hal yang berkaitan dengan manajemen unit penunjang pendidikan.

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i di bawah ini misalnya, sering dianggap
sebagai hadits yang memiliki semangat ajuran kepada umat Muslim untuk benar-benar
melakukan sesuatu secara tepat, efisien, dan sesuai prosedur sehingga dapat mudah untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki.

ْ‫وب عَنْ أَبِي قِ ََلبَةَ عَن‬ َ ‫اق قَا َل أَ ْنبَأَنَا َم ْع َم ٌر عَنْ أَ ُّي‬ ِ ‫أَ ْخبَ َرنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ َرافِ ٍع قَا َل َح َّدثَنَا َع ْب ُد ال َّر َّز‬
َّ‫سلَّ َم ْثنَتَ ْي ِن فَقَا َل إِن‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫س ِم ْعتُ ِمنْ النَّبِ ِّي‬ َ ‫س قَا َل‬ ٍ ‫شدَّا ِد ْب ِن أَ ْو‬ َ ْ‫ث عَن‬ ِ ‫ش َع‬ ْ َ‫أَبِي ْاْل‬
‫سنُوا‬ َ ‫سنُوا ا ْلقِ ْتلَةَ َوإِ َذا َذبَ ْحتُ ْم فَأ َ ْح‬
ِ ‫َي ٍء فَإ ِ َذا قَتَ ْلتُ ْم فَأ َ ْح‬ْ ‫سانَ َعلَى ُك ِّل ش‬ ِ ْ ‫َّللاَ َع َّز َو َج َّل َكت ََب‬
َ ‫اْل ْح‬ َّ
َ ‫الذ ْب َح َو ْليُ ِح َّد أَ َح ُد ُك ْم‬
ُ‫ش ْف َرتَهُ ثُ َّم لِيُ ِر ْح َذبِ ْي َحتَه‬ َّ
Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan yang dilakukan
dengan baik dalam segala hal, jika kamu membunuh binatang maka lakukanlah dengan cara
yang baik, jika kamu mau menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik, pertajamlah
alat potongnya, kemudian istirahatkanlah binatangnya.” (HR. an-Nasa’i)

Redaksi َ‫سان‬ ِْ
َ ‫اْل ْح‬ di sini dapat dipahami oleh Syahwani21 sebagai suatu perbuatan yang
dilakukan secara optimal dan maksimal. Pengertian ini mengantarkan kita pada teori-teori
manajemen sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, bahwa manajemen adalah sebuah

19
Ibid, hlm. 43.
20
Ibid, hlm. 44
21
Syarwani M.Si. Power Point “Hadits Manajemen” diambil dari
https://www.slideshare.net/mamaehedy/hadits-manajemen

10
upaya pengelolaan melalui cara-cara tertentu secara efektif agar mencapai tujuan yang
diinginkan. Meskipun contoh kasusnya adalah perihal manajemen pemotongan hewan, namun
spirit hadits ini mengajarkan kita untuk mempertimbangkan aspek efektivitas dan maslahat.
Oleh karena itu dapat pula ditarik implikasinya pada dunia pendidikan, termasuk perihal
manajemen unit-unit penunjang.
Kita juga bisa melirik redaksi “istirahatkanlah binatangnya!” yang dapat dikorelasikan
dengan manajemen unit-unit penunjang, sebab dari perintah ini kita menangkap makna bahwa
bukan hanya Rasulullah memerintahkan untuk mengistirahatkan hewan yang hendak dipotong,
namun secara implisit menganjurkan kita untuk juga memerhatikan dan mengelola dengan baik
segala hal yang ada kaitannya dengan redaksi istirahat, mulai dari tempat/ruangan istirahat,
kondisi objektif tempat tersebut, termasuk perbekalannya.

11
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan
Setelah menyajikan pembahasan pada bab II, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Manajemen unit penunjang pendidikan adalah kegiatan pengaturan/pengelolaan


sumber daya yang berupa manusia dan unit penunjang pendidikan secara efektif untuk
mencapai tujuan yang berhubungan dengan kependidikan.
2. Baik manajemen perpustakaan sekolah, UKS, maupun BK, di dalam perannya sebagai
unit-unit penunjang pendidikan perlu mendapat perhatian (dari sisi konsep maupun
implementasi) dari seluruh pihak sekolah, khususnya kepala sekolah selaku manager
utama.
3. Banyak hadits nabi yang menyiratkan pentingnya melakukan pengelolaan (manajemen)
unit-unit penunjang sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat segera terealisasikan
secara baik dan efektif.

B. Saran
Dikarenakan masih banyak sekolah yang mengabaikan upaya manajemen penunjang unit-
unit penunjang pendidikan, maka makalah ini dapat dijadikan sebagai alarm pengingat agar
kembali memperhatikan aspek manajerial (pengelolaan), sebab pengabaian aspek ini hanya
akan memperlambat, kalau enggan berkata menjadi penghambat, tujuan-tujuan pendidikan di
sekolah.

12
Daftar Pustaka

Barnawi & Arifin, M. (2014). Manajemen Sarana & Prasarana Sekolah. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media

Batiancila, M.R. (2007). “Managing Public School Libraries in a Changing Environment”. A


Paper Presented During the 2007 Division Summer Institute for Secondary Teacher in
English & Teacher Librarians on April 19-20 in Phillipines, hlm. 1-10

Fauzi, I. (2014). Manajemen Pendidikan ala Rasulullah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Kemendikbud. (2010). Manajemen Perpustakaan Sekolah: Bahan Ajar Pelatihan Tenaga


Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kemendikbud

Masyur, H.M. (2015). “Manajemen Perpustakaan Sekolah”. Pustakaloka, Vol. 7 No.1, hlm.
43-54

Monaliza. (Maret, 2017). “Manajemen Perpustakaan Sekolah”. Manajer Pendidikan, Vol.11


No.3, hlm. 282-286

Mustari, M. (2013). Manajemen Pendidikan dalam Konteks Sekolah. Bandung: Arsad Press

Rahman, K.A, dkk. (April, 2017). “Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri”.
Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol.24 No.1, hlm. 41-47

Rahmawati, E.I, dkk. (2015). “Manajemen Usaha Kesehatan Sekolah”. Manajemen


Pendidikan, Vol.24 No.6, hlm. 571-577

Widiasa, I. K. ( April, 2007). “Manajemen Perpustakaan Sekolah”. Jurnal Perpustakaan


Sekolah, Vol. 1, hlm. 1-14

13

Anda mungkin juga menyukai