Disusun Oleh :
Kelas : X IIS3
TUGAS : QURDISH
1. HADIS MUTAWATIR
a. Pengertian
Kata mutawatir menurut lughat ialah al-mutatabi` yang berarti yang datang kemudian,
beriring-iringan atau berturut-turut satu dengan yang lain.
Sedangkan menurut istilah ialah
ّ ا لّذ ي رواي جمع كثيز ال يمكه تىا طؤهم على الكذب عه مثلهم اوتهاءال
سىد و
الحس
ّ كان مستىدهم
Arti: “hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang terhindar dari kesepakatan mereka untuk
berdusta (sejak awal sanad) sampai akhir sanad dengan didasarkan pada pancaindera”.
Berdasarkan defenisi di atas dapat kita pahami bahwa hadis mutawatir adalah hadis
yang bersifat indrawi yang diriwayatkan oleh banyak orang pada setiap tingkatan sanadnya,
yang secara tradisi dan akal sehat mustahil mereka besepakat untuk berusta dan
memalsukan hadis.
Hadis mutawatir memberikan fadah ilmu daruri, yakni keharusan untuk menerimanya
secara bulat sesuatu yang diberitahukan karena ia memberikan keyakinan yang qat`i (pasti)
dengan seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan sdikitpun bahwa Rasulullah saw, betul-betul
menyabdakan atau mengerjakan sesuatu seprti yang diriwayatkan oleh rawi-rawi
mutawatir.
2. HADIS ÃHÃD
a. Pengertian
Ãhãd merupakan jamak dari ahad dengan makna satu atau tunggal. Sedangkan menurut
istilah menurut ulama Hadis Aahaad adalah
الخبش الزي لم تبلغ وقلته فى ألكثشة مبلغ الخبشالمتىاتش سىا ٌء كان المخبش
ًواحذا أواثىيه أو ثالثت أو أسبعت أو جمست إلى غيش رلك مه األعذادالّت
ّ التشعش
.بأن اخبش دخل بها فً خبشالمتىاتش
“Khabar yang tiada sampai jumlah banyak pemberitanya kepada jumlah khabar mutawatir, baik
pengkhabar itu seorang, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya dari bilangan-bilangan yang tiada
memberi pengertian bahwa khabar itu dengan bilangan tersebut masuk ke dalam khabar
mutawatir”.
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka siapkanlah tempat duduknya di neraka”.
“Semoga Allah melihat seorang yang mendengarkan ucapanku, lalu memahami dan
menghapalkannya, kemudian menyampaikan ucapan tersebut”.
Contoh pertama, hadits 1 yang kami bawakan dan Shahih Bukhari, yaitu sebuah hadits ahad
dan gharib.
Contoh kedua, yaitu hadits nomor 7, yang diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari. Hadits yang
panjang, berbicara tentang hukum, aqidah, adab dan lain-lain. Yaitu hadits tentang kisah
Hiraklius. Hadits ini telah diterima oleh para ulama. Di dalamnya diceritakan, Hiraklius
bertanya kepada Abu Sufyan, yang ketika itu ia masih musyrik, berkaitan dengan dakwah
Rasulullah. Diantaranya, Hiraklius bertanya kepada Abu Sufyan