Anda di halaman 1dari 5

Perilaku Organisasi Internasional

•Dimensi budaya menurut hofstede dan perbandingannya


dengan budaya menurut Trompenaar•

Agung S.G. Loindong 17061102373

• Univeersitas Sam Ratulangi •

Manado
Dimensi Budaya Menurut Hofstede 

Penelitian Hofstede (elemen-elemen struktural dari budaya yang


mempengaruhi kuat perilaku dalam situasi organisasi dan institusi). Hofstede mencoba
meneliti elemen-elemen struktural dari budaya yang mempengaruhi kuat perilaku
dalam situasi organisasi dan institusi. Ada 5 dimensi yang diidentifikasikan, yaitu Large
vs Small Power Distance (jarak kekuasaan), Individualisme vs Kolektivisme, Maskulin vs
Feminim, Strong vs Weak Uncertainly Avoidance (Penghindaran Ketidakpastian), Long
Term Orientation (Orientasi Waktu).

1.      Large vs Small Power Distance (jarak kekuasaan)

Power Distance adalah sejauh mana anggota menerima kekuasaan dalam


institusi dan organisasi didistribusikan tidak merata. Masyarakat dalam Small Power
Distance membutuhkan kesamaan kekuasaan dan justifikasi untuk ketidaksejahteraan
kekuasaan. Masyarakat di Large Power Distance menerima perintah hirarki di mana
tiap-tiap orang mempunyai tempat tanpa perlu justifikasi lagi. Masalah utaman dimensi
ini adalah bagaimana sebuah masyarakat menangani ketidaksetaraan di antara orang-
orang jika memang terjadi.

2.      Individualisme vs Kolektivisme

Individualisme merupakan kecenderungan fungsi sosial yang relatif bebas dan


individual berarti hanya mengurus diri sendiri dan keluarganya. Kebalikannya,
Kolektivisme adalah kecenderungan fungsi-fungsi sosial yang relatif ketat di mana
masing-masing individu mengidentifikasi diri sebagai kelompok dengan loyalitas yang
tidak perlu ditanyakan. Masalah utama dimensi ini adalah tingkat interdependensi
individu dalam sebuah masyarakat.

3.      Maskulin vs Feminim

Maskulin cenderung pada suatu masyarakat yang memberikan parameter pada


keluarga, heroism dan sukses-sukses material. Sebaliknya, Feminim cenderung pada
hubungan personal, toleran pada kelemahan dan kualitas hidup. Tema utama pada
dimensi ini adalah bagaimana masyarakat memberikan peran-peran social
berhubungan dengan masalah gender.

4.      Strong vs Weak Uncertainly Avoidance (Penghindaran Ketidakpastian)

Uncertainly Avoidance adalah tingkat di mana anggota masyarakat merasa


tidak nyaman dengan ketidakpastian dan keraguan-keraguan. Strong Uncertainly
Avoidance berusaha mempertahankan suatu masyarakat yang begitu besar
kepercayaannya dan kurang toleran terhadap orang atau ide-ide alternative.
Kebalikannya untuk Weak Uncertainly Avoidance. Tema utama pada dimensi ini
adalah bagaimana reaksi sebuah masyarakat terhadap fakta bahwa waktu hanya
berjalan satu arah dan masa depan tidak diketahui serta apakah akan mencoba untuk
mengontrol masa depan atau membiarkannya
5.      Long Term Orientation (Orientasi Waktu)

Long Term Orientation merupakan dimensi yang berlawanan pada orientasi


jangka pendek. Dalam komunitas yang memiliki dimensi Long Term Orientation yang
tinggi maka diasosiasikan dengan keadaan akan tingkat penghematan dan ketekunan
yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

Tujuh Dimensi Budaya


Menurut Trompenaars & Turner

Menurut Trompenaars & Turner (1997), ada tujuh dimensi budaya yang dapat
menjelaskan tindakan Kastaf Pasukan PBB asal Inggris, yang melanggar aturan –yakni
mengizinkan Kolonel menemuinya meskipun namanya tidak ada dalam buku tamu dan
memarahi Danki asal Indonesia yang mengerjakan sesuai aturan.

Pertama, padahal dalam dimensi universalism vs particularism, orang Inggris jauh lebih
taat aturan dari orang Indonesia. Namun, karena ada pertimbangan akan terjadi
masalah diplomatis, Kastaf Inggris ini memilih strategi untuk menjelaskan keputusan
yang diambil kepada orang lain dengan mendasarkan diri pada aturan kepangkatan
dalam militer. Dalam prinsip universalism, Kastaf Inggris ini konsisten juga dalam jalur
komando. Ia berusaha menjelaskan keputusannya dengan mengkaitkan tugasnya
dengan kepercayaan yang ia yakini, bahwa mungkin muncul masalah diplomatis jika
tidak menerima si Kolonel.
Dimensi budaya kedua adalah specific vs diffuse. Kastaf Inggris itu mampu membedakan
relasi pribadi dengan kerja profesional. Ia tidak peduli keputusannya memarahi si Danki
asal Indonesia akan merusak relasi personalnya, karena tidak akan berpengaruh pada
hubungan kerjanya. Prinsip spesifik menjelaskan orang Inggris yang dapat langsung
mengeluarkan pendapatnya (direct and to the point). Ia berfokus pada tujuannya terkait
potensi masalah diplomatis daripada memikirkan relasi pribadi dengan Danki yang ia
marahi.

Ketiga adalah neutral vs emotional. Kastaf Inggris tergolong sebagai kategori netral yang
mampu mengelola emosinya, sekaligus rasionalitasnya lebih dominan mempengaruhi
tindakan daripada perasaannya. Ia mengutamakan pertimbangan rasional daripada
perasaan, sehingga ia pun mau menerima Kolonel (pangkat yang lebih rendah dan ingin
bertemu tanpa mengikuti prosedur) dengan pertimbangan urgensi dan kepentingan
diplomasi yang lebih besar. Dalam dimensi ini, Kastaf Inggris sangat stick to the point.

Keempat adalah achievement vs ascription. Orang Inggris melihat status orang dari
pencapaian yang ia lakukan (achievement). Kastaf Inggris menghargai si Kolonel bukan
karena kepangkatannya, tetapi secara fungsional ia menjadi kunci potensi masalah
diplomatis jika tidak diterima.

Kelima adalah sequential time vs synchronous time. Kastaf Inggris termasuk masyarakat
yang biasa berfokus pada satu proyek, perencanaan, dan target. Tidak heran jika ia
memperjuangkan satu proyek yang dianggap prioritas, yakni menyikapi potensi
masalah diplomasi. 

Keenam adalah internal direction vs outer direction. Tipe internal direction orang Inggris
sangat yakin bahwa kontrol mereka atas lingkungan begitu dominan. Kontrol ini
bertujuan untuk mencapai apa yang diharapkan. Oleh karena itu, mereka menganggap
konflik sebagai hal yang wajar dan konstruktif, menyikapinya secara terbuka, dan siap
menghadapinya. Kastaf Inggris menunjukkan hal itu dengan menunjukkan dominasi
atas lingkungan di sekitarnya sehingga si Kolonel tetap diterima, meski ia harus
berkonflik dengan Danki asal Indonesia.

Ketujuh adalah dimensi individualism vs communitarianism. Sifat individualis ini


membuat Kastaf Inggris berpegang pada kebebasan individunya untuk meraih tujuan,
bahkan sangat percaya diri terhadap keputusan yang ia ambil. Keputusan individu
harus dihargai dan diperjuangkan. Kreativitas dalam mengambil keputusan individu
juga diberi tempat. Dengan demikian, meskipun tergolong taat aturan, Kastaf Inggris
tergolong individualis, yang bisa memarahi Danki dan menerima si Kolonel di luar
jadwal. Ia berpegang pada kebebasan individunya untuk mencapai relasi baik secara
diplomatis dalam rangka menjaga stabilitas misi peacekeeping PBB. Jadi, penjelasan
tujuh dimensi budaya Trompenaars & Turner (1997) justru memungkinkan Kastaf
Inggris yang taat aturan, menerima Kolonel di luar jadwal, bahkan memarahi Danki asal
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
 http://igedeanggriawan.blogspot.com/2014/09/dimensi-
budaya-menurut-hofstede.html
 http://peaceresolution.blogspot.com/2015/08/dimensi-
budaya-trompenaars-turner.html

Anda mungkin juga menyukai