Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

   Puji syukur kehadirat Allah S.W.T Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA dan saya
masih diberi nikmat akal dan nikmat sehat sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai.Dan tak lupa Sholawat dan salam atas junjungan Nabi besar Muhammad S.A.W
yang telah membawa kita ke zaman yang berilmu pengetahuan sehingga dapat
tersusunlah makalah ini dengan usaha sebaik mungkin.

Atas kerja keras menyusun makalah ini harapan Saya semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman serta bermanfaat dan menginspirasi bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                      

BaganBatu, September 2017

                                                                                              

Penyusun

SYAFI
BAB I
Pendahuluan

I. latar Belakang
Masa pra-aksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Maka
masa pra-aksara sering dikaitkan sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa
pra-aksara disebut sebagai kehidupa manusia purba. Manusia muncul dipermukaan bumi
kira-kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau
glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.

Manusia pra aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal.
Karena belum ditemukan peninggalan tertulis, maka gambaran mengenai kehidupan
manusia purba dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berupa fosil,
artefak, abris saus roche, Kejokken Moddinger dan lainnya.
Kehidupan awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan geografis wilayah Indonesia. Sebelum zaman es atau glasial,
wilayah Indonesia bagian barat menjadi satu dengan daratan Asia dan wilayah
Indonesia bagian timur menjadi satu dengan daratan Australia. Pendapat ini
didasarkan pada persamaan kehidupan flora dan fauna di Asia dan Australia dengan
wilayah Indonesia. Binatang yang hidup di wilayah Indonesia bagian barat memiliki
kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Asia. Misalnya, gajah, harimau,
banteng, burung, dan sebagainya. Sedangkan binatang yang hidup di wilayah
bagian timur memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Australia,
seperti burung Cendrawasih.
Mencairnya es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami kenaikan.
Peristiwa ini mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan daratan
Asia maupun Australia. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian
barat dengan Asia disebut Paparan Sunda. Sedangkan bekas daratan yang
menghubungkan Indonesia bagian timur dengan Australia disebut Paparan Sahul.
Ternyata, perubahan-perubahan itu sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara Indonesia.
Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan.
Daerah Yunan terletak di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar
sekarang. Seorang ahli sejarah yang mengemukakan pendapat ini adalah Moh. Ali.
Pendapat Moh. Ali ini didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari hulu - hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke
Indonesia dilakukan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari
tahun 3000 SM – 1500 SM dengan menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan
gelombang kedua berlangsung antara tahun 1500 SM – 500 SM dengan
menggunakan perahu bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat
dipengaruhi oleh pendapat Mens bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal
dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan oleh bangsa - bangsa yang lebih kuat.
Sementara, para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam dengan
berbagai argumen atau alasannya, seperti:
Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini
didasarkan pada kesamaan bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia,
Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa - bahasa yang
digunakan di daerah - daerah tersebut berasal dari satu akar bahasa yang sama,
yaitu bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang
dipakai daerah - daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa,
namanama binatang dan alat - alat perang.
Van Heine  Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak - artefak atau
peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan
dengan peninggalan - peninggalan kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.
Prof. Mohammad Yamin berpendapat bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan pada
penemuan fosil - fosil dan artefak - artefak manusia tertua di Indonesia dalam jumlah
yang banyak. Di samping itu, Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und
Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari
Indonesia sendiri. Manusia purba mungkin telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi
gelombang perpindahan bangsa - bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah
Indonesia. Persoalannya, apakah nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia
purba?
Hogen berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal
dari Sumatera. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut
bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua)
menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan
bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun
1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di
berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa
Campa. Namun, sebelum nenek moyang bangsa Indonesia tiba di daerah kepulauan
Indonesai, daerah ini telah ditempati oleh bangsa berkulit hitam dan berambut
keriting. Bangsa - bangsa ini hingga sekarang menempati daerah - daerah Indonesia
bagian timur dan daerah - daerah Australia.
I. Perumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang diatas , saya akan merumuskan masalah
berikut.

 Apa itu zaman pra-aksara ?


 Apakah manusia purba memiliki jenis ?
 Apakah manusia purba memiliki kebudayaan dan peralatan untuk
digunakan ?
 Bagaimana sistem kepercayaan manusia purba ?
 Bagaimana persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia?

II. Tujuan
Sejalan dengan perumusan diatas , makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui:
 Definisi zaman pra-aksara
 Ciri – ciri manusia purba
 Kebudayaan manusia purba
 Sistem kepercayaan manusia purba
 Persebaran yang terjadi di Indonesia
BAB II

I. Pengertian zaman praaksara


Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal
tulisan. Praaksara berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum
dan aksara yang berarti tulisan. Praaksara disebut juga
nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara zaman
Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini
menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum
ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya
tulisan.
Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk
setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa
tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir + tahun 4000 SM
masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa
Mesir sudah memasuki zaman sejarah Gambar berikut: Hubungan
zaman praaksara dan zaman sejarah Sumber informasi zaman
praaksaraSumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
kehidupan zaman praaksara:
1. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu karena
adanya proses kimiawi. Fosil merupakan peninggalan masa lampau
yang sudah tertanam ratusan peninggalan masa lampau yang sudah
tertanam ratusan bahkan ribuan tahun di dalam tanah. Contoh fosil
antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).
2. Artefak yaitu peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil
budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan logamGambar artefak
dari batu Pembabakan zaman praaksara
II. Jenis jenis manusia purba
Kita semua mengenal dalam sejarah bahwa jenis-jenis
manusia purba memiliki banyak suku dan ras. Terlepas
dari kontroversi bahwa manusia berasal dari kera yang
dianut dalam teori evolusi, namun 10 jenis manusia purba
di Indonesia berikut ini bisa menjadi bahan referensi bagi
kita. Pada masa nya, bagi seorang peneliti, bila menjadi
penemu pertama dalam fosil ataupun bukti sejarah lainnya
adalah merupakan kebanggaan. Mungkin juga terjadi pada
masa sekarang ini.

Secara umum manusia purba terbagi kedalam 3 kelompok


yaitu Meganthropus  (Manusia
Besar), Pitecanthropus  (Manusia Kera Berjalan Tegak)
dan Homo  (Manusia Cerdas). Fosil yang ditemukan
tersebut terdapat di beberapa wilayah di Indonesia.
Wilayah tersebut sudah diberikan ketetapan seperti
halnya perkembangan wilayah di indonesia. Jenis jenis
manusia purba dan penemunya bisa kita lihat dalam
ulasan seperti dibawah ini yang dikutip dari beberapa
sumber.

Namun perlu diingat pula bahwa ulasan ini bukan


merupakan landasan teori ataupun diperuntukkan untuk
kepentingan ilmiah, ini hanya merupakan opini dan
pendapat pribadi yang mudah-mudahan memberikan
manfaat bagi kita semua. Macam Nama Manusia Purba Di
Indonesia dan Penemunya, sebagai berikut:
1. Meganthropus Palaeojavanicus

Ditemukan oleh seorang arkeolog


dari negeri Belanda bernama Van Koenigswald. Dia
pertama kali menemukan fosil ini di daerah Sangiran pada
tahun 1936. Manusia purba di Indonesia tidak seperti jenis
jenis manusia purba di dunia. Pada era tersebut paling
banyak fosil ditemukan dalam kondisi seperti orang Barat.
Maka ketika arkeolog menemukan fosil yang berbeda dari
sebelumnya, membangkitkan gairah ilmiah di kalangan
arkeolog untuk lebih mendalami tentang fosil manusia
purba yang ditemukan di indonesia.

Diperkirakan manusia besar ini hidup antara 1 juta dan 2


juta tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dari fosil dengan
teknik peluruhan karbon. Sehingga usia dari fosil tersebut
bisa kita ketahui. Dengan adanya sifat waktu paruh itu,
banyak sekali fosil, batuan dan elemen lainnya yang bisa
kita perkirakan umurnya. Bahkan umur Bumi yang kita
cintai ini bisa kita perkirakan dengan waktu paruh dari
unsur karbon pada material atau zat. Meganthropus
Palaeojavanicus mempunyai ciri :

 Memiliki tulang pipi yang tebal,


 Memiliki otot rahang yang kuat,
 Tidak memiliki dagu,
 Memiliki tonjolan belakang yang tajam,
 Memiliki tulang kening yang menonjol,
 Memiliki perawakan yang tegap,rahang bawah
Meganthropus, Sangir memakan tumbuh-tumbuhan, dan
hidup berkelompok dan berpindah-pindah.

2. Pitecanthropus Erectus

Manusia purba ini hidup di wilayah


Indonesia pada 1-2 juta tahun yang lalu. Wilayah Indonesia
yang menurut sejarah arkeologi, pernah beberapa kali
mengalami bencana alam Indonesia. Dari mulai hal yang
bersifat mengikat hingga membuat wilayah indonesia
terdiri dari bermacam macam pulau. Doktor dari Belanda
bernama Eungene Dubois adalah penemu pertama
manusia disini. Ciri khas dari Pitecanthropus adalah:

 Berjalan tegak, tetapi dalam struktur tengkoraknya


mirip dengan struktur kera. Maka dikenal juga dengan
manusia kera berjalan tegak.
 Dengan struktur tengkorak mirip kera, maka
dimungkinkan ukuran otaknya kecil.
 Menyebabkan tingkat kecerdasan jenis manusia
purba ini hampir sama namun diatas dengan insting
hewan.
 Pitecanthropus merupakan bangsa atau kaum
pengumpul makanan (Food Gathering).
 Kehidupan primitif pada masa itu tidak akan jauh
berbeda dengan kehidupan kera di masa modern. Jenis
manusia purba ini sangat di elukan oleh kalangan
materialis, karena merupakan bukti adanya mahluk
transisi yang menguatkan teori evolusinya Charles Darwin.

Memiliki ciri berbadan tegak dan kemungkinan besar


terbesar pula pada masa nya. Dengan ukuran otak yang
masih kecil dibanding mahluk lainnya maka didapatkan
hasil yang cukup mengagetkan bahwa dalam keadaan
mengumpulkan makanan dan keperluan bumil, terdapat
jejak yang menunjukkan rapat kelompok, ari air jangheh

3. Pitecanthropus Soloensis

Merupakan jenis-jenis manusia


purba yang berasal dari solo tepatnya area ngandong.
Selain dari aspek daratan, terdapat batas wilayah laut di
Indonesia yang bagi negara kita sangat penting. Hal ini
dikemukakan dalam batas laut Indonesia yang sudah
menjadi ketetapan di kalangan internasional. Adapun ciri
dari Pitecanthropus Erectus adalah :

 Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal.


 Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan
menonjol.
 Tinggi sekitar 165–180 cm.
 Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya).
 Memiliki rahang bawah yang kuat.
 Memiliki tulang pipi yang tebal.
 Tulang belakang menonjol dan tajam.
 Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan
otot tengkuk yang besar dan kuat.

4. Pitecanthropus Mojokertensis

Dalam hal yang dilakukan tanpa


perlu mendalami jenis jenis manusia purba dan
gambarnya, kita bisa tahu bahwa Eungene Dubois berhasil
menjadi penemu fosil jenis ini di wilayah Mojokerto,
sehingga beliau menamai fosil penemuannya menjadi
sebuah temuan besar abad ini. Penggalian yang dilakukan
di Mojokerto ini mau tidak mau merusak tulang tulang nya.
Beberapa bagian nya menjadi hancur sehingga beberapa
detil tidak terselamatkan sempurna. 10 Jenis Jenis
Manusia Purba Di Indonesia ini bisa menjadi bahan
wawasan buat pribadi maupun siswa ajar.

ciri ciri manusia purba di indonesia pada dasarnya tidak


jauh berbeda dengan manusia modern. Mudah-mudahan
berhasil bagi anda yang sedang menambah wawasan
dengan membaca-baca artikel seperti ini. Hal ini perlu
ditegaskan kembali bahwa konten dari manusia purba ini
bukan merupakan sumber ilmiah kepustakaan. Lebih baik
bila membutuhkan pustaka tentang manusia purba, jenis
jenis manusia purba dan penjelasannya bisa menjadi
solusi permasalahan anda.
5. Homo Floresiensis

Dari awal kita sudah meminjam


berbagai tautan kata dari sumber. Untuk jenis homo ini
memiliki kebiasaan dan gaya hidup yang kurang lebih
sama dengan manusia sekarang. Bahkan pada masa itu
jenis homo memiliki kesatuan dalam hal bertindak
secara ciri-ciri manusia sebagai makhluk ekonomi. Pada
masa tersebut tidak menggunakan alat-alat canggih,
tetapi menggunakan batu sederhana yang kemudian di
hampelas . Kedua, manusia jenis Homo ini sudah sadar
akan keberadaan kita, atau manusia di sekitarnya.
Sehingga akan timbul kesamaan ras.

Secara nama mungkin kita sedikit terkecoh, karena


peneliti Belanda tersebut tidak menamakan fosil
penemuannya dengan namanya, tetapi menggunakan
nama tempat pada waktu penggalian arkeologisnya. Nama
lain dari Homo mungkin bisa diartikan sebagai suatu
kecenderungan seksual antara sesama laki-laki/ secara
umum manusia jenis homo ini memiliki ciri khas :

 Muka lebar dengan hidung yang lebar;


 Mulutnya menonjol;
 Dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti
jenis Pithecanthropus;
 Bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang;
 Tingginya 130–210 cm;
 Berat badan 30–150 kg;
 Hidupnya sekitar 40.000–25.000 tahun yang lalu
6. Homo Wajakensis

Homo Wajakensis berarti homo yang berasal dari Wajak.


Perselisihan antar kelompok masih menjadi masalah pada
masa purba menjadikan tiap daerah memiliki bentuk fosil
yang berbeda-beda pula. Kita hanya bisa memperkirakan
seperti apa kehidupan sosialnya. Namun para ahli telah
meneliti pengaruh letak geografis Indonesia terhadap
keadaan alam dan iklim. Dengan begitu sejauh yang kita
perkirakan, kehidupan sosial manusia purba bisa jadi tidak
berbeda dengan keadaan sekarang kecuali dalam hal
berkomunikasi.

Di Wajak inilah, yang bila di gambarkan dekat daerah


Tumenggung Jawa Timur, pada tahun 1889 Eungene
Dubois menemukan fosil manusia purba asli Indonesia.
Penemuan ini merupakan penemuan penting, karena
seolah menemukan keping puzzle yang hilang yang
membuktikan adanya hubungan manusia dengan kera.
Fosil-fosil manusia purba di Indonesia menjadi jembatan
penghubung itu. Seperti dikemukanan dalam teori Darwin
dalam bukunya ‘The Descent Of Man’ (asal usul manusia)

7. Homo Soloensis
Merupakan jenis manusia purba
Homo yang ditemukan fosilnya di wilayah Solo pulau
Jawa. Siapa saja yang meneliti manusia purba di
indonesia? Yang paling terkenal tentunya Eungene Dubois,
kemudian Van Koenigswald, kemudian ada Weidenreich.
Berikut keterangan penelitian tentang manusia purba
soloensis:

 Dan peneliti peneliti lain yang mungkin catatanya


tidak sebanyak peneliti yang disebutkan diatas.
 Namun tentunya kontribusi para peneliti tersebut
menjadikan khazanah bagi jenis-jenis manusia purba
purba di Asia dan tentunya Dunia.

Sungai bengawan Solo merupakan jantung dari sebuah


kehidupan primitif di masa lampau Indonesia. Banyaknya
penemuan di kawasan ini menunjukkan kecenderungan
manusia purba jaman dulu hidup dengan kedekatan pada
sumber air. Belum ditemukannya sistem irigasi, seolah
memaksa manusia purba untuk tidak jauh dalam
memberikan intervensi. Dengan mempunyai tempat
tinggal dekat sungai, memberikan keuntungan bagi
manusia purba
8. Pitecanthropus Robustus

Adalah jenis Pitecanthropus yang


memiliki rahang besar. Dengan adanya rahang besar
tersebut, menurut peneliti jenis manusia purba ini
memiliki kegemaran memakan tumbuhan. Kegunaan
rahang yang besar adalah agar dalam mengunyah
tumbuhan menjadi lebih mudah dan lebih cepat, sehingga
bangsa ini lebih senang bila hidup sendiri. Berikut bentuk
rupa dari manusia purba pitechanthropus robustus:

 Bentuk rahang yang besar itu pula menunjukkan


bahwa cakupan dari kapasitas mulut Pitecanthropus
Erectus lebih besar dari manusia masa sekarang.
 Kapasitas mulut tersebut memungkinkan manusia
jenis ini memberikan jati dirinya. Diketahui bahwa 
manusia purba pada zaman itu
 Bisa diartikan bahwa jenis manusia purba homo ini
adalah kondisi alamiah jenis manusia Indonesia pada
jaman sekarang. Yang membedakan tentunya waktu hidup
dan cara berkomunikasi dalam interaksi sosial pada masa
itu. Termasuk penggunaan alat bantu.

Manusia purba jenis ini sudah mulai mengedepankan akal


dibanding insting. Dibuktikan dengan banyaknya
peninggalan berupa batu, kapak batu, dan perkakas
lainnya yang dipergunakan untuk menunjang dalam
kehidupan sehari-harinya. Selain itu, juga pada titik titik
temuan arkeologis, manusia purba jenis Homo ini tidak
terlalu dekat dengan sungai, yang menandakan bahwa
manusia purba jenis ini membuat sebuah tempat tinggal
atau kawasan tempat tinggal yang nyaman meskipun
tidak dekat sekali dengan sumber air. Yang pada masa itu
adalah sungai

9. Pitecanthropus Dubuis

Bila diartikan, jenis manusia kera


berjalan tegak ini adalah jenis yang meragukan. Fosilnya
ditemukan di Sangiran namun secara struktur tulang dan
tengkoraknya tidak mutlak masuk dalam ciri
meganthropus maupun pitecanthropus. Sumbangsih
peneliti dari Belanda ini merupakan penemuan penting.
Meskipun bagi rakyat Indonesia ekspedisi dan penggalian
arkeologis tak ubahnya dengan pemaksaan dan
penjajahan hak.

Bangsa kita yang dipaksa dan dipekerjakan sebagai


tenaga penggali. Menurut catatan sejarah, banyak korban
dari bangsa kita yang berjatuhan, namun dengan rapinya
dan lihai, para peneliti Belanda dibantu dengan
pemerintahan kolonial, berhasil membawa propaganda
berupa penemuan fosil manusia purba ini, sehingga sistem
kerja paksa dalam penggalian itu tidak begitu diangkat di
hadapan publik.  Dikarenakan banyak sekali temuan di
daerah sungai Bengawan Solo, peneliti membagi lapisan
tanah di daerah itu menjadi 3 lapisan yaitu :
 Lapisan Jetis, dimana Pitecanthropus Robustus
ditemukan atau kita kenal juga dengan nama lapisan
pleistosen bawah
 Lapisan Trinil, dimana ditemukan Pitecanthropus
Erectus. Lapisan ini kita kenal juga dengan nama lapisan
pleistosen tengah.
 Lapisan Ngandong, dimana Pitecanthropus Soloensis
ditemukan. Dikenal juga dengan nama lapisan pleistosen
atas.

Dengan karakteristik seperti itu, Meganthropus memiliki


fisik yang kuat dan tegap. Dengan melimpahnya tumbuhan
yang merupakan makanan utamanya. Diperkirakan oleh
peneliti, Meganthropus hidup berkelompok dan cenderung
menetap. Perubahan kehidupan sosial dan
budaya tersebut memang tidak seperti kehidupan di
zaman sekarang. Namun dengan penelitian yang intens
dan benar, kehidupan sosial manusia purba bisa kita
perkirakan.

Apalagi dukungan yang begitu banyak dan berpengaruh


kepada Belanda, menyebabkan bangsa Indonesia sangat
kesulitan dalam mewujudkan cita-cita
kemerdekaan. Penyelesaian konflik antara Indonesia dan
Belanda, tidak hanya melibatkan kedua negara tersebut,
tetapi juga melibatkan negara-negara lain.

10. Homo Sapiens

Bisa diartikan sebagai manusia


cerdas. Berasal dari zaman holosen. Bentuk tubuh Homo
Sapiens sudah menyerupai dengan bentuk orang Indonesia
sekarang. Pada masa itu, golongan manusia ini sudah
memiliki strukur organisasi dan pembagian tugas.
Berdasarkan penelitian tersebut, tidak hanya bentuk fisik
dari manusia purba, tetapi kehidupan sosialnya juga bisa
kita kaji. Tentunya dengan penelitian yang intens dan
dalam jangka waktu lama.

Homo Sapiens mereferensikan bahwa manusia adalah


mahluk yang memiliki kelebihan dalam hal akal. Dengan
mempelajari tentang Homo Sapiens, kehidupan kita bisa
bertambah dalam khazanah dan pengalaman dengan
produk tertentu. Jenis manusia purba ini memiliki ciri
sebagai berikut :

1. Volume otaknya antara 1.000 cc – 1.200 cc;


2. Tinggi badan antara 130 – 210 m;
3. Otot tengkuk mengalami penyusutan;
4. Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan;
5. Muka tidak menonjol ke depan;
6. Berdiri dan berjalan tegak,
7. Berdagu dan tulang rahangnya biasa, tidak sangat
kuat.

Dengan melihat spesifikasi diatas, maka bisa kita ketahui


bahwa jenis Homo Sapiens sudah menggunakan akalnya.
Meskipun dalam hal sederhana, tetapi jenis ini sudah
memiliki karakteristik berburu. Tidak hanya
mengumpulkan makanan seperti halnya jenis lain. Homo
sapiens juga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
mempunyai banya ragam dan budaya serta ras. Dengan
mentahnya teori evolusi pada masa sekarang ini, muncul
asumsi bahwa ‘manusia kera’ adalah jenis manusia juga
tetapi berbeda ras. Seperti halnya ras Asia, Afrika dan
Eropa. Bahkan dengan sesama bangsa Asia pun memiliki
keanekaragaman ras dan budaya. Secara telusur,
menurut peneliti bahwa didapatkan leluhur manusia
seperti ini :
 Ras Mongoloid, berciri kulit kuning, mata sipit,
rambut lurus.
 Ras Mongoloid ini menyebar ke Asia Timur, yakni
Jepang, Cina, Korea, dan Asia Tenggara.
 Ras Kaukasoid, merupakan ras yang berkulit putih,
tinggi, rambut lurus, dan hidung mancung. Ras ini
penyebarannya ke Eropa, ada yang ke India Utara (ras
Arya), ada yang ke Yahudi (ras Semit), dan ada yang
menyebar ke Arab, Turki, dan daerah Asia Barat lainnya.
 Ras Negroid, memiliki ciri kulit hitam, rambut
keriting, bibir tebal. Penyebaran ras ini ke Australia (ras
Aborigin), ke Papua (ras Papua sebagai penduduk asli),
dan ke Afrika.

III. Perkembangan corak dalam kehidupan dan peralatan yang


digunakan manusia purba

A. Kehidupan Manusia Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan


Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal
kehidupan manusia.Pada masa ini manusia menghabiskan 90 % waktu
hidupnya dengan berburu dan mengumpulkan makanan.  

B. Kehidupan Manusia Pada Masa Bercocok Tanam dan Beternak


Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam
sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi. Terbukti dengan adanya penemuan
gambar tanaman padi di Gua Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut ahli
arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono, perubahan dari food
gathering ke food producing merupakan satu revolusi dalam
perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena
terjadi perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan
makanan dan berburu menjadi bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman
bercocok tanam dianggap sebagai dasar peradaban Indonesia sekarang.
Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat
sederhana untuk menunjang kegiatan bercocok tanam, teknik
pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya sudah halus, diupam
(diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi. Terbuat dari batu
berbentuk persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga Kapak
Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman.
Umumnya jenis kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak
biasa. Dua jenis kapak ini banyak ditemukan di Indonesia.Tradisi
bercocok tanam berlangsung hingga zaman logam dan zaman
megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.

C. Kehidupan Manusia Pada Masa Perundagian


Pada masa perundagian semakin lama, pola bercocok tanam dan
beternak semakin berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan
dari semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi, manusia
lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien. Masa
perundagian ditandai dengan adanya kemunculan golongan undagi .
Golongan ini terdiri atas orang-orang yang ahli dalam bidang bidang
tertentu seperti membuat rumah, peleburan logam, membuat gerabah, dan
perhiasan.

D. Kehidupan Manusia Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan


Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal
kehidupan manusia.Pada masa ini manusia menghabiskan 90 % waktu
hidupnya dengan berburu dan mengumpulkan makanan.  

E. Kehidupan Manusia Pada Masa Bercocok Tanam dan Beternak


Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam
sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi. Terbukti dengan adanya penemuan
gambar tanaman padi di Gua Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut ahli
arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono, perubahan dari food
gathering ke food producing merupakan satu revolusi dalam
perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena
terjadi perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan
makanan dan berburu menjadi bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman
bercocok tanam dianggap sebagai dasar peradaban Indonesia sekarang.
Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat
sederhana untuk menunjang kegiatan bercocok tanam, teknik
pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya sudah halus, diupam
(diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi. Terbuat dari batu
berbentuk persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga Kapak
Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman.
Umumnya jenis kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak
biasa. Dua jenis kapak ini banyak ditemukan di Indonesia.Tradisi
bercocok tanam berlangsung hingga zaman logam dan zaman
megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.

F. Kehidupan Manusia Pada Masa Perundagian


Pada masa perundagian semakin lama, pola bercocok tanam dan
beternak semakin berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan
dari semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi, manusia
lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien. Masa
perundagian ditandai dengan adanya kemunculan golongan undagi .
Golongan ini terdiri atas orang-orang yang ahli dalam bidang bidang
tertentu seperti membuat rumah, peleburan logam, membuat gerabah, dan
perhiasan.

IV. Peralatan Manusia Purba Zaman Praaksara

Kehidupan pra-aksara di Indonesia dapat pula dilacak melalui penemuan


perkakas / alat yang digunakan oleh manusia pada masa lalu tersebut. Di
Indonesia, hingga kini masih sering ditemukan perkakas-perkakas yang
diperkirakan pernah digunakan oleh manusia purba. Berikut ini beberapa jenis
alat yang digunakan manusia purba dari masa praaksara yang pernah ditemukan
di Indonesia.

a. Kapak Genggam
      Kapak genggam diperkirakan merupakan alat yang digunakan oleh manusia
jenis Pithecanthropus untuk berburu. Struktur dan bentuk alat ini masih sangat
sederhana dan bagian yang tajam hanya terdapat di satu sisi saja. Kapak ini
digunakan dengan cara digenggam. Alat ini pernah ditemukan di Trunyan
(Bali), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), dan Kalianda (Lampung).
b. Alat Serpih
      Alat ini digunakan oleh manusia purba untuk menusuk, memotong dan
melubangi kulit binatang. Alat ini terbuat dari batu. Diperkirakan, alat ini
merupakan serpihanserpihan dari batu yang dibuat sebagai kapak genggam. Alat
ini pernah ditemukan di Sangiran dan Gombong (Jawa Tengah), serta Cabbenge
(Flores).
c. Kapak Persegi
      Kapak persegi merupakan alat yang terbuat dari batu dan digunakan oleh
manusia untuk mencangkul, memahat, dan berburu. Alat ini terbuat dari batu
berbentuk segi empat yang kedua sisinya diasah halus. Pada salah satu sisi
pangkal, ada bagian berlubang untuk tangkai. Sementara pangkal lainnya adalah
bagian yang tajam. Alat ini banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia,
mulai dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
d. Kapak Lonjong
      Kapak lonjong merupakan kapak yang bentuknya lonjong. Pangkal kapak
tersebut lebar dan tajam, sedang ujungnya runcing dan diikatkan pada gagang.
Alat ini terbuat dari batu yang telah diasah hingga halus. Kapak lonjong pernah
ditemukan di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
e. Menhir
      Menhir merupakan tugu batu yang tinggi. Diperkirakan menhir digunakan
sebagai tempat pemujaan oleh manusia prasejarah.
f. Dolmen
      Dolmen adalah meja yang terbuat dari batu, diperkirakan digunakan sebagai
tempat menyimpan sesaji untuk sesembahan manusia prasejarah.
g. Sarkofagus
      Sarkofagus adalah peti mati yang terbuat dari batu.
h. Arca
     Arca adalah batu yang dibentuk hingga menyerupai makhluk hidup tertentu.
i. Bejana Perunggu
      Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu. Bentuknya mirip dengan gitar
spanyol tanpa gagang. Alat ini hanya ditemukan di dua tempat yaitu di Madura dan Sumatra.
j. Kapak Corong
      Kapak corong adalah kapak yang terbuat dari perunggu dan bentuk bagian atas mirip
dengan corong. Alat ini pernah ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua.

V. Sistem kepercayaan Manusia Purba Masa perundagian

Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh


berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan
masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah alat
yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada masa perundagian, benda-
benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan
perunggu. Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh manusia pada zaman
perundagian masih memelihara hubungan dengan orang yang meninggal. Pada
masa ini, praktek penguburan menunjukkan stratifikasi sosial antara orang yang
terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang terpandang selalu
dibekali dengan barang-barang yang mewah dan upacara yang dilakukan
dengan cara diarak oleh orang banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal
orang biasa, upacaranya sederhana dan kuburan mereka tanpa dibekali dengan
barang-barang mewah.

Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan.


Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi
berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan. Misalnya ada
upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para nelayan.
Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan
kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah yang mereka
anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah pedalaman
atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang dianggap
sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.

Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari


masa bercocok tanam. Kepercayan berkembang sesuai dengan pola pikir
manusia yang merasa dirinya memiliki keterbatasan dibandingkan dengan yang
lainnya. Anggapan seperti ini memunculkan jenis kepercayaan: animisme dan
dinamisme.

1) Animisme

Dalam kepercayaan animisme, manusia mempunyai anggapan bahwa


suatu benda memiliki kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini bisa
dipanggil dan diminta pertolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya akan
hal-hal yang gaib atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam
roh dan makhluk halus yang menempati suatu tempat memunculkan kegiatan
menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdoa dengan mantera dan
memberi sesajen atau persembahan.

2) Dinamisme

Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme. Roh atau


makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang meninggal,
kemudian mendiami berbagai tempat, misalnya hutan belantara, lautan luas,
gua-gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar, batu-
batu besar, dan lain-lain. Timbullah kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib
yang dapat menambah kekuatan seseorang yang masih hidup. Kekuatan yang
timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan kepercayaan dinamisme
(dinamis berarti bergerak). Manusia purba percaya bahwa, misalnya, pada batu
akik, tombak, keris, belati, anak panah, bersemayam kekuatan halus, sehingga
alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air kembang.

Di kemudian hari, kepercayaan-kepercayaan animisme dan dinamisme


mendorong manusia menemukan kekuatan yang lebih besar dari sekadar
kekuatan roh dan makhluk halus dan alam. Masyarakat lambat laun, dari
generasi ke generasi, meyakini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi
kehidupan pribadi mereka maupun kehidupan alam semesta. Kekuatan gaib
tersebut diyakini memiliki keteraturan sendiri yang tak dapat diganggu-gugat,
yakni hukum alam. Kepercayaan terhadap “Kekuatan Tunggal” ini lantas
dihayati sebagai kekayaan batin spiritual sekaligus kekayaan kebudayaan.
Kepercayaan animisme dan dinamisme ini kemudian berkembang dan menyatu
dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan kemudian Islam.
 Benda-benda peninggalan zaman perundagian.

1). Bahan Perunggu

Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan


Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat
mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga
diperoleh logam yang lebih keras.

Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :

a. Nekara

Nekara adalah gendering perunggu dengan membran satu. Berdasarkan


hiasan yang terdapat dalam beberapa nekara, benda ini diduga digunakan untuk
memanggil roh para leluhur untuk turun ke dunia dan member berkah dan
memanggil hujan. Nekara ini ditemukan di Pejeng dan Bebrita (Bali), Sumatera,
NTT, Weleri, (Jawa Tengah), serta Banten.

b. Kapak Corong

Disebut kapak corong karena kapak dari perunggu ini bentuknya seperti
corong. Kapak ini disebut juga kapak sepatu (karena berbentuk seperti sepatu).
Fungsinya sama seperti kapak sebelumnya . kapak ini ditemukan di pulau
Sumatera, Jawa, Bali, Dan Papua.

c. Arca Perunggu

Arca-arca berupa manusia dan binatang salah satunya ditemukan di


Bangkinang (Riau).

d. Bejana Perunggu

Bejana Perunggu Berbentuk kepis (wadah ikan pada pemancing). Barang ini
telah ditemukan salah satunya di Kerinci (Jambi).

e. Perhiasan

Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap


seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan
berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung.
Bendabenda tersebut ada yang diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda yang
diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik.
Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan untuk perhiasan, tetapi sebagai alat
tukar. Cincin yang seperti ini ukurannya sangat kecil bahkan tidak bisa
dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat-tempat ditemukannya benda-benda
tersebut antara lain Bogor, Malang, dan Bali.

Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa perundagian yaitu


manik-manik. Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan untuk
upacara, bekal orang yang meninggal (disimpan dalam kuburan), dan alat tukar.
Pada masa perundagian, bentuk manik-manik mengalami perkembangan.

Pada zaman prasejarah lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada masa
ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah yang
dibakar. Manik-manik memiliki bentuk yang beragam, ada yang berbentuk
silindris, bulat, segi enam, oval, dan sebagainya. Di Indonesia beberapa daerah
yang merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara lain Bogor,
Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.

1) Perunggu

Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam
perunggu. Dalam pembuatan arca ini dilakukan pula dengan menuangkan cairan
logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk manusia
dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada yang sedang menari,
berdiri, naik kuda dan sedang memegang panah. Arca binatang itu ada yang
berupa arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan kuda
dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang
(Provinsi Riau), Lumajang, Palembang, dan Bogor.

2) Bahan Besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang
menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik
peleburan tembaga maupun perunggusebab melebur besi membutuhkan panas
yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.

Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:

1. Mata kapak bertungkai kayu


2. Mata pisau
3. Mata sabit
4. Mata Pedang
VI. PERSEBARAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
1. Rumpun Bahasa Melayu Austronesia
Bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk rumpun bahasa Melayu
Austronesia. Rumpun bahasa ini meliputi wilayah yang luas: dari Madagaskar
di Afrika sampai ke Melanesia dan Polinesia di Samudera Pasifik, lalu dan
Taiwan sampai ke Indonesia. Penggunaan bahasa Melayu Austronesia di
wilayah yang luas itu erat kaitannya dengan persebaran penduduk yang
menggunakan bahasa tersebut. Para pakar sejarah berpendapat bahwa bahasa
Melayu Austronesia berasal dari Taiwan. Sekitar 5000 SM, masyarakat di
Taiwan menggunakan bahasa yang disebut Proto Austronesia (Austronesia
kuno).
Masyarakat di tempat itu telah mengenal cocok tanam dan beternak.
Masyarakat itu kemudian menyebar ke sebelah selatan Cina, Vietnam,
Semenanjung Malaya, lalu ke Indonesia. Ada juga yang mengarungi laut
menuju Filipina terus ke arah kepulauan di Indonesia dan Samudera Pasifik.
2. Masyarakat Tani di Yunan
Peralihan dan kebudayaan berburu dan mengumpulkan makanan pada
kebudayaan bercocok tanam merupakan perubahan amat besar.
Perubahan itu tidak mungkin dilakukan oleh penduduk asli Indon esia yang
sudah terbiasa dengan kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan. Para
pakar sejarah menyimpulkan bahwa kebudayaan bercocok tanam
diperkenalkan oleh  masyarakat pendatang. Mereka ini sudah terbiasa dengan
bercocok tanam dan beternak di tempat asalnya. Kebiasaan itu mereka terapkan
di tempat baru di Indonesia. Pendatang inilah yang menjadi nenek
moyang bangsa Indonesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia ternyata berasal dan luar Indonesia,
yaitu dan daerah Yunan, di sebelah selatan Cina (sekarang RRC). Kesimpulan
tersebut dibuktikan oleh kesamaan artefak prasejarah yang ditemukan di
wilayah itu dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari artefak yang ditemukan
di Yunan, tampak bahwa sekitar 3000 SM, masyarakat di wilayah itu telah
mengenal cocok tanam.

Kemudian, masyarakat Yunan melakukan migrasi ke daerah sekitar Teluk


Tonkin, sebelah utara Vietnam. Di tempat itu mereka mengembangkan
kebudayaan bercocok tanam. Dari tempat itu, mereka melakukan migrasi ke
Kepulauan Indonesia. Migrasi dilakukan secara bergelombang. Gelombang
yang satu dengan yang berikut bejarak waktu lebih dan 1000 tahun.

a. Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia 


Menurut pakar sejarah, setelah kepunahan manusia jenis Meganthropus,
Pithecantropus, dan Homo, Kepulauan Indonesia dihuni oleh manusia dan ras
Austromelanosoid. Belum dapat dipastikan apakah mereka penduduk asli atau
pendatang. Berdasarkan keserupaan artefak mesolithikum yang digunakan
dengan artefak di Bacson-Hoabinh, dapat diperkirakan bahwa mereka berasal
dan Teluk Tonldn. (Bacson Hoabinh terletak di Teluk Tonkin).
1. KedatanganProto-Melayu
Sekitar 2000 SM, penduduk dan ras Melayu Austronesia dan Teluk
Tonkin bermigrasi ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Proto
melayu atau Melayu Tua. Kedatangan mereka itu mendesak penduduk
dan ras Austromelaneoid ke pedalaman, bahkan ke Indonesia bagian
timur. Penduduk ras itu menjadi nenek moyang menduduk Papua
sekarang.

2. Kedatangan Deutero-Melayu
Sekitar 500 SM, datang lagi gelombang migrasi penduduk dan ras
Melayu Austronesia dan Teluk Tonkin ke Kepulauan Indonesia. Mereka
biasa disebut Deutero-Melayu atau Melayu Muda. Kedatangan mereka
mendesak penduduk keturunan Proto-Melayu yang telah lebih dahulu
menetap. Memasuki Kepulauan Indonesia, masyarakat Deuto-Melayu
menyebar ke sepanjang pesisir. Ada juga di antara mereka yang masuk ke
pedalaman. Keturunan Deutero-Melayu antara lain masyarakat Minang,
Jawa, dan Bugis.

Masyarakat Deutero-Melayu membawa kebudayaan perunggu, yang


dikenal dengan sebutan Kebudayaan Dong Son. Donon son adalah
tempat di Teluk Tonkin tempat asal kebudayaan perunggu di Asia
Tenggara. Artefak perunggu yang ditemukan di Indonesia serupa dengan
artefak perunggu dan Dong Son.
BAB III
Penutup
a. Kesimpulan
Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya
mulai berkembang. Mereka tidak lagi berpindah-pindah tempat untuk mencari
hewan-hewan buruan, tetapi sebaliknya mereka mulai menetap dan mengolah
tanah disekitarnya untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman yang dapat
mereka makan. Selain itu, mereka mulai menjinakan hewan-hewan yang dapat
membantu kebutuhan hidupnya  seperti kuda, kerbau, babi, sapi, anjing dan
sebagiannya. Dari pola bercocok tanam ini manusia sudah dapat menguasai
alam lingkunagn serta isinya.
Terlepas dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dan
kapan mereka mulai tinggal di wilayah Indonesia, kita harus percaya bahwa
nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan tahun sebelum masehi telah hidup
di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka mengalami perkembangan yang
teratur seperti bangsa - bangsa di belahan dunia lain.
Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden setingkat lebih baik dari
pada masyarakat nomaden. Jumlah anggota kelompok semakin bertambah besar
dan tidak hanya terbatas pada keluarga tertentu. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa rasa kebersamaan di antara mereka mulai dikembangkan. Rasa
kebersamaan ini sangat penting dalam mengembangkan kehidupan yang
harmonis, tenang, aman, tentram, dan damai. Nilai - nilai kehidupan, seperti
gotong royong, saling membantu, saling mencintai sesama manusia, saling
menghargai dan menghormati telah berkembang pada masyarakat pra aksara.
Setelah Disusunnya Makalah ini dapat disimpulkan :
1.          Zaman pra aksara di Indonesia berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi
dalam empat babak, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, .masa
bercocok tanam, dan masa perundagian.
2.          Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
ke masa bercocok tanam, memakan waktu yang sangat panjang

B.saran
Setelah mempelajari kehidupan manusia praaksara dan setelah Saya
menyusun makalah ini Saya memberi saran :

1.Kita haru bersyukur karena kita tidak perlu bersusah susah keras lagi untuk
mencari makanan kini kita tinggal membeli apa yang kita inginkan

2.Kita mempunyai rumah jika ingin tinggal

3.masa kita sekarang adalah masa yang modren tentunya perlu disyukuri dan
dinikmati sesuai kebutuhan

4.Jangan lupa bersyukur selalu kepada tuhan yang menciptakan langit dan
bumi
DAFTAR PUSTAKA

http://herydotus.wordpress.com/2011/12/26/perkembangan-rekaman-tertulis/

http://muchlis-7a.blogspot.com/2012/01/manusia-pra-aksara.html

http://www.crayonpedia.org/mw/Bab_2._Kehidupan_Pada_Masa_Pra_Aksara_di_Indonesia_

-_I_Wayan_Legawa_7.1

http://pelajargenerasiindonesiaku.blogspot.co.id/2015/06/makalah-perkembangan-teknologi-
pada.html

http://temukan-jawaban.blogspot.co.id/2016/05/peralatan-manusia-purba-zaman-

praaksara.html

Soekmono.R.1981.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I.Yogjakarta:

Kanisius(anggota IKAPI)

Djoened, Marwati Poesponegoro, Nugroho Notosusanto.1993.Sejarah Nasional Indonesia I.


Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

http://haristepanus.files.wordpress.com/2010/08/hasil-kebudayaan-masa-praaksara.pdf

Supriatna, Ratna, Sejarah kelas X Sekolah Menengah Atas, jilid II oleh Grafindo Media

Pratama. Jakarta

Drs.Prawoto,M.Pd, seri IPS Sejarah; 2007, oleh Yudhistira, Jakarta.


TUGAS SEJARAH

MAKALAH MASA PRAAKSARA

OLEH :

SYAFI’I

X MIPA 1

SMA NEGERI 1 BAGAN SINEMBAH

Anda mungkin juga menyukai