03-Ikd-Perkembangan Dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam
03-Ikd-Perkembangan Dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam
Manusia mengenal alam sejak lahir bahkan mulai saat di dalam kandungan janin
sudah berinteraksi dengan lingkungan di luar tubuh ibu yang mengandungnya. Manusia
mendapat rangsangan dari alam serta sekaligus berkomunikasi dan berintekaksi melalui
panca inderanya. Pengalaman yang diperoleh manusia dari semua interaksi dan komunikasi
den gan alam itu kemudian akan melahirkan pengetahuan yaitu kumpulan fakta -fakta obyektif (
the bundle of facts ).
Kumpulan fakta-fakta obyektif yang diperoleh mansuia tersebut akan bertambah terus
dari waktu ke waktu karena dorongan rasa ingin tahu dan pemenuhan kebutuhan manusia.
Selanjutnya kumpulan fakta-fakta obyekif yang dimilki manusia baik sebagai individu
maupun kelompok tersebut yang melahirkan ilmu pengetahuan; dalam hal ini karena fakta
-fakta obyektif tersebut adalah segala bentuk rangsangan, informasi, interaksi yang berkaitan
dengan alam -lingkungan tempat hidup manusia, maka ilmu pengetahuan tersebut disebut
sebagai Ilmu Pengetahuan Alam. Namun demikian untuk memenuhi rasa ingin tahu dan
kebutuhan akan suatu acuan berpikir, seringkali manusia melahirkan pengetahuan yang tidak
berdasarkan fakta yang mampu diinderai oleh manusia dan alat bantu yang diciptakannya
yaitu mitos.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang alam
yang tentunya tidak termasuk segala hal yang berkaitan dengan pengetahuan sosial atau peri
kehidupan manusia.
IPA yang kita kenal sekarang dengan kompleksitas dan percabangan ilmu yang demikian
banyak, dimulai dari kesederhanaan yang merupakan tuntutan kebutuhan hidup dan mer
upakan wujud dari perkembangan alam pikir manusia.
Ilmu Pengetahuan Alam tumbuh dan berkembang dari buah olahan alam pikir
manusia yang mendasarkan pada fakta-fakat yang bisa dirasakan dan diterima oleh indera
manusia baik langsung maupun tidak langsung melalui alat bantu baik berupa peralatan fisik
(misalnya mikroskop dan alat laboratorium lainnya) maupun non fisik misalnya berupa
pedoman/kriteria atau gambaran imajinatif yang disusun berdasarkan pengamatan fisik.
Fakta-fakta yang bukan obyektif atau yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya
1
berdasarkan tingkat pemahaman dan/atau tingkat kemampuan pembuktian oleh manusia, maka
bukanlah suatu ilmu pengetahuan. Dengan kata lain bahwa suatu temuan atau
pengetahuan yang tidak bisa
2
dibuktikan kebenarannya adalah bukan ilmu pengetahuan. Misalnya pemahaman tentang
adanya “makhluk halus” (makhluk astral) mungkin saat ini dianggap tahayul dan bukan ilmu
pengetahuan karena tidak bisa dibuktikan keberadaanya secara fisik oleh manusia dan/atau
dengan menggunakan alat bantu yang ada saat ini. Akan tetapi bisa saja dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu memvisualisasi gelombang
elektromagnetik tertentu yang ternyata bersesuaian dengan gelombang elektromagnetik yang
“diekspresikan” ole h eksistensi “makhluk halus” tersebut, maka saat itu pengetahuan
tentang makhluk halus tersebut sudah bersifat ilmiah. Hal ini serupa dengan pemahaman
tentang gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh handphone yang kemudian bisa
di-audiovisualisasi-kan sehingga dengan jarak jauh tanpa tatap muka tapi mansuia bisa
berkomunikasi.
Ilmu yang diciptakan sebagai produk olah akal manusia tidaklah muncul seketika
atau dalam waktu pendek tapi melalui proses yang panjang. Pada perkembangan selanjutnya
ilmu itu disusun dengan menggunakan sistematika dan metode tertentu dalam
mensitntesanya.
Ilmu dapat didefinisikan sebagai: “ pengetahuan tentang suatu bidang y angg disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, y angg dapat digunakan untuk menerangkan gejala
tertentu di bidang (pengetahuan) itu” . Ilmu pengetahuan atau atau kepandaian senantiasa
berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia. Ilmu diperoleh, tumbuh,
dan berkembang melalui proses yang disebut sebagai proses ilmiah yaitu melalui metode ilmiah
(scientific method).
Ilmiah adalah proses pencapaian pengetahuan yang diperoleh melaui suatu metode
sistematis (metode ilmiah) yang melibatkan penggunaan fakta -fakta yang dapat diinderai
oleh manusia dan/atau alat bantu dan dapat diterima oleh a kal sehat; dengan demikian
pengetahuan dikatakan ilmiah jika memiliki ciri-ciri keilmuan yaitu:
(i) Kritis dan Analitis: Mendorong suatu kepastian dan proses penyelidikaan untuk
megidentifikasi masalah dan solusinya.
(ii) Logis: Merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah dan kesimpulan rasional dari bukti -
bukti yang ada.
(iii) Objektif: Bahwa yang diperoleh ilmu lain akan sama apabila studi yang sama dilakukan
pada kondisi yang sama.
(iv) Konseptual dan teoritis: Menuntun dan mengarahkan upaya
penelitian. (v) Empiris: Bersandar pada realitas.
(vi) Sistematis: Prosedur yang cermat dan aturan baku
Metode ilmiah selalu dipakai dalam penelitian dan selalu akan meliputi pelaksanaan
tahapan atau langkah
(i) Observasi (Masalah):yaitu kegiatan menggali informasi dari berbagai sumber empiris
dan teoritis; bahkan pada penelitian kuantitatif untuk membangun informasi yang
dibutuhkan maka seringkali dilakukan penenelitian pendahuluan (pra-riset);
(ii) Melakukan perumusan masalah yang ditunjukkan dalam bentuk pertanyaan;
(iii) Menyusun hipotesis atau dugaan (“kesimpulan”) sementara atas upaya pemecahan
masalah dalam penelitian yang akan dlaksanakan;
(iv) Mengimplementasikan metode penelitian untuk menguji hipotesis;
(v) Melaksanakan pengumpulan data dan melakukanaAnalisis atas data yang diperoleh atau
dikumpulkan dengan menggunakan alat-alat/uji Statistik yang relevan;
(vi) Menarik kesimpulan hasil penelitian yang akan memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan.
Dalam proses pembelajaran Ilmu Kealaman Dasar, dosen pengampu dapat melakukan
pendekatan ilmiah dalam rangka pencapaian standard kompetensi mata kuliah IKD. Tahap
dalam pendekatan saintifik bisa digunakan seperti yang disampaikan Wijayanti (2014) yaitu:
Saat ini ilmu alam makin berkambang; sebagaimana diimplementasikan mulai dari
pendidikan dasar (SD) hingga pendidikan menengah atas (SMA), dikenal 3 bidang ilmu dari
IPA yaitu:
(i) Biologi yaitu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang terbagi menjadi berbagai cabang
ilmu yaitu kajian tentang manusia, tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
(ii) Kimia yaitu terbagi menjadi: kimia or ganik, kimia anorganik, kimia
analitik; (iii) Fisika yaitu fisika inti, fisika kuantum, termofisika, fisika terapan,
fisika modern;
Di antara ketiga bidang imu IPA tersebut terdapat “irisan” kajian
yaitu:
(i) Kajian antara biologi dan kimia yaitu: biokimia yang terdiri dari beberapa anak cabang
ilmu sesuai kepentingan dan kebutuhan manusia;
(ii) Kajian antara kimia dan fisika yaitu: kimia koloid dan fisika koloid;
(iii) Kajian antara biologi dan fisika yaitu biofisika.
Selanjutnya “irisan” kajian itu makin kompleks dan menghaslkan ilmu -ilmu baru seperti:
bioteknologi dan biologi molekuler.
IPA yang saat ini dipelajari dan ditumbuh kembangkan adalah ilmu pengetahuan yang
memiliki karakter sebagai berikut:
(i) Sebagai bentuk bahasa atau sistem komunikasi yang dipakai oleh manusia di seluruh
dunia apapun Negara dan latar-belakang budayanya
(ii) Memiliki bidang di mana metode ilmiah dapat diterapkan; jadi jika metode ilmiah tidak
dapat diterapkan, maka ilmu tersebut bukanlah IPA;
(iii) Memiliki tujuan mencari kebenaran dan menemukan fakta;
(iv) Bersifat bebas nilai; artinya kajian dan temuan dalam IPAtidak bisa ditafsirkan
berbeda berdasarkan latar-belakang manusianya (pengguna/ilmuwan);
(v) Bersifat relati f (tidak mutlak); jadi kajian dan/atau temuan dalam IPA tidak memiliki
kebenaran mutlak, tapi memiliki prinsip dedukto-hipotetiko-verifikatif yaitu permasalahan
didekati kemudian diduga penyelesaian/jawaban pemecahannya dan selanjutnya
diuji/diveifikasi untuk mendapatkan kesimpulan. Sebagaimana dikemukakan Tutik
(2012) metode ilmiah yaitu logico-hypotetico-vrivicative hanya berlaku untuk keilmuan yang
bersifat deskriptif yaitu dalam rangka menjelaskan hubungan sebab -akibat antara
dua hal. Sedangkan sifat keilmuan hukum adalah preskriptif; dengan demikian metode dan
prosedur penelitian dalam ilmu-ilmu alamiah dan ilmu-ilmu sosial tidak dapat
diterapkan untuk imu hukum.
IPA senantiasa berhubungan dengan bidang ilmu lain termasuk bidang non IPA
sejalan dengan perkembangan alam pikir manusia. Ekologi sebagai cabang ilmu IPA
berhubungan erat dengan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan berpolitik dalam
kehidupannya. Menurut Dharmawan (2007) dalam dua dekade terakhir perkembangan bidang
keilmuan ekologi m anusia, sosiologi lingkungan, dan ekologi politik sangat pesat;
transformasi ekologi manusia menjadi sosiologi-ekologi-manusia (sosiologi lingkungan) telah
mendorong munculnya ekologi politik sebagai bidang keilmuan bau untuk melengkapi bidang-
bidang keilmuan sebelumnya.
EVALUASI