u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
PUTUSAN
Nomor : 4/Pid.Prap/2019/PN.Tte
si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
ne
ng
Pengadilan Negeri Ternate yang mengadili perkara Praperadilan dalam
tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara
do
gu antara:
1. Nama lengkap : Febrianto Putra
2. Tempat lahir : Makassar
In
A
3. Umur/tanggal lahir : 27 tahun / 23 Februari 1993
4. Jenis kelamin : Laki-laki
ah
lik
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal :Kelurahan Kayu Merah, Kecamatan Ternate Sela-
am
ub
tan, Kota Ternate
7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Karyawan Swasta
ep
k
yang dalam ini memberi kuasa kepada Muhammad Thabrani, S.H.,M.H. dan
ah
si
tanggal 10 Juli 2019 dan telah didaftarkan di Kepanitraan Pengadilan Negeri
ne
ng
do
gu
Kepala Kepolisian Resort Ternate cq. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres
Ternate yang beralamat di Jl. Hasal Esa No. 1, Kelurahan Takoma, Kecamatan
In
A
ub
ep
es
ng
on
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
2
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
register Nomor : 4/Pid.Prap/2019/PN.Tte , telah mengajukan permohonan
si
praperadilan dengan alasan-alasan sebagai berikut:
Bahwa Pemohon mengajukan permohonan Praperadilan terhadap tidak sah -nya
ne
ng
upaya paksa tentang (1) Penetapan Pemohon sebagai Tersangka; (2)
penangkapan; (3) penahanan; dan (2) penyitaan dalam dugaan Tindak Pidana
Pencurian sebagaimana diancam Pasal 263 ayat (1) ke-3 subsidair Pasal 362
do
gu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) berdasarkan Surat Perintah
Penyidikan No: Sp.Dik/135.a/VII/2019/Res Ternate, tanggal 09 Juli 2019, oleh
In
A
Kasatreskrim Polres Ternate in casu Termohon.
Adapun yang menjadi alasan permohonan Pemohon adalah sebagai berikut :
ah
lik
I. DASAR HUKUM PERMOHONAN PRAPERADILAN
ub
karena terinspirasi oleh prinsip-prinsip yang bersumber dari adanya hak
Habeas Corpus dalam sistem peradilan Anglo-Saxon, yang memberikan
jaminan fundamental terhadap hak asasi manusia khususnya hak
ep
k
si
melaksanakan hukum pidana formil tersebut agar tidak melanggar hukum
(ilegal) atau tegasnya melaksanakan hukum pidana formil tersebut benar-
ne
ng
benar sah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini untuk
menjamin bahwa perampasan ataupun pembatasan kemerdekaan
do
terhadap seorang tersangka atau terdakwa itu benar-benar telah
gu
lik
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
3
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
di Amerika Serikat yang menerapkan prinsip Habeas Corpus, yang mana
si
pada dasarnya menjelaskan bahwa di dalam masyarakat yang beradab
maka pemerintah harus selalu menjamin hak kemerdekaan seseorang.
ne
ng
3. Bahwa lembaga Praperadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 77 s/d 83
KUHAP adalah suatu lembaga yang berfungsi untuk menguji apakah
tindakan/upaya paksa yang dilakukan oleh penyelidik/penyidik/penuntut
do
gu umum sudah sesuai dengan undang-undang dan tindakan tersebut telah
dilengkapi administrasi penyidikan secara cermat atau tidak, karena pada
In
A
dasarnya tuntutan Praperadilan menyangkut sah atau tidaknya tindakan
penyidik atau penuntut umum di dalam melakukan penyidikan atau
ah
lik
penuntutan;
4. Bahwa tujuan Praperadilan seperti yang tersirat dalam penjelasan Pasal
80 KUHAP adalah untuk menegakkan hukum, keadilan, kebenaran melalui
am
ub
sarana pengawasan horizontal, sehingga esensi dari Praperadilan adalah
untuk mengawasi tindakan upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik atau
ep
penuntut umum terhadap Tersangka, benar-benar dilaksanakan sesuai
k
si
KUHAP atau perundang-undangan lainnya.
5. Bahwa apabila kita merujuk pendapat S. Tanusubroto, yang menyatakan
ne
ng
do
gu
lik
ub
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
4
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(Termohon) sebagai salah satu institusi yang berhak menyidik) dan/atau
si
Kejaksaan yang melanggar hukum dan merugikan seseorang (Pemoh on),
dimana lembaga Praperadilan ini berfungsi sebagai lembaga pengawas
ne
ng
terhadap upaya paksa yang dilaksanakan oleh pejabat penyidik dalam
batasan tertentu.
6. Bahwa apa yang diuraikan di atas, yaitu filosofi Lembaga Praperadilan
do
gu sebagai upaya pengawasan penggunaan wewenang guna menjamin
perlindungan Hak Asasi Manusia, telah dituangkan secara tegas dalam
In
A
Konsideran Menimbang huruf (a) dan (c) KUHAP yang dengan sen dirinya
menjadi spirit atau ruh/jiwanya KUHAP, yang berbunyi :
ah
lik
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi
hak asasi manusia serta yang menjamin segala warganegara
am
ub
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”;
(c) “bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di bidang
ep
k
si
masing-masing ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan
terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian
ne
ng
do
gu
ub
ep
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
5
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(1) Tersangka, terdakwa atau Terpidana berhak menuntut ganti kerugian
karena ditangkap, ditahan, dituntut, dan diadili atau dikenakan tindakan
si
lain, tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan;
(2) tuntutan ganti kerugian oleh Tersangka atau ahliwaris-nya atas
ne
ng
penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang
atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
do
gu yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri, diputus disidang
Praperadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77.
Dengan kata lain, Pasal 95 ayat (1) dan (2) pada pokoknya merupakan
In
tindakan penyidik atau penuntut umum dalam rangka menjalankan
A
wewenangnya yang dilakukan tanpa alasan hukum, sehingga melan ggar
Hak Asasi atau harkat martabat kemanusiaan atau merugikan seseorang,
ah
lik
in casu adalah Pemohon. Oleh karena itu, tindakan lain yang dilakukan
oleh Termohon menjadi objek permohonan Praperadilan.
am
ub
8. Bahwa menguji keabsahan penetapan status Tersangka (in casu
Pemohon) adalah untuk menguji tindakan –tindakan penyidik itu apakah
bersesuaian dengan norma/ketentuan dasar-mengenai penyidikan yang
ep
k
adalah “kunci utama” dari tindakan selanjutnya yang dapat dilaku kan oleh
R
si
aparat penegak hukum (in casu Penyelidik, Penyidik dan Penuntut Umu m)
berupa upaya paksa, baik berupa penangkapan, pencegahan,
ne
ng
do
gu
lik
ub
10. Bahwa dalam praktek peradilan, Hakim telah membuat putusan terkait
R
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
6
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
menurut hukum tindakan Termohon menetapkan Pemohon sebagai
Tersangka”.
si
ii. Putusan Praperadilan dalam perkara No.
38/Pid.Prap/2012/PN.JKT.Sel, tanggal 27 November 2012, dengan
ne
ng
amar putusan, antara lain:
1. Menyatakan tidak sah menurut hukum tindakan Termohon
menetapkan Pemohon sebagai Tersangka telah melanggar Pasal
2 Ayat (1) atau pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1990 jo.
do
gu Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
2. Menyatakan tidak sah menurut hukum penahanan terhadap
In
Pemohon sesuai Surat perintah penahanan Nomor: Print-
A
30/F.2/Fd.1/09/2012 Tanggal 26 September 2012 sebagai
Tersangka telah melanggar Pasal 2 ayat(1) atau pasal 3 UU
Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
ah
lik
pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP;
3. Memerintahkan kepada Termohon untuk membebaskan
am
ub
Tersangka BACHTIAR ABDUL FATAH (Pemohon dalam perkara
Praperadilan ini) dari tahanan seketika setelah putusan ini
diucapkan.
iii. Putusan Praperadilan dalam perkara Nomor :
ep
k
si
2. “Menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang
dikeluarkan lebih lanjut oleh Termohon yang berkaitan dengan
ne
Penetapan Tersangka terhadap diri Pemohon oleh Termohon”;
ng
do
putusan, antara lain:
gu
ub
Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP adalah tidak
sah dan tidak berdasar atas hukum, dan oleh karenanya
es
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
7
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
4. Menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang
dikeluarkan lebih lanjut oleh Termohon yang berkaitan dengan
si
Penetapan Tersangka terhadap diri Pemohon oleh Termohon;
v. Putusan Praperadilan dalam perkara No.
ne
ng
36/Pid.Prap/2015/PN.JKT.Sel, tanggal 26 Mei 2015, dengan amar
putusan, antara lain :
1. “Menyatakan Penyidikan yang dilakukan oleh Termohon
berkenaan dengan peristiwa pidana sebagaimana dinyatakan
do
gu dalam penetapan sebagai Tersangka terhadap diri Pemohon yang
diduga melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang–Undang
No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
In
jo. Undang–Undang No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
A
Undang–Undang No. 31 Tahun 1999 jis. Pasal 55 ayat (1) ke 1
KUHP adalah tidak sah oleh karenanya penyidikan a quo tidak
mempunyai kekuatan hokum mengikat dan oleh karena itu
ah
lik
diperintahkan kepada Termohon untuk menghentikan penyidikan
berdasarkan Surat Perintah Penyidikan, No. Sprin DIK–
17/01/04/2014 tanggal 21 April 2014;
am
ub
2. Menyatakan menurut hukum tindakan Termohon menetapkan
Pemohon sebagai Tersangka yang melanggar Pasal 2 ayat (1)
atau Pasal 3 Undang–Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang–Undang No.
ep
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang–Undang No.31
k
si
Penetapan Tersangka aquo tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat.”;
ne
ng
do
gu
lik
ub
Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP adalah tidak sah
M
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
8
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
3. Menyatakan Penetapan Tersangka atas diri Pemohon yang
dilakukan oleh Termohon adalah tidak sah;
si
4. Menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang
dikeluarkan lebih lanjut oleh Termohon yang berkaitan dengan
Penetapan Tersangka terhadap diri Pemohon oleh Termohon;
ne
ng
vii. Putusan Praperadilan dalam perkara Nomor: 11/Praper/2016/PN.Sby
tanggal 7 Maret 2016, dengan amar putusan, antara lain:
1. Menyatakan Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Tinggi
do
gu Jawa Timur Nomor: Print-86/O.5/Fd.1/01/2016, tanggal 27 Januari
2016 terkait perkara tindak pidana korupsi Penggunaan Dana
Hibah untuk pembelian Initial Public Offering (IPO) Bank Jatim
In
pada Kamar Dagang dan Industri Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
A
dan Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa
Timur Nomor: Print-120/O.5/Fd.1/02/2016 tanggal 15 Februari
2016 terkait perkara tindak pidana pencucian uang dalam
ah
lik
pembelian Initial Public Offering (IPO) Bank Jatim pada Kamar
Dagang dan Industri Provinsi Jawa Timur Tahun 2012;
2. Menyatakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan oleh
am
ub
Termohon terkait perkara tindak pidana korupsi penggunaan dana
hibah untuk pembelian Initial Public Offering (IPO) Bank Jatim
pada Kamar Dagang dan Industri Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
dan perkara tindak pidana pencucian uang dalam pembelian Initial
ep
Public Offering (IPO) Bank Jatim pada Kamar Dagang dan Industri
k
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Tidak sah dan melanggar hukum
ah
si
dijadikan rujukan dan yuriprudensi dalam memeriksa perkara Praperadilan
ne
ng
do
gu
keadilan.
lik
ub
perbuatan hukum yang akan diikuti upaya paksa oleh penyidik atau
penuntut umum, karena pada dasarnya tuntutan Praperadilan adalah untuk
ka
ep
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
9
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pertimbangan hukum (ratio decidendi) Majelis Hakim Konstitusi dalam
si
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 21/PUU -
XII/2014, tanggal 28 April 2015, yang berbunyi:
ne
ng
“...Oleh karena penetapan tersangka adalah bagian dari proses
penyidikan yang merupakan perampasan terhadap hak asasi manusia
maka seharusnya penetapan tersangka oleh penyidik merupakan objek
yang dapat dimintakan perlindungan melalui ikhtiar hukum pranata
do
gu praperadilan. Hal tersebut semata-mata untuk melindungi seseorang
dari tindakan sewenang-wenang penyidik yang kemungkinan besar
dapat terjadi ketika seseorang ditetapkan sebagai tersangka, padahal
In
dalam prosesnya ternyata ada kekeliruan maka tidak ada pranata lain
A
selain pranata praperadilan yang dapat memeriksa dan memutusnya.
Namun demikian, perlindungan terhadap hak tersangka tidak kemudian
diartikan bahwa tersangka tersebut tidak bersalah dan tidak
ah
lik
menggugurkan dugaan adanya tindak pidana, sehingga tetap dapat
dilakukan penyidikan kembali sesuai dengan kaidah hukum yang
berlaku secara ideal dan benar. Dimasukkannya keabsahan penetapan
am
ub
tersangka sebagai objek pranata praperadilan adalah agar perlakuan
terhadap seseorang dalam proses pidana memperhatikan tersangka
sebagai manusia yang mempunyai harkat, martabat, dan kedudukan
yang sama di hadapan hukum. Berdasarkan pertimbangan tersebut di
ep
atas, menurut Mahkamah, dalil Pemohon mengenai penetapan
k
R
Maka cukup alasan hukumnya bagi Pemohon untuk menguji keabsahan
si
penetapan Pemohon sebagai Tersangka melalui Praperadilan ini;
ne
ng
do
gu
lik
ub
penyitaan;”
Maka menjadi jelas dan terang bahwa penetapan Tersangka termasuk
ka
objek Praperadilan;
ah
ng
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
10
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bertanggal 1 Mei 2012, yang mengadili dalam kaitannya dengan Pasal 83
si
ayat (2) KUHAP mempertimbangkan antara lain:
“...salah satu pengaturan kedudukan yang sama di hadapan hukum
yang diatur dalam KUHAP tersebut adalah adanya sistem praperadilan
ne
ng
sebagai salah satu mekanisme kontrol terhadap kemungkinan tindakan
sewenang-wenang dari penyidik atau penuntut umum dalam melakukan
penangkapan, penggeledahan, penyitaan, penyidikan, penuntutan,
do
gu penghentian penyidikan dan penghentian penuntutan, baik yang disertai
dengan permintaan ganti kerugian dan/atau rehabilitasi atau pun tidak.
Adapun maksud dan tujuan yang hendak ditegakkan dan dilindungi
dalam proses praperadilan adalah tegaknya hukum dan perlindungan
In
A
hak asasi manusia sebagai tersangka/terdakwa dalam pemeriksaan
penyidikan dan penuntutan. Dengan demikian dibuatnya sistem
praperadilan yang diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 83
ah
lik
KUHAP adalah untuk kepentingan pengawasan secara horizontal
terhadap hak-hak tersangka/terdakwa dalam pemeriksaan pendahuluan
(vide Penjelasan Pasal 80 KUHAP). Kehadiran KUHAP dimaksudkan
untuk mengoreksi pengalaman praktik peradilan masa lalu, di bawah
am
ub
aturan HIR, yang tidak sejalan dengan perlindungan dan penegakan
hak asasi manusia. Selain itu, KUHAP memberikan perlindungan
terhadap hak asasi manusia bagi tersangka atau terdakwa untuk
membela kepentingannya di dalam proses hukum...”;
ep
k
si
kontrol terhadap kemungkinan tindakan sewenang-wenang dari penyidik
atau penuntut umum dan karenanya termasuk dalam ruang lingkup
ne
ng
praperadilan.
15. Bahwa dalam hal ini, peranan hakim untuk menemukan hukum
do
gu
memperoleh tempat sangat penting dan menentukan. Hal ini secara tegas
dan jelas telah diamanatkan dalam Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang
In
A
ub
ep
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
11
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dan/atau pengujian terhadap keabsahan melalui Lembaga Praperadilan.
si
Upaya penggunaan hak yang demikian itu selain sesu ai dengan spirit atau
ruh/jiwa KUHAP, juga sesuai dan dijamin dalam ketentuan Pasal 28 D ayat
ne
ng
(1) UUD Negara RI 1945 menentukan :
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
do
gu hukum”.
Pasal 28I ayat (1) UUD RI Tahun 1945, kutipannya antara lain
In
menegaskan:
A
“.....Hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum,...adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.”
ah
lik
Secara filosofi bahwa Manusia sebagai Makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa (Allah SWT), oleh Pencipta-Nya dianugerahi hak asasi untuk
am
ub
menjamin keberadaan harkat dan martabat dirinya yang bersifat universal
dan langgem, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan,
dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun (vide
ep
k
si
lanjut dalam Pasal 7 dan Pasal 8 TAP MPR No. XVII Tahun 1998 Tentang
ne
ng
do
gu
lik
ub
Sehingga dengan demikian, secara jelas dan tegas UUD Negara RI 1945
ka
ep
mengatur perlindungan dan kepastian hukum yang adil bagi setiap warga
negara. Terlebih lagi, Republik Indonesia telah meratifikasi International
ah
es
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
12
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Politik) (selanjutnya disebut “UU KOVENAN INTERNASIONAL”). ICCPR
si
yang telah diratifikasi melalui UU KOVENAN INTERNASIONAL,
merupakan salah satu instrumen Internasional utama yang berisi
ne
ng
mengenai pengukuhan pokok-pokok Hak Asasi Manusia. Dalam ketentuan
yang telah diratifikasi tersebut, negara telah berjanji untuk memberikan
jaminan guna melakukan pemulihan terhadap seseorang yang hak-haknya
do
gu telah dilanggar dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas institusi
negara/penegak hukum. Adapun ketentuan dimaksud adalah sebagai
In
A
berikut :
Pasal 14 angka 3 huruf a (mengenai hak yang dilanggar) :
ah
“In the determination of any criminal charge against him, everyone shall
lik
be entitled to the following minimum guarantees, in full equality : a) To
be informed promptly and in detail in a language which be understands
of the nature and cause of the charge against him” ;
am
ub
Terjemahannya : “Dalam penentuan suatu tindak kejahatan, setiap
orang berhak atas jaminan-jaminan minimal dibawah ini secara penuh,
yaitu : a) untuk diberitahukan secepatnya dan terinci dalam bahasa
yang dimengerti tentang sifat dan alasan tuduhan yang dikenakan
ep
k
terhadapnya.”
ah
si
“Each State Party to the present Covenant undertakes : a) to ensure
that any person whose rights or freedoms as herein recognized are
ne
ng
do
thereto determined by competent judicial, adminitrative or legislative
gu
lik
ub
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
13
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sistematis (de systematische interpretatie) termasuk meliputi penggunaan
si
wewenang Penyidik yang bersifat mengurangi atau membatasi hak
seseorang seperti diantaranya menetapkan seseorang sebagai tersangka
ne
ng
secara tidak sah dan tidak berdasarkan hukum, sehingga tidak hanya
terbatas pada pengujian wewenang yang ditentukan dalam Pasal 77
KUHAP yaitu (a) Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan,
do
gu penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; dan (b) ganti
kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya
In
A
dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
17. Bahwa Pemohon telah ditetapkan sebagai Tersangka oleh Termohon
ah
lik
berdasarkan Surat Perintah Penyidikan Nomor: Sp.Dik/135.a/VII/2019/Res
Ternate tanggal 9 Juli 2019 (merujuk Surat Perintah Penahanan Nomor:
Sp.Han/36/VII/2019/Reskrim 9 Juli 2019 {Bukti P-02}. Menurut Termohon,
am
ub
Pemohon diduga keras telah melakukan tindak pidana “PENCURIAN”
yang terjadi pada hari Rabu tanggal 26 Juli 2019 sekitar Jam 05.00 WIT,
ep
dengan cara pelaku yang bekerja sebagai karyawan di PT. SWADHARMA
k
tombak ATM yang berada di ruangan khusus kunci tombak ATM yang
R
si
berkantor di kelurahan Bastiong Talangame kemudian pelaku pergi ke
kompleks Pohon Pala di Kel. Kota Baru Kec. Kota Ternate tengah atau
ne
ng
tepatnya di lokasi ATM BRI Dispenda Kota Ternate selatan itu pelaku
membuka Both ATM dan mematikan CCTV di ruan gan ATM setelah itu
do
gu
pelaku mengambil salah satu kaset ATM dan mengambil uang yang ada di
dalam kaset ATM.
In
18. Bahwa berdasarkan seluruh uraian di atas, sangatlah beralasan dan cukup
A
lik
ub
prosedur yang ditentukan oleh hukum acara pidana dan dilakukan dengan
ep
prosedur yang salah dan menyimpang dari ketentuan hukum acara pidan a
ah
ng
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
14
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
19. Penetapan status seseorang sebagai Tersangka in casu Pemohon, yang
si
tidak dilakukan berdasarkan hukum/tidak sah, jelas menimbulkan h ak
hukum bagi seseorang untuk melakukan upaya hukum berupa koreksi
ne
ng
dan/atau pengujian terhadap keabsahan melalui Lembaga Praperadilan
do
gu 20. Bahwa berdasarkan putusan Mahmakah Konstitusi Nomor 21/PUU-
XII/2014, tanggal 28 April 2015 yang pada pokoknya menyatakan bahwa
In
A
lembaga praperadilan berwenang untuk menguji sah atau tidaknya
penetapan tersangka;
ah
lik
permohonan praperadilan adalah untuk menguji keabsahan penetapan
Pemohon sebagai Tersangka sebagai pintu masuk upaya paksa lainya
am
ub
berupa Penangkapan, Penahanan, dan Penyitaan;
22. Bahwa meskipun dalam Pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP menyatakan
ep
bahwa apabila perkara praperadilan belum selesai diperiksa, praperadilan
k
si
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014 yang menyatakan
lembaga praperadilan berwenang mengadili penetapan tersangka, diman a
ne
ng
do
gu
lik
ub
terdakwa/pemohon praperadilan”.
ep
24. Bahwa sejak adanya ke-2 (dua) putusan Mahkamah Konstitusi tersebut,
M
ng
maka pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP, khususnya harus dimaknai dan
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
15
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dibaca bahwa merupakan kewajiban dan kewenangan lembaga
si
praperadilan untuk terlebih dahulu menguji keabsahan penetapan
seseorang menjadi tersangka, karena penetapan tersangka yang
ne
ng
dilakukan secara sah yang dapat diadili. Dengan kata lain, ketentuan Pasal
82 ayat (1) huruf d KUHAP harus dibaca bahwa perkara tidak boleh
diperiksa oleh pengadilan ketika ada permohonan praperadilan yang
do
gu sedang diperiksa dan belum diputus.
25. Bahwa pemaknaan pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP yang demikian ini
In
A
berdasarkan alasan yuridis:
- Bahwa sebelum adanya Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut,
kewenangan lembaga praperadilan berdasarkan KUHAP hanya
ah
lik
mengadili terkait sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, sah
atau tidaknya SP3 atau SKPP yang diikuti oleh ganti rugi dan/atau
rehabilitasi. Praperadilan tersebut tidak menghambat lembaga
am
ub
pengadilan atau majelis hakim untuk memeriksa pokok perkara guna
mengadili substansi pokok perkara, karena substansi praperadilan
terbatas pada sah atau tidaknya penangkapan dan penahanan, sah
atau tidaknya penghentian penyidikan atau SKPP;
ep
- Sedangkan sejak adanya putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, yang
k
si
memutuskan Terdakwa bersalah atau tidak bersalah, terbukti secara
sah dan meyakinkan atau tidak terbukti, sebelum adanya putusan
lembaga praperadilan yang mengadili sah atau tidaknya penetapan
ne
ng
tersangka;
- Bahwa dalam permohonan Pemohon ini, yang dimohonkan untuk diuji
adalah keabsahan penetapan Pemohon sebagai tersangka.
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
16
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
III. ALASAN PERMOHONAN PRAPERADILAN
si
A. FAKTA-FAKTA
28. Bahwa Pemohon adalah warga negara berdasarkan Kartu Identitas
ne
ng
bernama FEBRIANTO PUTRA, lahir di Makassar tanggal 23 Februari
1993, berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam, Pekerjaan sebagai
do
gu pegawai swasta, berkebangsaan Indonesia dan beralamat di kelurahan
Kayu Merah, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate yang tunduk pada
hukum dan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia;
In
A
29. Keterhubungan Pemohon dengan peristiwa pidana “PENCURIAN” yang
disangkakan sebagaimana pada angka (17) di atas, secara kronologis
ah
lik
sebagai berikut: “bahwa Pemohon bekerja sebagai karyawan di PT.
SWADHARMA SARANA INFORMATIKA (SSI) sejak 26 Desember 2016.
am
ub
Adapun peristiwa yang disangkakan “PENCURIAN” terhadap Pemohon
terjadi tanggal 26 Juni 2018 sekitar pukul 05.00 AM (Subuh). Lalu setelah
beberapa waktu kemudian yakni hari senin tanggal 2 Juli 2019 perbuatan
ep
k
si
SSI) dan Bapak Busran (manager Sentra Operasi Ternate). Ketika
Pemohon datang ke kantor menghadap ke Bapak Suriyanto dan Bapak
ne
ng
Busran pada hari itu juga, Pemohon disuruh mengakui pencurian u ang di
mesin ATM karena perbuatan Pemohon terekam oleh CCTV ATM lengkap
do
dengan Foto-foto CCTV. Awalnya Pemohon mengelak, tapi Bapak
gu
lik
30. Bahwa setelah itu, Pemohon bersama Bapak Suriyanto dan Bapak Busran
bersama-sama pergi mengambil uang hasil pencurian ATM itu di rumah
m
ub
Pemohon bahwa uang yang Pemohon ambil di mesin ATM itu lebih yakni
es
berjumlah Rp. 133.200.000,00 (seratus tigapuluh tiga juta dua ratus ribu
M
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
17
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Kelebihan uang menurut Bapak Suriyanto dan Bapak Busran sekitar tiga
si
juta sekian. Dan saat itu, Pemohon sudah menjelaskan bahwa tidak ada
lokasi lain. Pemohon juga mengatakan waktu itu sejak mengambil uang
ne
ng
tersebut di mesin ATM depan Kantor Dispenda Kota Ternate tanggal 26
Juni 2019, Pemohon tidak pernah menghitung uag tersebut yang Pemohon
masukan di tas kresek (plastik) sampai uang itu Pemohon serahkan ke
do
gu Bapak Suriyanto dan Bapak Busran. Lalu setelah itu, Pemohon
diperbolehkan untuk pulang ke rumah.
In
A
31. Bahwa pada hari Senin tanggal 8 Juli 2019 sekitar pukul 13.00 PM (jam 1
siang), Pemohon dijemput oleh Anggota Polisi bernama EKI LATARIMA
ah
lik
dirumah tanpa menunjukan “Surat Tugas” dan “Surat Perintah
Penangkapan” lalu Pemohon dibawa ke Penginapan MUARA INN yang
am
ub
berada di Kelurahan Kampung Pisang. Sesampainya di lobi MUARA INN,
Pemohon ternyata sudah ditunggu oleh dua orang yaitu tim audit dari SSI
yang bernama FIKI dengan seorang anggota Polisi yang dibawa dari
ep
k
R
“Pengakuan” terkait atasan Pemohon di kantor yang menyuruh Pemohon
si
untuk mengambil. Jawaban Pemohon waktu itu yaitu “tidak tahu-menahu
ne
kalau soal itu”. Tapi anggota Polisi yang dibawa dari Manado mengancam
ng
do
gu
diinterogasi lagi oleh Polisi di Polres Kota Ternate yang intinya mengenai
“gerak-gerik Bos Pemohon di kantor”. Setelah pemeriksaan, Pemohon
ah
lik
ub
ep
33. Bahwa keesokan harinya tanggal 8 Juli 2019 (1x24 jam), Pemohon tidak
es
ng
tersangka. kemudian pada hari rabu tanggal 10 Juli 2019 ketika Pemohon
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
18
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
diperiksa (di-BAP) untuk pertama kali oleh Penyidik Pembantu bernama
si
AMIR MAHMUD, lalu Pemohon meminta terkait Surat Penangkapan dan
Surat Penahanan, dan di tan ggal 10 Juli 2019 itu setelah diminta baru
ne
ng
Surat Penangkapan dan Surat Penahanan oleh penyidik diberikan kepada
Pemohon, dan salinannya untuk pihak keluarga maupu n kepada Penasihat
Hukum Pemohon, padahal di-BAP pada hari rabu, Pemohon sudah
do
gu didampingi Penasihat hukum yang disediakan oleh Keluarga. Selain itu,
salinan Surat Penangkapan dan Surat Penahanan baru diserahkan kepada
In
A
pihak Keluarga pada hari Jum’at tanggal 12 Juli 2019 di rumah mertua
Pemohon yang bealamat di belakang Kedaton Kesultaan, Kelurahan
ah
lik
Salero. Adapun mengenai Penetapan status tersangka Pemohon, pihak
Penyidik tidak pernah memberikan salinan Surat Perintah Dimulainya
Penyidikan (SPDP) kepada Pemohon sebagai Terlapor/Tersangka
am
ub
maupun tembusannya kepada Pihak Keluarga sampai permohonan ini
sampai di hadapan Yang Mulia Hakim Praperadilan.
ep
k
34. Bahwa terkait dengan Penyitaan, motor merk Honda Beat tahun 2017
milik Pemohon dengan Nomor Polisi DG 2279 KV bukan diambil oleh
ah
R
Penyidik, melainkan yang disuruh mengambil motor adalah teman kerja
si
Pemohon, dan Surat Perintah Penyitaan baru diminta untuk ditandatangani
ne
ng
kepada Pemohon di sel tahanan pada tanggal 17 Juli 2019 dan salinannya
tidak diberikan kepada Pemohon maupun pihak Keluarga.
35. Bahwa berdasarkan surat penahanan {lihat Bukti P-02}, tercatat Surat
do
gu
lik
sampai permohonan ini sampai dihadapan Yang Mulia. Oleh karena itu,
uraian fakta tersebut mohon kiranya untuk dipertimbangkan oleh Yang
Mulia Hakim Praperadilan.
m
ub
B. TENTANG HUKUMNYA
ka
ep
ng
kali berturut-turut tidak datang tanpa alasan yang sah, maka perlu
mengeluarkan surat perintah ini.”
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
19
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Surat Perintah Penangkapan a quo, didasarkan atas Laporan Polisi No.
si
Pol: LP/85/VII/2019 Res Ternate, tanggal 08 Juli 2019. Padahal
sebagaimana diuraikan di atas, bahwa Pemohon bukanlah tertangkap
ne
ng
tangan tapi dijemput oleh Anggota Polisi bernama EKI LATARIMA pada
tanggal 8 Juli 2019 dirumah tanpa menunjukan “Surat Tugas” dan “Su rat
Perintah Penangkapan”, lalu Pemohon dibawa ke Penginapan MUARA
do
gu INN. Ternyata di Penginapan telah menunggu dua orang yaitu tim audit
dari SSI yang bernama FIKI dengan seorang anggota Polisi yang dibawa
In
A
dari Manado, Pemohon kemudian diinterogasi dikamar hotel terkait u an g
yang Pemohon ambil dimesin ATM dan diminta membuat “Pengakuan”
ah
lik
bahwa atasan Pemohon di kantor yang menyuruh Pemohon untuk
mengambil uang. Jawaban Pemohon waktu itu yaitu “tidak tahu kalau
soal itu”. Tapi anggota Polisi yang dibawa dari Manado mengancam dan
am
ub
menakut-nakuti dengan mengatakan kalau tidak membuat pengakuan
maka akan menembak kaki Pemohon. Lalu, sore harinya Pemohon
ep
dibawa ke Polres Kota Ternate kemudian diinterogasi lagi oleh Polisi di
k
si
ke Tahanan kira-kira pukul 18.00 atau waktu magrib. Dari fakta tersebut,
menunjukan bahwa (1) upaya paksa penangkapan tanggal 8 Juli 2019
ne
ng
do
gu
lik
adalah Penyidik Bripka Riki Arinanda, SH, S.I.K, MM, Kanit Resmob
Bripka Gapra, anggota Buser Brikpol Rivai Sirfan dan Brikpol Rahman
m
ub
Ekoran.
Atas dasar fakta itulah, sudah sepatutnya Penangkapan atas diri
ka
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
20
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
perampasan atasnya harus sesuai dengan “due process” dan hukum
R
yang berlaku “due to law”.
si
Berkenaan dengan itu, Pasal 1 angka 20 KUHAP mengartikan bahwa:
ne
ng
“Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan
sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila
terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan
dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
do
gu undang-undang ini.
Ketentuan a quo, secara gamblang menerangkan bahwa subyek yang
ditangkap adalah seorang itu harus berstatus “Tersangka” atau
In
A
“Terdakwa”. Sedangkan syarat dari penangkapan itu apabila terdapat
“cukup bukti”. Lebih lanjut, Pasal 17 KUHAP mengatur: “Perintah
ah
lik
penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.” Dengan
am
ub
demikian, penangkapan harus ada “bukti permulaan yang cukup”. Apa
yang dimaksud terdapat “cukup bukti” atau “bukti permulaan yang cukup”
itu? Pasal 1 angka 14 KUHAP menegaskan bahwa: “Tersangka adalah
ep
k
si
Mahkamah Konstitusi melalui Putusan-nya No. 21/PUU–XII/2014 tan ggal
ne
ng
do
17, dan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
gu
Pidana;
(2) Frasa “bukti permulaan”, “bukti permulaan yang cukup”, dan “bukti
yang cukup” sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 14, Pasal
m
ub
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
21
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan minimal dua alat bukti yang
si
termuat dalam Pasal 184, patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.”
Artinya, minimal dua alat bukti yang sah itu bertitel “Pro Justisia” harus
ne
ng
dimaknai “minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal 184” yang
tidak hanya sebatas alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184
KUHAP, namun juga meliputi “barang bukti” yang dalam konteks hukum
do
gu pembuktian yang berlaku universal dikenal dengan istilah physical
evidence atau real evidence yang tentunya tidaklah dapat terlepas dari
In
A
pasal yang disangkakan kepada Pemohon PEMOHON sebagai
tersangka, pada hakekatnya pasal yang akan dijeratkan berisi rumusan
ah
lik
delik yang dalam konteks hukum acara pidana berfungsi sebagai unjuk
bukti. Artinya pembuktian adanya tindak pidana tersebut haruslah
berpatokan kepada elemen–elemen (unsur-unsur) yang ada dalam suatu
am
ub
pasal yang disangkakan dan dihubungkan dengan minimal dua alat bu kti
yang sah yang ditemukan oleh Termohon. Dengan kata lain, Pemohon
ep
ketika ditangkap haruslah berstatus “Tersangka” terlebih dahulu
k
berdasarkan minimal dual alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 ayat
R
si
(1) KUHAP: “Alat bukti yang sah ialah: a. keterangan saksi; b. keterangan
ahli; c. surat; d. petunjuk; e. keterangan terdakwa.”
ne
ng
do
gu
Tindak Pidana (SOP Penyidikan) ditegaskan bahwa “Alat bukti yang sah
adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan
ah
Laporan Polisi yang selama ini dianggap Polisi sebagai “bukti permulaan”
untuk menetapkan seseorang tersangka adalah kekeliruan fatal yang
m
ub
ep
alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 KUHAP
guna menemukan Tersangka-nya yakni Pemohon sehingga Pemohon
ah
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
22
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
wajib didasarkan atas “Surat Tugas” dan “Surat Penangkapan”
si
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 18 KUHAP berikut ini:
“(1) Pelaksanaan tugas penangkapan. dilakukan oleh petugas
kepolisian negara Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat
ne
ng
tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah
penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan
menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara
do
gu kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa.
(2) Dalam hal tertangkap tangan penangkapan-dilakukan tanpa surat
perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera
menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada
In
A
penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat.
(3) Tembusan surat perintah penangkapan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus diberikan kepada keluarganya segera setelah
ah
lik
penangkapan dilakukan.”
Kemudian Pasal 19 ayat (1) KUHAP memberikan jangka waktu bahwa
“(1) Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat
am
ub
dilakukan untuk paling lama satu hari.” Artinya surat penangkapan tidak
boleh diberikan penyidik setelah 1 x 24 jam atau 1 hari setelah
penangkapan itu dilakukan dan tembusan surat perintah penangkapan
ep
k
si
kemudian ditafsir oleh Mahkamah Konstitusi melalui Putusannya No.
3/PUU-XI/2013 tanggal 30 Januari 2014, secara expressis verbis
ne
ng
berbunyi:
“1.1. Frasa “segera” dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
do
gu
lik
ub
tersangka segera dan tidak lebih dari 7 (tujuh) hari setelah penangkapan
ep
dilakukan.
ah
mengatakan bahwa kalau tidak ada surat tugas penangkapan, tersan gka
M
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
23
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
tugas itu merupakan syarat formal yang bersifat “imperatif”. Juga agar
si
jangan terjadi penangkapan yang dilakukan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab. disamping itu, hal ini adalah untuk kepastian h ukum
ne
ng
bagi keluarga pihak yang ditangkap, sebab pihak keluarga dan tersan gka
mengetahui dengan pasti hendak ke mana tersangka, dibawa dan
diperiksa. Pemberitahuan penangkapan kepada pihak keluarga yang
do
gu disampaikan “secara lisan” dianggap “tidak sah”, karena bertentangan
dengan ketentuan undang-undang. Pemberian tembusan surat perintah
In
A
penangkapan kepada keluarga tersangka, ditinjau dari segi ketentuan
hukum adalah merupakan kewajiban pihak penyidik. (vide M. Yahya
ah
lik
Harahap dalam bukunya yang berjudul Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan hlm. 160)
Berkenaan dengan itu, Surat perintah penangkapan tersebut paling tidak
am
ub
memberi penjelasan dan penegasan tentang:
3. Identitas tersangka, nama, umur, dan tempat tinggal;
4. Menjelaskan atau menyebutkan secara singkat alasan penangkapan;
ep
k
si
Sedangkan siapa pihak yang berhak menangkap ialah sebagaimana
diatur dalam:
ne
ng
do
gu
ub
Pasal 6 KUHAP
“(1) Penyidik adalah : a. pejabat polisi negara Republik Indonesia
ah
Pasal 10 KUHAP
M
ng
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
24
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
“(1) Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik
Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian negara Republik
si
Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan dalam ayat (2) pasal ini.
(2) Syarat kepangkatan sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatur
dengan peraturan pemerintah.”
ne
ng
Pasal 2 huruf (a) Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2010 Tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
do
gu “(1) Penyidik adalah: a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan
b. pejabat pegawai negeri sipil.
Lebih lanjut, Pasal 2A ayat (1) PP No. 58 Tahun 2010:
In
A
“(1) Untuk dapat diangkat sebagai pejabat penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a, calon harus memenuhi persyaratan:
ah
lik
a. berpangkat paling rendah Inspektur Dua Polisi dan berpendidikan
paling rendah sarjana strata satu atau yang setara;
b. bertugas di bidang fungsi penyidikan paling singkat 2 (dua) tahun;
c. mengikuti dan lulus pendidikan pengembangan spesialisasi fungsi
am
ub
reserse kriminal;
d. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter; dan
ep
e. memiliki kemampuan dan integritas moral yang tinggi.”
k
si
Indonesia yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berpangkat paling rendah Brigadir Dua Polisi;
b. mengikuti dan lulus pendidikan pengembangan spesialisasi fungsi
ne
ng
reserse kriminal;
c. bertugas dibidang fungsi penyidikan paling singkat 2 (dua) tahun;
d. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat
do
gu
lik
ub
ng
laporan Polisi baru tercatat tanggal 8 Juli 2019, artinya anggota Polisi
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
25
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
yang bernama EKI LATARIMA (tidak tahu berpangkat apa dan
si
bertindak sebagai Penyidik atau Penyidik Pembantu) menjemput
PEMOHON dirumahnya untuk dibawa ke Penginapan MUARA INN
ne
ng
untuk di Interogasi oleh tim audit dari SSI yang bernama FIKI dengan
seorang anggota Polisi yang dibawa dari Manado dengan ancaman
dan ditakut-nakuti kalau tidak membuat pengakuan maka akan
do
gu ditembak kaki Pemohon telah melanggar elemen Surat perintah
Penangkapan tentang “Menyebutkan dengan terang di tempat mana
In
A
pemeriksaan dilakukan” dan menyimpang dari prinsip-prinsip hak
asasi manusia.
ah
lik
2. Penjemputan terhadap Pemohon untuk dibawa ke Penginapan
MUARA INN oleh anggota Polisi bernama EKI LATARIMA bukanlah
layaknya penangkapan yang sesuai dengan tata cara yang ditentukan
am
ub
oleh KUHAP dan bukanlah untuk kepentingan “pemeriksaan”,
melainkan diselewengkan diluar dari kepentingan “penyelidikan” atau
ep
“penyidikan”.
k
tanggal 8 Juli 2019 yang dibuat Termohon setelah Pemohon ]di tahan
R
si
1 (satu) hari sebelumnya dengan mencantumkan nama-nama
Petugas antara lain (Penyidik Bripka Riki Arinanda, SH, S.I.K, MM,
ne
ng
Kanit Resmob Bripka Gapra, anggota Buser Brigpol Rivai Sirfan dan
Brigpol Rahman Ekoran) yang menangkap Pemohon adalah
do
gu
lik
ub
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
26
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
{Bukti P-02}. Tindakan Termohon tersebut menyalahi Pasal 19 ayat
R
(1) KUHAP yang memberikan jangka waktu bahwa “(1) Penangkapan
si
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan untuk paling
ne
ng
lama satu hari.” Artinya surat penangkapan tidak boleh diberikan
penyidik setelah 1x24 jam atau 1 hari setelah penangkapan itu
dilakukan.
do
gu Dengan demikian, rangkaian tindakan “keliru” Termohon telah
mengurangi kebebasan dan membatasi hak asasi Pemohon secara
In
A
melawan hukum (melanggar KUHAP). Cara-cara Termohon yang
mengungkap kejahatan dengan cara melanggar Hukum tidak boleh
ah
lik
ditoleril dari sisi manapun. Mengungkapkan kejahatan adalah
menegakkan hukum, tapi jikalau dengan cara melanggar hukum, hal itu
bukanlah menegakkan hukum melainkan melawan hukum atau den gan
am
ub
kata lain, mengungkap kejahatan dengan kejahatan! karena tidak ada
bedanya. Oleh karena itu, Telah cukup alasan dan sudah sepantasnya
ep
permohonan Pemohon mengenai tidak sah-nya penangkapan yang
k
si
(KUHAP).
37. Bahwa mengenai “Penahanan” atas diri Pemohon, dalam Surat Perin tah
ne
ng
do
gu
ub
ep
penahanan itu, antara satu dengan yang lain saling menopang seh ingga
es
M
kalau salah satu unsur idak ada, tindakan penahanan kurang memen uhi
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
27
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
subyektif-nya tidak terpenuhi maka sejatinya penahanan tersebut lebih
R
bernuansa “kezaliman” dan kurang berdimensi relevansi dan urgensi.
si
(vide M. Yahya Harahap dalam bukunya yang berjudul Pembahasan
ne
ng
Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan hlm.
165-166)
Terkait dengan itu, muncul pertanyaan, sejak kapan Termohon
do
gu memperoleh minimal 2 (dua) alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 184 KUHAP guna menemukan Tersangka-nya yaitu
In
A
Pemohon? Apakah minimal dua alat bukti itu didapat pada tahap
Penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 KUHAP?,
ah
lik
ataukah pada tahap Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 2 KUHAP?
Untuk menerangkan hal itu, merujuk Pasal 1 angka 21 menegaskan
am
ub
bahwa “Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di
tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan
ep
penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
k
undang ini.” Adapun Pasal 20 ayat (1) KUHAP mengatur “(1) untuk
ah
si
penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berwenang melakukan
penahanan.” Alasan dilakukan penahanan diatur sebagai berikut:
ne
ng
Pasal 21 KUHAP:
“(1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap
do
seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan
gu
lik
ub
a. tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau
lebih;”
es
M
ng
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
28
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Ketentuan a quo, dimaknai bahwa upaya paksa penahanan dalam
si
konteks ini adalah penempatan seorang tersangka in casu Pemohon
dengan pertimbangan diduga keras melakukan tindak pidana yang
ne
ng
diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan bukti yan g
cukup dan dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran
bahwa Pemohon akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan
do
gu barang bukti dan/atau mengulangi tindak pidana di tempat tertentu oleh
penyidik/penyidik pembantu atas perintah penyidik in casu Termohon
In
A
dengan memberikan surat perin tah penahanan yang mencatumkan
identitas Pemohon dan menyebutkan alasan penahanan serta uraian
ah
lik
singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia ditahan.
Tembusan surat perintah penahanan harus diberikan kepada keluarga
Pemohon dalam waktu paling lambat 7 hari. Dengan kata lain, Pemoh on
am
ub
hanya oleh ditahan oleh Termohon bila statusnya sudah menjadi
Tersangka, bukan calon tersangka. Pemohon tidak boleh dilakukan
ep
penahanan bila status Tersangka-nya TIDAK SAH (ilegal). Artinya segala
k
si
Untuk menentukan Pemohon sebagai Tersangka dalam perkara dugaan
tindak pidana “Pencurian” sebagaimana diancam dalam Pasal 363 ayat
ne
ng
(1) ke-3 subsidair Pasal 362 ayat (1) ke-1 KUHP, maka Termohon wajib
mencari dan mengumpulkan minimal 2 (dua) alat bukti yang sah
do
gu
berdasarkan Pasal 184 KUHAP yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang di-sangka-kan. Hal itu sejalan dengan
In
penegasan Pasal 1 angka 5 KUHAP yang secara expresis verbis
A
lik
ub
“serangkaian tindakan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
ka
tersangka tidak sesuai prosedur hukum acara pidana maka upaya paksa
R
konsekuensi dari status Tersangka juga tidak sah (illegal). Hal ini
M
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
29
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Hakim MK dalam Putusan No. 3/PUU-XI/2013 tanggal 30 Januari 2014
R
hlm. 32, yang menyatakan “bahwa menurut hukum acara pidana segala
si
upaya paksa yang dilakukan dalam penyidikan maupun penuntutan oleh
ne
ng
lembaga yang berwenang dapat dikontrol melalui lembaga
praperadilan....tersangka memiliki hak untuk mengajukan praperadilan
terhadap pelanggaran tertentu yang dilakukan oleh pihak penyidik dalam
do
gu proses penyidikan, yang di dalamnya termasuk penangkapan dan
penahanan.”
In
A
Bahwa merujuk pada Surat Perintah Penyidikan No.
Sp.Dik/135.a/VII/2019/Res Ternate, hari Selasa tanggal 09 Juli 2019
ah
lik
yang dikeluarkan Termohon, berarti penetapan Tersangka terhadap diri
Pemohon dilakukan hari itu, sebab Pemohon di-BAP pada hari rabu
tanggal 10 Juli 2019. Karena seharusnya setelah Termohon berhasil
am
ub
menemukan minimal 2 (dua) alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184
KUHAP yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana “Pencurian”
ep
barulah ditetapkan Pemohon-lah sebagai Tersangka-nya (vide Pasal 1
k
si
“2. Menyatakan Pasal 109 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
30
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
yang bersifat “imperatif” bagi Penyidik. Apabila pemberitahuan dan
si
penyerahan SPDP itu tidak dilakukan oleh penyidik, maka penyidikan
tidak sah dan harus dianggap batal demi hukum. Sebab hal itu juga
ne
ng
sebagai bentuk pelaksanaan asas akuntabel, transparansi, dan
profesionalitas Termohon dalam pelaksanaan tugas penyidikan
sebagaimana diwajibkan dalam Pasal 3 huruf a, b dan d Perkaba No. 3
do
gu tahun 2014 tentang SOP Pelaksanaan Penyidikan.
Sebagaimana ratio decidendi (Pertimbangan Hukum) Putusan MK No.
In
A
130/PUU-XIII/2015 tanggal 11 Januari 2017 hlm. 146-147 yang berbunyi:
“Pra-penuntutan sebagai mekanisme koordinasi penyidik dan jaksa
penuntut umum yang diwajibkan oleh KUHAP memang seringkali
ah
lik
mengalami kendala khususnya terkait dengan seringnya penyidik
tidak memberikan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP)
maupun mengembalikan berkas secara tepat waktu. Hal tersebut
am
ub
jelas berimplikasi terhadap kerugian bagi terlapor dan
korban/pelapor. Hak-hak korban/pelapor dan terlapor menjadi tidak
pasti dikarenakan mekanisme yang tidak tegas dan jelas. Hal
tersebut berimbas pada tidak adanya kepastian hukum terhadap
ep
sebuah perkara tindak pidana yang merugikan terlapor dan
k
dengan asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan yang ada
dalam KUHAP.
R
si
Bahwa pemberian SPDP tidak hanya diwajibkan terhadap jaksa
penuntut umum akan tetapi juga terhadap terlapor dan
korban/pelapor. Alasan Mahkamah tersebut didasarkan pada
ne
ng
do
mendampinginya, sedangkan bagi korban/pelapor dapat dijadikan
gu
hal tersebut.”
Dengan tidak diberitahukan dan diserahkanya tembusan SPDP dalam
m
ub
process of law sebagaimana dijamin dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945
ep
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
31
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
batal demi hukum karena bertentangan dengan Pasal 109 ayat (1)
si
KUHAP yang telah dirubah secara beryarat melalui Putusan MK No.
130/PUU-XIII/2015 dengan cara Penyidik mengabaikan/melanggar
ne
ng
kewajibannya untuk menyerahkan tembusan SPDP kepada Pemohon
sebagai Terlapor sampai perkara ini diajukan di hadapan Yang Mulia
Hakim Praperadilan.
do
gu Dengan demikian, sudah sepatutnyalah Yang Mulia Hakim Praperadilan
menyatakan Penyidikan yang dilakukan oleh Termohon terkait dengan
In
A
dugaan tindak pidana “Pencurian” sebagaimana diancam dalam Pasal
363 ayat (1) ke-3 subsidair Pasal 362 KUHP adalah tidak sah, oleh
ah
lik
karenanya penyidikan a quo tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
dan oleh karena itu diperintahkan kepada Termohon untuk menghentikan
penyidikan berdasarkan SPRINDIK No. Sp.Dik/135.a/VII/2019/Res
am
ub
Ternate tanggal 9 Juli 2019 dengan segala tindakan turunannya berupa
upaya paksa “PENAHANAN” sebagai konsekuensi dari penetapan
ep
Tersangka atas diri Pemohon yang bertentangan dengan hukum acara,
k
si
penyitaan secara tidak sah terhadap Motor Honda Beat tahun 2017
dengan nomor Polisi DG 2279 KV milik Pemohon karena, penyitaan tidak
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
32
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Adapun mengenai benda apa saja yang boleh disita, Pasal 39 ayat (1)
si
huruf b KUHAP menerangkan sebagai berikut:
ne
ng
dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau
untuk mempersiapkannya;
do
gu “(1) Penyidik berwenang memerintahkan kepada orang yang
menguasai benda yang dapat disita, menyerahkan benda tersebut
kepadanya untuk kepentingan pemeriksaan dan kepada yang
In
A
menyerahkan benda itu harus diberikan surat tanda penerimaan.”
Penempatan benda sitaan diatur dalam Pasal 44 ayat (1) KUHAP:
“(1) Benda sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan
ah
lik
negara.”
Penjelasan Pasal 44 ayat (1) KUHAP: Selama belum ada rumah
penyimpanan benda sitaan negara di tempat yang bersangkutan,
am
ub
penyimpanan benda sitaan tersebut dapat dilakukan di kantor
kepolisian negara Republik Indonesia, di kantor kejaksaan negeri, di
kantor pengadilan negeri, di gedung bank pemerintah, dan dalam
ep
keadaan memaksa di tempat penyimpanan lain atau tetap ditempat
k
si
“(1) Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang
atau kepada mereka dari siapa benda itu disita, atau kepada orang
atau kepada mereka yang paling berhak apabila:
ne
ng
do
gu
lik
ub
kehidupan.
ep
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
33
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
“(1) Penyidik memperlihatkan benda yang akan disita kepada orang
dari mana benda itu akan disita atau kepada keluarganya dan dapat
si
minta keterangan tentang benda yang akan disita itu dengan
disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua
orang saksi.
ne
ng
(2) Penyidik membuat berita acara penyitaan yang dibacakan terlebih
dahulu kepada orang dari mana benda itu disita atau keluarganya
dengan diberi tanggal dan ditandatangani oleh penyidik maupun
do
gu orang atau keluarganya dan atau kepala desa atau ketua lingkungan
dengan dua orang saksi.
(3) Dalam hal orang dari mana benda itu disita atau keluarganya tidak
mau membubuhkan tandatangannya hal itu dicatat dalam berita
In
A
acara dengan menyebut alasannya.
(4) Turunan dari berita acara itu disampaikan oleh penyidik kepada
atasannya, orang dari mana benda itu disita atau keluarganya dan
ah
kepala desa.”
lik
Berdasarkan ketentuan-ketentuan penyitaan a quo, secara gamblang
bahwa penyitaan harus dimaknai sebagai berikut:
am
ub
1. Tindakan Penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di
bawah penguasaannya benda bergerak untuk kepentingan pembuktian
ep
k
dalam penyidikan;
ah
2. Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua
R
si
pengadilan negeri setempat dan apabila dalam keadaan yang sangat
perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan
ne
ng
do
wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat
gu
lik
terlebih dahulu kepada orang dari mana benda itu disita atau
keluarganya dengan diberi tanggal dan ditandatangani oleh penyidik
m
ub
kepada atasannya, orang dari mana benda itu disita atau keluarganya
ep
Honda Beat tahun 2017 dengan nomor Polisi DG 2279 KV yang telah
es
M
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
34
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
harus diberikan tanda penerimaan kepada yang menyerahkan benda
si
itu;
5. Motor Honda Beat tahun 2017 dengan nomor Polisi DG 2279 KV yan g
ne
ng
disita itu disimpan dalam RUPBASAN dan jika belum ada RUPBASAN
disimpan di kantor Polis;
do
gu 6. Motor Honda Beat tahun 2017 dengan nomor Polisi DG 2279 KV
dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dari siapa benda itu
In
disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak
A
apabila kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi;
ah
Dari fakta yang terjadi, upaya paksa penyitaan yang dilakukan oleh
lik
Termohon terhadap Motor Honda Beat tahun 2017 dengan nomor Polisi
DG 2279 KV milik Pemohon tidak satupun perintah hukum acara
am
ub
sebagaimana diuraikan diatas dilaksanakan oleh Termohon sebab bukan
Termohon datang langsung mengambil Motor Honda Beat tahun 2017
ep
dengan nomor Polisi DG 2279 KV milik Pemohon, tetapi malah menyuruh
k
si
ditandatangani oleh Pemohon di sel tahanan pada tanggal 17 Juli 2019
dan salinannya tidak diberikan kepada Pemohon maupun pihak Keluarga.
ne
ng
Penyitaan yang dilakukan oleh Termohon jelas tidak ada izin dari Ketua
Pengadilan, penyitaan itu illegal karena tidak disaksikan oleh ketua
do
gu
lingkungan setempat dengan dua orang saksi apalagi salinan berita acara
penyitaan yang wajib diserahkan kepada keluarga Pemohon dan ketua
Lingkungan Setempat sudah dapat dipastikan tidak ada, karena
In
A
lik
acara itu pasti baru dibuat dan bukan hasil dari tindakan penyitaan yang
sesuai dengan fakta yang terjadi. Untuk memperkuat dalil tidak sahnya
m
ub
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
35
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bertentangan dengan KUHAP itu dilakukan karena atas pertimbangan
si
praktik penyidikan maupun praktik peradilan di Maluku Utara atau karen a
diskresi kepolisian, maka alasan tersebut jelas bertentangan dengan
ne
ng
Asas Legalitas hukum acara pidana sebagaimana termuat dalam Pasal 2
KUHAP yang secara expressis versbis dan strict menyatakan bahwa
“Undang-undang ini berlaku untuk melaksanakan tatacara peradilan
do
gu dalam lingkungan peradilan umum pada semua tingkat peradilan.” Dan
Pasal 3 KUHAP “Peradilan dilakukan menurut cara yang diatur dalam
In
A
undang-undang ini.” Oleh karena itu, bila ada Peraturan Kapolri atau
SOP penyidikan atau hasil BIMTEK internal institusi mengatur berbeda
ah
lik
dengan KUHAP. Maka KUHAP yang haruslah diikuti, hal itu sejalan
dengan asas hukum lex superior derogat legi inferior (hukum yang lebih
tinggi mengesampingkan hukum yang lebih rendah) sehingga menjadi
am
ub
jelas bahwa tindakan penegak hukum in casu Termohon merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan hukum (KUHAP) atau dikenal
ep
dengan adagium hukum contra legem facit qui id facit quod lex prohibit; in
k
si
dengan hukum) yang berakibat terlanggarnya hak asasi Pemohon.
ne
ng
do
gu
ub
ep
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
36
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
compendia sunt dispendia (pengurangan hak seseorang dapat
si
mengakibatkan kerugian). Oleh karena itu, dengan merujuk Pasal 95
ayat (1), (2), dan (3) KUHAP yang mengatur:
ne
ng
“(1) Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut ganti
kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau
dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan undang-
undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
do
gu diterapkan.
(2) Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas
penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang
In
berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang
A
atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri, diputus di
sidang praperadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77.
ah
lik
(3) Tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diajukan oleh tersangka, terdakwa, terpidana atau ahli warisnya
kepada pengadilan yang berwenang mengadili perkara yang
am
ub
bersangkutan.”
Adapun besaran ganti rugi diatur lebih lanjut pada Pasal 9 ayat (1)
Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan kedua
atas Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab
ep
k
si
Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”
ne
ng
do
gu
penegak hukum yang tidak mengin dahkan prinsip hak-hak asasi manusia
Dengan demikian berdasarkan seluruh uraian di atas, maka tindakan atau
m
ub
ep
juga tidak sah secara hukum dan tidak mempunyai kekuatan mengikat.
Bahwa upaya hukum Praperadilan ini kami lakukan semata-mata demi men cari
ah
horizontal atas segala tindakan upaya paksa yang dilakukan aparat penegak
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
37
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
tindakan tersebut tidak bertentangan dengan peraturan hukum dan peru n dang -
si
undangan. Dan sebagaimana pula pendapat Loebby Loqman, bahwa fungsi
pengawasan horizontal terhadap proses pemeriksaan pendahuluan yang
ne
ng
dilakukan oleh lembaga Praperadilan tersebut juga merupakan bagian dari
kerangka sistem peradilan pidana terpadu (integrated criminal justice system).
do
gu Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pengawasan horizontal dari lembaga
Praperadilan tersebut adalah sesuai dengan tujuan umum dibentuknya KUHAP,
yaitu untuk menciptakan suatu proses penegakan hukum yang didasarkan pada
In
A
kerangka due process of law. Due process of law pada dasarnya bukan semata-
mata mengenai rule of law, akan tetapi merupakan unsur yang essensial dalam
ah
lik
penyelenggaraan peradilan yang intinya adalah bahwa ia merupakan “...a law
which hears before it condemns, which proceeds upon inquiry, and renders
am
ub
judgement only after trial..”. Pada dasarnya yang menjadi titik sentral adalah
perlindungan hak-hak asasi individu terhadap arbitrary action of the goverment.
Oleh karena itu, Praperadilan memiliki peran yang penting untuk meminimalisir
ep
k
pelaksanaan proses penegakan hukum. Agar penegak hukum harus hati -hati
R
(prudent) dalam melakukan tindakan hukumn ya dan setiap tindakan hukum
si
harus didasarkan kepada ketentuan hukum yang berlaku (proper), dalam arti ia
ne
ng
harus mampu menahan diri serta menjauhkan diri dari tindakan sewenang-
wenang.
do
Kita bersama memahami bahwa penyidik merupakan pihak yang paling
gu
lik
Kami menempuh jalan ini karena kami yakin bahwa melalui forum Praperadilan
m
ub
yang bebas dan tidak memihak serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
ep
Dengan forum terbuka ini, masyarakat dapat ikut mengontrol jalannya proses
ah
ng
yang memerdekakannya.
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
38
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Bahwa berdasarkan seluruh uraian tersebut di atas, maka sudah seharusnya
si
menurut hukum Pemohon memohon agar Yang Mulia Hakim Praperadilan
berkenan menjatuhkan Putusan sebagai berikut:
ne
ng
1. Menyatakan menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan Surat Perintah Penyidikan No: Sp.Dik/135.a/VII/2019/Res
do
gu Ternate, tanggal 09 Juli 2019 yang menetapkan Pemohon sebagai
Tersangka oleh Termohon terkait peristiwa pidana sebagaimana diancam
In
A
dalam Pasal 363 ayat (1) ke-3 subsidair Pasal 362 KUHP adalah TIDAK
SAH dan tidak berdasar atas hukum, dan oleh karenanya Penetapan a quo
ah
lik
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
3. Menyatakan Penyidikan yang dilaksanakan oleh Termohon terkait
peristiwa pidana sebagaimana diancam dalam Pasal 363 ayat (1) ke-3
am
ub
subsidair Pasal 362 KUHP Penetapan Tersangka terhadap diri Pemohon
berdasarkan Surat Perintah Penyidikan No: Sp.Dik/135.a/VII/2019/Res
ep
Ternate, tanggal 09 Juli 2019 adalah TIDAK SAH dan tidak berdasar atas
k
hukum, dan oleh karenanya Penyidikan a quo tidak mempunyai keku atan
ah
hukum mengikat;
R
si
4. Menyatakan Surat Perintah Penangkapan No. Pol. : Sp.Kap/64/VII/2019/
Rekrim tanggal 8 Juli 2019, Surat Perintah Penahanan No:
ne
ng
do
gu
dilakukan oleh Termohon adalah TIDAK SAH dan tidak berdasar atas
hukum, dan oleh karenanya Penangkapan, Penahanan dan Penyitaan
In
tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum men gikat;
A
lik
ub
ng
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
39
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
9. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
si
perkara a quo.
Atau Apabila Yang Mulia Hakim berpendapat lain mohon Putusan yang seadil-
ne
ng
adilnya (ex aequo et bono).
do
gu ditetapkan, untuk Pemohon hadir Kuasanya tersebut sedangkan untuk
Termohon tidak pernah hadir di persidangan ataupun mengirimkan Kuasanya
In
yang sah walaupun sidah dipanggil secara sah dan patut oleh Juru Sita
A
Pengadilan Negeri Ternate berdasarkan Relaas Panggilan tanggal 5 Agustus
2019 dan tanggal 13 Agustus 2019;
ah
lik
Menimbang, bahwa setelah membacakan surat permohonannya,
Pemohon menyatakan tetap pada permohonannya;
am
ub
Menimbang, bahwa berdasarkan Register di Kepaniteraan Pidana
Pengadilan Negeri Ternate bahwa pada tanggal 13 Agustus 2019 telah
dilimpahkan berkas perkara pidana dengan Nomor : B - 1208/Q.2.10/Eoh.2/08/
ep
k
si
diregister dengan Nomor : 2014/Pid.B/2019/PN.Tte tersebut, bahwa identitas
terdakwa Febrianto Putra adalah sama dengan identitas Pemohon dalam
ne
ng
perkara ini dan surat dakwaan atas diri terdakwa juga sama dengan dalil
permohonan dalam perkara Praperadilan ini;
do
gu
lik
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
40
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
“suatu perkara sudah mulai diperiksa” tidak dimaknai
“permintaan praperadilan gugur ketika pokok perkara telah
si
dilimpahkan dan telah dimulai sidang pertama terhadap pokok
perkara atas nama terdakwa/pemohon praperadilan”.
ne
ng
Berdasarkan diktum putusan tersebut permohonan praperadilan dinyatakan
gugur apabila pokok perkara telah dilimpahkan dan telah dimulai sidang
pertama terhadap pokok perkara atas nama pemohon praperadilan;
do
gu Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas maka
permohonan praperadilan yang diajukan Pemohon dalam perkara ini haruslah
In
A
dinyatakan gugur karena pokok perkaranya telah disidangkan oleh Pengadilan
Negeri Ternate;
ah
lik
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan praperadilan yang
diajukan oleh Pemohon gugur maka biaya yang timbul dalam perkara
dibebankan kepada Pemohon;
am
ub
Memperhatikan, Pasal 82 ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan peraturan
ep
perundang-undangan lain yang bersangkutan;
k
ah
MENGADILI :
R
si
1. Menyatakan permohonan praperadilan Pemohon gugur;
2. Membebankan biaya perkara kepada Pemoh on sejumlah Nihil;
ne
ng
do
gu
Rudy Wibowo, SH.MH, Hakim Pengadilan Negeri Ternate dan diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum dengan dibantu oleh : Abdul Halik Buamona, SH,
In
Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh Kuasa Pemohon dan Termohon.
A
lik
ttd ttd
m
ub
ep
ah
es
M
ng
on
gu
d
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40