Anda di halaman 1dari 23

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. IDENTITAS SEKOLAH
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (MA)
Mata Pelajaran : Fikih
Pokok Bahasan : Hukum Waris Dalam Islam
Kelas/Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 1 X 15 menit
Volume : 1 X Pertemuan
Nama Guru : Diky Hermanto

B. KOMPETENSI INTI
KI 1 :Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 :Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

C. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Kompetensi Dasar Indikator Kompetensi
1 . Menghayati ketentuan syariat islam 1.1 Menjelaskan pengertian mawaris serta
dalam melakukan pembagian hartawarisan tujuanya.
dan wasiat.
2. menguraikan ketentuan hukum mawaris 1.2 Menjelaskan sebab-sebab seseorang
dan wasiat dalam islam. mendapat warisan dan tidak mendapat
warisan

3. mengkritisi praktik waris dalam 1.3 Menunjukan dasar hukum waris.


masyarakat yang tidak sesuai dengan
ketentuan hukum islam.
4. Menganalisis dan mengevaluasi ketentuan 1.4 menyelesaikan hitungan waris.
waris dalam Islam

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran siswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian mawaris serta tujuanya.
2. Menjelaskan sebab-sebab seseorang mendapat warisan dan tidak mendapat warisan
3. Menunjukan dasar hukum waris.
4. Menyelesaikan hitungan waris.
E. MATERI PEMBELAJARAN
KETENTUAN HUKUM WARIS DALAM ISLAM
A. Ilmu Mawaris
1. Pengertian Ilmu Mawaris
ُ ‫ار‬
Dari segi bahasa, kata mawarist (‫ث‬ ِ ‫) َم; َو‬ merupakan bentuk jamak dari
ٌ ‫ ِمي َْر‬yang artinya harta yang diwariskan. Adapun makna istilahnya adalah,
kata ‫اث‬
ilmu tentang pembagian harta peninggalan setelah seseorang meninggal dunia.

ِ ِ‫ْالفَ; َرائ‬
Ilmu mawaris disebut juga ilmu faraidh (‫ض‬ ‫) ِع ْل ُم‬. Kata faraidh
sendiri ditinjau dari segi bahasa merupakan bentuk jamak dari

kata ‫فريضة‬ yang bermakna ketentuan, bagian, atau ukuran. Karenanya


bahasan inti dari ilmu warisan adalah perkara-perkara yang terkait dengan
harta warisan atau harta peninggalan. Ringkasnya bisa dikatakan bahwa ilmu
faraidh adalah disiplin ilmu yang membahas tentang ketentuan-ketentuan atau
bagian-bagian yang telah ditentukan untuk masing-masing ahli waris.
Ilmu mawarits akan selalu terkait dengan beberapa unsur yang sering
diistilahkan dengan rukun-rukun mawarits. Dalam berbagai referensi yang
membahas tentang mawarits dipaparkan bahwa rukun-rukun mawarits ada 3
yaitu;
1)    ‫وارث‬ (warits) yaitu orang yang mendapatkan harta warisan. Seorang
berhak mendapatkan warisan karena salah satu dari tiga sebab yaitu;
pertalian darah, hubungan pernikahan, dan memerdekakan budak.

2)    ‫مورث‬ (muwarrits) yaitu orang yang telah meninggal dan mewariskan


hartanya kepada ahli waritsnya. Baik meninggalnya secara hakiki dalam
arti ia telah menghembuskan nafas terakhirnya. Atau meninggal secara
taqdiri (perkiraan) semisal seorang yang telah lama menghilang (al-
mafqud) dan tidak diketahui kabar beritanya dan tempat ia berdomisili
hingga pada akhirnya hakim memutuskan bahwa orang tersebut dihukumi
sama dengan orang yang meninggal.

3)    ‫موروث‬ (mauruts) yaitu harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli


waris setelah diambil untuk kepentingan pemeliharaan jenazah (tajhiz al-
janazah), pelunasan hutang mayit, dan pelaksanaan wasiat mayit.
Terkadang mauruts diistilahkan dengan mirats atau irs.
2. Hukum Membagi Harta Warisan
Seorang muslim dituntut menjalankan syariat Islam sesuai dengan apa yang
telah digariskan al-Qur’an dan as-Sunnah. Setiap muslim haruslah mentaati semua
perintah ataupun larangan Allah sebagai bukti konsistensinya memegang aturan-
aturan ilahi.
Demikian halnya saat syariat Islam mengatur hal-hal yang terkait dengan
pembagian harta waris. Seorang muslim harus meresponnya dengan baik dan
mematuhi aturan tersebut. Karena aturan warisan tersebut merupakan ketentuan
Allah yang pasti akan mendatangkan maslahat bagi semua hamba-hamab-Nya.
Bahkan Allah memperingatkan dengan keras siapapun yang melanggar aturan-
aturan yang telah ditetapkan-Nya (termasuk aturan warisan). Allah berfirman
dalam surat an-Nisa ayat 14:

ٌ‫ْص هللاَ َو َرسُو لَهُ َو يَتَ َع َّد ُح ُدو َدهُ يُ ْد ِخ ْلهُ نَا رًا َخا لِدًا فِ ْيهَا َولَهُ َع َذا ب‬
ِ ‫َو َم ْن يَع‬
ٌ ‫ُم ِه‬
) 14 : ‫ين(النساء‬
Artinya:”Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka
sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.” (Q.S. an-
Nisa: 14)
Menegaskan firman Allah di atas, Rasulullah Saw juga bersabda:

ِ ِ‫أَ ْق ِس ُموْ ا الما َل بَينَأ َ ْه ِل الفَ َرا ئ‬


ِ ‫ض َعلَى ِكتَا‬
)‫ب هللاِ (رواه مسلم و أبو داود‬
Artinya:”Bagilah harta warisan diantara ahli waris sesuai dengan (aturan)
kitab Allah.” (H.R. Muslim dan Abu Dawud).
3. Hal-hal yang harus dilakukan sebelum harta warisan dibagikan
Beberapa hal yang harus ditunaikan terlebih dahulu oleh ahli waris sebelum
harta warisan dibagikan adalah:
1. Zakat. Kalau harta yang ditinggalkan sudah saatnya dikeluarkan zakatnya,
maka zakat harta tersebut harus dibayarkan terlebih dahulu.
2. Belanja. Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan jenazah, mulai dari
membeli kain kafan, upah menggali kuburan, dan lain sebagainya.
3. Hutang. Jika mayat memiliki hutang, maka hutangnya harus dibayar terlebih
dahulu dengan harta warisan yang ia tinggalkan.
4. Wasiat. Jika mayat meninggalkan wasiat, agar sebagian harta peninggalannya
diberikan kepada orang lain. Maka wasiat inipun harus dilaksanakan.
Apabila keempat hak tersebut (zakat, biaya penguburan, hutang mayat,
dan wasiat mayat) sudah diselesaikan, maka harta warisan selebihnya baru
dapat dibagi-bagikan kepada ahli waris yang berhak menerimanya.
5. Hukum Mempelajari Ilmu Mawaris
Para ulama berpend berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan
ilmu mawaris adalah fardhu kifayah. Artinya, jika telah ada sebagian kalangan
yang mempelajari ilmu tersebut, maka kewajiban yang lain telah gugur. Akan
tetapi jika dalam satu daerah/wilayah tak ada seorang pun yang mau
mendalami ilmu warisan, maka semua penduduk wilayah tersebut
menanggung dosa.
Urgensi ilmu mawarits dapat kita cermati dalam satu teks hadits
dimana Rasulullah Saw menggandengkan perintah belajar al-Qur’an dan
mengajarkan al-Qur’an dengan perintah belajar dan mengajarkan ilmu
mawarits/faraidh. Rasulullah bersabda:

‫اس فَ ;اِنِّى ا ْم; رُو ٌء َم ْقبُ;;وْ ضٌ َو ْال ِع ْل ُم‬ َ ِ‫اس َوتَ َعلَّ ُموْ ا ْالفَ َرئ‬
َ َّ‫ض َو َعلِّ ُموْ هَ;;ا الن‬ َ َّ‫تَ َعلَّ ُموْ ا ْالقُرْ آنَ َو َعلِّ ُموْ هُ الن‬
‫ْض ِة فَالَ يَ ِجدَا ِن اَ َحدًا ي ُْخبِرْ هُ َما (اخرده احمد والنسائ‬ َ ‫ك أَ ْن يَ ْختَلِفَ ْاثنَا ِن فِى ْالفَ ِري‬ ُ ‫ع َويُوْ ِش‬ٌ ْ‫َمرْ فُو‬
)‫والدرقطتى‬
Artinya:“Pelajarilah al Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain,
dan pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain. Karena aku
adalah orang yang bakal terenggut (mati) sedang ilmu akan dihilangkan.
Hampir saja dua orang yang bertengkar tentang pembagian warisan tidak
mendapatkan seorangpun yang dapat memberikan fatwa kepada
mereka”  (Riwayat Ahmad, Al Nasai, dan  Daruqutni)”.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mempelajari ilmu
mawarits tidak bisa dianggap sebelah mata, terutama bagi para pendakwah
atau penyeru kebajikan. Walaupun hukum awalnya fardhu kifayah, akan tetapi
dalam kondisi tertentu, saat tak ada seorangpun yang mempelajarinya maka
hukum mempelajari ilmu mawarits berubah menjadi fardhu ain.
6. Kedudukan ilmu mawaris
Ilmu mawaris mempunyai kedudukan yang sangat agung dalam Islam.
Ia menjadi solusi efektif berbagai permasalahan umat terkait pembagian harta
waris. Kala ilmu mawaris diterapkan secara baik, maka urusan hak adam akan
terselesaikan secara baik. Semua ahli waris akan mendapatkan haknya secara
proporsional. Mereka tak akan didzalimi ataupun mendzalimi. Karena
semuanya sudah disandarkan pada aturan Allah ta’ala.
Selain apa yang terpaparkan di atas, keagungan ilmu mawaris juga
dapat kita rasakan kala mengamati ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan
persoalan waris. Allah menerangkan tekhnis pembagian harta waris secara
gamblang dan terperinci dalam beberapa ayat-Nya. Ini merupakan indikator
yang menegaskan bahwa persoalan warisan merupakan persoalan agung dan
sangat penting.
Pada beberapa hadits yang telah kita sebutkan sebelumnya, Rasulullah
juga mengingatkan umatnya untuk tidak melupakan ilmu mawaris, karena ia
merupakan bagian penting dalam agama.
7. Sebab-sebab seseorang mendapatkan warisan
Dalam kajian fiqh Islam hal-hal yang menyebabkan seseorang
mendapatkan warisan ada 4 yaitu:
a. Sebab nasab (hubungan keluarga)
Nasab yang dimaksud disini adalah nasab hakiki. Artinya hubungan
darah atau hubungan kerabat, baik dari garis atas atau leluhur si mayit
(ushul), garis keturunan (furu’), maupun hubungan kekerabatan garis
menyimpang (hawasyi), baik laki-laki maupun perempuan. Misalnya
seorang anak akan memperoleh harta warisan dari bapaknya dan
sebaliknya, atau seseorang akan memperoleh harta warisan dari saudaranya,
dll. Sebagaimana firman Allah SWT. :
Artinya:“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula)
dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang Telah ditetapkan.” (QS. An Nisa : 7)
b. Sebab pernikahan yang sah
Yang dimaksud dengan pernikahan yang syah adalah berkumpulnya
suami istri dalam ikatan pernikahan yang syah. Dari keduanya inilah
muncul istilah-istilah baru dalam ilmu mawaris, seperti: dzawil furudh,
ashobah, dan furudh muqaddzarah. Allah Swt berfirman:

‫و لكم نصف ما ترك أزواجكم إن لم يكن لهن ولد‬


Artinya: “Dan bagimu ( suami-suami ) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh isteri-isteri kamu, jika mereka tidak mempunyai anak”
(QS. An Nisa : 12)

c.  Sebab wala’ (‫)الوالء‬ atau sebab jalan memerdekakan budak.

Seseorang yang memerdekakan hamba sahaya, berhak mendapatkan


warisan dari hamba sahaya tersebut kala ia meninggal dunia. Diantara teks
hadits yang menjelaskan hal ini adalah:  

‫إنما الوالء لمن أعت‬


Artinya:”Sesungguhnya wala’ itu teruntuk orang yang
memerdekakan.”

‫الوالء لحمة كلحمة النسب‬    

Artinya:”Wala’ itu sebagai keluarga seperti keluarga karena nasab.


Kedua hadits di atas menjelaskan bahwa wala atau memerdekakan
budak bisa menjadi sebab seseorang mendapatkan warisan.

d.  Sebab kesamaan agama (‫الدين‬ ‫)اتحاد‬


Ketika seorang muslim meninggal sedangkan ia tidak memiliki ahli
waris, baik ahli waris karena sebab nasab, nikah, ataupun wala
(memerdekakan budak) maka harta warisannya dipasrahkan kepada baitul
mal untuk maslahat umat Islam. Hal tersebut disandarkan pada sabda
Rasulullah Saw 

‫أنا وارث من ال وارث له‬


     Artinya:”Aku adalah ahli waris bagi orang yang tidak mempunyai ahli
waris.” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
Maksud hadits di atas, Rasulullah menjadi perantara penerima harta waris
dari siapapun yang meninggal sedangkan ia tidak mempunyai ahli waris,
kemudian Rasulullah gunakan harta waris tersebut untuk maslahat kalangan
muslimin.
8. Hal-hal yang menyebabkan seseorang tidak mendapatkan harta waris
Dalam kajian ilmu faraidh, hal-hal yang menyebabkan seseorang tidak
mendapatkan harta warisan masuk dalam pembahasan mawani’ul irs
(penghalang-penghalang warisan). Penghalang yang dimaksud disini adalah
hal-hal tertentu yang menyebabkan seseorang tidak mendapatkan warisan,
padahal pada awal mulanya ia merupakan orang-orang yang semestinya
mendapatkan harta waris.
Orang yang terhalang mendapatkan warisan disebut dengan mamnu’
al-irs atau mahjub bil washfi (terhalang karena adanya sifat tertentu). Mereka
adalah; pembunuh, budak, murtad,  dan orang yang berbeda agama dengan
orang yang meninggalkan harta warisnya. Berikut penjelasan singkat ketiga
kelompok manusia yang masuk dalam kategori mamnu’ al-irs tersebut:

a. Pembunuh (‫)القاتل‬

Orang yang membunuh salah satu anggota keluarganya maka ia tidak


berhak mendapatkan harta warisan dari yang terbunuh. Dalam salah satu
qaidah fiqhiyyah dijelaskan:

‫من استعجل بالشيئ عوقب بحرمانه‬


Artinya:”Barangsiapa yang tegesa-gesa untuk mendapatkan sesuatu,
maka ia tidak diperbolehkan menerima sesuatu tersebut sebagai bentuk
hukuman untuknya.”
Rasulullah dalam salah satu sabdanya, menegaskan bahwa seorang
pembunuh tidak akan mewarisi harta yang terbunuh. Beliau bersabda:
‫ليس للقاتل من الميراث شيئ‬

            Artinya:”Seorang pembunuh tidak mendapatkan harta warisan


sedikitpun (dari yang terbunuh)
Dalam masalah tidak berhaknya pembunuh mendapatkan harta warisan
yang terbunuh, sebagain ulama memisahkan sifat pembunuhan yang
terjadi. Jika pembunuhan yang dilakukan masuk dalam kategori sengaja,
maka pembunuh tidak mendapatkan harta warisan sepeser pun dari korban.
Adapun jika pembunuhannya bersifat tersalah maka pelakunya tetap
mendapatkan harta waris. Pendapat ini dianut oleh imam Malik bin Anas
dan pengikutnya.

b.  Budak (‫)العبد‬

Seseorang yang berstatus sebagai budak tidak berhak mendapatkan


harta warisan dari tuannya. Demikian juga sebaliknya, tuannya tidak
berhak mendapatkan warisan dari budaknya karena ia memang orang yang
tidak mempunyai hak milik sama sekali. Terkait dengan hal ini Allah
berfirman:

‫ضرب هللا مثال عبدا مملوكا ال يقدر على شيئ‬

Artinya: “Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba


sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap
sesuatupun.”  (QS. An-Nahl: 75)
c. Orang murtad
  

Murtad artinya keluar dari agama Islam. Orang murtad tidak berhak
mendapat warisan dari keluarganya yang beragama Islam. Demikian juga
sebaliknya. Rasulullah Saw bersabda:

‫ال يرث المسلم الكافر و ال يرث الكافر المسلم‬


Artinya:”Orang islam tidak bisa mendapatkan harta warisan dari oran
kafir, dan orang kafir juga tidak bisa mendapatkan harta warisan dari
seorang muslim.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

d.  Perbedaan Agama (‫الدين‬ ‫)اختالف‬


Orang Islam tidak dapat mewarisi harta warisan orang kafir meskipun
masih kerabat keluarganya. Demikian juga sebaliknya. Dalil syar’i terkait
hal ini adalah hadits yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa seorang
muslim tidak akan menerima warisan orang kafir, sebagaimana juga orang
kafir tidak akan menerima warisan orang muslim.
9. Ahli waris yang tidak bisa gugur haknya
Sebagaimana maklum adanya, dalam pembagian harta warisan
terkadang ada ahli waris yang terhalang mendapatkan harta warisan karena
sebab tertentu, dan sebagian lain ada juga yang tidak mendapatkan harta
warisan karena terhalang oleh ahli waris yang lain. Akan tetapi ada beberapa
ahli waris yang haknya untuk mendapatkan warisan tidak terhalangi walaupun
semua ahli waris ada. Mereka adalah:
a) Anak laki-laki (‫)ابن‬
b) Anak perempuan (‫)بنت‬
c) Bapak (‫)أب‬
d) Ibu (‫)أم‬
e) Suami (‫)زوج‬
f) Istri (‫)زوجة‬
10. Tata Cara dan Pelaksanaan Pembagian Warisan
a) Langkah-langkah sebelum pembagian harta warisan
Sebelum membagi harta warisan, terdapat beberapa hal yang perlu
diselesaikan terlebih dahulu oleh ahli waris. Hal pertama yang perlu dilakukan
saat membagi harta warisan adalah menentukan harta warisan itu sendiri,
yakni harta pribadi dari orang yang meninggal, bukan harta orang lain. Setelah
jelas harta warisannya, para ahli waris harus menyelesaikan beberapa
kewajiban yang mengikat muwaris, antara lain:
1) Biaya Perawatan  jenazah
2) Pelunasan utang piutang
o Hutang kepada Allah, misalnya, zakat, ibadah haji, kafarat dan
lain sebagainya.
o Hutang kepada manusi baik berupa uang atau bentuk utang
lainnya.
b) Pelaksanaan wasiat
Wajib menunaikan seluruh wasiat muwaris selama tidak melebihi
sepertiga dari jumlah seluruh harta peninggalan, meskipun muwaris
menghendaki lebih. Dalam surat An-Nisa ayat 12 Allah berfirman:

‫صيَّ ٍة يُوْ صُوْ نَ بِهَا أَوْ َديْن‬


ِ ‫ِم ْن بَ ْع ِد َو‬
“Sesudah dipenuhi wasiat dan sesudah dibayar utangnya” (QS. An Nisa : 12).
Menetapkan ahli waris yang mendapat bagian
a. Pada uraian di muka sudah diterangkan tentang ketentuan bagian
masing-masing ahli waris. Di antara mereka ada yang mendapat
½ , ¼, 1/8, 1/3, 2/3 dan 1/6. Kita lihat bahwa semua bilangan
tersebut adalah bilangan pecahan.
b. Cara pelaksanaan pembagian warisannya adalah dengan cara
menetukan dan mengidentifikasi ahli waris yang ada. Kemudian
menentukan di antara mereka yang termasuk :
 Ahli warisnya yang meninggal;
 Ahli waris yang terhalang karena sebab-sebab tertentu,
seperti membunuh, perbedaan agama, dan menjadi budak.
 Ahli waris yang terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat
hubungannya dengan yang meninggal;
 Ahli waris yang berhak mendapatkan warisan.
 Cara pelaksanaan pembagian :  jika seorang mendapat
bagian 1/3 dan mendapat bagian ½, maka pertama-tama kita
harus mencari KPK ( Kelipatan Persekutuan Terkecil) dari
bilangan tersebut. KPK dari kedua bilangan tersebut adalah
6, yaitu bilangan yang dapat dibagi dengan angka 3 dan 2.
 Contoh : Seorang meninggal ahli waris terdiri dari ibu,
bapak, suami, seorang anak laki-laki dan anak perempuan,
kakek dan paman.

F. Pendekatan, Strategi, dan Metode


1 . Pendekatan : Pendekatan Saintifik
2 . Model : Problem Based Learning
3 . Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Latihan (Drill)
G. Media Pembelajaran
1. Media :
 Power point
2. Alat/Bahan :
 Laptop
 LCD dan Proyektor
 Papan tulis
 spidol
H. Sumber Belajar
1. Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag RI
2. Buku teks siswa Fikih MA Kelas XI
3. Kitab Tafsir (al-Maraghi, Jalalain, dll).
4. Lingkungan
5. Perpustakaan
I. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-Langkah Kegiatan Waktu
Pendahuluan/Keg. awal  Orientasi 5 menit
 Menunjukkan sikap disiplin sebelum memulai
proses pembelajaran, menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianut
(Karakter) serta membiasakan membaca dan
memaknai (Literasi)
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka
dan berdoa untuk memulai pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin

 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam


mengawali kegiatan pembelajaran.
2. Apersepsi
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta
didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya.
 Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan
bertanya.

 Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya


dengan pelajaran yang akan dilakukan.
3. Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari pelajaran yang akan dipelajari.
 Apabila materi/tema/projek ini kerjakan dengan
baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan
baik, maka peserta didik diharapkan dapat
menjelaskan tentang:

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada
pertemuan yang berlangsung
 Mengajukan pertanyaan.
4. Pemberian Acuan
 Memberitahukan materi pelajaran yang akan
dibahas pada pertemuan saat itu.
 Memberitahukan tentang kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung
 Tanya jawab dalam proses belajar

Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman


belajar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti 1 . Mengamati : 5 menit
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian(Berpikir kritis dan bekerjasama
(4C) dalam mengamati permasalahan (literasi
membaca) dengan rasa ingin tahu, jujur dan pantang
menyerah (Karakter) dengan cara :
Melihat (tanpa atau dengan alat) Peserta didik
diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian(Berpikir kritis dan
bekerjasam dalam mengamati permasalahan
(literasi membaca) dengan rasa ingin tahu, jujur
dan pantang menyerah (Karakter)

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
Mengamati Berpikir kritis dan bekerjasama
dalam mengamati permasalahan (literasi
membaca) dengan rasa ingin tahu, jujur dan
pantang menyerah (Karakter)
 pengertian mawaris serta tujuanya.
 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
Dengan cara:
Membaca (dilakukan di rumah sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung),
(Literasi)materi dari buku paket atau buku-buku
penunjang lain, dari internet/materi yang
berhubungan dengan

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
Mendengar pemberian materi oleh guru yang
berkaitan dengan:

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.

Menyimak, Berpikir kritis dan bekerjasama


dalam mengamati permasalahan (literasi
membaca) dengan rasa ingin tahu, jujur dan
pantang menyerah (Karakter)penjelasan
pengantar kegiatan/materi secara garis
besar/global tentang materi pelajaran mengenai :

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.

2 . Menanya :
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
berkaitan dengan materi yang disajikan dan akan
dijawab melalui kegiatan belajar Berpikir kritis dan
kreatif dengan sikap jujur , disiplin, serta tanggung
jawab dan kerja sama yang tingi (Karakter)
 Peserta didik diminta mendiskusikan hasil
pengamatannya dan mencatat fakta-fakta yang
ditemukan, serta menjawab pertanyaan
berdasarkan hasil pengamatan yang ada pada
materi yang di bahas atau melkukan tanya jawab
langsung dari masing – masing kelompok.
 Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami
berdasarkan hasil pengamatan dari diskusi yang
telah di simpulkan.

Mengajukan pertanyaan tentang :


 pengertian mawaris serta tujuanya.
 sebab-sebab seseorang mendapat warisan dan
tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.

yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau


pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan
faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat.
3 . Mengumpulkan informasi
Peserta didik mengumpulkan berbagai
informasi(Berpikir kritis, kreatif, bekerjasama dan
saling berkomunikasi dengan teman), dengan rasa
ingin tahu, tanggung jawab dan pantang menyerah
(Karakter),literasi (membaca) yang dapat mendukung
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, baik
dari buku paket maupun sumber lain seperti internet;
melalui kegiatan:
 Mengamati obyek/kejadian,
 Membaca sumber lain selain buku teks,
mengunjungi laboratorium komputer perpustakaan
sekolah untuk mencari dan membaca artikel
tentang :

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
 Mengumpulkan informasi
Mengumpulkan data/informasi melalui diskusi atau
kegiatan lain guna menemukan solusi masalah
terkait materi pokok yaitu:

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
 Aktivitas(Mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi dan
bekerjasama).

 Siswa mampu menyebutkan pengertian


mawaris serta tujuanya
 Siswa mampu menjelaskan sebab – sebab
mendapat warisan dan tidak mendapat
warisan.
 Siswa mampu menyebutkan dasar hukum
waris.
 Siswa mampu menjelaskan cara
perhitungan waris
 Mempraktikan
 Mendiskusikan Berpikir kritis, kreatif,
bekerjasama dan saling berkomunikasi dalam
bekerjasama, dengan rasa ingin tahu dan
pantang menyerah (Karakter)

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
 Saling tukar informasi tentang :
 pengertian mawaris serta tujuanya.
 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
Dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari siswa
lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru
yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelas
kemudian, dengan menggunakan metode ilmiah yang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

4 . Mengasosiasikan/menalar
Peserta didik menganalisa masukan, tanggapan dan
koreksi dari guru terkait pembelajaran tentang:
 Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan
dari hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya
maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan-
pertanyaan pada lembar kerja.
 Peserta didik mengerjakan beberapa soal
mengenai

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
 Menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan untuk mengembangkan sikap
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif
dalam membuktikan :

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
5 . Mengkomunikasikan
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
 Menyampaikan hasil hasil diskusi berupa
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, media lainnya untuk mengembangkan
sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
sopan
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru
dilakukan berupa : Laporan hasil pengamatan
secara tertulis
 Mempresentasikan hasil diskusi yang di lakukan
dikelas secara klasikal tentang :

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.

 Mengemukakan pendapat atas diskusi dan


tanya jawab yang dilakukan dan ditanggapi oleh
peserta didik yang lainnya
 Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan
peserta didik lain diberi kesempatan untuk
menjawabnya.
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru
dilakukan berupa : Laporan hasil pengamatan
secara tertulis tentang:

 pengertian mawaris serta tujuanya.


 sebab-sebab seseorang mendapat warisan
dan tidak mendapat warisan
 dasar hukum waris.
 Cara perhitungan waris.
 Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau lembar kerja yang
telah disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau
guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada
siswa.

Menyelesaikan uji kompetensi yang terdapat pada buku


pegangan peserta didik atau pada lembar lerja yang telah
disediakan secara individu untuk mengecek penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran

Kegiatan akhir Peserta didik : 5 menit


Guru :

1 . simpulan
 Membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang
point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan.

2 . evaluasi
 Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai
langsung diperiksa. Peserta didik yang selesai
mengerjakan projek dengan benar diberi paraf
serta diberi nomor urut peringkat, untuk
penilaian projek.

3 . refleksi
 Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan.

4 . Tindak lanjut
 Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk tugas kelompok/ perseorangan (jika
diperlukan).
 Memberikan penghargaan kepada kelompok
yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik
5 . Penutup

 Mengagendakan pekerjaan rumah.

Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan


berikutnya

J. Penilaian
1. Penilaian Afektif

Nama Siswa : Tanggal :


Kelas / Semester : Waktu :
Sekolah : Mata Pelajaran Penilaian
:
No Aspek Yang Diamati
1 2 3 4
1 Kehadiran Dikelas

Mengerjakan PR Pada Pertemuan


2
Sebelumnya
3 Perhatian Dalam Belajar
4 Tanggung jawab
5 Kejujuran
6 Interaksi dengan guru
7 Teliti
8 Sistemati
9 Ketertiban

10 Komunikasi dengan kelompok

11 Semangat
12 Percaya diri

13 Bekerja sama dalam kelompok

14 Menghargai pendapat orang lain

15 Kerapian

16 Membantu teman yang belum jelas

17 Menghargai waktu
18 Menghargai sikap patuh terhadap guru

19 Sopan santun dalam berbicara

20 Sopan dalam bertindak


SKOR TOTAL

Keterangan :
1. Skor Satu Bila Kurang
2. Skor Dua Bila Cukup
3. Skor Tiga Bila Baik
4. Skor Empat Bila Amat Baik

Pekalongan,……………………
Ttd

Pengamat
3. Penilaian Kognitif
 Tes lisan
4. Penilaian Psikomotorik
 Aktif
 Kreatif
a) Proyek, pengamatan, wawancara’
 Mempelajari buku teks dan sumber lain tentang materi pokok
 Menyimak tayangan/demo tentang materi pokok
 Menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan pengamatan dan eksplorasi
b) Portofolio / unjuk kerja
K. PembelajaranRemedial dan Pengayaan
1. Remedial
 Remedial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
maupun kepada peserta didik yang sudah melampui KKM. Remidial terdiri
atas dua bagian : remedial karena belum mencapai KKM dan remedial karena
belum mencapai Kompetensi Dasar
 Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas bagi peserta
didik yang belum mencapai KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal), misalnya
sebagai berikut.
 Peserta didik yang belum menguasai materi akan dijelaskan kembali oleh
guru materi tentang “pembagiah harta waris”. Guru akan melakukan
penilaian kembali dengan soal yang sejenis. Remedial dilaksanakan pada
waktu dan hari tertentu yang disesuaikan contoh: pada saat jam belajar,
apabila masih ada waktu, atau di luar jam pelajaran (30 menit setelah
jam pelajaran selesai).

2. Pengayaan
 Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai
materi pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah
tuntas mencapai KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
 Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan
peserta didik.
 Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang membutuhkan
pengembangan lebih luas misalnya
 Peserta didik yang sudah menguasai materi mengerjakan soal pengayaan
yang telah disiapkan oleh guru berupa pertanyaan-pertanyaan pilihan
ganda dalam buku panduan guru. Guru mencatat dan memberikan
tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil dalam pengayaan.

Pekalongan, 06 April 2020


Mengetahui:

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran PAI

(…………………..) Diky Hermanto

Nip:…………………. Nim.2117161

Anda mungkin juga menyukai