Anda di halaman 1dari 4

Penyakit Crohn (Crohn Disease)

Crohn’s disease atau penyakit Crohn adalah salah satu penyakit radang usus kronis
yang menyebabkan terjadinya peradangan pada seluruh lapisan dinding sistem pencernaan,
mulai dari mulut hingga ke anus. Akan tetapi penyakit Crohn umumnya muncul pada bagian
usus kecil tepatnya pada bagian ileum dan usus besar (kolon).

Beberapa gejala dari penyakit ini, yaitu merasa sangat kelelahan, sakit perut dan kram
yang terasa lebih parah setelah makan, diare yang muncul berkali-kali, tinja bercampur
dengan lendir dan darah, penurunan selera makan, dan penurunan berat badan yang ekstrem
tanpa dikehendaki. Adapun beberapa gejala yang mungkin terjadi namun jarang, yaitu
demam diatas 38 o , mual, muntah, nyeri dan pembengkakan sendi, peradangan dan iritasi
pada mata (uveitis), muncul nyeri pada kulit yang menimbulkan kemerahan, seringkali pada
kaki, dan sariawan.

Peradangan yang terjadi pada sistem pencernaan anak-anak bisa menghambat


penyerapan nutrisi dari makanan yang mereka konsumsi. Kasus penyakit Crohn yang terjadi
pada anak-anak akan mengakibatkan pertumbuhan mereka lebih lambat daripada anak-anak
yang sehat.
Terdapat beberapa kondisi dan gejala yang harus segera mendapatkan penanganan
dari dokter, yaitu munculnya darah yang bercampur dengan tinja, diare yang tidak kunjung
sembuh, penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas, dan sakit perut dan kram perut yang
tidak sembuh.
Penyebab yang sebenarnya dari penyakit Crohn hingga kini masih belum diketahui.
Meskipun begitu, terdapat sejumlah faktor risiko yang bisa dikaitkan dengan penyakit ini,
yaitu:

 Keturunan. Terdapat bukti bahwa penyakit Crohn merupakan penyakit keturunan


dalam keluarga. Terlebih lagi, penyakit Crohn cenderung terjadi hanya di beberapa
etnis bangsa. Hal tersebut turut membuktikan bahwa penyakit ini merupakan kondisi
yang diwariskan turun-temurun.
 Gangguan sistem kekebalan tubuh. Gangguan dalam sistem kekebalan tubuh
menyebabkan sel-sel imun yang seharusnya melindungi usus dari bakteri berbahaya
yang masuk ke sistem pencernaan, juga menyerang bakteri baik (probiotik) yang
membantu dalam proses pencernaan. Keadaan ini menimbulkan peradangan pada
saluran cerna yang berkaitan dengan penyakit Crohn.
 Merokok. Orang yang merokok memiliki risiko dua kali lipat untuk terkena penyakit
Crohn dibandingkan orang yang tidak merokok. Gejala penyakit Crohn pada orang
yang merokok biasanya lebih parah dan cenderung membutuhkan operasi untuk
penanganannya.
 Riwayat Infeksi.  Infeksi yang terjadi pada masa kanak-kanak bisa mengakibatkan
munculnya reaksi abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini pada akhirnya
dapat memicu munculnya gejala-gejala dari penyakit Crohn.

Adapun cara mendiagnosis penyakit crohn ini, yaitu


- Upper GI series: Anda akan minum campuran barium dan air. Dokter dapat melihat aliran
cairan ini melalui usus dan menggunakanl foto ronsen untuk melihatnya.
- Computerized tomography (CT) scan: Ini adalah tes yang memberikan gambar yang lebih
rinci di banyak sudut polos ronsen.
- Intestinal endoscopy atau endoskopi usus: Tabung tipis dan fleksibel dimasukkan ke dalam
perut Anda agar dokter dapat melihat lapisan dinding.
- Tes darah: Tes ini dirancang untuk mencari perubahan dalam sel darah merah dan sel darah
putih.
- Tes tinja: Tes ini biasanya digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab yang
berupa gangguan pencernaan lain.

Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terkena penyakit crohn, yaitu tidak atau
mengurangi konsumsi alkohol (minuman campuran, bir, anggur), mentega, mayones, margarin,
minyak, minuman bersoda, kopi, teh, cokelat, produk susu (jika laktosa intoleran), makanan berlemak
(gorengan), makanan tinggi serat, makanan yang menghasilkan gas (lentil, kacang-kacangan, kubis,
brokoli, bawang), kacang-kacangan, biji-bijian (selai kacang, selai kacang lainnya) , buah mentah,
sayur mentah, daging merah, daging babi, makanan pedas, dan dedak.
Pengobatan yang dilakukan pada penyakit Crohn hanya bertujuan untuk meringankan
gejala yang dialami serta mempertahankan masa remisi. Hingga saat ini, belum ada
penanganan atau obat yang bisa menyembuhkan penyakit Crohn sepenuhnya. Pada penderita
anak-anak, pengobatan penyakit Crohn juga bertujuan untuk meningkatkan tumbuh-kembang
anak.
Berikut ini adalah beberapa pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala yang
muncul, yaitu:

 Obat Antiinflamasi. Obat antiinflamasi seringkali digunakan sebagai pengobatan


pertama yang diberikan kepada penderita penyakit Crohn. Beberapa jenis obat
antiinflamasi tersebut meliputi:
o 5-Aminosalisilat oral. Obat jenis ini diberikan kepada penderita penyakit
Crohn pada usus besar namun tidak dapat mengobati penyakit Crohn pada
usus kecil. Contoh obat ini adalah sulfasalazine dan mesalamine.
o Kortikosteroid. Kortikosteroid diberikan jika penderita tidak merespons
berbagai pengobatan yang diberikan untuk mengatasi penyakit Crohn.
Kortikosteroid dapat menurunkan reaksi peradangan di berbagai bagian tubuh.
Namun perlu diingat bahwa kortikosteroid memiliki berbagai efek samping
seperti pembengkakan wajah, diabetes, hipertensi, keringat malam, insomnia,
dan hiperaktivitas. Kortikosteroid tidak disarankan untuk digunakan pada
pengobatan jangka panjang. Waktu pemberian maksimum kortikosteroid pada
penderita penyakt Crohn adalah 3-4 bulan.
 Imunosupresan. Dalam mengobati penyakit Crohn, imunosupresan bekerja dengan
cara menekan kerja sistem imun sehingga reaksi peradangan pada saluran pencernaan
dapat diredakan. Obat golongan imunosupresan akan bekerja dengan optimal jika
dikombinasikan dengan beberapa jenis imunosupresan lainnya. Beberapa kombinasi
obat imunosupresan untuk penderita penyakit Crohn adalah:
o Azathioprine dan mercatopurine. Kombinasi kedua obat ini merupakan yang
paling sering digunakan untuk mengatasi peradangan saluran pencernaan.
Perlu dilakukan pemantauan rutin dari dokter terhadap pasien terkait efek
samping kedua obat tersebut selama konsumsi obat.
o Infliximab, adalimumab, dan certolizumab pegol. Ketiga obat ini digunakan
sebagai peghambat tumor necrosis factor (TNF) yang diduga menjadi
penyebab utama penyakit Crohn. Obat-obatan ini dapat digunakan untuk orang
dewasa dan anak-anak yang menderita penyakit Crohn sedang dan berat.
Obat-obatan tersebut dapat digunakan langsung untuk penderita setelah
diagnosis mengonfirmasi adanya penyakit Crohn pada penderita, terutama jika
penderita mengalami fistula. Penderita yang mengalami infeksi TBC tidak
boleh mengonsumsi ketiga obat tersebut.
o Methotraxate. Methotraxate merupakan alternatif apabila imunosupresan,
apabila obat lain tidak dapat digunakan. Efek samping dari obat ini antara lain
adalah mual, lelah, diare dan pneumonia. Obat ini dapat menyebabkan
kecacatan pada janin. Untuk itu, baik wanita maupun pasangannya harus
menghentikan penggunaan obat ini minimal 6 minggu sebelum merencanakan
kehamilan.
o Cyclosporine dan tacrolimus. Kedua obat ini dapat digunakan untuk mengatasi
fistula yang disebabkan oleh penyakit Crohn. Efek samping dari cyclosporine
cukup berbahaya sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.
o Natalizumab dan vedolizumab. Dalam mengobati penyakit Crohn, kedua obat
ini bekerja dengan cara menghentikan respons sel imun terhadap integrin.
Dengan pemberian natalizumab dan vedolizumab, sel-sel imun dapat dicegah
dari menempel pada dinding usus sehingga mengurangi inflamasi. Perlu
diperhatikan bahwa natalizumab dan vedolizumab hanya digunakan pada
penyakit Crohn berat yang tidak dapat diatasi dengan obat lain.

 Antibiotik. Antibiotik dapat mengurangi pengeluaran cairan pada fistula serta


mengobati abses yang diakibatkan oleh penyakit Crohn. Antibiotik juga diperkirakan
dapat membentu meringankan penyakit Crohn dengan cara mengurangi populasi
bakteri jahat yang merangsang respons sistem imun pada usus. Perlu diingat bahwa
tujuan pemberian antibiotik adalah untuk mencegah terjadinya infeksi pada penderita
penyakit Crohn jika dirasa penderita memiliki risiko tersebut. Dua jenis antibiotik
yang umumnya digunakan pada penderita penyakit Crohn
adalah metrodinazole dan ciprofloxacin.

Untuk meringankan gejala penyakit Crohn dan menurunkan risiko komplikasi akibat
penyakit tersebut, dokter juga dapat merekomendasikan beberapa obat seperti:

 Antidiare, misalnya psyllium atau metilselulosa. Untuk diare yang lebih berat dapat


diberikan loperamide.
 Penghilang rasa sakit. Untuk nyeri ringan, dokter biasanya akan
menyarankan paracetamol. Sedangkan ibuprofen dan sodium naproxen tidak
diperbolehkan karena dapat memperparah gejala penyakit Crohn.
 Suplemen zat besi dan vitamin B12. kedua suplemen tersebut dapat mengurangi
munculnya anemia akibat penyerapan zat besi dan vitamin B12 yang tidak baik akibat
penyakit Crohn.
 Suplemen vitamin D dan kalsium, untuk menurunkan risiko osteoporosis.

Masa remisi bisa dijalani dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu maupun tidak. Jika
pasien memilih untuk tetap mengkonsumsi obat, kortikosteroid tidak dianjurkan digunakan
pada masa remisi.
Beberapa makanan diduga bisa meningkatkan gejala yang dialami oleh penderita penyakit
Crohn, meski hingga saat ini tidak ada bukti yang jelas tentang kaitan makanan dengan
penyakit ini.
Jika ada makanan yang diduga memperburuk gejala yang dialami, pasien diharuskan
untuk menghindari makanan tersebut. Tapi tidak disarankan untuk menghilangkan
sepenuhnya jenis makanan dengan nutrisi tertentu, misalnya biji-bijian atau makan yang
mengandung gula.
Bagi orang yang merokok, berhenti dari kebiasaan buruk tersebut akan meringankan
gejala yang dialami dan membantu menjaga kondisi tetap berada di masa remisi.

Anda mungkin juga menyukai