Maternitas 5 Askep Pre and Postmatur
Maternitas 5 Askep Pre and Postmatur
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
PREMATURITAS
2.1 Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
(Prawiharjo, 2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo, 2002).
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada primipara
muda yang mempunyai predisposisi genetik.Adanya stres fisik maupun psikologi menyebabkan
aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan
terjadinya persalinan prematur.Aksis HPA inimenyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta
dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan
peningkatan pelepasan hormon CorticotropinReleasing Hormone (CRH), perubahan pada
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix
metaloproteinase (MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2,dehydroepiandrosteron sulfate
(DHEAS), estrogen plasenta danpembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa disebabkan oleh
kehamilan kembar,polyhydramnionatau distensi berlebih yang disebabkan olehkelainan uterus
atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin, dan COX-
2.
Faktor risiko adalah pengalaman, perilaku, tindakan, atau aspek-aspek pada gaya hidup,
yang dapat memperbesar peluang terkena atau terbentuknya suatu penyakit, kondisi, cedera,
gangguan, ketidakmampuan, atau kematian. Dalam hal ini, faktor risiko adalah kondisi atau
keadaan pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan risiko atau bahaya terjadinya
komplikasi pada persalinan yang mengakibatkan terjadinya persalinan prematur.
1) Pendidikan
Latar belakang pendidikan ibu yang rendah menyulitkan berlangsungnya suatu
penyuluhan terhadap ibu. Mereka kurang menyadari pentingnya informasi-informasi
tentang kesehatan ibu hamil sehingga tidak mengetahui cara memelihara kesehatan
terutama pada saat hamil. Menurut penelitian Irmawati, ibu berpendidikan SD lebih
berisiko 3,33 kali mengalami persalinan premature dibandingkan dengan ibu yang
berpendidikan tinggi (CI:1,29-9,16 nilai p=0,0025).
2) Pekerjaan
Pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental (stress), kecemasan yang tinggi dapat
meningkatkan kejadian prematur.Pekerjaan fisik yang berat, yang mengkondisikan
ibu hamil untuk berdiri lama, seperti Sales Promotion Girl (SGP), perjalanan panjang
dan pekerjaan yang mengangkat beban berat berisiko melahirkan prematur.Sebuah
studi di University College Dublin, Irlandia mengatakan bahwa wanita hamil yang
pekerjaannya menuntut kekuatan fisik lebih beresiko melahirkan secara prematur
atau lahir dengan berat badan di bawah normal. Selain itu tingkat stres serta waktu
kerja yang panjang juga akan berdampak buruk bagi si calon bayi.
6
3) Umur
Umur merupakan faktor penting dalam menentukan waktu yang ideal untuk
hamil.Umur yang paling aman untuk hamil dan melahirkan adalah sekitar 20 – 35
tahun. Pada usia ini wanita dalam keadaan optimal dengan kata lain risiko angka
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) ibu dan bayi yang terjadi akibat
kehamilan dan persalinan dalam kelompok usia tersebut paling rendah dibandingkan
dengan kelompok usia lainnya. Risiko ini akan semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Pada ibu yang berusia 35 tahun dan lebih tua adanya risiko
mengalami masalah seperti tekanan darah tinggi, diabetes selama hamil (diabetes
yang terjadi selama kehamilan), dan komplikasi selama persalinan.Anak yang
dilahirkan oleh ibu remaja mengalami berbagai masalah di antaranya;
perkembangan yang terhambat, prematur, dan BBLR.Hal ini biasanya disebabkan
karena gizi ibu remaja yang buruk.Bayi yang baru lahir dari ibu yang remaja
cenderung untuk lahir prematur, BBLR, dan menderita gangguan pertumbuhan dan
kecacatan.Sehingga risiko kematian bayi juga lebih tinggi bila ibunya berusia kurang
dari 20 tahun. Ibu yang hamil dengan usia di bawah 18 tahun dan lebih 35 tahun,
mempunyai risiko tinggi untuk melahirkan bayi prematur dan persalinan premature
dengan tindakan akan meningkatkan 2-4 kali lipat atau meningkatkan sekitar 40%
pada ibu di atas 40 tahun.
4) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu sebelum kehamilan
atau persalinan. Paritas dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu:
- Nullipara: Golongan ibu dengan paritas 0 (ibu yang telah pernah melahiran bayi)
- Primipara: Golongan ibu dengan paritas 1 (wanita yang belum pernah
melahirkan bayi sebanyak satu kali)
- Multipara: Golongan ibu dengan paritas 2-5 (wanita yang belum pernah
melahirkan bayi sebanyak dua hingga lima kali)
- Grande Multipara: Golongan ibu dengan paritas >5 (wanita yang belum pernah
melahirkan bayi sebanyak lebih dari lima kali)
7
Berdasarkan hasil penelitian Irmawati tahun 2010, ibu yang melahirkan anak
pertama akan mengurangi risiko terjadinya persalinan prematur (OR 0,56), jadi
primipara merupakan faktor proteksi terhadap kejadian persalinan prematur. Ibu
dengan paritas tinggi (melahirkan lebih dari 3 kali) cenderung mengalami komplikasi
dalam kehamilan yang akhirnya berpengaruh pada hasil persalinan.Paritas tinggi
meupakan paritas rawan karena banyak kejadian obstetri patologi.Hal ini
disebabkan pada ibu yang lebih dari satu kali mengalami kehamilan dan persalianan
fungsi reproduksi telah mengalami penurunan.
5) Riwayat Abortus
Menurut definisi WHO, abortus adalah hilangnya janin atau embrio dengan berat
kurang dari 500 gram atau setara dengan sekitar 20-22 minggu kehamilan.Aborsi
bisa meningkatkan risiko infeksi yang bisa mempengaruhi kehamilan
selanjutnya.Aborsi dapat merusak dinding rahim, tempat janin tumbuh dan
berkembang.Dinding rahim merupakan tempat melekatnya plasenta, salah satu
fungsi plasenta ialah tempat pembuatan hormon-hormon dan jika plasenta tidak
bekerja dengan baik maka pembuatan hormon terganggu. Jika kadar progesterone
turun akan timbul kontraksi pada rahim. Kejadian abortus diduga mempunyai efek
terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun
pada hasil kehamilan itu sendiri.Wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko
yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus berulang, dan BBLR.
Penelitian Rahmawati (2006) di Rumah Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta pada periode
waktu 2003-2005 mendapatkan bahwa ibu yang mengalami persalinan prematur
memiliki peluang 2,5 kali memiliki riwayat abortus dibandingkan dengan ibu yang
mengalami persalinan matur.
6) Antenatal Care
Antenatal care merupakan pengawasan sebelum persalian terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI, dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar. Pelayanan ANC yang sesuai standar meliputi timbang berat
8
badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan
atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin,
skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test
laboratorium (rutin dan khusus), termasuk P4K (Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi ) serta KB pasca persalinan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung diperoleh hasil bahwa ibu yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) mempunyai risiko mengalami persalinan
prematur sebanyak 3,1 kali (95%CI:2,38-4,07) dibandingkan ibu yang melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC).
7) Anemia Kehamilan
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau
konsentrasi hemoglobin yang menurun.Kategori anemia yaitu jika HB
<11gr/dl.Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabakan oleh
defisiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnya atau masukan besi
yang tidak adekuat.Anemia jarang menciptakan krisis kedaruratan akut selama
kehamilan, namun pada hakekatnya setiap masalah kedaruratan dapat diperberat
oleh anemia yang telah ada.Pada kehamilan 36 minggu, volume darah ibu meningkat
rata-rata 40 sampai 50 persen di atas keadaan tidak hamil.Walaupun eritropoesis
diperkuat oleh volume eritrosit meningkat, namun lebih banya plasma ditambahkan
ke dalam sirkulasi ibu, akibatnya konsentrasi hemoglobin maupun hematokrit
menurun selama kehamilan. Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan
dan melahiran akan semakin banyak kehilangan zat besi dan semakin anemis.
Pengaruh anemia pada masa kehamilan terutama pada janin dapat mengurangi
kemampuan metabolism tubuh ibu sehingga menganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim, akibatnya terjadi abortus, kematian intrauterin,
persalinan prematur, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, terjadi
cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi dan inteligensi rendah. Pada ibu yang
mengalami anemia kehamilan mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi
9
persalinan 1,42 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak mengidap
anemia.
8) Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang dari 24 bulan merupakan jarak
kehamilan yang berisiko tinggi sewaktu melahirkan.Jarak kehamilan yang dekat
mengakibatkan rahim ibu belum pulih sempurna sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan janin. Berdasarkan hasil penelitian Irmawati tahun 2010, ibu yang
jarak kehamilan saat ini dengan sebelumnya antara 18-24 bulan berisiko 3,07 kali
untuk melahirkan prematur dibandingkan ibu yang jarak kehamilannya >24 bulan.
9) Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.Pengukuran
tekanan darah dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selama 4 jam.Hipertensi kronis
adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.Wanita yang mengalami hipertensi
kronis berisiko mengalami pre-eklampsia.Pada hipertensi atau preeklamsia,
penolong persalinan cenderung untuk mengahiri kehamilan.Hal ini menimbulkan
prevalensi prematur meningkat.Pasien dengan hipertensi harus selalu dicurigai
mengalami pelepasan plasenta premature.
preventif lainnya. Dalam hal ini upaya untuk mencegah wanita yang belum hamil untuk
tidak melahirkan premature adalah dengan mempersiapkan kondisi tubuh baik dari
status gizi, kadar Hb, tekanan darah, melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi dan
TORCH.
- Pencegahan Primer
Merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
untuk mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Dengan upaya:
a. Mendapatkan perawatan sejak awal kehamilan
b. Mengetahui risiko diri sendiri seperti merokok, tekanan darah tinggi, usia saat
hamil, dan komplikasi kehamilan sebelumnya.
c. Melakukan pemeriksaan terhadap infeksi saluran kemih
d. Mengunjungi dokter gigi secara teratur
e. Memperhatikan berat badan
f. Memiliki pola makan yang benar dan olahraga
g. Mencegah stress dan depresi
- Pencegahan Sekunder
Pada tahap gejala klinis belum tampak nyata, selagi proses secara patologis sudah
berjalan, upaya pencegahan pada tahap ini dapat menghambat atau menghentikan
proses patologis supaya tidak berkembang. Upaya yang dilakukan:
a. Pembatasan aktivitas kerja (kerja, perjalanan, dan coitus) pada ibu dengan
riwayat persalinan premature dan mengurangi pekerjaan yang menimbulkan
stress
b. Ibu dengan kehamilan kembar harus lebih banyak istirahat ditempat tidur sejak
minggu ke-28 hingga minggu ke-37
c. Melakukan pemeriksaan USG untuk memeriksa kondisi janin
d. Melakukan pemeriksaan cairan ketuban (amnionsintesis)
- Pencegahan Tersier
Merupakan upaya pencegahan persalinan premature pada saat gejala secara klinis
sudah nyata didapatkan.Tahap ini ditujukan untuk memperpanjang masa kehamilan
12
• Kelainan bawaan uterus meskipun, jarang terjadi Terdapat hubungan kejadian partus
preterm dengan kelainan uterus yang ada.
• Ketuban pecah dini ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau
sebaliknya.
Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion,
kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks dan lain-lain infeksi asenden merupakan teori yang
cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan ketuban pecah.
1.500 gram angka keberhasilan sebesar 80%. Pada umur kehamilan < 32 dengan berat lahir <
1.500 gram angka keberhasilan hanya sekitar 59%.Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan
persalinan prematur tidak hanya tergantung umur kehamilan, tetapi juga berat bayi lahir.
Permasalahan yang terjadi pada persalinan prematur bukan saja pada kematian perinatal,
melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan kelainan, baik kelainan jangka pendek
maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah: RDS (Repository
Distress Syndrome), perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero Cilitis),displasi
bronko-pulmonar, sepsis, dan paten duktus arterious. Adapun kelainan jangka panjang sering
berupa kelainan neurologik seperti serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat
terjadi disfungsi neurobehavioural dan prestasi sekolah yang kurang baik. Dengan melihat
permasalahan yang dapat terjadi pada bayi prematur, maka menunda persalinan prematur, bila
mungkin, masih memberi suatu keuntungan
1.1 Identitas
Klien Suami
Umur : 30 th 40 th
No.RMK : 10064156
Kistoma ovarii.
a. Bernafas
S : Klien merasa agak sesak jika bernafas terutama jika timbul His.
O: RR : 24 x/menit, Wh -/-, Rh -/-, Rales (-), Batuk (-).
b. Makan/minum:
S: Sejak MRS klien tidak ingin makan karena takut dengan kondisinya dan
tdk nafsu makan, saat ini perutnya sering sakit. Klien hanya minum 1 botol
aqua (800 cc) & makan Kue saja.
O : Makanan dan minuman yang disediakan oleh RS tidak dimakan.
Mulut tampak kering dan lambung terdengar suara timpani. Skibala (+).
Peristaltik (+). Blader kosong.
c. Eliminasi
S: Klien belum bab sejak 2 hari yg lalu, klien tidak punya keluhan terhadap
baknya. Sejak kemarin klien Bak sebanyak 4 kali dengan jumlah setiap bak
sekitar ± 350 cc dan warnanya kuning jernih.
O: Skibala (+), Blader kosong. Warna urine kuning jernih.
d. Gerak dan aktivitas
S: Saat ini harus tidur saja sambil menunggu persalinan,pinggang sakit
menyebar keperut bagian depan.
O: Kondisi ektremitas baik, kekuatan otot – otot intak, tulang-tulang intak.
Parese (-).
e. Istirahat dan tidur
S: Sejak kemarin klien tidak bisa tidur nyenyak karena takut dan sekarang
perut terasa nyeri.
O: Tampak lemah,mata merah & bengkak karena kurang tidur serta
menangis
f. Rasa Aman
S: Klien takut jika terjadi sesuatu yang membahayakan bayinya.
O: Adanya Kista ovarii, Klien tampak iritabel
g. Nyaman
16
S: Klien mengeluh nyeri pada perut yang tembus ke tulang ekor setiap 3/5
menit.
O: Nyeri berkurang jika punggung digosok-gosok.
h. Spiritual
Klien beragama islam dan taat melakukan sembahyang 5 waktu. Sekarang
klien hanya bisa berdoa.
2. ANALISA MASALAH
KALA I
S: klien merasa sesak jika Adanya masa tumor Resiko tinggi terjadi gawat
timbul his. Sudah keluar kehamilan dan tekanan janin
lendir dan darah sejak 17 oleh uterus terhadap Resiko terjadi infeksi
Agustus 2017, pukul 08:00 diafragma kista ovarii sekunder pada bayi
WITA pecah menyebar akut
abdomen peritonitis
hipoksia gawat janin KPP
O: TD= 120/80 mmHg, RR= gangguan terhadap
24x/mnt, ketuban (-) perlingdungan uterus dan
jernih, fulsus (+). Djj janin infeksi pada uterus
12;12;12. G1P00000 infeksi pada janin
39/40, Obs. In-partu distress janin
kistoma ovarii, TBJ= 3400
gram
S: perut terasa nyeri jika Dinding uterus lapisan Resiko terjadi ruptur
diraba dan rasanya sesak lemakya sangat tipis uterus
jika timbul his. Sepertinya sehingga uterus juga tipis
gerakan bayi sangat keras kelenturan uterus
kurang mudah terjadi
O: tampak bagian kecil ruptur pada saat his atau
18
KALA IV
O: T : 120/85 mm Hg, N 80
Resiko tinggi terjadi infeksi
x/mnt, RR :20 X/mnt, TFU
nifas b.d adanya luka
2 jari bawah pusat,
epiosotomi
kontraksi baik, perdarahan
abnormal (-)
19
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kala I:
- Resiko tinggi terjadi gawat janin sebagai akibat dari pecahnya kista Ovarii (akut
abdomen).
- Resiko terjadi infeksi b.d sekunder pada bayi s.e dari ketuban pecah prematur.
- Resiko tinggi terjadi ruptur uteri b.d dari dinding uterus yang tipis
- Resiko tinggi terjadi sekunder arrest
- Cemas b.d kurangnya pengetahun tentang keadaanya kehamilan dan
persalinannya.
Kala II dan III
- Resiko tinggi terjadi injuri pada ibu dan bayi b.d dampak dari tindakan persalinan
- Resiko tinggi terjadi atonia uteri b.d kelemahan ibu
Kala IV
- Nyeri b.d luka episiotomi pada vagina
- Resiko tinggi terjadi infeksi nifas b.d adanya luka episiotomi
4. RENCANA KEPERAWATAN
KALA I
Jumat, 18 Resiko tinggi Setelah dirawat Monitor CHPB setiap 2 jam Untuk
20
Penurunan
kesadaran
merupakan
tanda dari
hipoksia sebagai
akibat dari
spasme yang
muncul sebagai
akibat lanjut dari
akut abdomen
Ancaman
distress pada
janin diketahui
dari perubahan
NST yakni
21
terjadinya
peningkatan
frekuensi
Sebagai
propilaksis
untuk mencegah
timbulnya
infeksi ibu dan
bayi
Menjaga daya
tahan dinding
sel sehingga
dapat mencegah
kerusakan sel
bayi maupun ibu
serta untuk
mempercepat
22
maturitas
perkembangan
paru janin
Jumat, 18 Resiko tinggi Setelah dirawat Hindari manipulasi pada uterus Manipulasi yang
Agustus terjadi rupture selama 3 jam tidak klien terutama pada kala saat berlebihan
2017, pukul uteri b.d terjadi rupture kala 2 dapat
08:30 WITA dinding uterus uteri dengan merangsang
yang tipis criteria: CHPB Monitor his timbulnya
normal dan rupture pada
pendarahan (-) uterus
Berkurangnya
his dapat
menjadi
pertanda
rupture uteri
His bundle
sebagai
pertanda
adanya
hambatan
terhadap
23
kemajuan
terutama pada
fase aktif
Jumat, 18 Resiko tinggi Tidak terjadi injuri - Lakukan asistensi dalam proses Mengurangi
Agustus terjadi injuri persalinan klien kecemasan
2017, pukul pada ibu dan - Bersamaan dengan his klien di sehingga klien
12:20-13:05 bayi b.d pimpin dapat mengatur
24
Bayi dirawat,selanjutnya
diukur berat badan= 3500
gr, PB= 51 cm LK= 33 cm,
LD= 32 cm. Pukul 13:30
WITA plasenta lepas.
Kotiledon lengkap, selaput
intak.
- Kontraksi uterus baik. TFU dua
jari diatas pusat Luka epis
+ 8 cm di jahit.
- Perdarahan abnormal (-).
KALA IV
Jumat, 18 Nyeri b.d luka Mengurangi nyeri - Melatih relaksasi nafas Meningkatkan
Agustus episiotomi - Melatih mobilisasi duduk di relaksasi dan
2017, pukul pada vagina tempat tidur nyaman
13:45-13:55 - Memberikan Mefinter 500 mg
WITA dan anjurkan klien minum
jika terasa nyeri.
Jumat, 18 Resiko tinggi Tidak terjadi - Observasi TTV dan tanda-tanda Deteksi dini
Agustus terjadi infeksi infeksi infeksi kemungkinan
2017, pukul nifas b.d - He vulva hygiene terjadinya
13:45-13:55 adanya luka - He tanda-tanda infeksi infeksi sehingga
WITA episiotomi - He minum yang cukup dan
26
mengetahui
vulva hygiene
mengetahui
tanda-tanda
infeksi
Mengetahui
minum yang
cukup dan
makan yang
tinggi kalori dan
protein
5. TINDAKAN KEPERAWATAN
KALA I
Resiko tinggi terjadi Jumat, 18 Agustus Memonitor CHPB Cont (+), Djj 12;11;12, his
gawat janin sebagai 2017, pukul 08:30 Monitor vital sign setiap 4 m3nit lama 3 dt,
akibat dari akut WITA Memonitor kesadaran bundle his (-), GCS:456,
abdomen Monitor tanda-tanda kejang (-)
kejang
Resiko terjadi infeksi Jumat, 18 Agustus Memonitor Djj Djj 12;11;12, S: 37,1̊C,
b.d sekunder pada 2017, pukul 08:30 Memonitor suhu rectal reaksi alergi (-)
bayi dari ketuban Melakukan skin test
27
Resiko tinggi terjadi Jumat, 18 Agustus Sampaikan kepada ibu Kecurigaan uterus tipis
rupture uteri b.d dari 2017, pukul 08:30 dan sejawat untuk dan mudah rupture
dinding uterus yang WITA menghindari manipulasi sehingga sejawat dan
tipis pada uterus klien klien mengerti
terutama pada saat kala
2
Alat lengkap
Resiko tinggi terjadi Jumat, 18 Agustus - Lakukan asistensi dalam tanda-tanda injuri pada
injuri pada ibu dan 2017, pukul 12:20- proses persalinan bayi (-), luka epis pada ibu
bayi b.d dampak dari 13:05 WITA klien + 8 cm sudah dijahit,
tindakan persalinan - Bersamaan dengan his perdarahan tidak ada,
klien di pimpin injuri patologis tidak ada
28
mengejan.Padawaktu
kepalamembuka vulva
dan meregang
perineum dilakukan
efisiotomi
mediolateral sinistra,
tangan kanan
penolong menekan
perinium, tangan kiri
mengatur depleksi
kepala.
- Waktu kepala di dasar
panggul UUK di
bawah simpisis
subociput sebagai
hipomoklion, maka
lahirlah berturut-turut
UUB, dahi, muka dagu
danakhirnya seluruh
kepala. Kepala
mengadakan putar
paksi luar. Kemudian
kepala dipegang
secara biparietal,
ditarik curam
kebawah sampai lahir
bahudepan, dielevasi
keatas sampai bahu
belakang lahir, ditarik
mendatar, maka lahir
bayi laki-laki pada
pukul 13.05 WITA,Bayi
29
di suction lewat
hidung dan mulut,
diberikan oksigen
dengan kanul dan
selanjutnya tali pusat
di potong.
- Penilaian APGAR skor
menit –1= 7-8, menit
ke-5= 8-9. Bayi
dirawat,selanjutnya
diukur berat badan=
3500 gr, PB= 51 cm
LK= 33 cm, LD= 32 cm.
Pukul 13:30 WITA
plasenta lepas.
Kotiledon lengkap,
selaput intak.
- Kontraksi uterus baik.
TFU dua jari diatas
pusat Luka epis +
8 cm di jahit.
- Perdarahan abnormal (-)
Resiko tinggi terjadi Jumat, 18 Agustus - Mengevaluasi kontraksi kontraksi uterus baik ,
atonia uteri b.d 2017, pukul 12:20- uterus perdarahan sedikit, Atonia
kelemahan ibu 13:05 WITA - Mengobservasi uteri tidak terjadi
perdarahan pervagina
- Kolaborasi pemberian
uterotonika (Metergin
injeksi IM 1 ampul).
KALA IV
6. EVALUASI
DIAGNOSA SOAP
KALA I
Cemas b.d kurangnya S: klien paham dan menyatakan siap untuk melahirkan
pengetahuan tentang O: klien operatif
keadaannya kehamilan dan A: masalah teratasi
persalinannya P: siapkan partus
Resiko tinggi terjadi injuri pada S: Klien tenang karena bayi telah lahir
ibu dan bayi b.d dampak dari O: tanda-tanda injuri pada bayi (-), luka epis pada ibu + 8 cm
tindakan persalinan sudah dijahit, perdarahan tidak ada.
A: Injuri patologis tidak ada
P: Lakukan observasi
Resiko tinggi terjadi atonia S:
uteri b.d kelemahan ibu O: kontraksi uterus baik , perdarahan sedikit
A: Atonia uteri tidak terjadi
P: Evaluasi hingga 2 jam PP
32
POSTMATURITAS
2.12 Pengertian Persalinan Postmaturitas
Postmatur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa
usia kehamilan didapatkan dengan perhitungan usia kehamilan dengan rumus Naegele atau
dengan penghitungan tinggi fundus uteri ( KapitaSelekta Kedokteran jilid 1).
Menurut (Achadiat 2004:32) Kehamilan post matur lebihmengacupada janinnya, dimana
dijumpai tanda-tanda seperti kuku panjang, kulit keriput, plantar creases yang sangat jelas,
talipusat layudan terwarnai oleh mekonium.(VarneyHelen, 2007).
Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen pada kehamilan
normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadarprogesterone tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun
setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi
juga spasme arteri spiralis plasenta.Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan
nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intra uterin.Sirkulasi utero plasenta berkurang
sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-
keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin.Risiko kematian perinatal pada bayi
post matur cukup tinggi, yaitu30% prepartum, 55% intrapartum, dan 15% postpartum.
2) Riwayat Menstruasi
Inspeksi; Mata: Periksa konjungtiva dan sklera untuk menentukan apakah ibu
anemia atau tidak, Muka: edema atau tidak, Leher: apakah terdapat pembesaran
kelenjar baik kelenjar tiroid maupun limfe, Dada: bagaimana keadaan puting
susu, ada tidaknya teraba massa atau tumor, tanda-tanda kehamilan (cloasma
37
- Penilaianwarnaairketubandenganamnioskopiatauamniotomi
(testanpatekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes
tekanan oksitosin)
Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
b. Diagnosa keperawatan
Asuhan Keperawatan
KASUS
Seorang NY. Y G1P0Ab0 umur 21 tahun dengan UK 41 +6 minggu datang ke BPS Dwi Maryati
dengan keluhan rasa cemas karena kehamilannya sudah lewat dari hari perkiraan lahir. Dari
hasil anamnesa ibu mengatakan HPL 13-2-2013
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN KEHAMILAN POSTMATURE
No. Register : 045 / BPS/ BUMIL
Masuk RS tanggal/jam : 26 Februari 2013
Dirawat diruang :-
1. PENGKAJIAN DATA, Tanggal/Pukul : 26 Februari 2013/pukul 15.00 Oleh : Bidan
Biodata Ibu Suami
Nama: Ny. Y Tn. P
Umur: 21 tahun 25 tahun
39
1 Hamil ini
-
-
-
- Riwayat kontrasepsi yang digunakan
N Jenis Pasang Lepas
tangga Ole tempa keluha Tangga ole tempa alasa
o kontraseps
40
l h t n l h t n
i
1 Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
Mata: simetris, tidak starbismus, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
tanda-tanda infeksi
Hidung: simetri, berlubang, tidak polip
Mulut: lembab, tidak pecah-pecah, gusi tidak epulis, tidak ada stomatitis, gigi tidak
karies
Telinga: simetris, pendengaran baik, tidak ada secret, gendang telinga tidak pecah
Leher: tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena jugularis
Dada: simetris,tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada wezing
Payudara: simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi mamae, kolostrum sudah
keluar
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada linea alba, tidak ada striegravidarum
Palpasi leopold
Leopold I: teraba bulat, tidak melenting, lunak, berati letak(bokong)
Leopold II: bagian kanan teraba kecil-kecil,tidak ada tahanan berati ekstremitas,
bagian kiri teraba memanjang seperti papan,ada tahanan berarti punggung
Leopod III: bagian terendah janin teraba bulat, melenting, keras, tidak bisa
digerakan berarti kepala
Leopod IV: tangan tidak bisa bertemu berarti kepala sudah masuk panggul
(divergen)
Osborn test: -
TFU menurut Mc.Donald: 33 cm
TBJ: (33-11)x155=3410gr
Auskultasi DJJ: 155x/ menit
Ekstremitas atas: jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak terdapat odem,
gerakan aktif
Ekstremitas bawah: jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak odem, tidak
varises, reflek patela positif
Genetalia luar: bersih, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak varises,
Anus: bersih, belubang, tidak hemoroid
45
2. INTERPRETASI DATA
- DIAGNOSA KEPERAWATAN
Seorang Ny Y umur 21 tahun G1P0Ab0 Uk 41 +6 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri,
puki, preskep janin hidup intra uteri
- Data Subjektif
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama
Ibu mengatakan berumur 21 tahun
Ibu mengatakan HPM : 6-5-2012
Ibu mengatakan hamilnya sudah lewat dari perkiraan lahir
- Data Objektif
KU: baik
Kesadaran: composmetis
vital sign: TD: 11O/70 mMHg S: 36,5 C
N: 21x/ menit R: 81x/menit
TFU: 33 cm
BB: 55kg
DJJ: 155x/ menit, kuat
Leopold I: teraba bokong
Leopold II: teraba punggung disebelah kiri
Leopold III: teraba kepala
Leopold IV: teraba kepala sudah masuk panggul
- MASALAH
46
Tidak ada
- KEBUTUHAN
Tidak ada
- Memberitahu ibu untuk makan,makanan yang bergizi yang mengadung protein misalnya
tahu, tempe, telor dan ikan. Karbohidrat misalnya nasi, roti, jagung, singkong dan lain-
lain. Vitamin misalnya buah-buahan dan sayuran. Mineral misalnya susu dan sayuran
hijau-hijauan.
- Memberitahu ibu agar tidak makan makanan yang mengganggu kesehatan misalnya
bahan makanan yang banyak mengadung bahan pengawet, minum minuman berakohol,
minum jamu dan merokok.
- Memantau adanya tanda syok hipovelemik dengan cara melalukan pemeriksaan tanda-
tanda vital sign, KU.
- Melakukan pemeriksaan/pemantauan DJJ secara periodik setiap 15 menit sekali
- Melakukan rujukan ke dokter SPOG
- Melakukan dokumentasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo, 2002).
49
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram.
B. Saran
Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi yang cukup
dan seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah mempersiapkan persalinan
dengan sebaik-baiknya, serta dengan melakukan pemeriksaan rutin baik untuk mengetahui
kesehatan janin dan sang ibu, selain itu juga penting dalam mendeteksi sedini mungkin umur
kehamilan ibu untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan sehingga
kehamilan postmatur dapat diakhiri sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan keselamatan ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
Subhan, 2001. Asuhan Keperawatan Ibu Bersalin Ny. M. W. Dengan Kistoma Ovarii Di
Ruang Bersalin Lantai II IRD RSUD. DR. SOETOMO SURABAYA,
https://dcolz.files.wordpress.com/2010/12/askep-kistoma-ovarii.pdf. Diakses
pada, Kamis September 7, 2017 Pukul 12:02 WITA