Anda di halaman 1dari 10

2.

Para administrator kurikulum mengadakan berbagai perbandingan dengan berbagai


pendekatan lainnya, yang umumnya dipergunakan baik dalam kurikulum maupun
dalam perencanaan pendidikan. Sebagai informasi dapat dikemukakan, bahwa suatu
kurikulum umumnya juga menggunakan berbagai alternatif pendekatan.
a. Pendekatan Kultural
Pendekatan cultural adalah suatu pendekatan yang bersumber dan berorientasi
pada kebudayaan. Jika pendekatan ini kita kaji lebih lanjut, maka akan kita
temukan sejumlah karakteristik, sebagai berikut:
- Mengakui bahwa manusia adalah sesuatu yang utuh, Mengakui bahwa
manusia itu adalah suatu yang utuh, suatu keseluruhan yang memiliki potensi
yang luas dan lengkap.
- Mengakui kualitas manusia baik secara material maupun secara spiritual, yang
mampu bekerja dan menghadapi tuntutan-tuntutan sosial sekitarnya.
- Sanggup mengadakan perubahan-perubahan, sehingga tercapai keadaan yang
lebih baik.
- Manusia yang seimbang, baik secara pribadi, hubungan dengan masyarakat
dan alam. Dan bangsa-bangsa lain serta dengan Tuhan.
- Menjunjung tinggi martabat manusiasebagai mahkluk Tuhan.

Berdasarkan karakteristik tersebut, maka kita dapat menarik kesimpulan, bahwa


pendekatan cultural sejalan dengan pendekatan pengembangan kurikulum yang
berpusat pada anak (child centered).

b. Pendekatan Kurikulum
Pada satu sisi, terdapat kesamaan antara pendekatan cultural dan prinsip activity
curriculum, sedang sisi lain, adalah berbeda bahkan mungkin bertentangan. Segi
kesamaannya. Pendekatan cultural mengakui martabat manusia sebagai suatu
yang utuh dan mengakui kualitas manusia, demikian halnya prinsip activity
curriculum mengakui kabutuhan personal, minat personal, yang sedikit banyak
mengakui pula hakikat kemanusiaan anak. Segi perbedaannya. Terletak pada
konsep-konsep sebagai berikut:
- Pendekatan cultural berpijak pada pandangan,bahwa pendidikan adalah bagian
dari kebudayaan, sedangkan activity curriculum, lebih menitikberatkan pada
situasi dan kondisi masa sekarang, realita yang ada dan yang actual.
- Pendekatan culturan cenderung menyetujui konsep belajar seumur hidup,
sedangkan activity curriculum, belajar adalah transaksi aktif melalui
pengalaman langsung. Padahal banyak yang tidak dapat dialami secara
langsung, melainkan memerlukan penghayatan dalam situasi abstrak.
- Ruang lingkup (scope) dan urutan (sequence) kurikulum ditentukan oleh minat
dan kebutuhan siswa sendiri sebagai selector, hal ini tidak sejalan dengan
pemikiran cultural, karena pelajaran terutama ditentukan oleh sistem nilai
masyarakat dankebudayaan, sejalan dengan perubahan-perubahan masyarakat.
- Pendekatan kurikulum mengutamakan penggunaan metode problem solving
dan mempersiapkan tugas-tugas sendiri, sedangkan pendekatan kultural juga
menggunakan metode lainnya sehubungan dengan pewarisan dan
transoformasi kultural.

3. Dalam manajemen pendidikan ada dua fungsi utama yaitu administrasi dan
manajemen. Dalam konteks tupoksi sebagai pimpinan di sekolah, maka peran yang
dimiliki oleh seorang kepala sekolah adalah menjalankan fungsi manajemen yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian termasuk
dalam domain pengambilan keputusan tentang kurikulum sekolah. Sebagai manjer
kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen sekolah. Kepala sekolah
mengkordinasikan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan,
memimpin, dan mengendalaikan segenap usaha pencapaian tujuan pendidikan
nasional sesuai dengan Undang-Undang no.20 tahun 2003. Mislanya dalam aspek
perencanaan, kepala sekolah merupakan pelaku yang selalu terlibat dan bahkan sering
menjadi tumpuan dalam kegiatan perencanaan dan pengembang kurikulum mulai dari
konsep hingga hal-hal yang lebih tehnis. Dalam aspek pengorganisasian, kepala
sekolah mengorganisasikan unsur-unsur, baik unsur manusia maupun unsur non
manusia. kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional,
serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kepala sekolah sebagai leader
memiliki visi dan mempunyai peranan dalam mengelola visi menjadi sebuah
kenyataan. Untuk menjadi pemimpin yang efektif menggunakan analitis yang
dikembangkan dengan baik dan kemampuan intelektual dalam membimbing para staf
dalam proses mengidentifikasi masalah-masalah, keterampilan politik dan manajemen
untuk menyelesaikan konflik dan mampu membuat berbagai rencana kerja.
.
4. Konsep kurikulum berkembang searah dengan perkembangan teori maupun praktik
pendidikan juga bervariasi sesuai dengan aliaran atau teori pendidikan yang
dianutnya. Terdapat tiga konsep mengenai kurikulum, antara lain kurikulum sebagai
substansi, kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi (Syaodih,
1997). Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi. Kurikulum dipandang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai
suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk
kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan
sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun
kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu
kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten,
propinsi ataupun seluruh negara. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu
sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem
persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum
mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu
kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu
sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem
kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis. Konsep
ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Hal ini
merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.
Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang
kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum,
mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan
berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang
dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum. Menurut pandangan
lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru
atau dipelajari oleh siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno. Dalam
lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang,
yaitu kurikulum sebagai “... a racecourse of subject matters to be mastered”. Ada
pendapat mengatakan bahwa kurikulum: “a course, as a specific fixed course of study,
as in school or college, as one leadang to a degree” (Ornstein dan Hunkins, 1988).
Banyak orang tua bahkan juga guru-guru, kalau ditanya tentang kurikulum akan
memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata pelajaran. Lebih khusus mungkin
kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran. Kurikulum adalah sejumlah
pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan
oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud
menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah
laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan (Azia, 1976).

Berikut adalah contoh pengembangan kurikulum di sebuah sekolah.

Struktur dan muatan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
yang tertuang dalam Standar Isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut
ini.

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia


b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut memiliki cakupan dan kegiatan masing-
masing seperti diungkapkan di dalam PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 6 ayat (1) Pasal 7 sebagai berikut ini :

Kelompok
Cakupan Melalui
Mata Pelajaran

Agama dan Kelompok mata pelajaran agama Kegiatan keagamaan,


Akhlak Mulia dan akhlak mulia dimaksudkan pembelajaran
untuk membentuk peserta didik kewarganegaraan dan
menjadi manusia yang beriman
pembinaan
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia. kepribadian/akhlak
Akhlak mulia mencakup etika, mulia, pembelajaran ilmu
budi pekerti, atau moral sebagai pengetahuan dan
perwujudan dari pendidikan teknologi, estetika,
agama. Copyright 2011, jasmani, olahraga dan
aprizaDisc# kesehatan, dan
pengembangan
Kelompok
Cakupan Melalui
Mata Pelajaran

diri/ekstrakurikuler

Kewarganegaraan Kelompok mata pelajaran Kegiatan keagamaan,


dan Kepribadian kewarganegaraan dan kepribadian pembinaan
dimaksudkan untuk peningkatan kepribadian/akhlak
kesadaran dan wawasan peserta
mulia, pembelajaran
didik akan status, hak, dan
kewajibannya dalam kehidupan kewarganegaraan,
bermasyarakat, berbangsa, dan bahasa, seni dan budaya,
bernegara, serta peningkatan dan pendidikan jasmani,
kualitas dirinya sebagai manusia. dan pengembangan
Kesadaran dan wawasan termasuk diri/ekstrakurikuler
wawasan kebangsaan, jiwa dan apriza
patriotisme bela negara,
penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan
hidup, kesetaraan gender,
demokrasi, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan
membayar pajak, dan sikap serta
perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme.

Ilmu Kelompok mata pelajaran ilmu Kegiatan pembelajaran


Pengetahuan dan pengetahuan dan teknologi pada bahasa, matematika, ilmu
Teknologi SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan pengetahuan alam, ilmu
untuk memperoleh kompetensi
pengetahuan sosial,
dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi serta membudayakan keterampilan/kejuruan,
berpikir ilmiah secara kritis, dan/atau teknologi
kreatif dan mandiri. informasi dan
komunikasi, serta muatan
lokal yang relevan.

Estetika Kelompok mata pelajaran estetika Kegiatan bahasa, seni


dimaksudkan untuk meningkatkan dan budaya,
sensitivitas, kemampuan keterampilan, dan
mengekspresikan dan kemampuan
muatan lokal yang
mengapresiasi keindahan dan
harmoni. Kemampuan relevan, dan
mengapresiasi dan pengembangan
mengekspresikan keindahan serta
Kelompok
Cakupan Melalui
Mata Pelajaran

harmoni mencakup apresiasi dan diri/ekstrakurikuler


ekspresi, baik dalam kehidupan
individual sehingga mampu
menikmati dan mensyukuri hidup,
maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan sehingga mampu
menciptakan kebersamaan yang
harmonis.
Jasmani, Olah Kelompok mata pelajaran Kegiatan pendidikan
Raga, dan jasmani, olahraga dan kesehatan jasmani, olahraga,
Kesehatan. pada SMP/MTs/SMPLB pendidikan kesehatan,
dimaksudkan untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan alam,
potensi fisik serta membudayakan
sportivitas dan kesadaran hidup dan muatan lokal yang
sehat. arpriza relevan, dan
pengembangan
Budaya hidup sehat termasuk
kesadaran, sikap, dan perilaku diri/ekstrakurikuler
hidup sehat yang bersifat
individual ataupun yang bersifat
kolektif kemasyarakatan seperti
keterbebasan dari perilaku seksual
bebas, kecanduan narkoba,
HIV/AIDS, demam berdarah,
muntaber, dan penyakit lain yang
potensial untuk mewabah.

Struktur kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran termasuk pengembangan


diri sebagai berikut ini :

KOMPONEN KELAS DAN ALOKASI KET


WAKTU
I II III IV- VI

A. MATA PELAJARAN

1. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 3

2.PENDIDIKAN
2
KEWARGANEGARAAN

3. BAHASA INDONESIA 5

4. MATEMATIKA 5
TEMATIK
5. ILMU PENGETAHUAN ALAM 4

6. ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 3

7.SENI BUDAYA DAN


4
KETERAMPILAN

8. PENJAS ORKES 4

A. MUATAN LOKAL
1. BAHASA SUNDA 2
2. BAHASA INGGRIS
2

B. LINGKUNGAN HIDUP 1

C. PENGEMBANGAN DIRI *)
1. PRAMUKA
1
2. KESENIAN DAERAH 1

JUMLAH 26 27 28 37

5. Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan


arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan
kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Dalam suatu lembaga pendidikan, salah
satu tokoh yang memiliki peranan yang begitu penting dalam pengembangan
kurikulum adalah guru. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan yang
terlibat langsung dalam mengembangkan, memantau, dan melaksanakan kurikulum
sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Meskipun ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang cukup pesat,
tidak berarti menyurutkan peranan guru. Bahkan, hasil-hasil teknologi tersebut akan
menambah beban tugas dan tanggung jawab guru. Oleh karena itu, guru memegang
peran penting dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum ini
bertujuan untuk mengatasi kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara
keduanya bisa digunakan, yaitu bentuk sentral-desentral. Beberapa waktu yang
lampau di perguruan tinggi di Indonesia memakai model pengembangan kurikulum
yang bersifat desentralisasi. Tiap universitas, institut, atau akademi memiliki otonomi
untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri, satu berbeda dengan yang
lainnya. Dewasa ini kadar desentralisasinya mulai berkurang, dengan adanya usaha-
usaha ke arah penyeragaman. Untuk beberapa perguruan tinggi sejenis dikembangkan
kerangka kurikulum dan kelompok-kelompok mata kuliah program inti yang seragam.
Dalam kurikulum yang dikelola secara desentralisasi dan juga yang sentral-desentral,
peranan guru dalam pengembangan kurikulum ini jauh lebih besar dibandingkan
dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru juga turut berpartisipasi, bukan
hanya menjabarkan kurikulum induk ke dalam program tahunan, program semester,
catur wulan maupun ke dalam satuan pelajaran, tetapi juga di dalam menyusun
kurikulum secara keseluruhan untuk sekolahnya. Guru-guru juga ikut andil dalam
merumuskan setiap komponen dan unsur dari kurikulum itu sendiri sehingga mereka
mempunyai perasaan turut memiliki kurikulun dan terdorong untuk mengembangkan
kemampuan dan pengetahuannya dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu,
guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka akan
memahami dan betul-betul menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan
kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan
sebagai pengguna, tetapi sebagai perencana, pemikir, penyusun, pengembang,
pelaksana, dan evaluator kurikulum. Dalam konteks pengembangan kurikulum
pendidikan agama Islam, merupakan tuntutan peran yang harus diperankan oleh guru
adalah untuk menumbuhkan nilai-nilai ilahiyah yang selaras dengan nilai-nilai Islam
terhadap mental peserta didik, nilai ilahiyah tersebut berkaitan dengan konsep tentang
ke-Tuhan-an dan segala sesuatu bersumber dari Tuhan. Nilai ilahiyah berkaitan
dengan nilai Imaniyah, Ubudiyah dan Muamalah. Dalam hal ini guru harus berusaha
sekuat tenaga untuk mengembangkan diri peserta didik terhadap nilai-nilai tersebut.
Peran guru dalam menumbuhkan nilai-nilai ilahiyah akan lebih meningkat apabila
disertai dengan berbagai perubahan, penghayatan, dan penerapan strategi dengan
perkembangan jiwa peserta didik yang disesuaikan dengan jiwa peserta didik.

Pengembangan kurikulum dimotivasi oleh beberapa hal. Pertama adalah tantangan di


masa depan. Bahwa kurikulum harus bersifat dinamis dan fleksibel sehingga mampu
menjawab perubahan perubahan dalam ketidakpastian lingkungan global. Sehingga
kurikulum juga harus disesuaikan dengan tantangan yang dihadapi di masa
mendatang. Kedua, terkait dengan kompetensi masa depan, Perubahan cara pandang
kurikulum, dari kurikulum sebagai alat menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir
yang akan dicapai. Karena hasil belajar yang diharapkan merupakan dasar bagi
perencanaan dan perumusan berbagai tujuan kegiatan pembelajaran. Untuk tambahan
dalam memenuhi kebutuhan peserta didik yaitu diperlukan seorang atau guru – guru
yang berkualitas atau yang telah terididk dengan teramat baik. Fenomena negatif yang
membumi, telah menjadi budaya masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya upaya
dari segi pendidikan terutama dalam hal pengembangan kurikulum. selain itu, untuk
meningkatkan persepsi positif dalam masyarakat maka kurikulum harus senantiasa
menggeser paradigma konvensional sehingga kurikulum dapat lebih ramah dan
kontemporer terhadap isu-isu di masa mendatang.

6. Istilah hidden curriculum menunjuk kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh di
dalam berlangsungnya pengajaran dan pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau
mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dengan
kata lain, konsep hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil persekolah yang
tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan
sekolah, namun merupakan bagian yang tidak teratur dan efektif mengenai
pengalaman sekolah. Hidden (ketersembunyian) merupakan aspek alamiah dalam hal
yang berhubungan dengan pengalaman sekolah? pertanyaan ini perlu dimengerti dan
dipahami oleh setiap pihak yang berkepentingan dengan pendidikan dan kurikulum.
Namun pertama-tama seyogyanya kita mengerti apa arti hidden curriculum.
Kurikulum tersembunyi (the hidden curriculum) adalah kurikulum yang tidak
direncanakan. Hilda Taba mengatakan “curriculum is a plan for learning”, yakni
aktivitas dan pengalaman anak di sekolah harus direncanakan agar menjadi
kurikulum. Ada juga yang berpendapat bahwa kurikulum sebenarnya mencakup
pengalaman yang direncanakan dan juga yang tidak direncanakan, yang disebut
kurikulum tersembunyi. Anak didik mempunyai aturan tersendiri sebagai reaksi
terhadap kurikulum formal seperti tentang mencontek, membuat pekerjaan rumah,
menjadi juara kelas, sikap terhadap guru, mencari strategi belajar yang efektif, dan
banyak lagi hal lainnya.
Hidden kurikulum banyak berbicara tentang niliai-nilai, norma-norma, kaidah, tata
krama, sikap, budaya, kepercayaan, dan aturan-aturan berlaku di tengah masyarakat
dan dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Kurikulum formal sebagaimana PP
Nomor 19 Tahun 2015 yang terdiri dari Standar Isi meliputi ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kompetensi tamatan, penerapannya harus
didukung oleh hidden kurikulum, keduanya saling terkait dan tidak terpisahkan untuk
mencapai tujuan.

Keberadaan hidden kurikulum melengkapi dan menyempurnakan kurikulum formal


serta berfungsi untuk memberikan pengalaman yang mendalam, memberikan
kecakapan dan keterampilan dalam kehidupan, menciptakan masyarakat demokratis,
menanamkan nilai sosial, dan meningkatkan motivasi peserta didik . Sebagai contoh
dalam membentuk nilai-nilai empati dalam mata pelajaran PKn, dengan tujuan
pembelajaran peserta didik dapat melakukan tolong menolong, menghormati,
menyayangi, memberi bantuan, dan sebagainya. Maka hidden kurikulum akan mampu
membangun nilai-nilai tersebut, dengan cara guru membawa peserta didik melihat
suatu kejadian musibah, di mana pada waktu bersamaan guru memberi pesan-pesan
moral kepada peserta didik baik di luar atau di tempat kajadian, pesan terasebut akan
mengalir sesaat anak menyaksikan sendiri bahwa kejadian itu menyedihkan dan
memilukan. Secara otomatis nilai-nilai empati tercipta/terkonstruksi pada diri peserta
didik. Penyerapan materi oleh peserta didik sangat dipengaruhi peran hidden
kurikulum karena guru dapat dengan mudah menterjemahkan pesan-pesan sosial dan
moral melalui sikap tanpa disadari. Hidden kurikulum tidak menekankan pada konten
akan tetapi pada meaning-full (Smith, 1991: 258).

Anda mungkin juga menyukai