Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................2
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................3
1.3 TUJUAN........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN MENELAAH BUTIR SOAL..........................................................................4
2.2 MANFAAT SOAL YANG DITELAAH...............................................................................4
2.3 ANALISIS BUTIR SOAL SECARA KUALITATIF..............................................................6
A. Pengertian....................................................................................................................6
B. Teknik Analisis Secara Kualitatif................................................................................7
C. Prosedur Analisis Secara Kualitatif.............................................................................7
2.4 ANALISIS BUTIR SOAL SECARA KUANTITATIF............................................................13
A. Pengertian..................................................................................................................13
B. Teknik Analisis Butir Soal........................................................................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................27
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................27
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................................28

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan
guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses
pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat
keputusan tentang setiap penilaian. Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah
setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu,
tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau
membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa
apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan. Soal yang bermutu
adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya di
antaranya dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi
yang diajarkan guru.

Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secara
kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-
ciri statistiknya atau prosedur peningkatan secara judgment dan prosedur peningkatan secara
empirik. Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan
analisis kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang
termasuk validitas soal dan reliabilitasnya.

Jadi, ada dua cara yang dapat digunakan dalam penelaahan butir soal yaitu penelaahan
soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini masing-masing memiliki keunggulan
dan kelemahan. Oleh karena itu teknik terbaik adalah menggunakan keduanya
(penggabungan).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari menelaah butir soal?


2. Apa manfaat dari menelaah butir soal?
3. Bagaimana cara mengolah butir soal secara kualitatif?
4. Bagaimana cara mengolah butir soal secara kuantitatif?

2
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari menelaah butir soal?


2. Untuk mengetahui manfaat dari menelaah butir soal?
3. Untuk mengetehaui pengolahan butir soal secara kualitatif?
4. Untuk mengetahui pengolahaan butir soal secara kuantitatif?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian menelaah butir soal

Seperti yang telah disebutkan di atas, menelaah butir soal adalah suatu kegiatan yang harus
dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan
proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk
membuat keputusan tentang setiap penilaian. Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan
menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan.

2.2 Manfaat Soal yang ditelaah

Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes yang dibuat guru adalah untuk
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran. Berdasarkan
tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah:
1) Dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan,
2) Sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru
untuk siswa di kelas.
3) Mendukung penulisan butir soal yang efektif.
4) Secara materi dapat memperbaiki tes di kelas.
5) Meningkatkan validitas soal dan reliabilitas.
6) Menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan.
7) Memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa.
Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa analisis butir soal adalah: (1) untuk
menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya; (2) untuk
meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya
pembeda, dan pengecoh soal, serta meningkatkan pembelajaran melalui ambiguitas soal dan
keterampilan tertentu yang menyebabkan peserta didik sulit. Di samping itu, butir soal yang
telah dianalisis dapat memberikan informasi kepada peserta didik dan guru seperti contoh
berikut ini.

4
SKOR
NAMA NOMOR SOAL* KETERANGAN
TOTAL#
SISWA
5 10 2 6 9 2 7 3 8 4
A 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 7 Normal
B 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 6 Normal
C 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 5 Mengantuk
D 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 4 Menebak
E 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 Lamban, berat
Jumlah 4 3 4 3 2 2 2 1 2 2

Keterangan :
1 = soal yang dijawab benar
0 = soal yang dijawab salah
* Soal disusun dari soal yang paling mudah sampai dengan soal yang paling sukar
# Disusun dari skor yang paling tinggi sampai dengan skor paling rendah
Dari data di atas seperti soal nomor 3, 8, dan 4 (hanya dapat dijawab benar oleh 1, 2,
dan 2 peserta didik) dapat memberikan informasi kepada guru atau pengawas tentang materi
soal itu yang telah diajarkan kepada peserta didik.
Mereka dapat memperbaiki diri berdasarkan informasi/data di atas. Informasi itu
misalnya berupa 10 pertanyaan introspeksi diri atau penilaian diri seperti berikut ini.

5
PENILAIAN DIRI

N ASPEK YANG DITANYAKAN YA TIDAK


O
1. Apakah guru membuat persiapan mengajar khususnya
materi yang bersangkutan?
2. Apakah guru menguasai materi yang bersangkutan?
3. Apakah guru telah mengajarkan secara maksimal materi yang sesuai
dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik?
4. Apakah perilaku yang diukur pada materi yang ditanyakan dalam
soal itu sudah tepat (harus dikuasai siswa)?

5. Apakah materi yang ditanyakan merupakan materi urgensi,


kontinyuitas, relevansi, dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-
hari tinggi?
6. Apakah guru memiliki kreativitas dalam memelajarkan materi
yang bersangkutan?
7. Apakah guru mampu membangkitkan minat dan kegiatan belajar
peserta didik khususnya dalam membelajarkan materi yang
bersangkutan?
8. Apakah guru telah menyusun kisi-kisi dengan tepat sebelum
menulis soal?
9. Apakah guru menulis soal berdasarkan indikator dalam kisi-kisi
dan kaidah penulisan soal serta menyusun pedoman penskoran atau
pedoman pengamatannya?
10. Apakah soal nomor 3, 8, dan 4 valid yaitu memiliki daya beda
tinggi, tidak salah kunci jawaban, pengecohnya berfungsi, atau
memang materinya belum diajarkan?
Keterangan: Secara jujur berilah tanda (V) pada kolom Ya dan Tidak.

2.3 Analisis Butir Soal Secara Kualitatif

A. Pengertian

Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah
penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum
soal digunakan/diujikan. Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini
adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci
jawaban/pedoman penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah
perlu mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang
digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.

6
B. Teknik Analisis Secara Kualitatif

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara
kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator
merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah.
Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa
ahli seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun/pengembang kurikulum,
ahli penilaian, ahli bahasa, berlatar belakang psikologi. Teknik ini sangat baik karena setiap
butir soal dilihat secara bersama-sama berdasarkan kaidah penulisannya. Di samping itu, para
penelaah dipersilakan mengomentari/ memperbaiki berdasarkan ilmu yang dimilikinya.
Setiap komentar/masukan dari peserta diskusi dicatat oleh notulis. Setiap butir soal dapat
dituntaskan secara bersama-sama, perbaikannya seperti apa. Namun, kelemahan teknik ini
adalah memerlukan waktu lama untuk rnendiskusikan setiap satu butir soal. Teknik panel
merupakan suatu teknik menelaah butir soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan
kaidah penulisan butir soal, yaitu ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya,
kebenaran kunci jawaban/pedoman penskorannya yang dilakukan oleh beberapa penelaah.
Caranya adalah beberapa penelaah diberikan: butir-butir soal yang akan ditelaah, format
penelaahan, dan pedoman penilaian/ penelaahannya. Pada tahap awal para penelaah diberikan
pengarahan, kemudian tahap berikutnya para penelaah berkerja sendiri-sendiri di tempat yang
tidak sama. Para penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan
memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya
adalah: baik, diperbaiki, atau diganti.
Secara ideal penelaah butir soal di samping memiliki latar belakang materi yang
diujikan, beberapa penelaah yang diminta untuk menelaah butir soal memiliki keterampilan,
seperti guru yang mengajarkan materi itu, ahli materi, ahli pengembang kurikulum, ahli
penilaian, psikolog, ahli bahasa, ahli kebijakan pendidikan, atau lainnya.
C. Prosedur Analisis Secara Kualitatif

Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif, penggunaan format penelaahan soal
akan sangat membantu dan mempermudah prosedur pelaksanaannya. Format penelaahan soal
digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan soal yang
dimaksud adalah format penelaahan butir soal: uraian, pilihan ganda, tes perbuatan dan
instrumen non-tes. Agar penelaah dapat dengan mudah menggunakan format penelaahan
soal, maka para penelaah perlu memperhatikan petunjuk pengisian formatnya. Petunjuknya
adalah seperti berikut ini.

7
1. Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!
2. Berilah tanda cek (V) pada kolom "Ya" bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan
kriteria!
3. Berilah tanda cek (V) pada kolom "Tidak" bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan
kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.
a. Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian

FORMAT PENELAAHAN BUTIR SOAL BENTUK URAIAN


Mata Pelajaran : .................................
Kelas/semester : .................................
Penelaah : .................................

8
Nomor Soal
NO Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 …
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes
tertulis untuk bentuk Uraian)
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan
sudah sesuai.
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan
kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas,
keterpakaian sehari-hari tinggi)
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang
jenis sekolah atau tingkat kelas
B. Konstruksi
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban uraian
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal
7. Ada pedoman penskorannya
8. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya
disajikan dengan jelas dan terbaca
C. Bahasa/Budaya
9. Rumusan kalimat soal komunikatif.
10. Butir soal menggunakan bahasa indonesia yang
baku.
11. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang akan
menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian.
12. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu

Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

9
b. Format Penelaahan Soal Bentuk Pilihan Ganda

FORMAT PENELAAHAN SOAL BENTUK PILIHAN GANDA


Mata Pelajaran : .................................
Kelas/semester : .................................
Penelaah : .................................

Nomor Soal
NO
Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 …
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menurut tes tertulis untuk
bentuk pilihan ganda.
2. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi,
relevansi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi.
3. Pilihan jawaban homogen dan logis.
4. Hanya ada satu kunci jawaban.
B. Konstruksi
5. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
6. pernyataan yang diperlukan saja.
7. Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban.
8. Pokok soal bebas dan pernyataan yang bersifat negatif ganda.
9. Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
10. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan
berfungsi.
11. Panjang pilihan jawaban relatif sama.
12. Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua
jawaban di atas salah/benar” dan sejenisnya.
13. Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya.
14 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

10
Nomor Soal
NO
Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 …
C. Bahasa/Budaya
15. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
indonesia.
16. Menggunakan bahasa yang komunikatif.
17. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
18. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang
sama, kecuali merupakan satu kesatuan.

Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!
c. Format penelaahan tes perbuatan

11
Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!
d. Format penelaahan untuk instrumen non-tes
FORMAT PENELAAHAN SOAL UNTUK INSTRUMEN NON-TES
Mata Pelajaran : .................................
Kelas/semester : .................................
Penelaah : .................................
Nomor Soal
NO
Aspek yang ditelaah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 …
A. Materi
1. Pernyataan/soal sudah sesuai dengan rumusan indikator dalam
kisi-kisi.
2. Aspek yang diukur pada setiap pertanyaan sudah sesuai
dengan tuntutan dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap :aspek
kognisi, afeksi, atau konasinya dan pernyataan positif dan
negatifnya.
B. Konstruksi
3. Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebih dari 20
kata) dan jelas.
4. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek
yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan
yang diperlukan saja.
5. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa
lalu.
6. Kalimatnya bebas dari pernyataan faktual atau dapat
diinterpretasikan lebih dan kalimatnya bebas dari pernyataan
yang mungkin disetujui atau dikosongkan oleh hampir semua
responden.
7. Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.
Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat tidak pasti
seperti semua, selalu,kadang-kadang, tidak satupun, tidak
pernah.
8. Jangan banyak menggunakan kata hanya, dan sekedar.

12
Nomor Soal
NO
Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 …
C. Bahasa/Budaya
9. Soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan
responden.
10. Soal harus menggunakan bahasa indonesia yang baku.
11. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

2.4 Analisis butir soal secara kuantitatif

A. Pengertian

Penelaahan soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal didasarkan
pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari soal
yang telah diujikan.
B. Teknik Analisis Butir Soal

Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik
dan modern.
1. Klasik
Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi
dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan
menggunakan teori tes klasik.
Kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, dapat dilaksanakan sehari-
hari dengan cepat menggunakan komputer, murah, sederhana, familier dan dapat
menggunakan data dari beberapa peserta didik atau sampel kecil.
Adapun proses analisisnya sudah banyak dilaksanakan para guru di sekolah seperti
beberapa contoh di bawah ini.
1) Langkah pertama yang dilakukan adalah menabulasi jawaban yang telah dibuat pada
setiap butir soal yang meliputi berapa peserta didik yang: (1) menjawab benar pada
setiap soal, (2) menjawab salah (option pengecoh), (3) tidak menjawab soal.
Berdasarkan tabulasi ini, dapat diketahui tingkat kesukaran setiap butir soal, daya
pembeda soal, alternatif jawaban yang dipilih peserta didik.
2) Misalnya analisis untuk 32 siswa, maka langkah (1) urutkan skor siswa dari yang
tertinggi sampai yang terendah. (2) Pilih 10 lembar jawaban pada kelompok atas dan

13
10 lembar jawaban pada kelompok bawah. (3) Ambil kelompok tengah (12 lembar
jawaban) dan tidak disertakan dalam analisis. (4) Untuk masing-masing soal, susun
jumlah siswa kelompok atas dan bawah pada setiap pilihan jawaban. (5) Hitung
tingkat kesukaran pada setiap butir soal. (6) Hitung daya pembeda soal. (7) Analisis
efektivitas pengecoh pada setiap soal (Linn dan Gronlund, 1995: 318-319).
Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir
soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan
jawaban (untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban.
a. Tingkat Kesukaran (TK)
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran
suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka dapat dikatakan
bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah.

Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk
keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk
keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan
untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran
rendah/mudah.

1. Menghitung tingkat kesukan soal bentuk objektif

Untuk menghitung kesukaran soal bentuk objektif dapat di gunakan dengan 2 cara, yaitu:

Cara pertama, menggunaka rumus tingkat kesukaran (TK) :

(WL +WH )
TK= X 100 %
( nL+nH )

Keterangan :

WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah

WH = Jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas

nL = Jumlah kelompok bawah

nH = Jumlah kelompok atas

14
Sebelum menggunakan rumus di atas maka harus menempuh terlebih dahulu langkah-
langkah sebagai berikut :

a. Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai dengan
terendah.
b. Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut kelompok
atas, dan 27% lembar jawaban yang disebut kelompok bawah, sisa sebanyak 46%
disisihkan.
c. Membuat tabel untuk mengetahui jawaban dari setiap peserta didik, baik dari
kelompok atas maupun dari kelompok bawah. Jika jawaban peserta didik benar
maka diberi tanda plus (+), sebaliknya jika jawaban pesrta didik salah diberi
tanda minus (-).
Contoh:

15 orang peserta didik SMK melakukan ujian akhir semester dalam mata pelajaran listrik
bodi. Berdasarkan hasil ujian tersebut kemudian disusun lembar jawaban peserta didik dari
yang mendapat skor tertinggi sampai terendah. Selanjutnya, diambil 27% dari skor tertinggi,
yaitu 27% x15 orang = 4,05 dibulatkan menjadi 4 orang dan 27% dari skor terendah, yaitu
27%x15orang = 4,05 dibulatkan menjadi 4 orang. Setelah diketahui jumlah sampel kelompok
atas dan kelompok bawah, kemudian membuat tabel untuk mengetahui jawaban(benar atau
salah) dari setap peserta didik dalam kelompok tersebut.

KELOMPOK ATAS
Pesrta didik
1 2 3 4
No.soal
1 + + + -
2 + + + +
3 + - + +
4 + + - -

15
KELOMPOK BAWAH
Pesrta didik
1 2 3 4
No.soal
1 + - + -
2 + - - -
3 + - + -
4 - - + -

a. Untuk soal nomer 1 pada kelompok bawah yang salah 1 orang, dan pada
kelompok atas yang salah 0 orang
b. Untuk soal nomer 2 pada kelompok bawah yang salah 4 orang, dan pada
kelompok atas yang salah 1 orang
c. Untuk soal nomer 3 pada kelompok bawah yang salah 1 orang, dan pada
kelompok atas yang salah 1 orang
d. Untuk soal nomer 4 pada kelompok bawah yang salah 4 orang, dan pada
kelompok atas yang salah 2 orang

Berdasrkan data diatas dapat dibuat tabel seprti berikut:

No. Soal WL WH WL+WH WL-WH


1 1 0 1 1
2 4 1 5 3
3 1 1 2 0
4 4 2 6 2

Jadi, tingkat kesukaran setiap soal adalah sebagai berikut:


1. Untuk soal nomer 1:

1
TK= X 100 %=12,5%
8
2. Untuk soal nomer 2:

5
TK= X 100 %=62,5 %
8
3. Untuk soal nomer 3:

2
TK= X 100 %=25 %
8

16
4. Untuk soal nomer 4:

6
TK= X 100 %=75 %
8

Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal adalah:

a. Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah


b. Jika jumlah persentase 28% - 72% termasuk sedang
c. Jika jumlah persentase 73% keatas maka termasuk sukar
2. Menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian

Cara menghitung tingkat kesukaran bentuk uraian adalah menghitung berapa persen
peserta didik yang gagal yang menjawab benar atau ada dibawah batas lulus (passing grade)
untuk tiap-tiap soal. Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria
sbagai berikut:

a. Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah.
b. Jka jumlah peserta didik yang gagal antara 28%sampai dengan 72%, termasuk
sedang.
c. Jika jumlah peserta didik yang gagal 72% keatas, termasuk sukar.
Contoh:

33 orang peserta didik di tes dengan 5 soal bentuk uraian. Skor maksimum ditentukan
10 dan skor minimum 0. Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai 0 -5 =10 orang (berarti
gagal), nilai 6= 12 orang dan nilai 7-10 = 11 orang.

10
Jadi, tingkat kesukaran (TK ¿= X 100 %=30,3 %
33

Tingkat kesukaran 30,3% berada diantara 28% dan 72%, berarti soal tersebut termasuk
sedang. Catatan: batas lulus ideal = 6 (skala 0 – 10)

b. Daya Pembeda (Discriminating Power)

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu
membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan pesert didik yang
belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi
koefisiien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan
antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan pserta didik yang kurang menguasai

17
kompetensi. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus
sebagai berikut:

(WL−WH )
DP=
n
Keterangan:
DP = daya pembeda
WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas
n = 27% x N
N = jumlah peserta didik

Contoh:
Jumlah peserta didik (N) = 40
Jumlah sampel (n) = 27% x 40 = 10,8 = 11 (dibulatkan)
WL = 10
WH = 2
10−2
Jadi, daya pembedanya DP= =0.73
11

Untuk menginteprestasikan koefisien daya pembeda tersbut dapat digunakan kriteria


yang dikembangkan oleh Ebel sebagai berikut:

Index of discimination Item evaluation


0,40 and up : very good items
0,30 – 0,39 : reasonably good, but possibly subject to
improvement
0,20 – 0,29 : marginal items, ussualy needing and
being subject to improvement
Below – 0,19 : poor items, to be rejected or improved
by revision

Berdasarkan kriteria diatas, nilai DP = 0,73 termasuk soal yang sangat baik. Ini berarti
bahwa soal tersebut dapat membedakan antara peserta didik yang sudah menguasai
kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi.

Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini. 1) Untuk meningkatkan
mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap
butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak. 2) Untuk

18
mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan kemampuan
siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru.
Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir
soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti berikut ini.
• Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
• Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
• Kompetensi yang diukur tidak jelas
• Pengecoh tidak berfungsi
• Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak
• Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada
yang salah informasi dalam butir soalnya

Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk
proporsi.Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang
bersangkutan membedakan warga belajar/siswa yang telah memahami materi dengan warga
belajar/peserta didik yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara
-1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin
kuat/baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak kelompok bawah
(warga belajar/peserta didik yang tidak memahami materi) menjawab benar soal dibanding
dengan kelompok atas (warga belajar/peserta didik yang memahami materi yang diajarkan
guru).
1) Mengihitung signifikansi Data Pembeda Soal Bentuk Objektif
untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat dipergunukan rumus
korelasi point biserial (r pbis) dan korelasi biserial (r bis).

2) Mengihitung signifikansi Data Pembeda Soal Bentuk Objektif

19
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan
rumus berikut ini.

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan tingkat


kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah memahami
materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang
diujikan.Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini.
0,40 - 1,00 soal diterima baik
0,30 - 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 - 0,29 soal diperbaiki
0,19 - 0,00 soal tidak dipakai/dibuang.
Contoh menghitung korelasi point biserial (rpbis).

DAFTAR SKOR SISWA SOAL NOMOR 5

20
c. Analisis Pengecoh
pada soal bentuk pilihan ganda ada alternatif jawaban (opsi) yang merupakan
pengecoh. Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta
didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang, pengecohnya akan
dipilih secara tidak merata.
Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik yang akan memilih pengecoh itu sama
atau mendekati jumlah ideal. Indeks pengecoh dihitung dengan rumus:
P
IP= x 100 %
(N−B)/(n−1)
Keterangan:
IP = indeks pengecoh
P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta yang menjawab benar pada setiap soal
N = jumlah alternatif jawaban (opsi)
1 = bilangan tetap

21
Catatan : Jika semua peserta didik menjawab benar pada butir soal tertentu (sesuai kunci
jawaban) maka IP = 0, yang berarti soal tersebut jelek. Dengan demikian, pengecoh tidak
berfungsi.

Contoh:

50 orang peserta didik di tes dengan 10 soal bentuk pilihan ganda. Tiap soal memiliki
5 alternatif jawaban (a, b, c, d, dan e). Kunci jawaban (jawaban yang benar) soal nomer 8
adalah c. Setelah soal nomer 8 diperiksa untuk semua peserta didik, ternyata dari 50 peserta
didik, 20 peserta didik menjawab benar dan 30 peserta didik menjawab salah. Idealnya,
pengecoh dipilih secara merata, artinya semua pengecoh secara merata ikut menyesatkan
peserta didik.perhatikan contoh soal nomer 8 berikut ini:

Alternatif jawaban a b c d e
Distrbusi jawaban peserta didik 7 8 20 7 8
IP 93% 107% ** 93% 107%
Kualitas pengecoh ++ ++ ** ++ ++

Keteranangan:
** = kunci jawaban
++ = sangat baik
+ = baik
_ = jelek
- = kurang baik
_ _ = sangat jelek

Pada contoh di atas, IP butir a, b, c, d dan e adalah 93%, 107%, 93%, dan 107%.
Semuanya dekat dengan angka 100%, sehingga digolongkan sangat baik, sebab semua
pengeoh itu berfungsi. Jika pilihan jawaban peserta didik menumpuk pada satu alternatif
jawaban, misalkan :

Alternatif jawaban a b c d e
Distrbusi jawaban peserta didik 20 2 20 7 0
IP 267% 27% ** 107% 0%
Kualitas pengecoh _ - ** ++ _

22
Dengan demikian, dapat di tafsirkan bahwa pengecoh (d) yang terbaik, pengecoh (e)
dan (b) tidak berfungsi, pengecoh (a) menyesatkan, maka pengecoh (a) dan (e) perlu diganti
karena termasuk jelek, dan pengecoh (b)perlu direvisi karena kuran baik. Adapun kualitas
pengecoh berdasar index pengecoh adalah :
Sangat baik IP = 76% - 125%
Baik IP = 51% - 75% / 126% - 150%
Kurang baik IP = 26% - 50% / 151% - 175%
Jelek IP = 0% - 25% / 176% - 200%
Sangat jelek IP = lebih dari 200%
d. Analisis Homoginitas Soal

Homogin tidaknya butir soal diketahui dengan menghitung koefisien korelasi antara
skor tiap butir soal dengan skor total. Perhitungan dilakukan sebanyak butir soal dalam tes
bersangkutan. Jika jumlah soal ada100, maka perhitungan koefisien korelasi sebanyak 100
kali. Skor setiap butir soal adalah 1 atau 0, sedang skor total setiap peserta didik akan
bervariasi. Salah satu tektik korelasi yang dapat digunakan adalah korelasi product-moment
atau korelasi point biserial. Butir soal dikatakan homogin, apabila koefisien korelasinya sama
atau diatas batas signifikansi (harga kritik korelasi). Sebaliknya, butir soal dikatakan tidak
homogin, jika koefisien korelasinya negatif atau lebih kecildari batas signifikansi. Butir soal
yang tidak homogin kemungkinan besar mengukur aspek lain di luar materi/bahan yang
diajarkan, karena tidak sesuai denan kompetensi yang telah ditetapkan. Butir soal yang
demikian sebaiknya direvisi atau dibuang.

e. Efektifitas fungsi opsi


Setelah tingkat kesukaran soal, daya pembeda, homegenitas, dan analisis
pengecohdihitung, selanjutnya anda perlu mengetahui pula apakah suatu opsi (alternative
jawaban dari setiap soal berfungsi secara efektif atau tidak. Untuk itu, anda dapat
menggunakan langka- langkah sebagai berikut:
a. Menentukan jumlah peserta didik (N)
b. Menentukan jumlah sampel (n) baik dari kelompok atas maupun dari kelompok
bawah, yaitu 27% x N.
c. Membuat table pengujian efektifitas opsi sebagai berikut:

23
Opsi A B C D E

Kelompok

Atas
Bawah

d. Menghitung jumlah alternative jawaban yang dipilih peserta didik, baik untuk
kelompok atas maupun kelompok bawah.
e. Menentukan efektifitas fungsi opsi dengan criteria:
1) Untuk opsi kunci:
a) Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah berada diantara 25% - 75%
∑ PKA + ∑ PKB
Rumusnya adalah:
n1+n 2
Keterangan:
∑ PKA = jumlah pemilih kelompok atas
∑ PKB = jumlah pemilih kelompok bawah
n1 = jumlah sampel kelompok atas (27%)
n2 = jumlah sampel kelompokbawah (27%)
b) Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih besar dari jumlah pemilih kelompok bawah
2) Untuk opsi pengecoh:
a) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah tidak kurang dari :
1
25 % × ×( Ka+ Kb)
2(∑ d)
Keterangan:
d = jumlah opsi pengecoh
Ka = kelompok atas
Kb= kelompok bawah
b) Jumlah pemilih kelompok bawah harus lebih besar daripada jumlah pemilih kelompok
atas

Contoh:

Diketahui:

Jumlah peserta didik (N) = 40 orang

n (27% x 40) = 10,8 = 11 (dibulatkan)

24
bentuk soal = pilihan ganda

jumlah opsi = (a), (b), (c), (d), dan (e)

kunci jawaban (opsi kunci soal) nomer 1 (misalnya) adalah (c) dan opsi
pengecohnya (a), (b), (d), dan (e).

distribusi pilihan peserta didik terhadap opsi untuk kelompok atas adalah:

opsi (a) = 0; opsi (b) = 1; opsi (c) = 7; opsi (d) = 3; opsi (e) = 0

distribusi pilihan peserta didik terhadap opsi untuk kelompok bawah adalah:

opsi (a) = 2; opsi (b) = 6; opsi (c) = 2; opsi (d) = 1; opsi (e) = 0

dengan demikian, kita dapat membuat table distribusi seperti berikut:

Opsi A B C D E

Kelompok

Atas 0 1 7 3 0
Bawah 2 6 2 1 0
Berdasarkan table diatas, anda dapat menentukan efektif tidaknya fungsi opsi sebagai
berikut:

a. Untuk fungsi (c) sebagai opsi kunci berfungsi efektif, karena jumlah pemilih

7+2
kelompok atas dan bawah adalah ×100 %=40,91 % ,angka ini berada diantara
22
25% - 75%. Disamping itu jumlah pemilih kelompok atas (7orang) lebih banyak
daripada jumlah pemilih kelompok bawah (2orang).
b. Untuk opsi (a) sebagai opsi pengecoh berfungsi efektif karena jumlah pemilih
kelompok atas dan kelompok bawah 2 orang. Jumlah ini diatas minimal dari

1
25 % × ×(11+ 11) = 0,69. Disamping itu jumlah pemilih kelompok bawah (2
2×4
orang) lebih dari jumlah pemilih kelompok atas( tidak ada)
c. Untuk opsi (b) sebagai opsi pengecoh berfungsi efektif karena jumlah pemilih
kelompok atas dan kelompok bawah adalah 7 orang. Jumlah ini diatas minimal dari

1
25 % × ×(11+ 11) = 0.69. disamping itu jumlah pemilih dari kelompok bawah (6
2×4
orang) lebih banyak dari jumlah pemilih kelompok atas (1 orang).

25
d. Untuk opsi (d) sebagai opsi pengemilih kecoh tidak berfungsi secara efektif karena
jumlah pemilih kelompok atas ( 3orang) lebih besar daripada jumlah pemilih
kelompok bawah (1orang).

Untuk opsi (e) sebagai opsi pengecoh tidak berfungsi secara efektif karena jumlah pemilih
kelompok atas dan bawah kurang dari 0,69.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ada beberapa kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah disebutkan di atas, antara lain :
1. Menelaah butir soal merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh guru untuk
meningkatkan mutu soal yang telah ditulis.
2. Manfaat butir soal yang telah dianalisis dapat memberikan informasi kepada peserta didik dan
guru.
3. Kegiatan menganalisis butir soal dapat dilakukan dengan dua cara, pertama menganalisis butir
soal secara kualitatif meliputi penelaahan butir soal dari segi materi yang akan diujikan,
konstruksi materi, dan bahasa yang digunakan. Kedua menganalisis butir soal secara kuantitatif
penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan.
Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan.

27
DAFTAR RUJUKAN

 Arifin Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


 Purwanto ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
 Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
 Supriyanto. 2009. Program Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif dengan
Memanfaatkan Exel 2007. (Online), http://www.priyanto85.web.id/?p=281, diakses
24 Februari 2015.
 Fathurrohman, M. 2012. Analisis Butir Soal. (Online),
https://muhfathurrohman.wordpress.com/tag/tujuan-analisis-butir-soal/, diakses 26
Februari 2015

28

Anda mungkin juga menyukai