Anda di halaman 1dari 8

Mengupas esai Denny JA dengan judul :

NKRI BERSYARIAH ATAU RUANG


PUBLIK YANG MANUSIAWI
(Diajukan untuk mengikuti lomba Menulis Kebangsaan yang diadakan PWI, kategori : UMUM)

Disusun oleh :
Zhatira Zahra Devi

Masyarakat Kota Kendari


Sulawesi Tenggara
2019
Mengupas esai Denny JA dengan judul :

NKRI BERSYARIAH ATAU RUANG PUBLIK


YANG MANUSIAWI?

Oleh : Zhatira Zahra Devi

(Sumber : twitter.com)

Indonesia sudah mempunyai Menteri Agama, MA, dan


Peradilan Agama yang bertugas menangani permasalahan
keagamaan. Kenapa masih ada yang menyuarakan NKRI
Bersyariah?
Indonesia sudah mempunyai pondasi atau ideologi
yang sangat baik yaitu PANCASILA. Kenapa masih
dipermasalahkan?
Menurut data statistik dari UNESCO, dari total 61
negara, Indonesia berada diperingkat 60 dengan tingkat
literasi rendah. Maka tidak heran jika banyak yang menyebut
pejuang NKRI Bersyariah sebagai Penista Pancasila.
Indonesia mempunyai MPR, DPR, DPD, MA, MUI dan
petinggi lainnya. Yang pastinya mereka berpotensi dalam
bidangnya masing-masing, karenanya mereka dipercaya
oleh rakyat untuk membangun Negeri ini. Tapi dari sekian
banyak permasalahan, mulai dari ekonomi, pendidikan,
politik, sampai moral pun sedang menjadi permasalahan
yang serius. Kenapa masalah pondasi negara yang harus
ramai di publik? Apakah para petinggi sudah tidak
mempunyai rasa persatuan di antara mereka, sampai
permasalahan pondasi negara tidak bisa diselesaikan hanya
dalam ruang internal?

(Sumber : islami.co)

Isu NKRI Bersyariah sangat ramai dibahas oleh berbagai


media sosial dan sampai saat ini belum menemukan titik
damainya. Apalagi setelah pernyataan pendiri organisasi FPI
Habib Rizieq pada reuni 212 (2/12/2017). Habib Rizieq adalah
salah satu petinggi agama, apakah tidak ada cara yang lebih
bijak untuk beraspirasi?
Salah seorang konsultan politik bernama Denny JA
membahas masalah ini pada laman facebooknya. Tulisannya
dimulai dengan pertanyaan, Bagaimana sikap kita atas NKRI
Bersyariah yang berulang ulang diperjuangkan oleh Habib
Rizieq? Ketika ia mendukung capres Prabowo, tahun 2018,
sekali lagi Habib Rizieq menyatakan perlunya NKRI
Bersyariah.
2018 adalah tahun politik, di mana para paslon sangat
sensitif dengan elektabilitas, maka tidak heran jika aspirasi
yang sangat baik diduga sebagai strategi politik untuk
menaikkan elektabilitas. Entah siapa yang kurang bijak
dalam situasi ini, Paslonkah atau yang beraspirasi?
Denny menyatakan untuk bisa direspon secara rinci,
Habib Rizieq perlu mendetailkan proposalnya pada dua tahap,
yaitu : Pertama, menjabarkan NKRI Bersyariah dalam index
yang terukur. Sehingga konsep tersebut tak hanya menjadi list
harapan. Kedua, pengujian indeks dengan melihat dunia
berdasarkan data. Dari semua negara yang ada di dunia, negara
mana yang bisa dijadikan referensi.
Definisi syariah adalah hukum yang berlandaskan Al
Quran dan Hadist. Muslim sendiri masih banyak yang tidak
memahami Ajaran Islam secara rinci, apalagi non Muslim.
Terlebih lagi pada saat ini sudah banyak yang mengaku Islam
tapi ajarannya menyimpang dari yang seharusnya. Contoh:
ISIS, Syiah, Islam Nusantara, dll. Maka tidak heran jika Denny
meminta Habib Rizieq untuk mendetailkan seruannya itu.
Karena jika orang tersebut sudah paham ajaran Islam dengan
baik, maka dia akan menyatakan Al Quran dan Hadist sudah
menjadi indeks yang terukur. Jadi tidak perlu adanya lagi
pengujian atas NKRI Bersyariah.
Tahap kedua yaitu menguji indeks dengan melihat dunia
berdasarkan data juga kurang efektif. Karena prinsip syariah
ialah kembali pada hukum yang telah ditetapkan Allah SWT
sang pencipta bumi ini. Maka jika kita bisa mendapatkan
referensi langsung dari sang pencipta kenapa harus bersusah
payah mengumpulkan referensi dari berbagai negara?
Sebuah lembaga riset bernama yayasan Islamicity index
telah melakukan penelitian mengenai seberapa Islami suatu
negara. Dengan adanya lembaga ini bisa kita simpulkan
bahwasanya Al Quran adalah pedoman terbaik.
Lembaga ini merumuskan nilai Al Quran hanya pada sisi
hubungan sosial. Sementara hubungan individu pada
Tuhannya, seperti prinsip Tauhid dan akidah tidak diukur. Hal
ini dilakukan agar nilai sosial Islami dapat pula diukur pada
masyarakat yang tidak secara resmi memeluk Islam.

(Sumber : islamicity-index.org)

Sangat disayangkan dari 208 negara yang diuji


Islamicitynya, top10 ditempati oleh Negara Barat. Indonesia
sendiri berada diperingkat 74. Banyak yang meragukan syariat
Islam karena hasil survei yang menohok ini. Tapi jika ada yang
mempermasalahkan suatu negara dengan mayoritas Islam tidak
memperaktekan ajaran Islam, maka jangan salahkan ajaran
Islamnya tapi personalnya. Karena peraktek adalah masalah
personality dan Al Quran sudah pasti benar.
Banyak yang salah mengartikan NKRI bersyariah,
sebelumnya sudah dijelaskan arti Syariah, karena syariah
berlandaskan Al Quran dan Hadist, maka cukup diperuntukkan
bagi muslim.

(Sumber : instagram.com)

Adanya syariah bukan mengkhususkan islam melainkan


untuk mempermudah umat muslim menjalankan syariatnya.
Karena banyak muslim di Indonesia hanya menjadikan islam
sebagai status agama bukan pedoman hidup. Padahal saling
mengingatkan untuk menjalankan syariat adalah sebuah
kewajiban sesama muslim.
Saat ini Indonesia sudah mempunyai hukum Islam
mengenai pernikahan, wasiat, ekonomi, dsb. Tapi dilain semua
itu, masih banyak peraturan yang harus ditegakkan, contoh
dasarnya pemakaian hijab untuk wanita. Jika ada yang
berpendapat hukum syariah hanya akan berpotensi
menimbulkan diskriminasi, maka dia perlu memahami lagi isi
Al Quran, Hadist, dan tujuan menganut agama Islam.
Indonesia adalah BHINEKA TUNGGAL IKA. Walau
kita berbeda agama kita tetap satu bangsa. Adanya syariah
untuk membantu saudara muslim kita, jika ada agama lain yang
keberatan maka suarakanlah, musyawarakanlah dengan baik.
Agar tidak ada lagi kesalahpahaman.
Mewujudkan ruang publik yang manusiawi dimulai
dengan membangun etika dan moral individu. Syariah adalah
hukum yang telah ditetapkan dan harus dijalankan. Maka
keduanya bukanlah hal yang harus dipilih salah satunya,
melainkan dua masalah berbeda yang sedang terjadi di
Indonesia dan perlu perbaikan.
Sila ke 4 ialah Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Maka
tidak seharusnya permasalahan ini dibawa ke publik, Karena
dibawanya ke publik hanya menjadikan propaganda di antara
masyarakat. Cukup menjadi musyawarah antara para petinggi
negara dan agama. Karena tersebarnya isu ini hanya
menggambarkan bahwa para petinggi negara maupun agama
belum bisa mengatasi permasalahan yang ada, tidak memiliki
rasa persatuan dan belum menjalankan sila ke 4 dengan baik.
Pancasila tetap menjadi pondasi NKRI, istilah NKRI
Bersyariah bukanlah ingin mengganti Pancasila melainkan
pernyataan agar pemerintah membantu muslim menjalankan
syariatnya melalui UUD ataupun PERDA. Islam sudah
mempunyai wadahnya yaitu : Menteri Agama, Partai Islam
(DPR/DPRD), MA, dan MUI. Seharusnya para petinggi lebih
bijak dalam bertindak, karena segala gerak geriknya akan
disorot dan mereka adalah salah satu panutan untuk
mewujudkan ruang publik yang manusiawi.

Anda mungkin juga menyukai