Gerak parabola merupakan suatu jenis gerakan benda yang pada awalnya
diberi kecepatan awal lalu menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya
dipengaruhi oleh gravitasi.
Terdapat sudut (θ) antara kecepatan benda (V) dengan komponen gerak
horizontal dalam setiap rentang waktu, sehingga:
Kita dapat mencari ketinggian benda (y) pada selang waktu (t) dengan rumus:
Dalam kegiatan pertambangan, ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, persiapan penambangan, eksploitasi, pengolahan dan
pemurnian, penjualan, reklamasi dan penutupan tambang. Pada kegiatan penambangan ada
beberapa metode penggalian yang biasa digunakan, yaitu penggalian secara manual atau
menggunakan alat manual, secara mekanis dan non-mekanis. Penggalian non-mekanis ini
merupakan penggalian yang dilakukan dengan cara peledakan.
Metode penggalian melalui peledakan dapat dikatakan sebagai jalan terakhir untuk
menggali material yang sangat keras yang kemungkinan tidak dapat digali lagi menggunakan
alat mekanis. Kegiatan peledakan tidak hanya dilakukan begitu saja, melainkan perlu adanya
prosedur atau teknis peledakan yang baik, mulai dari persiapan bahan eledak, peraltan,
penentuan pola pengeboran, penentuan pola peledakan, perhitungan geometri peledakan atau
bahakan menentukan system rangkaian yang tepat. dengan prosedur serta teknis yang baik,
kegiatan peledakan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan memenuhi fragmentasi
serta target produksi yang ditentukan.
Peledakan merupakan kegiatan penggalian atau penambangan melaui pemberaian batuan,
menggunakan bahan kimia tertentu yang dapat menciptaan suatu ledakan. Kegiatan
peledakan dilakukan apabila material yang akan digali sulit dilakukan secara mekanis atau
dengan alat mekanis, sehingga material tersebut perlu diberaikan terlebih dahulu untuk
memudahkan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya (pemuatan dan pengangkutan).
Kegiatan peledakan dapat diterapkan pada berbagai jenis bahan galian, contohnya peledakan
pada bijih. Kegiatan peledakan pada tambang bijih bertujuan untuk melepaskan batuan dari
massa batuan induknya. Sedangkan untuk tambang batu bara, peledakan tidak hanya
diterapkan pada lapisannya saja melainkan pada lapisan penutup (over burden) diatasnya.
Namun perlu diperhatikan peledakan pada batu bara dapat menyebabkan terbakarnya batu
bara tersebut. Peledakan tidak hanya dilakukan begitu saja demi mendapatkan bahan galian
yang diinginkan, tetapi diperlukan teknik peledakan yang baik, ekonomis, efisien dan ramah
lingkungan sehingga perolehan bahan galian ini dapat menutupi biaya operasi termasuk biaya
pemindahan overburden.
Sumber : azzuhrycorp.blogspot.com
Foto 2.1
Contoh kegiatan peledakan
Penggunaan gerak parabola dalam pertambangan adalah untuk menetukan jarrak
dari lontaran pecahan atau serpihan dari bebatuan hasil peledakan dengan menghitung
jarak jauh lontaran bongkahan atau serpihan dari bebatuan hasil peledakan tadi. Untuk
menetukan titik aman dari jangkauan ledakan.
Hasil dari peledekan ini akan menyebabkan terjadinya flying rock sehingga kita dapat
mengukur jarak maksimum suatu partikel hasil ledakan atau Flyingrock sehingga dapat
mengetahui jarak aman dalam kita melakukan peledakan.
Semua praktisi peledakan tentu sepakat bahwa radius aman unit adalah 300 m dan
manusia 500 m dari lokasi peledakan. Ketika pada kondisi semua unit dan manusia bisa di
evakuasi tentu adanya fly rock tidak menjadi kekhawatiran yang serius. Namun ketika ada
kondisi atau masalah yang berakibat unit, fasilitas atau manusia tidak bisa atau sulit untuk di
evakuasi (contoh situasi di Gambar 1) sehingga nya seorang juru ledak di tuntut untuk bisa
melakukan langkah-langkah antisipasi. Maka diperlukan pengaplikasian teori tentang gerak
parabola untuk mengukur estimasi jarak partikel ledakan atau flyingrock.
Terjadinya flyrock yang berlebihan dari kegiatan peledakan bisa dibagi dalam 3
mekanisme keterjadiannya, dimana bisa karena kondisi kurang nya keterkungkungan energi
dalam kolom ledak, selain itu dapat terjadi juga jika perbandingan burden dengan dimeter
lubang terlalu kecil, atau adanya zona lemah dibagian freeface.
Gambar 2. Mekanisme terjadinya excessive flyrock
Face Burst ; penentuan burden sangat berpengaruh terhadap seberapa jauh fly rock di
bagian face.
Cratering ; jika rasio panjang stemming terlalu kecil terhadap diameter lubang, atau
karena adanya zona batuan lemah di bagian collar, pada mekanisme ini batu terbang
bisa ke berbagai arah.
Rifling ; jika panjang stemming sudah memadai dan tidak terjadi crater, maka
fenomena ini akan muncul ketika terjadi lemparan flyrock ke arah atas yang tinggi,
kemudian adanya material ejection dari batuan stemming ataau material lepas
dibagian collar, dimana hal ini sebagian besar karena adanya panjang kolom
stemming yang tidak pas atau jenis/ukuran material stemming yang tidak tepat.
Pada mekanisme terjadinya flyrock karena adanya Rifling potensi lemparan lebih ke arah
atas, sementara pada fenomena face burst dan crater arah lemparan bisa terjadi pada sudut
lebih rendah sehingga memungkinkan arah lemparan cukup jauh dan berdampak sangat
berbahaya, sehingga perlu menjadi perhatian lebih adalah sedemikian rupa kita harus bisa
mengidentifikasi akan kemungkinan terjadi fenomena faceburst dan cratering.