Anda di halaman 1dari 11

MACAM-MACAM GIGI TURUAN JEMBATAN

Pada dasarnya ada beberapa macam gigi tiruan jembatan, yaitu:


1. Rigid Fixed Bridge

Rigid fixed bridge adalah desain dimana pontik terhubung ke abutment di


kedua sisi, memberikan kekuatan yang diinginkan dan stabilisasi. Kedua
ujungnya direkatkan secara kaku (rigid) pada gigi abutmentnya (Elya Murti,
2019).
Indikasi:
a. Terdapat gigi yang hilang diantara gigi abutment yang dapat mendukung
beban fungsional dari gigi yang hilang.
b. Kehilangan 1-2 gigi yang berurutan.
c. Tekanan kunyah normal/besar.
d. Gigi abutment pendek.
e. Salah satu gigi abutment goyang derajat 1 tanpa kelainan.
Keuntungan:
a. Kekuatan, stabilitas, retensi merata dan baik.
b. Bisa untuk kehilangan gigi single/multiple dan dapat berperan sebagai
splint dengan gigi abutment.
c. Memiliki indikasi terluas.
Kekurangan:
a. Membutuhkan preparasi gigi abutment yang paralel, sehingga ada
kemungkinan untuk overpreparasi gigi, melemahkan struktur gigi, dan
membahayakan jaringan pulpa.
b. Dapat menimbulkan gaya ungkit terutama pada longspan (Barclay, 2001).
2. Semi Fixed Bridge

Semi fixed bridge merupakan gigi tiruan jembatan dengan satu ujung kaku
pada retainer, sedangkan ujung lainnya berakhir pada satu retainer terkunci
yang memungkinkan pergerakan-pergerakan terbatas (non-rigid) (Elya Murti,
2019).
Indikasi:
a. Gigi abutment mengalami tilting atau rotasi dan preparasi pada gigi
tersebut menyebabkan destruksi pada strukturnya.
b. Gigi abutment yang divergen dapat digunakan pada jenis ini dan akan
lebih konservatif terhadap struktur gigi.
c. Pada regio anterior dapat diindikasikan untuk kehilangan incisivus lateral
rahang atas dan salah satu gigi abutmentnya telah dilakukan perawatan
endo.
d. Pada regio posterior dapat diindikasikan untuk gigi dengan tekanan
kunyah ringan, kehilangan tidak lebih dari 1, dan salah satu gigi abutment
miring.
Keuntungan:
a. Preparasi abutment divergen dapat digunakan pada teknik ini dan lebih
konsevatif terhadap struktur gigi.
b. Menetralisir gaya ungkit terhadap gigi abutment karena adanya non-rigid
connector.
c. Gaya vertikal beban kunyah tetap diteruskan dan didistribusikan ke semua
gigi penyangga.
Kekurangan:
a. Pembuatannya sulit dan mahal karena sulit memperoleh ketepatan.
b. Ada kemungkinan fraktur (Braclay, 2001).
3. Cantilever bridge

Cantilever bridge adalah protesa dimana pontic didukung hanya pada satu
sisi oleh 1 / lebih gigi abutment. Gaya yang teraplikasikan ke pontic di
didistribusikan secara merata ke gigi abutment. Pontic berperan sebagai tuas
yang cenderung terdepresi dibawah tekanan dengan vektor oklusal yang kuat.
Penggunaan cantilever bridge terbatas hanya pada kasus penggantian gigi
dengan beban kunyah yang tidak besar. Berbeda dengan gigi tiruan jembatan
fixed, gigi abutment pada cantilever rentan mengalami tipping jika terkena
gaya vertikal dan rentan mengalami rotasi jika terkena gaya horizontal
(Barclay, 2001).
Indikasi:
a. Penggantian satu gigi hilang (contoh: penggantian insisif lateral yang
menggunakan kaninus sebagai abutment / penggantian gigi kaninus yang
menggunakan premolar pertama dan kedua sebagai abutment /
penggantian gigi molar ketiga jika masih terdapat gigi antagonisnya
dengan catatan bentuknya lebih menyerupai gigi premolar.
b. Untuk keadaan dimana gigi abutment dapat memuat beban oklusal dari
pontic.
c. Diutamakan untuk kehilangan gigi anterior dimana tekanan kunyah ringan,
ruang anodonsia kurang, gigi tetangga malposisi.
Kontraindikasi:
a. Daerah dengan beban oklusal besar. Apabila terkena gaya lateral, maka
gigi penyangga akan tipping, rotasi, atau drifting.
b. Gigi penyangga non-vital sebagai terminal abutment. Cantilever bridge
biasanya memiliki multiple abutment dan retainer harus dihubungkan
secara rigid pada satu sisi diastema.
Keuntungan:
a. Desain dengan preparasi terkonservatif.
b. Tidak ada masalah dengan preparasi abutment paralel.
Kerugian:
a. Timbulnya gaya ungkit: kerusakan jaringan periodontal yang
menyebabkan gigi abutment goyang. Mukosa di bawah pontic tertekan
atau teriritasi.
b. Timbulnya gaya rotasi palatolabial: gigi abutment rotasi yang disebabkan
tidak meratanya beban kunyah sehingga terjadi retensi dan impaksi
makanan (Barclay, 2001).
4. Spring Fixed Bridge

Spring fixed bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang menggunakan


dukungan gigi dan jaringan, dimana sebuah pontic didukung dengan connector
panjang yang menghubungkannya dengan abutment. Jenis gigi tiruan
jembatan ini dapat menggunakan lebih dari satu connector panjang untuk
menambah kekuatannya (Elya Murti, 2019).
Indikasi:
a. Pasien dengan kehilangan 1 gigi anterior / diastema disekitar gigi anterior
yang hilang.
b. Mengutamakan estetis.
c. Keadaan dimana gigi dan kedua sisi ruangnya tidak tepat untuk abutment
karena retensi yang kurang baik.
Kontraindikasi:
a. Pada pasien muda dimana mahkota klinis terlalu pendek dan retensi tidak
adekuat.
b. Kehilangan jaringan lunak yang parah.
c. Bentuk palatum yang tidak memadai (Barclay, 2001).
Spring cantilever bridge sekarang sudah tidak banyak digunakan lagi dan
digantikan oleh minimum preparation bridges (bridge yang dilekatkan pada
permukaan yang telah dipreparasi minimal. Oleh karena itu memerlukan space
gigi geligi yang lebih banyak) atau single tooth implant (Smith, 2007).
5. Maryland Bridge

Gigi tiruan jembatan Maryland adalah suatu gigi tiruan jembatan yang
retainernya berupa sayap dari logam yang di etsa dengan asam dan dilekatkan
dengan menggunakan resin komposit pada gigi penyanggayang telah di etsa.
Preparasinya hanya meliputi daerah proksimal dan lingual dengan
pengambilan jaringan email yang sedikit. Gigi tiruan jembatan Maryland
dapat digunakan untuk restorasi gigi anterior maupun posterior (Jubhari,
2007).
6. Compound bridge

Compound bridge merupakan gabungan dua atau lebih tipe gigi tiruan
jembatan. Diindikasikan pada penggantian gigi hilang yang membutuhkan
gabungan beberapa tipe gigi tiruan jembatan.
PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN JEMBATAN
1. Preparasi daerah oklusal dan insisal
Gigi anterior rahang atas
a. Membuat keratan pada permukaan labial, sejajar dan berjarak 1,5 mm
(ketebalan preparasi/pengasahan gigi tergantung dari macam bahan
restorasi yang akan digunakan) dari tepi incisal.
b. Permukaan incisal diambil sesuai pedoman preparasi.
c. Pengambilan bersudut 45° terhadap bidang horizontal ke arah palatal dan
dilakukan 2 tahap, pertama sebagian mesial dan kemudian sebagian
distalnya.
d. Alat : Diamond wheel bur dan Cylindrical diamond stone bur.
Gigi anterior rahang bawah
a. Permukaan incisal diambil membentuk sudut 45° terhadap bidang
horizontal ke arah labial.
Gigi posterior
a. Dibuat keratan sebagai pedoman pada groove sedalam 1-1,5 mm
(ketebalan preparasi/pengasahan gigi tergantung dari macam bahan
restorasi yang akan digunakan) mengikuti anatomi permukaan oklusal
gigi.
b. Permukaan oklusal diambil sesuai dengan pedoman preparasi dalam tahap-
tahap bagian bukal, kemudian bagian lingual.
c. Alat : Wheel diamond bur dan Cylindrical diamond stone.
2. Preparasi daerah bukal / labial
a. Pembuatan 3 keratan dilakukan dengan : cylindrical diamond stone yang
mempunyai diameter 1-1,5 mm.
b. Alat : Diamond wheel dan cylindrical diamond stone untuk 2/3 incisal.
Taper cylindrical diamond stone untuk 1/3 cervical.
c. Ketebalan pengasahan permukaan labial tergantung bahan restorasi,
kecembungan gigi, besar gigi.
d. Pengambilan permukaan labial/bukal sebanyak 1-1,5 mm, 1/3 bagian
cervical preparasi sejajar terhadap sumbu gigi (untuk menghilangkan
undercut), 2/3 bagian incisal mengikuti anatomi permukaan labial gigi.
e. Preparasi / pengasahan dinding bukal / labial sampai batas mesial distal
transitional line angle.
f. Batas pengambilan permukaan labial adalah gingival crest.
g. Pedoman preparasi: Dibuat sebelum preparasi: berupa beberapa keratan
pada permukaan labial/bukal sedalam 1-1,5 mm, sesuai ketebalan yang
diinginkan.
3. Preparasi daerah lingual / palatal
a. Pengambilan permukaan lingual dan palatal 1- 1,5 mm
b. Preparasi dibagi 2 tahap:
- Bagian cingulum ke incisal : Pengambilan sejajar dengan anatomi
permukaan gigi.
- Bagian cingulum ke cervical gigi : Pengambilan sejajar dengan
permukaan kecuali 1/3 cervical dibuat sejajar dengan sumbu gigi.
c. Pada gigi posterior, seperti pengambilan permukaan bukal.
d. Dibuat pedoman preparasi berupa keratan sedalam 0,5-1,5 mm dengan
cylindrical diamond stone.
e. Alat : dari cingulum ke incisal menggunakan Wheel diamond stone,
Cylindrical diamond stone. Sedangkan dari cingulum ke cervical
menggunakan Wheel diamond stone, Tappered Cylindrical diamond stone
4. Preparasi daerah proksimal
a. Pada permukaan mesial dan distal yang sejajar dengan sumbu gigi yang
normal atau membentuk sudut 5o - 6o konvergen ke arah insisal atau
oklusal.
b. Dimulai dari gingival margin dan berjarak 1-1,5 mm dari titik kontak.
c. Preparasi / pengasahan daerah permukaan proksimal menggunakan short
thin tapered diamond bur dari sisi bukal,
d. Preparasi / pengasahan dinding aksial membentuk kemiringan dengan
sudut 6o
e. Daerah akhiran servikal dipreparasi menggunakan mata bur silindris atau
tapered dengan ujung flat atau round sesuai kebutuhan dan perhatikan
posisinya. Hindari terjadinya trauma berlebih pada jaringan lunak (servikal
gingival)
f. Banyaknya pengambilan tergantung dari bahan yang akan dipakai, bentuk
dan besar gigi.
Gambar Preparasi / pengasahan pada sisi proksimal.
5. Preparasi daerah cervical
a. Shoulder preparasi
Suatu bentuk preparasi yang mempunyai sudut 90 terhadap permukaan
axial gigi, kadang-kadang dibuat bevel pada tepi dari cervical dan disebut
beveled shoulder.
b. Alat: Cylindrical diamond stone dan Fissure bur dari tungsteen carbite.

(a) Knife edge; (b) bevel; (c) chamfer; (d) shoulder; (e) bevelled shoulder.
a. Chamfer preparation :Suatu jenis cervical preparasi yang bulat (tidak
bersudut)
Alat: Round end cylindrical diamond stone.
b. Shouldering Preparation: Suatu jenis preparasi yang tidak mempunyai
bahu:
- Feather edge: suatu jenis shoulderless preparasi yang berbentuk
lurus dimana tidak mempunyai batas yang jelas dengan bagian gigi
yang tidak dipreparasi.
Alat untuk Feather edge: pointed tapered cylindrical diamond
stone.
- Knife edge/chisel edge: suatu jenis shoulderless seperti bentuk
pisau/pahat dan memberi batas yang lebih jelas.
Alat untuk Knife edge: pointed tapered diamond stone dengan
sudut yang lebih besar.
6. Tinggi dari servikal preparasi
a. Setinggi gingival crest: Pada penderita dengan kelainan gingiva
(perdarahan pada preparasi), penderita dengan gangguan sistemik.
Kerugian : mudah terjadi karies
b. Di dalam sulcus. Keuntungan: Memberikan estetis yang lebih baik dimana
batas tidak tampak, memberikan retensi dan resistensi lebih besar, sebab
preparasi axial lebih panjang, dan menghindari karies.
c. Di atas gingival crest: Kekurangannya adalah retensi dan resistensi kurang
dan mudah karies. Keuntungan: Mudah dibersihkan dengan sikat gigi.
Pembulatan sudut yang tajam dan penghalusan preparasi pada permukaan
labial, incisal dan proksimal. Tujuan: Agar tidak terjadi fraktur pada
bagian yang tajam dan untuk mendapatkan restorasi yang baik (fit). Alat:
Taper cylindrical diamond stone yang halus atau dengan sand paper disc
yang halus.

Daftar pustaka

Barclay, C.W. & Walmsley, A.D., 2001, Fixed and Removable Prosthodontics,
Edinburgh: Churchill Livingstone.

Elya Murti. 2019. “Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan Porcelain Fused
to Metal Pada Gigi 34 35 36 Dengan Retainer Inlay Pada Gigi 36”.
Fakultas Kedokteran Gigi. Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
Lampung.

Smith, B.G.N., & Howe L.C., 2007, Planning and Making Crown and Briges, 4 th
Ed., New York: Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai