Anda di halaman 1dari 17

STRATEGIC MANAGEMENT ACCOUNTING

(ZAHIRUL HAQUE)

Strategic Management Accounting adalah proses mengidentifikasi,


mengumpulkan, memilih dan menganalisis data akuntansi, untuk membantu
manajemen dalam membuat keputusan strategis serta untuk menilai efektivitas
organisasi. Strategic Management Accounting harus memenuhi tujuan sebagai
penyedia informasi organisasi serta kontrol dan evaluasi kinerja. Selain itu orientasi
ke arah jangka panjang harus senantiasa dilakukan dengan strategi dan keunggulan
kompetitif organisasi sehingga dapat disimpulkan  peran utamaStrategic
Management Accounting adalah menyediakan informasi akuntansi yang akan
digunakan oleh manajer dalam melakukan fungsi perencanaan dan pengendalian
organisasi. Informasi akuntansi diberikan sebagai alat atau sarana untuk membantu
manajer menjalankan fungsi-fungsi manajemen sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai.
Saat ini bisnis berada dilingkungan yang dinamis dan kompleks karena
dipengaruhi oleh faktor sosial, teknologi, ekonomi dan politik. Untuk tetap bertahan
di lingkungan bisnis yang semakin kompleks maka suatu organisasi harus
memikirkan kembali filosofi strategis serta peran akuntansi manajemen didalamnya.
Suatu organisasi memerlukan informasi mengenai banyak bidang di lingkingan
bisnis mereka, karena itu sistem informasi manajemen menyidiakan informasi dalam
mempersiapkan dan mengevaluasi rencana strategis yang berorientasi pada
jangkauan masa depan, hal ini menunjukkan bahwa suatu sistem yang memliki satu
kesatuan dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi dan bergerak secara serentak (bersama-sama) kearah yang sama
pula akan memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya di masa datang.
Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan
penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor,
pemasok serta pemerintah. Laporan ini yang disusun untuk kepentingan umum dan
biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk menilai prestasi manager atau
dipakai manager sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap para pemegang
saham. Hal terpenting dalam Akuntansi Keuangan adalah adanya standar akuntansi
keuangan (SAK) yang merupakan aturan yang harus digunakan didalam
pengukuran dan penyajian laporan keuangan terutama untuk pihak eksternal.
Akuntansi Manajemen adalah sistem akuntansi yang berkaitan dengan
ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen
dalam suatu organisasi dan untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk
membuat keputusan bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap
dalam pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol. Dalam hal ini terdapat dua kunci
yang harus tentang manager dan informasi akuntansi yaitu :
      Manajer memerlukan informasi dan perlu memahami kegunaannya serta perlu tahu
bagaimana menggunakannya.
      Manajemen informasi akuntansi dapat memberikan kontribusi pada bidang
manajemen berikut: perumusan kebijakan, perencanaan dan mengendalikan
kegiatan perusahaan, pengambilan keputusan mengenai cara alternatif tindakan dan
sebagainya.
Akuntansi biaya merupakan hal yang berkaitan dengan penetapan dan
pengendalian biaya yang merupakan alat bagi manajemen untuk memonitor dan
merekam transaksi biaya secara sistematis, memberikan informasi tentang biaya
perusahaan yang dapat digunakan untuk tujuan baik eksternal maupun internal.
Ketika akuntansi biaya digunakan untuk akuntansi keuangan (atau tujuan eksternal),
dalam hal ini tujuanya untuk mengukur biaya produksi dan penjualan sesuai dengan
informasi akuntansi yang berlaku umum serta memberikan dasar untuk
perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.  Akuntansi biaya meliputi
topik seperti Cost Volume Profit (CVP) analysis, budgeting, relevant costing, job
costing, process costing, activity based costing (ABC), activity based management
(ABM) dan cost allocation processes.
Manajemen Biaya adalah suatu bentuk akuntansi manajemen yang
memungkinkan sebuah bisnis untuk memprediksi pengeluaran yang akan datang
untuk membantu mengurangi kemungkinan akan melebihi anggaran merencanakan
biaya dalam melakukan bisnis. Dalam hal ini masing-masing proyek harus telah
disesuaikan dengan rencana manajemen biaya dan perusahaan secara keseluruhan
juga mengintegrasikan pengelolaan biaya ke model bisnis mereka secara
keseluruhan
Manajemen biaya strategik adalah penggunaan data biaya untuk
mengembangkan dan mengidentifiasi strategi yang unggul yang akan menghasilkan
keunggulan bersaing yang berkelanjutan di masa yang akan datang.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan,
akuntansi biaya, manajemen biaya, manajemen biaya strategis, akuntansi
manajemen dan akuntansi manajemen strategis semua berkontribusi terhadap
informasi, baik informasi keuangan atau pun informasi non keuangan.
Didalam literatur Akuntansi manajemen adanya Management Accounting
System tersebut  harus berkembang  untuk fokus pada nilai organisasi untuk
menambah aktivitas, hal tersebut terjadi dengan adanya relatifitas terhadap
kompetitornya.  Jenis Management Accounting System itu menghasilkan yang
disebut Management Accounting System dengan cakupan yang luas yang
memungkinkan menghasilkan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan
ekonomi yang dapat berhasil dalam jangka panjang. Penelitian telah menunjukkan
bahwa ketidakpastian lingkungan ekonomi menyiratkan kesulitan dalam
memprediksi peristiwa masa depan, oleh karena itu, mereka perlu informasi yang
tepat waktu, relevan dan akurat untuk mengatasi situasi operasi yang tidak pasti. 
Dari perspektif akuntansi sektor publik, Hoque dan Mia (2001) menunjukkan bahwa
Management Accounting System tradisional seperti penganggaran sebelumnya dan
anggaran pada umumnya hanya berkaitan dengan input biaya yang diperlukan untuk
mempertahankan program anggaran belanja yang tidak mengharuskan untuk
bagaimana pengeluaran ini terkait dengan hasil. Management Accounting System
mencakup cakupan yang luas dengan informasi yang berhubungan dengan berbagai
masalah non keuangan, seperti diuraikan di atas bahwa harapan ke masa yang
akan datang tidak hanya berhubungan dengan masalah internal saja tetapi juga
masalah diluar organisasi tersebut.
Selama dekade terakhir, banyak kajian literatur di bidang akuntansi
manajemen dalam organisasi. Para peneliti berusaha untuk memahami dan
memeriksa sistem akuntansi manajemen dalam organisasi dari berbagai pendekatan
teoritis akuntansi manajemen. Bagian berikutnya menggambarkan pendekatan-
pendekatan yang ditemukan secara luas digunakan dalam penelitian akuntansi
manajemen yakni pendekatan ekonomi secara rasional teknis. Berdasarkan teori
ekonomi neoklasik, pendekatan rasional teknis menganggap akuntansi manajemen
sebagai keputusan untuk membuat alat yang membantu memaksimalkan tujuan
organisasi.  Menurut teori Manajemen kontrol, pendekatan rasional teknis membantu
manajer dalam membuat jenis keputusan rasional untuk memaksimalkan tujuan
organisasi (Anthony, 1965). Dalam pendekatan rasional teknis mengasumsikan
bahwa untuk meningkatkan informasi akuntansi selalu adanya pengenalan
pengembangan melalui teknik baru. Contoh dalam hal ini yakni di sektor publik,
adalah dengan pengenalan akuntansi akrual. Akuntansi akrual diperkenalkan di
sektor publik untuk meningkatkan informasi akuntansi yang dihasilkan dalam
pengambilan keputusan yang lebih baik. Selain itu, aturan teknis seperti peraturan,
regulasi atau aturan yang ditetapkan oleh badan standar pengaturan telah dikaitkan
dengan perubahan akuntansi sektor publik untuk meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan organisasi sektor publik (Moll, 2000).
Dalam teori klasik Weber (1947). Weber melihat birokrasi sebagai bentuk
organisasi untuk mencapai otoritas hukum rasional. ia berpendapat bahwa otoritas
struktur dalam organisasi tergantung arti dan modus umum dari kontrol dan
kekuasaan dalam masyarakat.  Menurut Weber, birokrasi merupakan sarana
dominasi, penggunaan dan arah berbeda serta consequens untuk tindakan sosial
merupakan pusat untuk analisis organisasi.  Dalam  literatur tentang organisasi
menemukan dua gagasan rasionalitas dalam teori Weber birokrasi, yaitu :
      Pencapaian berakhir dengan cara perhitungan dengan seksama. Fokusnya adalah
pada sarana, kecukupan atau ketidakcukupan bahkan jika tujuan ini memiliki dasar
agama atau mistik.
      Makna kedua istilah ini mengacu pada jenis rasionalisasi pemikiran sistematis serta
mengenakan penguasaan teoritis, meningkatkan realitas melalui ide-ide yang tepat
dan abstrak. Dalam arti negatif, proses rasionalisasi mengarah pada penolakan
terhadap semua nilai-nilai agama, metafisik atau tradisional dan penjelasan tentang
dunia.
Ada pandangan bahwa partisipasi dalam proses anggaran dapat memiliki
sebuah efek positif atau negatif pada individu, motivasi perilaku dan kepuasan.
Pandangan hubungan manusia menunjukkan bahwa hubungan antara pribadi,
anggota organisasi sangat penting untuk kinerja. Studi keterkaitan manusia dapat
membantu menjelaskan sistem operasi akuntansi dan pengendalian sesuai dengan
sikap individu, perilaku dan kepuasan kerja selain itu studi hubungan manusia telah
memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana
berbagai aspek manusia dapat mempengaruhi operasi organisasi akuntansi dan
sistem kontrol. Melalui pendekatan hubungan manusia, peneliti menemukan
bagaimana manajer menggunakan informasi akuntansi untuk mengekspresikan
gaya kepemimpinan mereka sendiri,  ini mencakup dampak partisipasi / konsultasi
dalam proses pengambilan keputusan, motivasi, dan pengaruh hubungan
interpersonal antara organisasi (Macintosh, 1985, 1994).
Gagasan utama dari teori kontingensi organisasi adalah bahwa tidak ada
model universal yang diterima dari organisasi yang menjelaskan keragaman dalam
desain organisasi (Lawrence dan Lorsch, 1967: Woodward, 1965). Dalam hal ini 
bahwa desain organisasi tergantung pada faktor-faktor kontingen yang relevan
dengan situasi. Namun demikian, teori kontingensi tunduk pada kritik dari berbagai
sumber. Adanya kritik yang berhubungan dengan kekurangan teoritis dan asumsi
metodologis dari pendekatan ini dengan adanya  kritikus yang berpendapat bahwa
teori-teori kontingensi didasarkan pada pandangan yang sangat teknis didalam
organisasi, (Hopper dan Powell ;1985, p 441) mengatakan: Teori kontingensi
menganggap bahwa  berbagai pola perilaku sehingga dibutuhkan dalam berbagai
situasi dalam kepemimpinan.
Agency Theory mengarahkan dirinya pada analisis pengendalian manajemen
terhadap berbagai bentuk hubungan kontraktual antara pemilik (principals) dengan
perwakilan (agents) yang ditunjuk oleh pemilik untuk mewakilinya dalam transaksi.
Jensen dan Meckling (1976) melihat hal ini berkenaan dengan penyalahgunaan
kebijakan yang sudah didelegasikan pemilik kepada agents, tetapi agents dengan
kecurangan yang diperbuatnya merusak kepentingan principals. Pada Agency
Theory, kerugian yang dialami oleh principals dapat dicegah lewat pengendalian
secara ketat terhadap agents,monitoring dan sanksi, atau lewat perikatan (bonding).
Agency Theory berkembang menjadi isu manajerial setelah adanya
penyertaan isu tentang pengendalian hasil atau bentuk perilaku (behavioural terms).
Manajer dipahami sebagai agen yang mengejar kepentingan pribadi terhadap
kepentingan investasi pemilik atau pemegang saham perusahaan yang kemudian
menciptakan sisa kerugian residual (residual-loss), dikarenakan kepentingan pribadi
manajer (Jensen and Mackling, 1976).
Untuk mengatasi kelemahan tersebut,  dalam akuntansi mulai melihat kontrol
sosial dan fenomena politik dibangun (yang bertentangan dengan peran teknis-
rasional akuntansi dalam organisasi). Peneliti telah menyerukan lebih banyak studi
interpretatif untuk mendapatkan lebih tentang pemahaman sistem akuntansi dan
pengendalian dalam organisasi,  cara terbaik untuk mengajukan masalah
bagaimana mengidentifikasi data yang paling relevan  dan bagaimana menafsirkan
makna individual dan persepsi  masyarakat dalam suatu organisasi, Hopper dan
Powell (1985, p 446) mengatakan bahwa, “Orang-orang terus-menerus menciptakan
realitas sosial mereka dalam interaksi dengan lainnya.  Hal ini adalah tujuan dari
pendekatan interpretatif untuk menganalisis realitas sosial seperti cara di mana
mereka secara sosial dibangun dan dinegosiasikan”.
Teori birokrasi yang diungkapkan Weber  juga terkait dengan pendekatan
interpretatif untuk mempelajari kontrol.  Menurut Weber  "birokrasi" dalam arti
"interpretatif" mengacu pada keyakinan yang mendasari cara orang bertindak dan
berpikir dalam proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.  Weber
(1968) melihat birokrasi sebagai alat dominasi politik yang timbul dari apa yang
dianggap sebagai sumber legatimasi otoritas. Menurut Collignon dan Covaleski
(1991, hal 151.): “Meskipun Weber tidak memperlakukan subjek langsung,
pemikirannya menyiratkan kemungkinan menganalisis perlawanan anggota
organisasi terhadap dominasi dan mekanismenya dalam praktik akuntansi”. Untuk
itu penelitian mengadopsi pendekatan interpretatif untuk penelitian akuntansi dengan
keyakinan bahwa lebih baik dapat mengidentifikasi aspek sosial, ekonomi dan politik
dari sistem kontrol manajemen dalam organisasi dari perspektif pelaku yang terlibat
dalam operasi mereka.
Pendekatan di atas menyatakan dengan akuntansi manajemen gagal untuk
menjelaskan sepenuhnya hubungan antara pemerintahan, perekonomian negara,
dan proses organisasi. (Tinker et al.,1982; Cooper dan Sherer, 1984)  telah
menyarankan bahwa pendekatan tradisional yang didasarkan pada ekonomi
neoklasik menganggap jauh hubungan antara pemerintahan, ekonomi dan
masyarakat (Menurut Scapens, 1994). Adanya pandangan bahwa ada banyak
varian yang berbeda dari persepektif politik dan ekonomi. Pendekatan Political
Economy terdiri dari individu yang kinerjanya mendominasi dalam pilihan social
karena kekuasaan dan konflik, anggota organisasi di dalam dan di luar organisasi
dapat mencoba untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam
organisasi. Berikut pendekatan Political Economy yang membantu mendamaikan
konflik kepentingan itu melalui negosiasi dengan serangkaian kompromi dan aliansi
dapat muncul dalam organisasi. Pendekatan Political Economy  berdasarkan
rangkaian sejarah dunia sosial. Ia mencoba untuk memahami fenomena tertentu dari
konteks sosial-politiknya yang ada pada waktu dan tempat. Peran sejarah
diperlakukan sebagai peran perubahan sistem ekonomi dan mengapa dan
bagaimana perubahan ini  menjadi baris pemikiran filosofis, pendekatan Political
Economy, bergantung pada konteks historis dan pemahaman tentang arti, struktur
dan makna dari suatu kegiatan ekonomi atau perilaku yang membutuhkan, antara
lain, pemahaman tentang unsur-unsur pokok dari kerangka kerja sosialnya.
Bagian lain yang utama dari pendekatan Political Economy adalah bahwa
memperhitungkan legitimasi kelembagaan masyarakat dalam menjelaskan proses
manajemen dalam suatu organisasi. "Lembaga" adalah pola, yang menentukan apa
yang dirasakan tepat, menurut pendekatan Political Economy, kegiatan ekonomi
dalam suatu masyarakat cenderung untuk menampilkan karakter sosial: tindakan
dan praktek agen-agen ekonomi yang terstruktur dan dibentuk dalam proses sosial.
Penelitian telah melihat bahwa memahami tindakan ini dan praktek pemahaman
tentang, proses ekonomi, budaya, sosial dan politik dalam organisasi itu sendiri dan
hubungan dengan organisasi lain dan masyarakat pada umumnya.
Suatu Organisasi dapat mengubah stuktur organisasi dan budaya organisasi
untuk menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga mendapatkan pangsa pasar yang
lebih besar dan dapat memastikan kelangsungan hidup dimasa yang akan datang. 
Ada pandangan dalam literatur organisasi bahwa organisasi berubah dalam
menanggapi permasalahan yang ada untuk perbaikan berkelanjutan. Sementara
hubungan dengan sejarah organisasi dalam perubahan dari waktu ke waktu telah
dibatasi dengan siklus industri dan yang digunakan dalam perkembangan  sejarah
spesifik perusahaan sebagai kekuatan perubahan. Kekuatan eksternal dari
perubahan dapat dikategorikan sesuai dengan perubahan sosial budaya, 
perubahan politik / hukum, kondisi ekonomi atau pengembangan teknologi.
Perubahan sosial budaya yang mengacu pada perubahan keyakinan masyarakat,
sikap, pendapat dan gaya hidup. Misalnya demografi, keterampilan dan kepedulian
terhadap lingkungan yang mungkin dipengaruhi budaya sosial yang memaksa
organisasi untuk berubah. Perubahan politik dan hukum sering merupakan akibat
dari perubahan dalam pemerintahan, seperti undang-undang pemerintah dan
ideologi pemerinta, peraturan daerah dan perpajakan. Di sisi lain, efek dari kondisi
ekonomi suatu organisasi tidak terlepas dari industri. Contoh pengaruh ekonomi
dapat mencakup pesaing, pemasok, tingkat lapangan kerja, kebijakan ekonomi
pemerintah dan mengubah masyarakat dengan kepemilikan pribadi (go public). 
Akhirnya, faktor teknologilah yang memaksa suatu organisasi untuk mengubah
proses termasuk produksi baru atau proses komputerisasi (Senior, 1997).
Perubahan organisasi cenderung mendominasi dua sifat organisasi, yaitu
struktur organisasi dan karakteristik budaya dalam organisasi. Struktur organisasi
menentukan aktivitas pekerjaan, tanggung jawab dan akuntabilitas yang
memungkinkan manajer untuk mengatur dan mendistribusikan sumber daya dan
juga membangun hirarki kekuatan organisasi. Emmanuel, Otley, dan Merchant
(1990) mengklaim bahwa desain struktur organisasi secara signifikan dapat
mempengaruhi dan mengontrol perilaku karyawan. Senior (1997) mengklaim bahwa
organisasi mengubah struktur mereka untuk kinerja yang lebih baik dan sebagai
mekanisme untuk perubahan. Struktur organisasi dapat didefinisikan dalam hal
sentralisasi atau desentralisasi, efisiensi atau efektivitas, profesionalisme vs
manajemen, kontrol terhadap komitmen dan perubahan terhadap stabilitas (Carnall,
1990). Dalam sebuah organisasi yang sangat terdesentralisasi yakni proses
pengambilan keputusan, organisasi besar cenderung mampu menangani tingkat
tinggi ketidakpastian dan garis akuntabilitas yang jelas diidentifikasi. Organisasi
terpusat atau organisasi yang sangat birokratis yang berlawanan. Mereka beroperasi
sesuai dengan aturan yang jelas dalam peraturan, manager puncak bertanggung
jawab atas kemajuan organisasi dan semua keputusan dibuat di tingkat manajemen
(Calnall, 1990). Dalam penelitian yang dilakukan oleg George (1983), memunculkan
perdebatan antara menyediakan karyawan dengan informasi akuntansi selama
periode perubahan dapat mengurangi resistensi terhadap perubahan. Pendapat ini
kemudian di dukung oleh Parker (1976), yang mengklaim bahwa menyediakan
karyawan dengan informasi manajemen akuntansi dapat menyebabkan citra diri
positif. Johnson (1992) mengklaim bahwa kewenangan karyawan dengan informasi
akuntansi seperti target kinerja dapat menyebabkan upaya yang lebih baik dan
komitmen yang lebih besar dalam keterlibatan yang merupakan output dari
karyawan.
Pernyataan visi sebuah organisasi memberikan gambaran terhadap apa yang
terlihat oleh manajemen puncak sebagai alasan untuk eksistensi suatu perusahaan.
Visi tersebut menggambarkan tentang apa yang menjadi harapan perusahaan. Visi
merupakan deskripsi yang ideal dan bagian dari gambaran masa depan yang
potensial yang diharapkan oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
dalam membantu pencapaiannya. Visi adalah impian setiap orang dalam organisasi
yang bisa menghubungkan dan memanfaatkan waktu mereka dan usaha- usaha
untuk mencapainya (Digman, 1999).
Pernyataan misi dari sebuah organisasi menggambarkan tentang hambatan jangka
panjang terakhir untuk dicapai. Hal tersebut merefleksikan apa yang terjadi pada
perusahaan saat ini dan hal- hal yang dirasa perlu oleh konsumen atau unsur- unsur
yang terkait. Setiap perusahaan dan unit- unit bisnis utamanya, memiliki salah satu
misi bisnis baik eksplisit atau implisit. Misi bisnis dari suatu perusahaan
memungkinkan manajemen untuk memilih strategi- strategi bisnis dalam
menyelesaikan objek- objek yang berkaitan dengan organisasi. Pernyataan misi
perusahaan memberikan sebuah pernyataan yang singkat, penulisan deskripsi dari
seluruh tujuan dari perusahaan. Wheelen dan Hunger (1998) telah
mengklasifikasikan pernyataan misi organisasi dalam arti "luas" atau "sempit".
Pernyataan misi dalam arti luas mengacu pada pernyataan umum organisasi yang
mengacu pada para pengguna informasi, seperti pemegang saham, pelanggan dan
karyawan, sedangkan pernyataan misi dalam arti sempit menggambarkan bisnis
utama organisasi.
Strategi didefinisikan oleh (Mintzberg, 1978) sebagai sebuah pola atau aliran
dari keputusan mengenai sebuah domain terhadap yang mungkin akan terjadi pada
perusahaan di masa yang akan datang. Strategi adalah proses yang dilakukan oleh
para manajer dalam organisasi, menggunakan sebuah horison waktu dari tiga
sampai lima tahun, mengevaluasi peluang dari lingkungan luar, dan juga kekuatan
dari dalam, dan sumber daya untuk memutuskan tujuan, sebaik seperti sebuah
aturan dari tindakan rencana- rencana untuk menyelesaikan tujuan- tujuan tersebut.
Tujuan adalah target yang spesifik. Istilah dari tujuan sering digunakan untuk
mendeskripsikan sebuah pernyataan awal dan akhir dari  apa yang ingin dicapai dan
tidak ada kriteria waktu untuk penyelesaian.
Sebuah tujuan perusahaan adalah sebuah hasil yang spesifik, dimana
perusahaan berusaha untuk mencapai atau mempertahakan. Tujuan sebuah
perusahaan dipilih untuk mengimplementasikan strategi perusahaan atau untuk
meluruskan perusahaan agar lebih erat dengan visi dan misinya.
Salah satu contoh dari sebuah tujuan organisasi adalah untuk meningkatkan
laba. Sebuah tujuan organisasi tidak diperhitungkan secara spesifik.
Sebuah perusahaan bekerja kembali dari misi yang dimilikinya untuk
mencapai tujuan perusahaan. Dalam perusahaan komersial, dimana tujuan
keuangan mendominasi, tujuan adalah dalam hal ‘return on investment’ (ROI), atau
‘return on equity’ (ROE), ‘earnings per share’ (EPS), dan sebagainya.
Ketika tujuan- tujuan sebuah perusahaan adalah mengatur sebuah tujuan
jangka panjang, katakanlah untuk periode antara tiga dan lima tahun, periode
tersebutlah yang kemudian disebut sebagai tujuan strategi.
Salah satu tujuan strategi yaitu pada perusahaan sereal multinasional:
-       Orang- orang
-       Laba dan pertumbuhan
-       Kepuasan konsumen dan kualitas
-       Integritas dan etika
-       Tanggung jawab sosial
Objektif adalah hasil yang dicari di masa yang akan datang atau tujuan-
tujuan dan harapan- harapan yang diinginkan dimasa yang akan datang. Objektif
adalah hasil akhir dari aktivitas perusahaan yang direncanakan. Objektif adalah
target yang diinginkan dalam cakupan dari visi untuk merealasikan misi (Viljoen dan
Dann, 2000). Pada level perusahaan, objektif bisa dibagi ke dalam pernyataan visi
dan misi, dan sebuah pernyataan tujuan, setiap pernyataan visi dan misi
direfleksikan ke dalam level- level yang berbeda pada abstraksi dan ketelitian.
Mintzberg, quinn dan Voyer (1995,p.7) mendeskripsikan keputusan strategi,
sebagai berikut: “Keputusan strategi adalah hal yang menentukan keseluruhan arah
dari sebuah perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan yang terkahir dalam
cahaya yang bisa diprediksi dan tidak bisa diprediksi, dan ketidaktahuan perubahan
yang mungkin terjadi yang paling penting di sekeliling perusahaan”.
Dalam memformulasi sebuah strategi perusahaan, ada tiga tipe keputusan
strategi yang dibuat, yakni:
1.  Bisnis apa yang akan dioperasikan dalam perusahaan?
2.  Bagaimana seharusnya perusahaan bersaing dalam bisnis?
3.  Sistem apa yang seharusnya dimiliki perusahaan di lingkungannya untuk
mendukung strategi yang kompetitif?
Keputusan strategi yang efektif dalam sebuah perusahaan, adalah:
-       Berurusan dengan batas- batas organisasi
-       Menghubungkan kemudian mencocokan aktivitas perusahaan dengan sumber daya
perusahaan
-       Membutuhkan kesesuaian dari aktivitas organisasi denan sumber daya
-       Memiliki implikasi sumber daya utama untuk perusahaan
-       Dipengaruhi oleh nilai- nilai dan ekspektasi yang menerjemahkan strategi organisasi
-       Mempengaruhi arah jangka panjang perusahaan
Tahap utama dari keputusan strategi adalah sebagai berikut:
1.  Merumuskan strategi- strategi bisnis
2.  Mengkomunikasikan strategi- strategi tersebut diseluruh bagian perusahaan
3.  Mengembangkan dan melakukan taktik- taktik untuk mengimplementasikan strategi
tersebut
4.  Mengembangkan dan mengimplementasikan sistem manajemen kontrol untuk
memonitor keberhasilan dari tahap- tahap implementasi, dan karenanya
keberhasilan tersebut disampaikan dalam pertemuan strategi objektif.
Buku ini mendefinisikan Strategic Business Unit sebagai berikut: “Strategic
Business Unit (SBU) adalah subunit organisasi atau yang memiliki seperangkat 
produk atau jasa yang berbeda yang dijual ke pelanggan / kelompok pelanggan,
bertahan menghadapi dari pesaing yang jelas dan misi yang berbeda dari unit-unit  
operasi lain dalam perusahaan”.  Mengikuti pertumbuhan Lynch dan Cross (1991),
SBU adalah bisnis yang terpisah dalam jumlah besar, perusahaan biasanya
beragam, memiliki konsep bisnis dan misi yang berbeda, memiliki pesaing mereka
sendiri, terutama dari pihak eksternal dan membuat keputusan manajemen yang
independen.
Perusahaan bisnis menggunakan tiga tipe strategi, yaitu:
1.  Corporate strategy
Strategi ini menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan menentukan bisnis apa
yang diinginkan oleh perusahaan
2.  Competitive (business unit) strategy
Strategi ini terjadi pada unit bisnis, divisi atau level produk, dan hal itu mengacu
pada bagaimana sebuah perusahaan bersaing dalam masing- masing tipe aktivitas
dan mencoba untuk mencapai keuntungan yang relatif kompetitif terhadap para
pesaingnya
3.  Functional (operational) strategy
Kepedulian terhadap strategi perusahaan yang berkaitan dengan berbagai
fungsional atau aktifitas operasional, seperti perekrutan, pemasaran, penyaluran,
dan iklan.
Ada beberapa tipologi strategi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.  Simons strategy typology
-       Strategi sebagai proses
Strategi ini menjelaskan aktivitas inheren manajemen dalam membentuk ekspektasi
dan tujuan dan memfasilitasi pekerjaan pada perusahaan dalam mencapai tujuan
tersebut.
-       Strategi sebagai posisi yang kompetitif
Strategi ini mengacu kepada bagaimana perusahaan bersaing dalam pasarnya
-       Strategi tingkat bisnis
Strategi ini mengacu kepada bagaimana perusahaan bersaing dalam bisnis yang
diberikan dan posisinya sendiri diantara para pesaingnya
-       Strategi tingkat perusahaan
Strategi ini konsen dengan menentukan bisnis apa atau bisnis perusahaan yang
dipilih untuk bersaing dan jalan yang paling efektif terhadap alokasi sumber daya
langka antar unit bisnis.
2.  Miles dan Snow’s (1978) tipologi strategi
Miles dan Snow menyarankan bahwa perusahaan mengembangkan dengan sadar
sebuah image untuk mendemonstrasikan bagaimana dan kenapa struktur dan
proses organisasi mencerminkan kesimpulan mengenai pasar dan bagaimana
kesimpulan tersebut membuka jalan untuk pengembangan di masa yang akan
datang.
3.    Porter’s (1980) strategi kompetitif
Porter percaya bahwa ada banyak tipe strategi yang berbeda dengan sistem
pengendalian karyawan yang spesifik. Michael porter (1980) berpendapat bahwa
tidak terdapat banyak jenis strategis yang berbeda secara spesifik dari sistem
kontrol yang digunakan. Dia mengusulkan SBU untuk mengalahkan organisasi lain
dalam industri tertentu yakni dengan biaya rendah dan diferensiasi.
      Keunggulan biaya (low cost), adalah strategi mengefisienkan seluruh biaya produksi
sehingga menghasilkan produk atau jasa yang bisa dijual lebih murah dibandingkan
pesaing. Strategi harga murah ini fokusnya pada harga, jadi biasanya produsen tidak
terlalu perduli dengan berbagai faktor pendukung dari produk ataupun harga yang
penting bisa menjual produk atau jasa dengan harga murah kepada konsumen.
Warung Tegal misalnya mengandalkan strategi harga. Mereka tidak perduli dengan
kenyamanan orang ketika makan, bahkan juga dengan kebersihan, yang penting
bisa menawarkan menu makanan lengkap dengan harga yang sangat bersaing.
      Differensiasi, adalah strategi memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan
penawaran yang diberikan oleh kompetitor. Strategi differensiasi mengisyaratkan
perusahaan mempunyai jasa atau produk yang mempunyai kualitas ataupun fungsi
yang bisa membedakan dirinya dengan pesaing. 
Michael porter mengidentifikasi lima dasar kekuatan kompetitif yang menentukan
intensitas persaingan dalam suatu industri yaitu :
a.  Ancaman pelaku bisnis yang baru (threat of entry). Kekuatan tawar menawar pelaku
bisnis yang baru terkait dengan apakah memasuki industri tersebut gampang atau
tidak. Apakah ada hambatan yang besar (barrier to entry), misalnya dari sisi
investasi, teknologi, orang, pengetahuan, dan lain-lain. Jika hambatan masuknya
kecil, kemungkinan pemain baru akan masuk juga sangat besar, artinya setiap saat
dalam suatu industri akan terjadi persaingan yang sangat ketat. 
b.  Ancaman produk pengganti (threat from subtitute product). Produk pengganti adalah
produk lain di luar produk sejenis yang mempunyai fungsi hampir sama dengan
produk atau jasa perusahaan yang bisa saling menggantikan. Jasa penerbangan
misalnya, produk penggantinya adalah jasa transportasi darat dan laut. Kekuatan
tawar produk pengganti besar jika terdapat harga yang sangat berbeda antara
produk utama dengan produk pengganti. 
c.   Kekuatan tawar menawar pembeli (bargaining power of consumers). Di sini adalah
bagaimana pembeli mendapatkan informasi dan penawaran yang beragam dari
berbagai produsen. Dengan tawaran yang begitu banyak di pasar, pembeli memang
akan mempunyai kekuatan tawar menawar yang lebih besar karena punya cukup
banyak pilihan.
d.  Kekuatan tawar menawar pemasok (bargaining power of supplier). Pemasok dalam
hal ini adalah perusahaan yang memberikan bahan mentah, orang atau tenaga
kerja, teknologi dan yang lainnya yang mendukung suatu produksi. Pemasok akan
memiliki kekuatan yang besar jika sesuatu yang dipasok merupakan hal penting dan
tidak banyak perusahaan lain menyedikan, tetapi jika banyak perusahaan lain
menyedikan maka kekuatan pemasok tidak terlalu besar.
e.  Pesaing  yang  sudah ada (rivalry among existing competitor) Persaingan dalam
industri meliputi banyaknya pesaing langsung dalam bisnis yang dijalankan.
Banyaknya persaingan di sini dibandingkan dengan faktor kebutuhan masyarakat
akan produk ataupun jasa yang ditawarkan. Jika supply sudah terlalu banyak dan
melebihi demand yang ada, maka kondisi persaingan sudah sangat ketat. 
4.    Mintzberg’s five Ps for strategy
Mintzberg menjelaskan strategi organisasi oleh five Ps. Menurutnya Strategi adalah:
-       Rencana, ketika itu memberikan sebuah kesadaran yang dimaksudkan pada
kegiatan sebagai sebuah pedoman untuk berurusan dengan sebuah situasi
-       Cara, jika strategi itu adalah sebuah manufer spesifik untuk mengecoh para pesaing
-       Pola, dalam sebuah aliran dari kegiatan untuk sebuah strategi yang dimaksudkan
untuk direalisasikan
-       Posisi, adalah sebuah posisi perusahaan dalam lingkungan bisnisnya
-       Perspektif, merupakan sebuah jalan yang digunakan dalam mengamati hal- hal
yang ada dalam pikiran pihak yang membuat perasaan tertarik.
            Tipologi misi bisnis menghubungkan kenyataan yang ada dengan tujuan
strategi yang dikejar. Hal itu merupakan sebuah rangkaian kesatuan yang
sebenarnya dengan membangun pada salah satu tujuan dan mencapai pada tujuan
yang lainnya. Pangsa pasar adalah sebuah tujuan terpenting dimana tujuan strategi
adalah untuk membangun, bahkan jika pada biaya jangka pendek dalam hasil
keuangan. Organisasi membangun misi dengan menggunakan kemungkinan untuk
mengalami ketergantungan yang lebih besar dengan individu eksternal. Capital
Invesment menandakan sebuah misi membangun penunjang untuk 
(ketergantungan lebih besar pada pasar modal), perluasan kapasitas
(ketergantungan lebih besar pada teknologi), peningkatan pangsa pasar
(ketergantungan lebih besar pada pelanggan dan pesaing) dan peningkatan volume
produksi (ketergantungan lebih besar pada bahan baku pemasok dan pasar tenaga
kerja). Dalam jangka panjang, kekuatan pasar kompetitif mencegah perusahaan
melewati kenaikan biaya kepada pelanggan, dan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan hanya muncul dengan memiliki produktivitas lebih tinggi dari pesaing
atau dengan menawarkan produk dan layanan khusus. Dengan demikian biaya
mungkin kurang signifikan dalam membangun daripada dalam keadaan untuk
mencapai hasil,  karena itu dengan membangun unit lebih mungkin untuk
menempatkan penekanan lebih besar untuk menjaga tingkat produksi sampai tingkat
yang dianggarkan danmengidentifikasi kegagalan dalam mencapai hasil.
Sebaliknya, hasil operasi perusahaan adalah pasar produk yang stabil dan sempit
(Hoque, 2000b).
Dalam buku ini, ketidakpastian lingkungan mengacu pada ketidakmampuan
perusahaan untuk memprediksi secara akurat efek dari berbagai aspek lingkungan
eksternal perusahaan, seperti pelanggan, pemasok, deregulasi dan gloabalisation,
proses teknologi, pesaing, peraturan pemerintah, lingkungan ekonomi dan hubungan
industrial. Dalam hal ini penekanannya pada persepsi manajer atas lingkungan
organisasi mereka seperti keadaan ekonomi, politik, hukum, persaingan dalam
teknologi, dan tentu saja dari ketidakpastian lingkungan yang sebenarnya. Dalam
berbagai literatur, saat ini di berbagai daerah menunjukkan bahwa ketidakpastian
lingkungan dari sebagian besar perusahaan telah meningkat pesat pada 1990-an
yang didorong oleh faktor-faktor seperti percepatan dalam tingkat penyebaran
teknologi, regulasi yang lebih besar dan globalisasi (Hamel dan Prahalad, 1994;
Cooper 1995; Goldman et al, 1995.). Perusahaan beradaptasi dengan
ketidakpastian ini dengan mengadopsi, struktur strategi dan sistem (termasuk
evaluasi kinerja) yang memungkinkan fleksibilitas yang tetap membuka pilihan dan
kemampuan merespon cepat ketidakpastian lingkungan yang terjadi. Ada hubungan
antara strategi dan ketidakpastian lingkungan. Sebagai contoh, perusahaan fokus
pada mencari cara untuk mengurangi produksi dan biaya distribusi, untuk memotong
biaya pemasaran dan untuk meningkatkan kualitas produk dengan tujuan jangka
pendek untuk memaksimalkan keuangan, mereka akhirnya mengalamai
ketidakpastian ketiks perusahaan bersaing membangun dominasi dalam pangsa
pasar dengan memperkenalkan produk baru dan mengembangkan pasar baru
mereka, maka sudah jelas akan menghadapi ketidakpastian yang tinggi. Dengan
demikian tingkat ketidakpastian yang tinggi bagi perusahaan harus diikuti dengan
membangun strategi dan biaya relatif rendah ketika strategi akan dikejar(Hoque,
2000b).
Manajemen Biaya

Pengertian manajemen biaya adalah

1. Filososfi dalam upaya perbaikan terus menerus dalam


peningkatan pelayanan dengan biaya rendah.
2. Sikap proaktif atau kebiasaan yang mendasarkan
bahwa setiap biaya produksi (keluaran) merupakan hasil
keputusan manajemen.
3. Teknik atau rangkaian teknik dalam menentukan atau
mencapai tujuan organisasi.
 

Informasi Manajemen Biaya meliputi informasi yang


bersifat keuangan dan non keuangan yang penting
bagi keberhasilan perusahaan. Informasi manajemen
biaya disediakan untuk masing – masing fungsi utama
manajemen, yaitu :

1. Manajemen strategi merupakan pengembangan posisi


kompetitif sehingga keunggulan kompetitif dapat
menyebabkan kesuksesan yang berkesinambungan.
Strategi adalah seperangkat  tujuan dan rencana
tindakan yang spesifik yang jika dicapai akan
memberikan suatu keunggulan kompetitif yang
diharapkan. Manajemen strategi meliputi
pengidentifikasian  dan pengimplementasian tujuan –
tujuan dan rencana tindakan tersebut.
2. Perencanaan dan pengambilan keputusan meliputi
a. Penganggaran dan perencanaan laba
b. Pengelolaan arus kas
c. Keputusan – keputusan lain yang berkaitan
dengan operasi perusahaan.
3. Pengendalian operasional berlangsung ketika para
manajer menengah memonitor aktivitas para manajer
operasional dan para karyawan. Sebaliknya,
pengendalian manajemen merupakan evaluasi terhadap
para manajer tingkat menegah oleh para manajer
diatasnya.
4. Penyusunan laporan keuangan ; Manajemen tunduk
pada persyaratan pelaporan yang dikeluarkan industri
sejenis, kelompok profesional yang relevan. Informasi
laporan keuangan juga mencakup tiga fungsi
manajemen lainnya karena informasi ini merupakan
bagian penting dari perencanaan, pengambilan
keputusan dan manajemen strategi.
 

Lingkungan bisnis kontemporer merupakan lingkungan


bisnis yang berpengaruh pada praktek manajemen
biaya. Perubahan dinamis dari lingkungan bisnis yang
berpengaruh pada praktek manajemen biaya tersebut
yakni :

1. Lingkungan Bisnis Global


2. Teknologi informasi dan pemanufakturan
3. Fokus pada pelanggan
4. Organisasi manajemen
5. Pertimbangan – pertimbangan sosial politik dan
budaya.
 

Teknik Manajemen Kontemporer ; Para manajer


menggunakan teknik berikut untuk
mengimplementasikan strategi perusahaan untuk
mencapai keberhasilan. Teknik tersebut yaitu :

1. Benchmarking
Proses mengidentifikasi faktor keberhasilan dari
perusahaan lain lalu mengimplementasikan perbaikan
dalam proses perusahaan untuk mencapai kinerja
yang sama bahkan lebih baik dari para pesaingnya.

1. Manajemen Kualitas Total


Teknik manajemen untuk mengembangkan kebijakan
dan praktek untuk meyakinkan bahwa produk dan jasa
perusahaan memenuhi harapan pelanggan.
Pendekatan ini meliputi :

1. Peningkatan fungsionalitas produk


2. Realibility / kehandalan
3. Durability / ketahanan
4. Serviceability / kemudahan produk untuk diperbaiki.
5. Continous Improvement
Manajer dan pekerja setuju terhadap program ini
dalam hal kualiatas dan faktor keberhasilan .

1. Activity – Based Costing


untuk meningkatkan akurasi analisis biaya dengan
memperbaiki cara penulusuran biaya ke objek biaya.

Activity – Based Management

menggunakan analisis aktivitas untuk meningkatkan


pengendalian operasional dan pengendalian
manajemen.

1. Reengineering
Proses menciptakan keunggulan komparatif dimana
perusahaan mengorganisasikan kembali fungsi
organisasi dan manajemennya hingga menghasilkan
pesanan atau pekerjaan yang sudah dimodifikasi,
digabung atau dihilangkan.

1. The Theory Of Constraint atau Teori Kendala


Mengubah bahan menjadi produk secara efektif
meningkatkan factor keberhasilan dengan konsep
utamanya adalah throughput atau kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan kas melalui penjualan
dan dapat diperbaiki secara langsung dengan
meningkatkan kecepatan produk diproses sampai
dengan dijual.

1. Mass Customization
Pemasaran dan proses produksi dirancang hingga
dapat menangani peningkatan variasi yang timbul dari
pengiriman produk pesanan dan jasa kepada
pelanggan.

1. Target Costing
Menentukan biaya yang diharapkan suatu produk
berdasarkan harga yang kompetitif sehingga dapatkan
laba. Jadi biaya ditentukan oleh harga.

1. Life Cycle Costing Life Cycle Costing


Mengidentifikasi dan memonitor biaya produk selama
siklus hidup produk. Tahap siklus meliputi :

1. Riset dan pengembangan


2. Perancangan produk termasuk membuat prototype
dan pengujian
3. Produksi atau pembuatan, inspeksi, pengepakan, dan
penggudangan
4. Pemasaran, promosi dan distribusi
5. Penjualan dan pelayanan.
10. The Balanced Scorecard
Akuntansi melaporkan kinerja perusahaan
berdasarkan faktor keberhasilan dalam empat
dimensi, yaitu :

1. Kinerja keuangan
2. Pengukuran profiabilitas
3. Kepuasan pelanggan
4. Kepuasan mengukur kualitas pelayanan dan
rendahnya biaya dibandingkan dengan perusahaan lain
sebagai indikator seberapa baik perusahaan
memuaskan pelanggan
5. Proses bisnis internal
6. Mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam
memproduksi produk dan jasa
7. Inovasi dan pembelajaran
8. Mengukur kemampuan perusahaan mengembangkan
dan memanfaatkan sumber daya manusia sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai.
 

Mengembangkan strategi kompetitif yaitu dengan


fokus pada pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai