Anda di halaman 1dari 12

Mirza Adliawan : 165020307111061

Utsman Trauvan M. : 155020307111045

RESUME BAB I :
ACCOUNTING FOR STRATEGIC MANAGEMENT : INTRODUCTION AND THE
CONCEPTUAL FRAMEWORK

STRATEGIC MANAGEMENT ACCOUNTING : WHAT IS IT AND WHAT DOES IT


OFFER?

Strategic Management Accounting adalah proses mengidentifikasi, mengumpulkan,


memilih dan menganalisis data akuntansi, untuk membantu manajemen dalam membuat
keputusan strategis serta untuk menilai efektivitas organisasi. Strategic Management
Accounting harus memenuhi tujuan sebagai penyedia informasi organisasi serta kontrol dan
evaluasi kinerja. Informasi akuntansi diberikan sebagai alat atau sarana untuk membantu
manajer menjalankan fungsi-fungsi manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

FINANCIAL ACCOUNTING, COST ACCOUNTING, COST MANAGEMENT,


MANAGEMENT ACCOUNTING AND STRATEGIC COST : HOW DO THEY RELATE?

Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan
laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor, pemasok serta
pemerintah. Laporan ini yang disusun untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan
pemilik perusahaan untuk menilai prestasi manager atau dipakai manager sebagai bentuk
pertanggungjawaban terhadap para pemegang saham. Hal terpenting dalam Akuntansi
Keuangan adalah adanya standar akuntansi keuangan (SAK) yang merupakan aturan yang
harus digunakan didalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan terutama untuk pihak
eksternal.
Akuntansi Manajemen adalah sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan
penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasi dan
untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan
memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol.

Dua kunci yang harus tentang manager dan informasi akuntansi yaitu :
 Manajer memerlukan informasi dan perlu memahami kegunaannya serta perlu
tahu bagaimana menggunakannya.
 Manajemen informasi akuntansi dapat memberikan kontribusi pada bidang
manajemen berikut: perumusan kebijakan, perencanaan dan mengendalikan
kegiatan perusahaan, pengambilan keputusan mengenai cara alternatif tindakan
dan sebagainya.

Akuntansi biaya merupakan hal yang berkaitan dengan penetapan dan pengendalian
biaya yang merupakan alat bagi manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya
secara sistematis, memberikan informasi tentang biaya perusahaan yang dapat digunakan
untuk tujuan baik eksternal maupun internal. Akuntansi biaya meliputi topik seperti Cost
Volume Profit (CVP) analysis, budgeting, relevant costing, job costing, process costing,
activity based costing (ABC), activity based management (ABM) dan cost allocation
processes.
Manajemen Biaya adalah suatu bentuk akuntansi manajemen yang memungkinkan
sebuah bisnis untuk memprediksi pengeluaran yang akan datang untuk membantu
mengurangi kemungkinan akan melebihi anggaran merencanakan biaya dalam melakukan
bisnis. Manajemen biaya strategik adalah penggunaan data biaya untuk mengembangkan dan
mengidentifiasi strategi yang unggul yang akan menghasilkan keunggulan bersaing yang
berkelanjutan di masa yang akan datang.
Dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan, akuntansi biaya, manajemen biaya,
manajemen biaya strategis, akuntansi manajemen dan akuntansi manajemen strategis semua
berkontribusi terhadap informasi, baik informasi keuangan atau pun informasi non keuangan.

TWO COMPETING MODELS OF BUSINESS : ACCOUNTING AND ECONOMIC

BROAD-SCOPE MANAGEMENT ACCOUNTING SYSTEM (MAS) INFORMATION

Didalam literatur Akuntansi manajemen adanya Management Accounting System


tersebut harus berkembang untuk fokus pada nilai organisasi untuk menambah aktivitas, hal
tersebut terjadi dengan adanya relatifitas terhadap kompetitornya. Jenis Management
Accounting System itu menghasilkan yang disebut Management Accounting System dengan
cakupan yang luas yang memungkinkan menghasilkan informasi yang diperlukan untuk
membuat keputusan ekonomi yang dapat berhasil dalam jangka panjang. Penelitian telah
menunjukkan bahwa ketidakpastian lingkungan ekonomi menyiratkan kesulitan dalam
memprediksi peristiwa masa depan, oleh karena itu, mereka perlu informasi yang tepat
waktu, relevan dan akurat untuk mengatasi situasi operasi yang tidak pasti. Dari perspektif
akuntansi sektor publik, Hoque dan Mia (2001) menunjukkan bahwa Management
Accounting System tradisional seperti penganggaran sebelumnya dan anggaran pada
umumnya hanya berkaitan dengan input biaya yang diperlukan untuk mempertahankan
program anggaran belanja yang tidak mengharuskan untuk bagaimana pengeluaran ini terkait
dengan hasil. Management Accounting System mencakup cakupan yang luas dengan
informasi yang berhubungan dengan berbagai masalah non keuangan, seperti diuraikan di
atas bahwa harapan ke masa yang akan datang tidak hanya berhubungan dengan masalah
internal saja tetapi juga masalah diluar organisasi tersebut.

THEORETICAL PERSPECTIVE OF MANAGEMENT ACCOUNTING

Selama dekade terakhir, banyak kajian literatur di bidang akuntansi


manajemen dalam organisasi. Para peneliti berusaha untuk memahami dan memeriksa
sistem akuntansi manajemen dalam organisasi dari berbagai pendekatan teoritis akuntansi
manajemen. Bagian berikutnya menggambarkan pendekatan-pendekatan yang ditemukan
secara luas digunakan dalam penelitian akuntansi manajemen yakni pendekatan ekonomi
secara rasional teknis. Berdasarkan teori ekonomi neoklasik, pendekatan rasional teknis
menganggap akuntansi manajemen sebagai keputusan untuk membuat alat yang
membantu memaksimalkan tujuan organisasi. Menurut teori Manajemen kontrol,
pendekatan rasional teknis membantu manajer dalam membuat jenis keputusan
rasional untuk memaksimalkan tujuan organisasi (Anthony, 1965). Dalam pendekatan
rasional teknis mengasumsikan bahwa untuk meningkatkan informasi akuntansi selalu
adanya pengenalan pengembangan melalui teknik baru. Contoh dalam hal ini yakni di
sektor publik, adalah dengan pengenalan akuntansi akrual. Akuntansi akrual diperkenalkan di
sektor publik untuk meningkatkan informasi akuntansi yang dihasilkan dalam pengambilan
keputusan yang lebih baik. Selain itu, aturan teknis seperti peraturan, regulasi atau aturan
yang ditetapkan oleh badan standar pengaturan telah dikaitkan dengan perubahan akuntansi
sektor publik untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan organisasi sektor
publik (Moll, 2000).
Dalam teori klasik Weber (1947). Weber melihat birokrasi sebagai bentuk
organisasi untuk mencapai otoritas hukum rasional. ia berpendapat bahwa otoritas
struktur dalam organisasi tergantung arti dan modus umum dari kontrol dan kekuasaan dalam
masyarakat. Menurut Weber, birokrasi merupakan sarana dominasi, penggunaan dan
arah berbeda serta consequens untuk tindakan sosial merupakan pusat untuk analisis
organisasi. Dalam literatur tentang organisasi menemukan dua gagasan rasionalitas
dalam teori Weber birokrasi, yaitu :
Pencapaian berakhir dengan cara perhitungan dengan seksama. Fokusnya adalah
pada sarana, kecukupan atau ketidakcukupan bahkan jika tujuan ini memiliki dasar
agama atau mistik.
Makna kedua istilah ini mengacu pada jenis rasionalisasi pemikiran sistematis serta
mengenakan penguasaan teoritis, meningkatkan realitas melalui ide-ide yang tepat dan
abstrak. Dalam arti negatif, proses rasionalisasi mengarah pada penolakan terhadap
semua nilai-nilai agama, metafisik atau tradisional dan penjelasan tentang dunia.
Ada pandangan bahwa partisipasi dalam proses anggaran dapat memiliki sebuah efek
positif atau negatif pada individu, motivasi perilaku dan kepuasan. Pandangan hubungan
manusia menunjukkan bahwa hubungan antara pribadi, anggota organisasi sangat penting
untuk kinerja. Studi keterkaitan manusia dapat membantu menjelaskan sistem operasi
akuntansi dan pengendalian sesuai dengan sikap individu, perilaku dan kepuasan kerja selain
itu studi hubungan manusia telah memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih luas
tentang bagaimana berbagai aspek manusia dapat mempengaruhi operasi organisasi akuntansi
dan sistem kontrol. Melalui pendekatan hubungan manusia, peneliti menemukan bagaimana
manajer menggunakan informasi akuntansi untuk mengekspresikan gaya kepemimpinan
mereka sendiri, ini mencakup dampak partisipasi / konsultasi dalam proses pengambilan
keputusan, motivasi, dan pengaruh hubungan interpersonal antara organisasi (Macintosh,
1985, 1994).
Gagasan utama dari teori kontingensi organisasi adalah bahwa tidak ada model
universal yang diterima dari organisasi yang menjelaskan keragaman dalam desain organisasi
(Lawrence dan Lorsch, 1967: Woodward, 1965). Dalam hal ini bahwa desain organisasi
tergantung pada faktor-faktor kontingen yang relevan dengan situasi. Namun demikian, teori
kontingensi tunduk pada kritik dari berbagai sumber. Adanya kritik yang berhubungan
dengan kekurangan teoritis dan asumsi metodologis dari pendekatan ini dengan
adanya kritikus yang berpendapat bahwa teori-teori kontingensi didasarkan pada pandangan
yang sangat teknis didalam organisasi, (Hopper dan Powell ;1985, p 441) mengatakan: Teori
kontingensi menganggap bahwa berbagai pola perilaku sehingga dibutuhkan dalam berbagai
situasi dalam kepemimpinan.
Agency Theory mengarahkan dirinya pada analisis pengendalian manajemen
terhadap berbagai bentuk hubungan kontraktual antara pemilik (principals) dengan
perwakilan (agents) yang ditunjuk oleh pemilik untuk mewakilinya dalam transaksi. Jensen
dan Meckling (1976) melihat hal ini berkenaan dengan penyalahgunaan kebijakan
yang sudah didelegasikan pemilik kepada agents, tetapi agents dengan kecurangan
yang diperbuatnya merusak kepentingan principals. Pada Agency Theory, kerugian
yang dialami oleh principals dapat dicegah lewat pengendalian secara ketat terhadap
agents,monitoring dan sanksi, atau lewat perikatan (bonding).
Agency Theory berkembang menjadi isu manajerial setelah adanya penyertaan
isu tentang pengendalian hasil atau bentuk perilaku (behavioural terms). Manajer
dipahami sebagai agen yang mengejar kepentingan pribadi terhadap kepentingan investasi
pemilik atau pemegang saham perusahaan yang kemudian menciptakan sisa kerugian
residual (residual-loss), dikarenakan kepentingan pribadi manajer (Jensen and Mackling,
1976).
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dalam akuntansi mulai melihat kontrol sosial
dan fenomena politik dibangun (yang bertentangan dengan peran teknis-rasional akuntansi
dalam organisasi). Peneliti telah menyerukan lebih banyak studi interpretatif untuk
mendapatkan lebih tentang pemahaman sistem akuntansi dan pengendalian dalam
organisasi, cara terbaik untuk mengajukan masalah bagaimana mengidentifikasi data yang
paling relevan dan bagaimana menafsirkan makna individual dan persepsi masyarakat dalam
suatu organisasi, Hopper dan Powell (1985, p 446) mengatakan bahwa, “Orang-orang terus-
menerus menciptakan realitas sosial mereka dalam interaksi dengan lainnya. Hal ini adalah
tujuan dari pendekatan interpretatif untuk menganalisis realitas sosial seperti cara di mana
mereka secara sosial dibangun dan dinegosiasikan”.
Teori birokrasi yang diungkapkan Weber juga terkait dengan pendekatan interpretatif
untuk mempelajari kontrol. Menurut Weber "birokrasi" dalam arti "interpretatif" mengacu
pada keyakinan yang mendasari cara orang bertindak dan berpikir dalam proses pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi. Weber (1968) melihat birokrasi sebagai alat dominasi
politik yang timbul dari apa yang dianggap sebagai sumber legatimasi otoritas. Menurut
Collignon dan Covaleski (1991, hal 151.): “Meskipun Weber tidak memperlakukan subjek
langsung, pemikirannya menyiratkan kemungkinan menganalisis perlawanan anggota
organisasi terhadap dominasi dan mekanismenya dalam praktik akuntansi”. Untuk
itu penelitian mengadopsi pendekatan interpretatif untuk penelitian akuntansi dengan
keyakinan bahwa lebih baik dapat mengidentifikasi aspek sosial, ekonomi dan politik dari
sistem kontrol manajemen dalam organisasi dari perspektif pelaku yang terlibat dalam
operasi mereka.
Pendekatan di atas menyatakan dengan akuntansi manajemen gagal untuk
menjelaskan sepenuhnya hubungan antara pemerintahan, perekonomian negara, dan proses
organisasi. (Tinker et al.,1982; Cooper dan Sherer, 1984) telah menyarankan bahwa
pendekatan tradisional yang didasarkan pada ekonomi neoklasik menganggap jauh hubungan
antara pemerintahan, ekonomi dan masyarakat (Menurut Scapens, 1994). Adanya pandangan
bahwa ada banyak varian yang berbeda dari persepektif politik dan ekonomi. Pendekatan
Political Economy terdiri dari individu yang kinerjanya mendominasi dalam pilihan social
karena kekuasaan dan konflik, anggota organisasi di dalam dan di luar organisasi dapat
mencoba untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Berikut
pendekatan Political Economy yang membantu mendamaikan konflik kepentingan itu melalui
negosiasi dengan serangkaian kompromi dan aliansi dapat muncul dalam organisasi.
Pendekatan Political Economy berdasarkan rangkaian sejarah dunia sosial. Ia mencoba untuk
memahami fenomena tertentu dari konteks sosial-politiknya yang ada pada waktu dan tempat.
Peran sejarah diperlakukan sebagai peran perubahan sistem ekonomi dan mengapa dan
bagaimana perubahan ini menjadi baris pemikiran filosofis, pendekatan Political Economy,
bergantung pada konteks historis dan pemahaman tentang arti, struktur dan makna dari suatu
kegiatan ekonomi atau perilaku yang membutuhkan, antara lain, pemahaman tentang unsur-
unsur pokok dari kerangka kerja sosialnya.
Bagian lain yang utama dari pendekatan Political Economy adalah bahwa
memperhitungkan legitimasi kelembagaan masyarakat dalam menjelaskan proses manajemen
dalam suatu organisasi. "Lembaga" adalah pola, yang menentukan apa yang dirasakan tepat,
menurut pendekatan Political Economy, kegiatan ekonomi dalam suatu masyarakat
cenderung untuk menampilkan karakter sosial: tindakan dan praktek agen-agen ekonomi
yang terstruktur dan dibentuk dalam proses sosial. Penelitian telah melihat bahwa memahami
tindakan ini dan praktek pemahaman tentang, proses ekonomi, budaya, sosial dan politik
dalam organisasi itu sendiri dan hubungan dengan organisasi lain dan masyarakat pada
umumnya.
Suatu Organisasi dapat mengubah stuktur organisasi dan budaya organisasi untuk
menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar dan
dapat memastikan kelangsungan hidup dimasa yang akan datang. Ada pandangan dalam
literatur organisasi bahwa organisasi berubah dalam menanggapi permasalahan yang ada
untuk perbaikan berkelanjutan. Sementara hubungan dengan sejarah organisasi dalam
perubahan dari waktu ke waktu telah dibatasi dengan siklus industri dan yang digunakan
dalam perkembangan sejarah spesifik perusahaan sebagai kekuatan perubahan. Kekuatan
eksternal dari perubahan dapat dikategorikan sesuai dengan perubahan sosial
budaya, perubahan politik / hukum, kondisi ekonomi atau pengembangan teknologi.
Perubahan sosial budaya yang mengacu pada perubahan keyakinan masyarakat, sikap,
pendapat dan gaya hidup. Misalnya demografi, keterampilan dan kepedulian terhadap
lingkungan yang mungkin dipengaruhi budaya sosial yang memaksa organisasi untuk
berubah. Perubahan politik dan hukum sering merupakan akibat dari perubahan dalam
pemerintahan, seperti undang-undang pemerintah dan ideologi pemerinta, peraturan daerah
dan perpajakan. Di sisi lain, efek dari kondisi ekonomi suatu organisasi tidak terlepas dari
industri. Contoh pengaruh ekonomi dapat mencakup pesaing, pemasok, tingkat lapangan
kerja, kebijakan ekonomi pemerintah dan mengubah masyarakat dengan kepemilikan pribadi
(go public). Akhirnya, faktor teknologilah yang memaksa suatu organisasi untuk mengubah
proses termasuk produksi baru atau proses komputerisasi (Senior, 1997).
Perubahan organisasi cenderung mendominasi dua sifat organisasi, yaitu struktur
organisasi dan karakteristik budaya dalam organisasi. Struktur organisasi menentukan
aktivitas pekerjaan, tanggung jawab dan akuntabilitas yang memungkinkan manajer untuk
mengatur dan mendistribusikan sumber daya dan juga membangun hirarki kekuatan
organisasi. Emmanuel, Otley, dan Merchant (1990) mengklaim bahwa desain struktur
organisasi secara signifikan dapat mempengaruhi dan mengontrol perilaku karyawan. Senior
(1997) mengklaim bahwa organisasi mengubah struktur mereka untuk kinerja yang lebih baik
dan sebagai mekanisme untuk perubahan. Struktur organisasi dapat didefinisikan dalam hal
sentralisasi atau desentralisasi, efisiensi atau efektivitas, profesionalisme vs manajemen,
kontrol terhadap komitmen dan perubahan terhadap stabilitas (Carnall, 1990). Dalam sebuah
organisasi yang sangat terdesentralisasi yakni proses pengambilan keputusan, organisasi
besar cenderung mampu menangani tingkat tinggi ketidakpastian dan garis akuntabilitas yang
jelas diidentifikasi. Organisasi terpusat atau organisasi yang sangat birokratis yang
berlawanan. Mereka beroperasi sesuai dengan aturan yang jelas dalam peraturan, manager
puncak bertanggung jawab atas kemajuan organisasi dan semua keputusan dibuat di tingkat
manajemen (Calnall, 1990). Dalam penelitian yang dilakukan oleg George (1983),
memunculkan perdebatan antara menyediakan karyawan dengan informasi akuntansi selama
periode perubahan dapat mengurangi resistensi terhadap perubahan. Pendapat ini kemudian
di dukung oleh Parker (1976), yang mengklaim bahwa menyediakan karyawan dengan
informasi manajemen akuntansi dapat menyebabkan citra diri positif. Johnson (1992)
mengklaim bahwa kewenangan karyawan dengan informasi akuntansi seperti target kinerja
dapat menyebabkan upaya yang lebih baik dan komitmen yang lebih besar dalam keterlibatan
yang merupakan output dari karyawan.
Manajemen Biaya

Pengertian manajemen biaya adalah

1. Filososfi dalam upaya perbaikan terus menerus dalam peningkatan


pelayanan dengan biaya rendah.
2. Sikap proaktif atau kebiasaan yang mendasarkan bahwa setiap biaya
produksi (keluaran) merupakan hasil keputusan manajemen.
3. Teknik atau rangkaian teknik dalam menentukan atau mencapai tujuan
organisasi.

Informasi Manajemen Biaya meliputi informasi yang bersifat


keuangan dan non keuangan yang penting bagi keberhasilan
perusahaan. Informasi manajemen biaya disediakan untuk masing
– masing fungsi utama manajemen, yaitu :

1. Manajemen strategi merupakan pengembangan posisi kompetitif


sehingga keunggulan kompetitif dapat menyebabkan kesuksesan yang
berkesinambungan. Strategi adalah seperangkat tujuan dan rencana
tindakan yang spesifik yang jika dicapai akan memberikan suatu
keunggulan kompetitif yang diharapkan. Manajemen strategi meliputi
pengidentifikasian dan pengimplementasian tujuan – tujuan dan
rencana tindakan tersebut.
2. Perencanaan dan pengambilan keputusan meliputi
a. Penganggaran dan perencanaan laba
b. Pengelolaan arus kas
c. Keputusan – keputusan lain yang berkaitan dengan operasi
perusahaan.
3. Pengendalian operasional berlangsung ketika para manajer menengah
memonitor aktivitas para manajer operasional dan para karyawan.
Sebaliknya, pengendalian manajemen merupakan evaluasi terhadap
para manajer tingkat menegah oleh para manajer diatasnya.
4. Penyusunan laporan keuangan ; Manajemen tunduk pada persyaratan
pelaporan yang dikeluarkan industri sejenis, kelompok profesional
yang relevan. Informasi laporan keuangan juga mencakup tiga fungsi
manajemen lainnya karena informasi ini merupakan bagian penting
dari perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen strategi.

Lingkungan bisnis kontemporer merupakan lingkungan bisnis yang


berpengaruh pada praktek manajemen biaya. Perubahan dinamis
dari lingkungan bisnis yang berpengaruh pada praktek manajemen
biaya tersebut yakni :

1. Lingkungan Bisnis Global


2. Teknologi informasi dan pemanufakturan
3. Fokus pada pelanggan
4. Organisasi manajemen
5. Pertimbangan – pertimbangan sosial politik dan budaya.
Teknik Manajemen Kontemporer ; Para manajer menggunakan
teknik berikut untuk mengimplementasikan strategi perusahaan
untuk mencapai keberhasilan. Teknik tersebut yaitu :

1. Benchmarking
Proses mengidentifikasi faktor keberhasilan dari perusahaan lain
lalu mengimplementasikan perbaikan dalam proses perusahaan
untuk mencapai kinerja yang sama bahkan lebih baik dari para
pesaingnya.

1. Manajemen Kualitas Total


Teknik manajemen untuk mengembangkan kebijakan dan praktek
untuk meyakinkan bahwa produk dan jasa perusahaan memenuhi
harapan pelanggan. Pendekatan ini meliputi :

1. Peningkatan fungsionalitas produk


2. Realibility / kehandalan
3. Durability / ketahanan
4. Serviceability / kemudahan produk untuk diperbaiki.
5. Continous Improvement
Manajer dan pekerja setuju terhadap program ini dalam hal
kualiatas dan faktor keberhasilan .

1. Activity – Based Costing


untuk meningkatkan akurasi analisis biaya dengan memperbaiki
cara penulusuran biaya ke objek biaya.

Activity – Based Management


menggunakan analisis aktivitas untuk meningkatkan pengendalian
operasional dan pengendalian manajemen.

1. Reengineering
Proses menciptakan keunggulan komparatif dimana perusahaan
mengorganisasikan kembali fungsi organisasi dan manajemennya
hingga menghasilkan pesanan atau pekerjaan yang sudah
dimodifikasi, digabung atau dihilangkan.

1. The Theory Of Constraint atau Teori Kendala


Mengubah bahan menjadi produk secara efektif meningkatkan
factor keberhasilan dengan konsep utamanya
adalah throughput atau kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kas melalui penjualan dan dapat diperbaiki secara
langsung dengan meningkatkan kecepatan produk diproses sampai
dengan dijual.

1. Mass Customization
Pemasaran dan proses produksi dirancang hingga dapat
menangani peningkatan variasi yang timbul dari pengiriman produk
pesanan dan jasa kepada pelanggan.

1. Target Costing
Menentukan biaya yang diharapkan suatu produk berdasarkan
harga yang kompetitif sehingga dapatkan laba. Jadi biaya
ditentukan oleh harga.

1. Life Cycle Costing Life Cycle Costing


Mengidentifikasi dan memonitor biaya produk selama siklus hidup
produk. Tahap siklus meliputi :

1. Riset dan pengembangan


2. Perancangan produk termasuk membuat prototype dan pengujian
3. Produksi atau pembuatan, inspeksi, pengepakan, dan penggudangan
4. Pemasaran, promosi dan distribusi
5. Penjualan dan pelayanan.
10. The Balanced Scorecard

Akuntansi melaporkan kinerja perusahaan berdasarkan faktor


keberhasilan dalam empat dimensi, yaitu :

1. Kinerja keuangan
2. Pengukuran profiabilitas
3. Kepuasan pelanggan
4. Kepuasan mengukur kualitas pelayanan dan rendahnya biaya
dibandingkan dengan perusahaan lain sebagai indikator seberapa baik
perusahaan memuaskan pelanggan
5. Proses bisnis internal
6. Mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam memproduksi
produk dan jasa
7. Inovasi dan pembelajaran
8. Mengukur kemampuan perusahaan mengembangkan dan
memanfaatkan sumber daya manusia sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai.
Mengembangkan strategi kompetitif yaitu dengan fokus pada
pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai