Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT SAINS DAN KONSEP TEKNOLOGI

Peranan Logika, Etika dan Estetika dalam Mengusulkan (proposal),


Melaksanakan Penelitian, dan Melaporkan Hasil Penelitian (skripsi)

Oleh :

Nama : Sulistiawan
NIM : F1B117018
Kelas : B
Jurusan : Fisika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Peranan Logika, Etika dan Estetika dalam Mengusulkan (proposal),
Melaksanakan Penelitian, dan Melaporkan Hasil Penelitian (skripsi) . Makalah ini telah
saya susun dengan maksimal, terlepas dari itu semua saya menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari para pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini selanjutnya.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang materi Peranan Logika, Etika
dan Estetika dalam Mengusulkan (proposal), Melaksanakan Penelitian, dan Melaporkan
Hasil Penelitian (skripsi) ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap para
pembaca.

Kendari, 18 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................


1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Logika, Etika dan Estetika...............................................................

2.2 Peranan Logika, Etika dan Estetika dalam Mengusulkan (proposal).................

2.3 Peranan Logika, Etika dan Estetika dalam Melakanakan Penelitian.................

2.4 Peranan Logika, Etika dan Estetika dalam Melaporan Hasil


Penelitian.................................................................................................................

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................

3.2 Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peneliti ialah insan yang memiliki kepakaran yang diakui dalam suatu bidang
keilmuan. Tugas utamanya ialah melakukan penelitian ilmiah dalam rangka
pencarian kebenaran ilmiah. Kreativitas peneliti melahirkan bentuk pemahaman baru
dari persoalan-persoalan di lingkungan keilmuannya dan menumbuhkan
kemampuan-kemampuan baru dalam mencari jawabannya. Pemahaman baru,
kemampuan baru, dan temuan keilmuan menjadi kunci pembaruan dan kemajuan
ilmu pengetahuan. Ilmuwan-peneliti berpegang pada nilai-nilai integritas, kejujuran,
dan keadilan. Integritas peneliti melekat pada ciri seorang peneliti yang mencari
kebenaran ilmiah. Dengan menegakkan kejujuran, keberadaaan peneliti diakui
sebagai insan yang bertanggung jawab. Dengan menjunjung keadilan, martabat
peneliti tegak dan kokoh karena ciri moralitas yang tinggi ini. Penelitian ilmiah
menerapkan metode ilmiah yang bersandar pada sistem penalaran ilmiah yang teruji.
Sistem ilmu pengetahuan modern merupakan sistem yang dibangun atas dasar
kepercayaan. Oleh karena itu peneliti dalam melakukan penelitian seperti
mengusulkan (proposal), melaksanakan penelitian dan melaporkan hasil penelitian
haruslah memiliki logika, etika dan estetika yang tinggi.

1.2. Tujuan Penulisan

Dalam tujuan penulisan ini diharapkan dapat memahami tentang


pengertian logika, etika dan estetika serta peranannya dalam mengusulkan
(proposal), melaksanakan penelitian dan melaporkan hasil penelitian (skripsi).
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Logika, Etika dan Estetika

2.1.1. Logika

Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu λσγσς (Logos) yang artinya
hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir
lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin: logika scientia)
yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika
(ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan
teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan
kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga
diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal
seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme. Logika sebagai ilmu
pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya
penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran
yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia
yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari
pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan
kesimpulan.

    Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-


hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan
filsafat yang praktis. Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan,
membandingkan dan menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain.
Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir
dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan
disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang
sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut
dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan
untuk berpikir.

2.1.2. Etika

Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani, yakni ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Secara teriminologi, etika adalah cabang filsafat yang
membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan
baik buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia, yaitu yang
menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan, kata-kata dan sebagainya. Menurut
Conny R. Semiawan (2005: 158) menjelaskan tentang etika itu sebagai: “the study
of the nature of morality and judgement”, kajian tentang hakikat moral dan
keputusan (kegiatan menilai). Selanjutnya Semiawan menerangkan bahwa etika
sebagai prinsip atau standar prilaku manusia, yang kadang-kadang disebut
dengan “moral”. Makna etika terdapat dua bentuk arti, pertama, etika merupakan
suatu perkumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-
perbuatan manusia. kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia lain. Dari
pengertian diatas dapat disederhanakan bahwa etika itu ialah sebuah kajian yang
membicarakan atau mengarah kepada nilai tingkah laku atau perbuatan seorang
manusia. Meliputi bagaimana caranya agar dapat hidup lebih baik dengan cara
menghindari keburukan. Etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika
normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa
adanya, tidak memberi penilaian, tidak memilih mana yang baik dan mana yang
buruk. Adapun etika normatif sudah memberikan penilaian mana yang baik dan
mana yang buruk, mana yang harus dikejakan mana yang tidak. Etika normatif
dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum membicarakan
prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai, motivasi suatu perbuatan, dan
sebagainya. Etika khusus adalah pelaksanaan dari prinsip-prinsip umum, seperti
etika pergaulan, etika dalam perkerjaan, dan sebagainya. Pembagian etika lainnya
adalah etika individual dan etika sosial.

2.1.3. Estetika

Estetika dari kata Yunani Aesthesis  atau pengamatan adalah cabang


filsafat yang berbicara tentang keindahan.  Objek dari estetika adalah pengamalan
akan keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dari keindahan,
bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan
rohani, keindahan alam dan keindahan seni), diselidiki emosi manusia sebagai
reaksi  terhadap yang indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan sebagainya.
Menurut Semiawan, menjelaskan estetika sebagai “the study of nature of beauty
in the fine art”, mempelajari tentang hakikat keindahan didalam seni. Estetika
merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat indah dan buruk.
Definisi estetika itu beragam. Tiap-tiap filsuf mempunyai pendapat yang berbeda
antara satu dengan yang lain. Tetapi pada prinsipnya, mereka sependapat bahwa
estetika adalah cabang ilmu filsafat yang membahas tentang keindahan/hal yang
indah, yang terdapat dalam alam dan seni. Selanjutnya, nilai baik sebanding
dengan nilai indah, tetapi kata” indah” lebih sering dikenakan pada seni,
sedangkan “baik” pada perbuatan. Di dalam kehidupan, indah lebih berpengaruh
ketimbang baik. Orang lebih tertarik pada rupa ketimbang pada tingkah laku.
Orang yang tingkah lakunya baik (etika), tetapi kurang indah (estetika), akan dipilih
belakangan, yang dipilih lebih dulu adalah orang yang indah, sekalipun kurang
baik. Dalam estetika  dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatif.
Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan,
sedangkan estetika normatif mencari dasar pengalaman itu. Misalnya, ditanyakan
apakah keindahan itu akhirnya sesuatu yang objektif (terletak dalam lukisan) atau
justru subjektif (terletak dalam mata manusia itu sendiri).
2.2. Peranan Logika, Etika, dan Estetika dalam mengusulkan (proposal)

Dalam mengusulkan (proposal) kita harus mempunyai satu topic


permasalahan yang harus dipecahkan dan ditemukan solusinya berdasarkan dari
uji coba penelitian ilmiah yang dibutuhkan dalam membuat suatu proposal. Dan
mempunyai pokok permasalahan yang jelas dan harus dipecahkan berdasarkan
fakta yang telah di uji coba secara ilmiah yang dibutuhkan dalam membuat
proposal, sebagai contoh permasalahan dalam melakukan proses transaksi
secara cepat dan menghemat waktu serta secara aman. Dalam proposal
permasalahan itu bisa diangkat sebagai topic untuk di teliti dan mencari jalan
keluarnya secara logis yang dapat dimengerti oleh semua kalangan orang.
Peranan berfikir logis dalam proposal dituangkan pada bagian Bab 1 latar
belakang masalah dimana topic yang diambil mempunyai suatu permasalahan
yang sedang diteliti dan harus dipecahkan, setelah itu ada bagian batasan
masalah dimana menjelaskan kelebihan dan kekurangan dalam memecahkan
masalah yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang masalah, serta bagian
tujuan penulisan yang menjelaskan tentang tujuan masalah tersebut untuk
dipecahkan. Berpikir ilmiah menjadi titik tolak karya ilmiah dan perkembangan
kegiatan ilmiah yang didalamnya memuat proses berpikir ilmiah. Dalam proses
berpikir ilmiah, terdapat dua logika yang memiliki pola berbeda, yaitu logika
berpikir deduktif dan induktif.

a. Berpikir deduktif

Berpikir deduktif didasarkan pada logika deduktif dimana kesimpulan ditarik dari
pernyataan umum menuju pernyataan khusus menggunakan penalaran. Hasil
berpikir deduktif dapat digunakan untuk menyusun hipotesis untuk selanjutnya
diadakan pembuktian atas hipotesis melalui analisa dan penalaran.

b. Berpikir induktif

Berpikir induktif merupakan satu langkah pengambilan kesimpulan yang dimulai


dari fakta khusus menuju kesimpulan bersifat umum. Langkah berpikir induktif
dimulai dari pengamatan lapangan, penyusunan hasil pengamatan, pengujian
data, dan penarikan kesimpulann. Pengujian hipotesis tidak melalui pengkajian
teori akan tetapi melalui kajian data lapangan.

Etika dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah yaitu:

a. Kejujuran

 Kejujuran dalam penulisan laporan penelitian atau karya tulis ilmiah


berkaitan dengan banyak hal. Dalam sebuah laporan penelitian, semua informasi
atau data yang disajikan haruslah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Sangat tidak etis dan berbahaya jika data dimanipulasi sehingga tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.

b. Objektivitas

       Objektivitas sangat berkaitan dengan kejujuran. Jika bersikap objektif,


maka dalam laporan penelitian atau karya tulis ilmiah yang dibuat akan sangat
baik, penafsiran atau interpretasi data yang dilakukan disandarkan pada
objektivitas bukan subjektivitas. Objektivitas yang tinggi akan mencerminkan hasil
penelitian yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

c. Pengutipan

        Bila mengutip pendapat orang lain, baik dalam mengambil kutipan
langsung atau hanya mengambil intisari pendapat, maka sumber kutipan harus
dicantumkan sebagai bentuk penghargaan kepada pemilik ide tersebut.

2.3. Peranan Logika, Etika, dan Estetika dalam Melakukan Penelitian

Sikap ilmiah menuntun orang untuk berpikir dengan sikap tertentu. Dari
sikap tersebut orang dituntun dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan. Selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan
sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan dapat disusun ilmu pengetahuan
dengan sistematik dan runtut. Metodologi penelitian terdiri dari kata metodologi
yang berarti ilmu tentang jalan yang ditempuh untuk memperoleh pemahaman
tentang sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sejalan dengan makna
penelitian tersebut di atas, penelitian juga dapat diartikan sebagai usaha/kegiatan
yang mempersyaratkan keseksamaan atau kecermatan dalam memahami
kenyataan sejauh mungkin sebagaimana sasaran itu adanya. Jadi, metodologi
penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai pemahaman.
Jalan tersebut harus ditetapkan secara bertanggung jawab ilmiah dan data yang
dicari untuk membangun/ memperoleh pemahaman harus melalui syarat ketelitian,
artinya harus dipercaya kebenarannya.

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode


ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang
berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran
suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang iptek serta menarik kesimpulan ilmiah
bagi keperluan kemajuan iptek. Peneliti yang jujur dengan hati nurani akan
menampilkan keteladanan moral dalam kehidupan dan pelaksanaan penelitian
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi keselamatan manusia
dan lingkungannya, sebagai pengabdian dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Keteladanan moral itu seharusnya tampak dalam perilaku tidak
melakukan perbuatan tercela yang merendahkan martabat Peneliti sebagai
manusia bermoral, yang dalam masyarakat tidak dapat diterima keberadaannya,
seperti budi pekerti rendah, tindak tanduk membabi buta dan kebiasaan buruk,
baik dalam pelaksanaan penelitian maupun pergaulan ilmiah. Kebebasan Peneliti
dalam menentukan arah penelitiannya dijamin sebagai bagian dari kedudukan
Peneliti dalam masyarakat. Walaupun begitu, kebebasan ini tidak dapat
dikompromikan dengan sikap dan tata cara mendiskriminasi, menstigmatisasi
objek atau lingkungan penelitiannya. Bahkan alasan untuk kebaikan sasaran
penelitian tidak dapat digunakan untuk memanipulasi jalannya penelitian atau data
penelitian yang tidak jujur, yang menyimpang dari tradisi cermat dan teliti. Dalam
penelitian ilmiah, diskusi secara terbuka dan secara jujur mutlak diperlukan untuk
memajukan ilmu pengetahuan.
Diskusi harus bebas dari tekanan kekuasaan dan netral dari kepentingan
sepihak baik politik, sosial, dan budaya. Diskusi harus bebas dari kecemburuan
pribadi dan kecemburuan profesional, persaingan dan silang pendapat tidak
sehat, serta pertentangan kepentingan. Peneliti dituntut untuk menampilkan
kerjasama membangun yang menyumbang dengan berbagi keahlian dan
pengetahuan dalam penelitian bersama atau kerja tim. Adalah perilaku yang
melanggar prinsip etika penelitian, bila dan jika Peneliti mementingkan diri sendiri
dalam penelitian bersama tanpa kesediaan untuk berbagi pengetahuan dalam
melaksanakan suatu penelitian bersama. Sesama Peneliti bersikap saling
menghormati melalui diskusi ilmiah objektif dalam batas sopan santun. Peneliti
yang bermartabat, menghindari diskusi yang dapat mengarah pada nalar keilmuan
semu, yang bermuatan ancaman psikis dan kekerasan fisik. Peneliti senior selaku
mentor juga menjadi teladan disiplin, tanggung jawab, dan perilaku sopan dalam
ikut menumbuhkan kreativitas Peneliti junior dan Peneliti junior harus berperilaku
santun menghormati bimbingan keilmuan Peneliti seniornya.

2.4. Peranan Logika, Etika dan Estetika dalam Melaporkan Hasil

Peneliti bertanggung jawab atas penyajian hasil penelitiannya dengan


membuka akses bagi Peneliti lain untuk mereproduksinya agar mereka dapat
memperbandingkan kehandalannya. Untuk itu, Peneliti harus mencatat dan
menyimpan data penelitian dalam bentuk rekaman tahan lama dengan
memperhatikan segi moral dalam perolehan dan penggunaan data yang
seharusnya disimpan Peneliti. Peneliti boleh jadi harus menyimpan data mentah
selama jangka waktu yang cukup panjang setelah dipublikasikan, yang
memungkinkan Peneliti lain untuk menilai keabsahannya. Pengetahuan ilmiah
bersifat kumulatif dan dibangun atas sumbangan sejumlah besar Peneliti dan
akademisi sepanjang masa. Pengakuan sumbangan berbentuk pujian, kutipan
atau sebagai kepengarangan bersama harus disebutkan jika gagasan-gagasan
penyumbang telah mempengaruhi secara berarti isi karangan seorang Peneliti.
Urutan kepengarangan dalam penelitian bersama (collaborative research) sesuai
dengan bobot sumbangan ilmiah dan/atau merujuk kepada nota kesepahaman
/kesepakatan (MoU/MoA) dalam penelitian bersama. Hak kepengarangan terikat
dengan tanggung jawab publik, yaitu bertanggung jawab terhadap keseluruhan isi
karangan. Meskipun Peneliti memberikan sumbangan terbatas sesuai dengan
bidang keahliannya dalam karangan bersama, Peneliti bertanggung jawab
memahami keseluruhan bagian meskipun bukan merupakan keahliannya.

Pengarang bersama semua bertanggung jawab atas segala


pernyataan yang dikemukakan dalam karangan bersama dan pengarang utama
adalah individu yang paling bertanggung jawab dalam karangan bersama.
Peranan yang tidak substansial seperti membantu pengumpulan, pengolahan, dan
penyediaan data serta membantu dan/atau mensupervisi pengelolaan penelitian
tidak dapat menjadi alasan namanya disebut sebagai pengarang karya tulis ilmiah
dari penelitian dimaksud. Dalam dunia ilmiah tidak dikenal istilah “kepengarangan
kehormatan“ untuk penghormatan ketokohan seseorang yang berperan sebagai
penyandang dana, pemberi sambutan, pemimpin unit kerja, pengelola
program/proyek. Dalam dunia keilmuan juga tidak dikenal “kepengarangan patron“
yaitu, menjadi pengarang tunggal atau pengarang utama dari karya para Peneliti
junior yang dibimbing oleh Peneliti senior. Untuk pengakuan sumbangan
ketokohan dan kesenioran seseorang yang tidak memberikan sumbangan
intelektual bermakna dapat berupa ucapan terimakasih, tetapi bukan memperoleh
hak kepengarangan. Plagiat sebagai bentuk pencurian hasil pemikiran, data atau
temuan-temuan, termasuk yang belum dipublikasikan, perlu ditangkal secara
lugas.

Plagiarisme secara singkat didefinisikan sebagai “mengambil alih


gagasan atau kata-kata tertulis dari seseorang, tanpa pengakuan pengambilalihan
dan dengan niat menjadikannya sebagai bagian dari karya keilmuan yang
mengambil“. Dari rumusan ini plagiat dapat juga terjadi dengan pengutipan dari
tulisan Peneliti sendiri (tulisan terdahulunya) tanpa mengikuti format merujuk yang
baku, sehingga dapat saja terjadi auto-plagiarism. Informasi atau pengetahuan
keilmuan baru, yang diperoleh dari suatu penelitian, menambah khazanah ilmu
pengetahuan melalui publikasi ilmiahnya. Karenanya bila tanpa tambahan
informasi atau pengetahuan ilmiah baru, suatu karya tulis ilmiah hanya dapat
dipublikasikan “pertama kali dan sekali itu saja“. Selanjutnya, sebagai bagian dari
upaya memajukan ilmu pengetahuan, karya tulis ilmiah pertama ini dapat dijadikan
rujukan untuk publikasi yang membangun lanjut pemahaman yang awal itu
(incremetal innovation).
BAB 3

PENUTUP

3.1, Kesimpulan

Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu λσγσς (Logos) yang
artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa dan etika secara etimologi berasal dari kata Yunani, yakni ethos
yang berarti watak kesusilaan atau adat sedangkan estetika berasal dari kata
Yunani Aesthesis  atau pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara
tentang keindahan. Etika dalam penelitian salah satunya seperti skripsi yaitu;
pertama kejujuran dalam penulisan laporan penelitian atau karya tulis ilmiah
berkaitan dengan banyak hal. Dalam sebuah laporan penelitian, semua informasi
atau data yang disajikan haruslah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Sangat tidak etis dan berbahaya jika data dimanipulasi sehingga tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Kedua objektivitas yang sangat berkaitan
dengan kejujuran. Jika bersikap objektif, maka dalam laporan penelitian atau
karya tulis ilmiah yang dibuat akan sangat baik, penafsiran atau interpretasi data
yang dilakukan disandarkan pada objektivitas bukan subjektivitas. Objektivitas
yang tinggi akan mencerminkan hasil penelitian yang sesuai dengan keadaan
sebenarnya.. Ketiga pengutipan, bila mengutip pendapat orang lain, baik dalam
mengambil kutipan langsung atau hanya mengambil intisari pendapat, maka
sumber kutipan harus dicantumkan sebagai bentuk penghargaan kepada pemilik
ide tersebut.

3.2. Saran

Adapun saran dalam penulisan makalah ini diharapkan untuk peran


estetika dalam penelitian lebih diperhatikan lagi dan didalam makalah ini juga
masih banyak kekurangan dalam hal materi dan cara penulisan.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia NOMOR 06/E/2013 Tentang


Kode Etika Peneliti

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara

http://Adesblog Al-attas.blogspot.com/2013/2/ filsafat-logika-(sebagai cabang ilmu


filsafat).mhtml

http://My Note For School.blogspot.com/2013/8 / Etika-Penulisan-Karya-Ilmian.mhtml

http://supervisualkeiblog.blogspot.com/2010/02/peranan-berfikir-logis-dalam-
penulisan.html

http://Suhadinet.wordpress.com/2020/Etika-dalam-Penulisan-Laporan-Penelitian-(Karya
Tulis Ilmiah).mhtml

Anda mungkin juga menyukai