Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH IMUNOLOG SEROLOGI

PERTANDA SEROLOGI PENYAKIT BUKAN INFEKSI

Dosen Mata Kuliah : Misbahul Huda, S.Si., M.Kes

Disusun oleh:
KELOMPOK 8

Yessica Febty Mala Siburian ( 1813353007 )


Novreza Dinanta ( 1813353032 )
Selfy Yohana Parent ( 1813353037 )
Selvi Pratama ( 1813353040 )
Vivi Agnes Wulandari ( 1813353047 )

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG


SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Pertanda Serologi Penyakit Bukan Infeksi”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Imunologi Serologi di Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis, Politeknik Kesehatan TanjungKarang. Dalam penulisan
dan menyusun makalah, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen
mata kuliah Imunologi Serologi yang telah memberikan nasihat dan bimbingan kepada
penulis,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Bandar Lampung, 24 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 4

1.3 Tujuan .....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian penyakit non infeksi ................................................................... 5

2.2 Contoh penyakit non infeksi.............................................................................. 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, gambaran penyakit di dunia telah beralih dari penyakit
infeksi ke penyakit non infeksi, dengan penyakit kronik seperti penyakit
jantung dan stroke sebagai penyebab utama mortalitas secara global,
berdasarkan laporan WHO yang terbaru. Pergeseran trend kesehatan ini
mengindikasikan bahwa penyakit infeksi yang terbanyak – diare, HIV,
tuberkulosis, infeksi neonatal, dan malaria, tidak akan menduduki peringkat
teratas penyebab mortalitas global dua puluh tahun mendatang.1
Penyakit non infeksi kronik dilaporkan menyumbang hampir 60%
angka mortalitas secara global dan 80% kematian dari penyakit non infeksi
ini terjadi di negara dengan pendapatan rendah dan menengah. Seperempat
dari angka mortalitas tersebut, hampir 9 juta pada tahun 2005, adalah pasien
laki-laki dan perempuan yang berusia <60 tahun. Penyakit non infeksi utama
yaitu penyakit kardiovaskular (30%), kanker (13%), penyakit saluran napas
kronik (7%), dan diabetes (2%). Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor
resiko perilaku, seperti diet tinggi lemak dan rendah sayur dan buah,
inaktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol. Di negara dengan
perekonomian rendah hingga menengah, faktor resiko ini terkonsentrasi di
daerah urban seiring dengan meningkatnya urbanisasi.
Keluarga memiliki asosiasi kuat dengan kesehatan dan penyakit
seseorang melalui hubungan dan dinamika kehidupannya. 3 Berbagai studi
menunjukkan bahwa keluarga mempengaruhi kesehatan seseorang secara
keseluruhan misalnya pada penderita stroke sedang hingga berat, dengan
dukungan keluarga secara fisik, dan emosional terjadi pemulihan progresif
yang lebih cepat secara fisik dan psikososial daripada yang tidak mendapatkan
dukungan serupa dari keluarganya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun tujuan masalah dari makalah ini yaitu :


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit non infeksi?
2. Contoh penyakit non infeksi

1.3 Tujuan
Adapun tujuan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit non infeksi
2. Untuk mengetahui contoh-contoh dari penyakit non infeksi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENYAKIT NON INFEKSI

Penyakit non infeksi berarti penyakit yang disebabkan bukan karena infeksi [invasi
micro organisme].Penyakit non infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh diluar
dari proses infeksi. Banyak penyakit non infeksi yang berkembang saat ini dan
menjadi penyebab kematian. 

2.2 CONTOH PENYAKIT NON INFEKSI

Penyakit non infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh diluar dari proses infeksi.
Banyak penyakit non infeksi yang berkembang saat ini dan menjadi penyebab kematian.
Berikut adalah beberapa penyakit non infeksi yang ada dan menjadi penyebab kematian
tertinggi
•penyakit jantung

•Penyakit kanker

• penyakit diabetes melitus

•Penyakit rematik

· Tumor yang dapat menjadi kanker, dll

2.2.1 Penyakit Jantung

 Pengertian Penyakit Jantung

Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan. Bentuk gangguan
itu sendiri bisa bermacam-macam. Ada gangguan pada pembuluh darah jantung, irama
jantung, katup jantung, atau gangguan akibat bawaan lahir.

Jantung adalah otot yang terbagi menjadi empat ruang. Dua ruang terletak di bagian
atas, yaitu atrium (serambi) kanan dan kiri. Sedangkan dua ruang lagi terletak di bagian
bawah, yaitu ventrikel (bilik) kanan dan kiri. Antara ruang kanan dan kiri dipisahkan
oleh dinding otot (septum) yang berfungsi mencegah tercampurnya darah yang kaya
oksigen dengan darah yang miskin oksigen.

 Jenis Penyakit Jantung


Istilah penyakit jantung meliputi beragam gangguan pada jantung, antara lain:

 Penyakit arteri koroner (penyakit jantung koroner) – penyempitan


pembuluh darah jantung.
 Aritmia – gangguan pada irama jantung.
 Penyakit jantung bawaan – kelainan jantung sejak lahir.
 Kardiomiopati – gangguan pada otot jantung.
 Infeksi jantung – infeksi pada jantung akibat bakteri, virus, atau parasit.
 Penyakit katup jantung – gangguan pada salah satu atau keempat katup
jantung.

 Serologi
 VDRL
 TPHA ( Jika VDRL Positif )
 Anti HAV Total
 HBs Ag
 HBs Ab
 HIV Ag & Ab

2.2.2 Tumor
Tumor adalah benjolan yang muncul akibat sel yang memperbanyak diri secara
berlebihan, atau akibat sel lama yang seharusnya mati masih terus bertahan
hidup, sementara pembentukan sel baru terus terjadi.
Tumor dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, semisal di tulang, rahang, mulut,
dan kulit, dan ada yang bersifat jinak maupun ganas. Yang dimaksud dengan
tumor jinak adalah tumor yang tidak menyerang sel normal di sekitarnya dan
tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Sedangkan tumor ganas bersifat
sebaliknya, dan disebut dengan kanker.
Petanda Tumor (Tumor Markers) Dan Tes Pemeriksaannya
Berikut adalah pemeriksaan Laboratorium yang digunakan untuk
mendiagnosanya :
CEA, AFP, CA 15-3, CA 125, CA 19-9, PSA, CA 72-4, Free PSA, MCA, NSE,
SCC, B-hCG
Sel tumor yang berkembang di tubuh
CEA (Carcino Embryonic Antigen)
Ditemukan tahun 1965 oleh Gold & Freedman. Glikoprotein dengan BM
180.000 dalton. CEA di bentuk di saluran gastro-intertinal dan pancreas sebagai
antigen pada permukaan sel yang selanjutnya di sekresikan ke dalam cairan
tubuh. CEA sebagai petanda tumor untuk kanker kolorektal, oesofagus,
pankreas, lambung, hati, payudara, ovarium dan paru-paru.Pemeriksaan CEA
untuk pemantauan terapi dan meramalkan prognosis.
CEA > 20 ng/mL preoperasi keganasan tinggi (pronosis Kurang baik)
CEA > 2.5 ng/ml Postoperasi adanya kekambuhan 80 % (18 bln mendatang
CEA < 20 ng/ml Metastase

AFP (Alfa Feto Protein)


Glikoprotein BM 70.000 dalton. Digunakan untuk deteksi dan pemantauan
cancer hati, testis dan ovarium. Lebih dari 95 % hepatome menunjukkan
kenaikan kadar AFP. AFP > 1000 ng/mL dipastikan hepatoma (Kanker hati).
CA 15-3 (Cancer Antigen)
Glikoprotein BM 300.000 – 450.000 dalton. CA 15-3 meningkat pada kanker
payudara. Digunakan untuk diagnosis dan pemantauan therapy. Peningkatan Ca
15-3 ditemukan pada pasien sirosis, hepatitis, kelainan Autoimun dan kelainan
kelenjar ovarium
CA 125 (Cancer Antigen 125)
Glikoprotein BM 200.000 dalton. Digunakan untuk diagnosis dan pemantauan
cancer ovarium. Peningkatan CA 125 terjadi pada penyakit hati kronis,
pankreatitis, peritonitis, tetapi kadarnya < 100 U/mL. Sensitifitas tinggi pada
karsinoma epitel ovarium.
CA 19-9.
Digunakan untuk diagnosis kanker pankreas. Membantu membedakan kanker
pankreas dan saluran empedu, serta kondisi non kanker seperti pankreatitis.
Memonitor respon terhadap therapy. Memonitor prognosis kanker pankreas.
Pemeriksaan pendukung : CEA, Bilirubin, Fungsi LiverGejala : Sakit abdomen,
berat badan turun, dan ikterik

PSA (Prostate Spesifik Antigen)


PSA ada 3 bentuk :
PSA komplek (berikatan dengan serine protease inhibitor alpha 1.
antichymotrypsin (PSA-Act) dan berikatan dengan Alpha 2 Macroglobulin
PSA Unkomplek (Free PSA)
Pemeriksaan PSA secara tradisional : DRE (Digital Rectal Examination) hanya
30 – 40 % dapat terdeteksi. Nilai Normal < 4 ng/mL. Lebih dari 10 ng/mL :
indikasi kemungkinan besar kanker prostate. Nilai 4 – 10 : Indikasi BPH
Nilai Normal
Untuk mengetahui apakah hasil pemeriksaan anda dapat dikatakan normal atau
tidakm berikut ini nilai normal dari pemeriksaan tumor:

2.2.3 Penyakit Kanker


 Pengertian Kanker

Kanker adalah penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak
terkendali, menyebabkan jaringan tubuh normal rusak. Pada dasarnya, tubuh manusia
terdiri dari triliunan sel yang tersebar di setiap organ dan bagian. Nantinya, sel-sel ini
akan terus tumbuh dan berkembang menjadi sel baru. Karena sudah tergantikan, secara
alami sel-sel yang tidak sehat, tidak berfungsi dan tua akan mati.

Sementara sel kanker tidak akan mati dengan sendirinya. Sel tersebut akan
memperbanyak diri hingga jumlah yang sudah tak bisa dikendalikan lagi. Perubahan
inilah yang bisa memicu munculnya sel kanker. Penyakit ini bisa muncul pada bagian
tubuh mana pun karena asalnya dari sel dalam tubuh manusia. Hal tersebut menjawab
pertanyaan mengapa kanker banyak sekali jenisnya. Berdasarkan laporan dan riset,
terdapat lebih dari 200 jenis penyakit kanker yang berbeda.
 Penyebab Kanker

Penyebab utama kanker adalah terjadinya perubahan (mutasi) pada gen dalam sel.
Terkandung ribuan DNA dalam gen yang memberikan instruksi pada sel agar
menjalankan fungsinya pada organ tubuh tempat sel tersebut hidup. Namun, prosesnya
belum tentu selalu sempurna. Saat pembelahan diri pada sel terjadi, terdapat risiko sel
baru dari pembelahan tersebut mengandung gen yang rusak atau terjadi penggandaan
terlalu banyak. Hal itu disebut sebagai mutasi gen, ditandai dengan adanya perubahan
struktur pada gen.

Biasanya, mutasi gen baru akan berpotensi menimbulkan kanker jika terjadi lebih dari
lima kali dan melibatkan gen yang berbeda. Proses ini bisa berlangsung hingga
bertahun-tahun sampai sel-sel tersebut membelah diri dan membentuk sel kanker yang
cukup besar. Barulah gejala-gejalanya mulai muncul dan sel-sel kanker tampak ketika
tubuh diperiksa. Namun pada anak-anak, kerusakan gen sudah terjadi sejak dalam
kandungan atau sejak lahir.

 Diagnosis Kanker

Diagnosis penyakit kanker seharusnya dilakukan secepatnya agar penanganan bisa


dilakukan. Hal ini tentu saja agar peluang sembuh pengidap lebih tinggi terutama pada
stadium awal. Selain itu, terdapat satu atau lebih pendekatan yang bisa digunakan dokter
dalam mendiagnosis penyakit ini. Diagnosis yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan
fisik, tes darah (laboratorium), tes MRI, USG, rontgen, dan CT scan (sebagai tes
pencitraan) dan juga biopsi.

 Pengobatan Kanker

Pengobatan pada kanker tergantung dari jenis dan stadium dari penyakit ini, potensi
efek samping, serta pilihan dan kesehatan umum dari pasien. Secara umum, berikut ini
pengobatan kanker yang paling umum:
1. Kemoterapi, merupakan perawatan yang menggunakan zat kimia dengan
intensitas kuat untuk membunuh sel yang bertumbuh cepat pada tubuh.
Kemoterapi paling sering digunakan sebagai metode pengobatan kanker, karena
sel penyakit ini berkembang lebih cepat dari sel normal dalam tubuh. Obat-
obatan kemoterapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan sebagai obat
kanker. Kemoterapi adalah cara yang efektif untuk mengobati banyak jenis
penyakit ini, tetapi memiliki risiko efek samping yang juga harus diwaspadai.
2. Radioterapi, metode pengobatan kanker yang mengandalkan radiasi dengan
menggunakan gelombang energi tinggi seperti, sinar-X, gama, proton, dan
elektron untuk membunuh sel kanker. Walaupun radioterapi merupakan metode
pengobatan kanker yang paling umum, tetapi terkadang terapi ini juga dipakai
untuk mengobati pasien yang tidak terkena penyakit ini, seperti tumor dan
gangguan pada kelenjar tiroid.
3. Terapi target, adalah metode terapi untuk mengobati kanker dengan
menggunakan obat-obatan atau bahan kimia lain untuk mengidentifikasi dan
menyerang sel kanker secara spesifik tanpa membunuh sel-sel normal. Terapi ini
antara lain antibodi monoklonal, penghambat tirosin kinase, dan
penghambat cyclin-dependent kinase.

 Macam – Macam Kanker Dan Deteksi Dini Untuk Pemeriksaan Diabetes


Di Laboratorium :

Kanker Payudara

Gejala:

 Muncul benjolan yang keras dan tidak menyakitkan dengan tepian yang tidak
teratur.
 Atau benjolan bulat yang lunak dan lembut.
 Sebagian atau keseluruhan payudara membengkak.
 Payudara atau puting terasa nyeri.
 Puting tertarik ke dalam.
 Kulit payudara atau puting jadi menebal, bersisik, kemerahan, gatal, beruam,
dan Pada stadium lanjut kulit pada payudara tampak khas seperti kulit jeruk.

Pemeriksaan:

 Memeriksa fisik payudara sendiri untuk mendeteksi apakah ada perubahan pada
payudara seperti adanya benjolan, perubahan pada puting atau pada kulit
payudara. Wanita dewasa dari segala usia disarankan untuk
melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) minimal sebulan sekali.
SADARI dapat membantu Anda mengetahui bagaimana rupa dan penampilan
payudara sendiri, sehingga Anda bisa segera tahu jika ada perubahan.
 Mamogram, pemeriksaan Rontgen yang digunakan untuk memperlihatkan
penampakan jaringan pada payudara. Jika hasil pemeriksaan mamogram
menunjukkan kelainan, pemeriksaan penunjang lain mungkin diperlukan untuk
memastikan kanker payudara seperti MRI, USG, atau biopsi.

Kanker Leher Rahim/Serviks

Gejala:

 Pada tahap awal, penyakit ini seringkali tidak bergejala.


 Perdarahan vagina yang tidak normal, misalnya muncul setelah menopause,
setelah berhubungan seksual, atau antara periode menstruasi.
 Sakit saat berhubungan seks.
 Keluar cairan yang tidak normal dari vagina, baik itu yang berwarna putih,
bening, atau cokelat, berbau, dan terdapat noda darah.
 Siklus haid berubah dan tidak dapat dijelaskan, dll..

Pemeriksaan:

 Pap Smear, digunakan untuk mencari perubahan sel yang bisa berubah
menjadi kanker serviks jika tidak ditangani dengan tepat.
 Tes HPV, tes untuk mendeteksi human papillomavirus yang dapat menyebabkan
perubahan sel, terkadang bahkan sebelum sel yang abnormal terlihat atau
terbentuk.
 Pada daerah dengan fasilitas yang kurang memadai, pemeriksaan IVA (Inspeksi
Visual Asam Asetat) dapat menjadi pemeriksaan untuk deteksi dini kanker
serviks. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di Puskesmas dan harganya relatif
murah.
 Tes skrining kanker serviks memang sangat efektif, namun tidak sepenuhnya
akurat. Terkadang, pasien diberi tahu ada sel abnormal padahal normal, atau
sebaliknya.

Kanker Usus

Gejala:

 Diare, susah buang besar, bentuk tinja berubah selama lebih lama dari empat
minggu.
 Ada darah di tinja atau perdarahan rektum.
 Perut terasa kram, nyeri, atau kembung secara terus-menerus.
 Ada sensasi usus tidak kosong sepenuhnya atau merasa kurang tuntas setelah
BAB.
 Merasa lemah atau lelah.
 Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.

Pemeriksaan:

 Pemeriksaan tinja. Bisa dengan gFOBT (guaiac-Based Fecal Occult Blood Test,
menggunakan bahan kimia guaiac untuk mendeteksi darah di tinja), FIT (Fecal
Immunochemical Test, menggunakan antibodi untuk mendeteksi darah di tinja),
atau tes FIT-DNA (gabungan FIT dan satu tes yang bisa mendeteksi perubahan
DNA dalam tinja). Namun terkadang, bukan kanker yang terdeteksi, melainkan
maag atau wasir.
 Tes sigmoidoskopi, di mana tabung pendek, tipis, fleksibel, dan ringan
dimasukkan ke dalam rektum hingga sepertiga terakhir dari usus besar. Tapi,
prosedur ini kemungkinan tidak dapat mendeteksi kanker yang posisinya lebih
tinggi.
 Kolonoskopi, di mana tabung yang lebih panjang, tipis, fleksibel, dan ringan
dimasukkan melalui anus untuk memeriksa polip atau kanker di dalam rektum
dan seluruh usus. Pasien harus melakukan diet khusus sehari atau dua hari
sebelum tes ini dilakukan.

Kanker Prostat

Gejala:

 Sering merasa ingin buang air kecil, terutama di malam hari.


 Sulit mengeluarkan atau menghentikan aliran urine.
 Aliran urine lemah atau tersendat.
 Buang air kecil sedikit secara tidak sengaja saat tertawa atau batuk, dsb..

Pemeriksaan:

 Pemeriksaan rektal atau digital rectal exam (DRE), dokter atau perawat


memperkirakan ukuran prostat dan merasakan apakah ada benjolan atau
kelainan lainnya dengan jari. Kenyataannya, pemeriksaan ini sering kali tidak
bisa mendeteksi kanker, setidaknya pada tahap awal.
 Tes terhadap Prostate Specific Antigen (PSA). PSA adalah protein yang
diproduksi oleh jaringan kanker prostat. Tapi hasil PSA yang tinggi tidak selalu
disebabkan oleh kanker prostat dan tidak setiap kasus kanker prostat
menunjukkan hasil PSA yang tinggi.
 Pada umumnya, keputusan untuk memeriksa keberadaan kanker prostat dan
frekuensi pemeriksaannya berada di tangan pasien sepenuhnya. Belum ada
bentuk rekomendasi yang bersifat universal mengenai pemeriksaan ini.
Keputusan untuk memeriksa akan didasarkan kepada riwayat kesehatan pasien
dan keluarganya.
Kanker Paru-paru

Gejala:

 Batuk yang tidak hilang atau justru bertambah parah.


 Keluar dahak berdarah atau berwarna karat.
 Nyeri dada yang bertambah parah ketika mengambil napas, batuk, atau tertawa.
 Suara serak.
 Berat badan turun dan kehilangan nafsu makan, dsb..

Pemeriksaan:

 CT scan dosis rendah, menggunakan radiasi dosis rendah untuk membuat


serangkaian area gambar di dalam tubuh yang sangat rinci. CT scan dosis rendah
yang dilakukan pada orang yang sehat juga berisiko menyebabkan kanker.
 Rontgen dada, menggunakan sinar- X untuk melihat organ dan tulang di dada.
 Sitologi sputum, sebuah prosedur di mana sampel dahak diperiksa di bawah
mikroskop untuk memeriksa sel kanker.
 Tes skrining kanker paru-paru dapat menunjukkan bahwa seseorang menderita
kanker paru-paru, padahal sebenarnya Pasien yang mengalami tes skrining
kanker paru-paru bisa membuat mereka dirawat di rumah sakit, padahal
mungkin perawatan tidak dibutuhkan.

Kanker Hati

Gejala:

 Berat badan turun.


 Kehilangan nafsu makan.
 Perut bagian atas terasa sakit.
 Mual dan muntah.
 Tubuh terasa lemah dan lelah.
 Perut membengkak atau ada penumpukan cairan, dsb..

Pemeriksaan:
 Pemeriksaan gambar menggunakan USG, CT scan, MRI, angiografi (sinar-X
yang memeriksa pembuluh darah), atau pemindaian tulang jika terdapat keluhan
nyeri tulang atau dokter mencurigai kanker telah menyebar ke tulang.
 Laparaskopi atau biopsi akan dilakukan jika dokter berpikir Anda
menderita kanker hati, tapi hasil pemeriksaan pencitraan tidak meyakinkan.
 Pemeriksaan lab seperti pemeriksaan darah untuk mendeteksi tingkat alfaprotein
(AFP); pemeriksaan fungsi hati; penggumpalan darah hepatitis; fungsi ginjal;
pemeriksaan darah lengkap; dan tes lainnya.

Kanker Darah

Gejala:

 Demam atau menggigil.


 Letih dan lemas terus-menerus.
 Sering infeksi atau infeksinya parah.
 Berat badan turun.
 Kelenjar getah bening, hati, atau limpa mem
 Mudah berdarah atau memar, dsb..

Pemeriksaan:

 Pemeriksaan darah lengkap.


 Aspirasi sumsum tulang dan biopsi, mencari sel kanker dengan mengambil
jaringan dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya.
 Rontgen dada atau CAT scan dada, bisa menunjukkan pembengkakan kelenjar
getah bening atau tanda-tanda leukemia atau infeksi lain di dada.
 Spinal tap, dokter mengambil beberapa cairan serebrospinal (cairan yang
mengisi ruang di dalam dan sekitar otak dan saraf tulang belakang) untuk
dianalisa di laboratorium.

2.2.2 Diabetes mellitus


 Pengertian Diabetes mellitus

Merupakan kegagalan fungsi dari kelenjar pankreas sehingga tidak mampu


menghasilkan insulin secara cukup untuk merubah gula darah menjadi energi

Diabetes mellitus tipe 1 ini disebut juga dengan diabetes anakanak. Ciri-cirinya adalah
hilangnya sel beta penghasil insulin sehingga terjadi kekuranigan insulin pada tubuh.
Penyebab terbanyak dari tipe ini kesalahan dari rekasi autoimunitas yang
menghancurkan sel beta pankreas.

Diabetes mellitus tipe 2 ini terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi
insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitivitas terhadap insulin
yang melibatkan reseptor insulin di membran sel.

 Pencegahan diabetes mellitus :

1.      Pencegahan primer
Pencegahan diabetes mellitus secara primer bertujuan untuk mencegah
terjadinya diabetes. Untuk itu factor-faktor yang menyebabkan diabetes perlu
diperhatikan, baik secara genetic ataupun lingkungan. Berikut beberapa hal yang
harus dilakukan dalam pencegahan penyakit diabetessecara primer:
 §  Pola makan sehari-hari harus seimbang dan tidak berlebihan, namun cukup
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh
 §  Olahraga secara teratur, usahakan agar tubuh kita lebih banyak bergerak
jangan banyak berdiam diri
 §  Usahakan berat badan dalam batas normal
2.      Pencegahan sekunder
Pencegahan penyakit diabetes secara sekunder bertujuan agar penyakit
diabetes mellitus yang sudah terlanjur timbul tidak menimbulkan komplikasi
penyakit lain, menghilangkan gejala dan keluhan penyakit diabetes. Pencegahan
penyakit diabetes  secara sekunder meliputi deteksi dini penderita diabetes mellitus,
terutama bagi kelompok yang beresiko tinggi terkena diabetes. Bagi yang dicurigai
terkena penyakit diabetes, perlu diteliti lebih lanjut untuk memperkuat diagnose.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam pencegahan penyakit diabetes secara
sekunder:
 §  Diet sehari-hari harus seimbang dan sehat
 §  Menjaga berat badan agar tetap dalam batas normal, bila terlanjur melebihi
normal usahakan untuk menurunkan berat badan.
 §  Pantau gula darah harian anda
 §  Olahraga teratur sesuai dengan kemampuan fisik dan usia anda

3.      Pencegahan tersier
Pencegahan penyakit diabetes secara tersier bertujuan untuk mencegah
kecacatan lebih lanjut dari komplikasi penyakit yang sudah terjadi, diantaranya:

 §  Mencegah terjadinya kebutaan jika menyerang pembuluh darah mata


 §  Mencegah gagal ginjal kronik yang menyerang pembuluh darah ginjal
 §  Mencegah stoke bila menyerang pembuluh darah otak
 §  Mencegah terjadinya gangrene bila terjadi luka.

 Deteksi dini untuk Pemeriksaan diabetes di laboratorium :

•Glukosa Puasa

•HbA1c (A1c)

•Urine Lengkap / Rutin

Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien puasa 12 jam
sebelum pemeriksaan ( GDP/ gula darah puasa/nuchter) dan 2 jam setelah makan (post
prandial).

Hemoglobin Glikosilat ( HbA1C) Tes ini berguna untuk mengukur tingkat ikatan gula
pada hemoglobin A(A1C) sepanjang umur sel darah merah (120 hari).

Pemeriksaan urin lengkap ialah pemeriksaan keton urine dan Glukosa pada urine

2.2.3 Penyakit Rematik


 Pengertian Rematik

Rematik atau penyakit yang ditandai dengan nyeri sendi disebut juga rheumatoid
arthritis. Penyakit ini merupakan penyakit autoimun ketika sistem imun pada tubuh
seseorang menyerang sel-sel tubuhnya sendiri.

Dalam hal ini, area persendian adalah area yang diserang oleh sistem imun pengidap
rheumatoid arthritis. Akibatnya, peradangan kronik dan rasa nyeri yang hebat pada
sendi-sendi yang terserang terjadi.

 Penyebab Rematik

Rheumatoid arthritis disebabkan oleh adanya kesalahan pada sistem imun seseorang
yang menyerang sinovium atau sebuah membran yang melapisi sendi-sendi dalam
tubuh. Akibatnya, sinovium menjadi meradang dan menyebabkan kerusakan pada
tulang rawan dan tulang di sekitar sendi. Tendon dan ligamen yang berada di sekitar
sendi menjadi lemah dan merenggang. Seiring berjalannya waktu, sendi pun akan
kehilangan bentuk dan mengalami perubahan posisi dari yang seharusnya.

 Gejala Rematik

Seseorang dengan penyakit rheumatoid arthritis biasanya memiliki tanda dan gejala
berupa bengkak dan radang pada sendi, serta terdapat kekakuan pada sendi yang
memburuk pada pagi hari dan setelah lama diistirahatkan. Selain gejala pada sendi,
biasanya pengidap rheumatoid arthritis juga memiliki kondisi tubuh yang tidak prima,
sering kelelahan, lesu dan lemas, sering mengalami demam yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya, dan mengalami penurunan berat badan.
Pada perjalanan awal, penyakit biasanya yang diserang oleh penyakit ini adalah sendi-
sendi kecil seperti pada jari-jari tangan maupun jari-jari kaki. Penyakit ini akan
berkembang seiring berjalannya waktu. Hal ini menimbulkan pengaruh terhadap sendi-
sendi yang lebih besar seperti pergelangan tangan, pergelangan kaki, bahu, siku, dan
pinggul.

 Diagnosis Rematik

Penyakit rheumatoid arthritis ini cukup sulit untuk didiagnosis pada fase awal, karena
tanda dan gejalanya menyerupai penyakit-penyakit yang lain. Pada pemeriksaan fisik,
dokter akan melakukan pemeriksaan pada tulang dan sendi dan mencari adanya
pembengkakkan pada area tersebut. Selain itu, penegakan diagnosis bisa dibantu dengan
beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu melakukan pemeriksaan melalui spesimen
darah. Melalui pemeriksaan darah, dilakukan pengecekan ada atau tidaknya suatu
rheumatoid faktor pada diri seseorang.

 Pengobatan Rematik

Penanganan dari penyakit ini adalah dengan menurunkan dan menghilangkan


peradangan yang terjadi. Meski begitu, penyakit rheumatoid arthritis ini sendiri tidak
dapat disembuhkan secara total. Obat-obatan yang dapat diberikan kepada pengidap
rheumatoid arthritis, antara lain:

 Obat anti radang golongan nonsteroid.


 Obat anti radang golongan steroid.
 Vitamin dan suplemen lainnya.

Selain obat-obatan pengidap rheumatoid arthritis disarankan untuk menjalani fisioterapi


untuk membantu mengembalikan kelenturan dari sendi-sendi yang sakit. Pada keadaan
yang cukup parah, penanganan dengan jalan pembedahan pun menjadi suatu opsi bagi
pengidap rheumatoid arthritis. 
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Penyakit non infeksi adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh bakteri, bukan oleh
virus, bukan oleh jamur, bukan oleh parasit, dan juga bukan oleh mikroba yang lain.
Penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh diluar dari proses infeksi. Banyak
penyakit non infeksi yang berkembang saat ini dan menjadi penyebab kematian. Berikut
adalah beberapa penyakit non infeksi yang ada dan menjadi penyebab kematian
tertinggi

1. Penyakit Jantung dan pembuluh darah

2. Kanker

3. Diabetes Melitus

DAFTAR PUSTAKA :

https://www.alodokter.com/penyakit-jantung

https://www.halodoc.com/kesehatan/rematik

https://www.alodokter.com/penyakit-kanker

https://id.scribd.com/presentation/365523180/Presentation-1

http://lesmananugraha.blogspot.com/2014/09/penyakit-infeksi-dan-non-infeksi.html#

https://raffleshospital.co.id/page/konten/91/pemeriksaan-jantung

https://www.alodokter.com/mendeteksi-kanker-sejak-dini

Anda mungkin juga menyukai