Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRAKTIKUM PUPUK DAN PEMUPUKAN


DOSEN PENGAMPU :Ir. MARDIANA WAHYUNI,MP

DISUSUN OLEH :
1801152
RIA EKA PUTRI SITINJAK
BDP II-D
BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN


AGROBISNIS PERKEBUNAN
T.P 2019/2020
MEDAN
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuhan memerlukan nutrisi untuk hidup dari lingkungannya. Nutrisi yang esensial
bagi perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan terdiri dariharamakrodiantaranya Nitrogen (N),
Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S) dan hara mikro
diantaranya Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Molibdenum (Mo), Tembaga/cuprum (Cu),
Seng (Zn) danKlor (Cl), Natrium (Na), Cobalt (Co), Silicon (Si), Nikel (Ni). Hara makro
diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang relatif banyak, sedangkan hara mikro diperlukan
tumbuhan dalam jumlah yang relatif sedikit. Unsur-unsur esensial itu diperlukan oleh tumbuhan
untuk proses tumbuh dan berkembang serta sangat penting dalam melengkapi siklus hidupnya.
Olehkarena itu, keberadaan unsur esensial ini tidak dapat digantikan oleh unsur-unsur yang
lainnya, selain fungsi dari unsur-unsur tersebut bersifat langsung.
Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa
makanan bagi tanaman untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara
berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan
adapula yang biasa saja. Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman
akan terhambat dan produksinya menurun. Kita sebagai petani tidak mungkin mengecek
kandungan hara tanah setiap saat untuk mengetahui ketersediaan unsur hara tersebut, salah satu
upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi unsur hara pada tanaman.
Unsur hara yang diserap oleh tanaman dari dalam tanah terdiri dari 13 unsur mineral atau
sering disebut dengan unsur hara esensial. Unsur hara ini sangat dibutuhkan oleh tanaman dan
fungsinya tidak dapat digantikan dengan unsur lain. Jika jumlahnya kurang mencukupi, terlalu
lambat tersedia, atau tidak diimbangi oleh unsur-unsur lain akan menyebabkan pertumbuhan
tanaman kelapa sawit terganggu

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
a. Bagaimana pengaruh defisiensi unsur hara makro terhadap tumbuhan kelapa sawit ?
b. Bagaimana pengaruh defisiensi unsur hara mikro terhadap tumbuhan kelapa sawit ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tumbuhan kelapa
sawit yang mengalami defisiensi unsur hara baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro
serta rekomendasi pemupukannya.
II. PEMBAHASAN

1.   Nitrogen ( N )
Nitrogen sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman pada proses pembentukan protein, sintesa
klorofil, dan fotosintesa. Tanaman mengambil nitrogen dari t6anah dalm bentuk nitrate ( NO3-)
dan ammonium ( NH4+ ).  
a.   Gejala defisiensi  N.
Gejala dimulai dari pelepah tua yang berwarna hijau pucat sampai kekuningan. Pada tahap
selanjutnya tulang daun berwarna orange terang dan orange kecoklatan, tulang anak daun dan
hulaian daun mengecil dan menggulung kedalam.

Defisiensi N 

Defisiensi N pada drainase yang buruk

b.   Penyebab defisiensi  N.


Gejala defisiensi N dapat disebabkan oleh:

 Adanya persaingan yang berat antara tanaman dengan gulma seperti lalang (Impereta
cylindrica L.), mikania (Mikania micrantha ) dan pakisan ( ferns ).
 Kandungan nitrogen dalam tanah yang rendah.
 Tanah dengan drainase jelek (reduktif) sehingga terjadi proses denitrifikasi (nitrogen
hilang dalam bentuk gas N2).

c.   Tindakan pencegahan.
Beberapa tindakan untuk mencegah dan menangani defisiensi N :

 Mengendalikan secara dini tumbuhan yang bersifat kompetior bagi tanaman kelapa sawit
dan melakukan perawatan tanaman kacangan.
 Memperbaiki drainase.
 Meningkatkan bahan organik tanah.
 Meningkatkan ketersediaan nitrogen tanah secara bioteknologi.
 Mencegah terjadinya aliran permukaan dan erosi.
 Mengaplikasikan pupuk secara tepat (jenis pupuk, dosis, cara dan waktu aplikasi).
 Monitoring dengan pengambilan contoh daun.

2. Phosphorus ( P )
Phosphorus berperan dalam metabolisme tanaman, sepert transfer energi adenosine triphosphate
( ADP ), dan adenosine monophosphate ( AMP ). Defiensi P akan mengakibatkan penurunan
proses metabolisme yang meliputi terhambatnya pertumbuhan dan perbanyakan sel, respirasi dan
fotosintesa.
Tanaman mengambil phosphorus dalam bentuk ion orthjophosphate ( H2PO4, HPO4,PO43 ).
Sifat Pupuk P dan Jenis Pupuk dengan Kandungan P

a. Gejala defisiensi P.

Identifikasi defisiensi P secara visual sangat sulit karena tidak menunjukan gejala yang khusus
didaun. Acuan untuk mengenali kekurangan unsur P dengan melihat kondisi kelapa sawit,
kacangan dan gulma di sekitarnya, yaitu :
 Jika dilapangan ditemukan batang tanaman berbentuk piramid, kerdil, dan pelepah yang
pendek
 Kacangan penutup tanah Pueraria phaseoloides mempunyai daun kecil
 Melastoma malabathricum dan imperata cylindrica dengan daun warna keungu-unguan.
 Tanaman mengalami pertumbuhan yang terhambat (kerdil) dan pelepah pendek,
 Terjadinya penurunan produksi jumlah tandan, berat tandan, dan berat tandan rerata
b. Penyebab defisiensi P.
Gejala defisiensi P dapat disebabkan oleh beberapa factor.

 Kandungan P dalam tanah yang rendah.


 Fiksasi P yang tinggi didalam tanah :
 Tanah sangat masam sering terjadi ikatan AI-P dan Fe-P.
 Tanah alkalis sering terjadi ikatan Ca-P.
 Kandungan bahan organik tanah yang rendah, terutama pada tanah yang top soilnya telah
hilang.
 Aplikasi pupuk P yang tidak tepat dosis, cara dan waktu aplikasi.

c. Tindakan pencegahan.
Beberapa tindakan untuk mencegah dan menangani defisiensi P :

 Meningkatkan bahan organik tanah.


 Meningkatkan ketersedian phosphorus dan bioteknologi.
 Mencegah terjadinya aliran permukaan dan erosi.
 Mengaplikasi pupuk secara tepat (jenis pupuk, dosis, cara dan waktu aplikasi).
 Monitoring dengan pengambilan contoh daun.

d. Pencegahan
 Analisa daun rutin di lab uk mengetahui kadar P (rendah<0.15%) dan ketidakseimbangan
N dan P (>20:1).
 Pembuatan tunggul-tunggul erosi akan mengurangi kehilangan pupuk P yang ditabur
diatas tanah.
 Jika P diberikan dengan jumlah cukup maka perkembangan akar akan meningkat dan
memperbaiki serapan N, Mg dan K.

3. Potassium ( K )
Potassium sangat berperan bagi tanaman terutama dalam mengendalikan proses membuka dan
menutupnya stomata, aktivitor enzim, dan meningkatkan transport hasil fotosintesa kebagian
penyimpanan ( buah).

a. Gejala defisiensi ( K ).

Gejala defisiensi berupa orange spotting dan confluent orange spotting serta mid crown


yellowing dimulai dari pelepah tua.
Gejala orange spotting berupa bercak-bercak berwarna orange yag mengkilat dan meneruskan
cahaya pada anak daun.
Dilapangan harus dibedakan adanya gejala confluent corange spotting akibat genetis dan akibat
defisiensi K dengan memperhatikan adanya kemampuan untuk meneruskan cahaya matahari.
Gejala mid crown yellowing ditandai dengan berkembangnya gejala nekrosis warna coklat
kekuningan yang tidak cerah, bercak kecil yang mengalami klorosis ini berkembang keseluruhan
daun yang selanjutnya terbentuk pita berwarna kuning disisi helai daun. Pada gejala defisiensi
berat, mid crown yellowing dan confluent orange spotting sering muncul secara bersamaan.

Defisiensi Kalium. Bercak oranye (Confluent Orange Spotting)

b. Penyebab defisiensi K
Gejala defisiensi K dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

 Kandungan K dalam tanah yang rendah.


 Tanah dengan reaksi sangat masam : tanah sangat berpasir, tanah gambut, tanah sulfat
masam.
 Tanah berkapur (Ca) maupun tanah mengandung Mg yang tinggi.
 Aplikasi pupuk K yang tidak tepat dosis, cara dan waktu aplikasi.

Sifat Pupuk K dan Jenis Pupuk dengan Kandungan K

c. Tindakan pencegahan.
Beberapa tindakan untuk mencegah dan menangani defisiensi K :

 Meningkatkan bahan organik tanah.


 Mencegah terjadinya aliran permukaan dan erosi.
 Mengaplikasi pupuk secara tepat ( jenis pupuk, dosis, cara dan waktu aplikasi).
 Monitoring dengan pengambilan contoh daun.

4.   Magnesium ( Mg ).

Magnesium merupakan kation divalen berukuran kecil serta memiliki sifat


elektropositive yang berperan dalam proses pembentukan klorovil, aktifator enzim dan transfer
energi, serta mengendalikan tingkat kemasan ( pH dalam sel).

a.   Gejala defisiensi Mg.


Gejala mulai dari pelepah tua. Pada tahap awal lembaran daun yang berumur lebih tua yang
terkena sinar matahari akan berwarna hijau kekuningan. Pada gejala lebih lanjut, daun berubah
warna menjadi orange terang, apabila dibiarkan warna daun berubah menjadi coklat dan
akhirnya mengering yang dimulai dari sisi helai anak daun.

b.   Penyebab defisiensi Mg.


Gejala defisiensi Mg dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

 Ketidak seimbangan antara Mg dengan nutrisi lainnya (K, NH4 Ca).


 Kandungan Mg dalam tanah yang rendah.
 Tanah dengan tekstur pasir, tanah sulfat masam, dan top soil yang tipis atau tererosi
(areal belerang).
 Tanah berkapur (Ca) maupun tanah mengandung K yang tinggi.
 Aplikasi pupuk Mg yang tidak tepat dosis, cara dan waktu aplikasi.
c.   Tindakan pecegahan.
Beberapa tindakan untuk mencegah dan menangani defisiensi Mg

 Monitoring dengan pengambilan contoh daun.


 Meningkatkan bahan organik tanah.
 Mencegah terjadinya aliran permukaan dan erosi.
 Mengaplikasikan pupuk secara tepat (jenis pupuk,dosis, cara dan waktu aplikasi).
Keseimbangan K/Mg dan Mg/Ca sangat diperlukan dalam pemupukan.

5.  Tembaga (Cu) 

 Pembentukan klorofil, dan katalisator proses fisiologis tanaman


 Kekurangan cu menyebabkan mid crown chlorosis (mcc) atau peat yellow.  Jaringan
klorosis hijau pucat kekuningan muncul di tengah anak daun muda. Bercak kuning
berkembang di antara jaringan klorosis.  Daun pendek, kuning pucat, kemudian mati.
 Penyebab defisiensi Cu : rendahnya Cu-dd tanah gambut atau pasir, tingginya aplikasi
mg, aplikasi N dan P tanpa K yang cukup.
 Upaya : perbaiki rendahnya K tanah, basahi tajuk dengan 200 ppm CuSO4. 

6.  Boron (B)

 Meristimatik tanaman, sintesa gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan
protein.
 Kekurangan B menyebabkan ujung daun tidak normal, rapuh, dan berwarna hijau gelap.
Daun baru memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat rata. 
 Penyebab defisiensi B : rendahnya b tanah, tingginya aplikasi N, K dan Ca.
 Upaya : aplikasi 0,1 - 0,2 kg/phn/thn pada pangkal batang. 

7.  Besi (Fe)

 Berfungsi sebagai aktifator dalam proses fotosintesis dan respirasi


 Pembentuk beberapa enzim dalam tanaman
 Penyebab Kekurangan Fe didalam tanah disebabkan oleh kadar Ca, P atau Mn yang
terlalu tinggi didalam tanah. Kelebihan Fe juga bisa disebabkan kemasaman (pH tanah)
yang rendah
 Gejala defisiensi pada daun muda berwarna kuning diantara tulang daun, biasanya
dipembibitan atau setahun diawal tanam dilapangan.
 Upaya : menormalkan kondisi Fe dengan  menormalkan pH tanah dengan pemberian
kaptan atau kieserite
 Dalam kondisi normal Fe tidak mudah tercuci dari zona perakaran
 Memperbaiki aerasi tanah agar penyerapan Fe oleh akar tidak terhambat 
DAFTAR PUSTAKA

Lailiya, L. 2016. Memahami Unsur Hara Makro dan Mikro Pada Tanaman.
http://bp4k.blitarkab.go.id/wp-content/uploads/2016/09/MEMAHAMI-UNSUR-HARA-
MAKRO-DAN-MIKRO-PADA-TANAMAN.pdf. [Di akses pada 2 Maret 2017].

Anonim. 2016 . Dampak Kekurangan/Kelebihan Unsur Cobalt (Co) Pada Tanaman.


http://www.urbanhidroponik.com/2016/08/dampak-kekurangan-kelebihan-cobalt-co-
tanaman-hidroponik.html. [Diakses pada 3 Maret 2017].

Anwar, S. 2013. Status Hara Na (Hatrium).


http://theworldagriculture.blogspot.co.id/2013/04/status-hara-na-natrium.html. [Diakses
pada 3 Maret 2017].

Chairunnisa, C., H. Hanum, dan Mukhlis. 2013. PERAN BEBERAPA BAHAN SILIKAT (Si)
DAN PUPUK FOSFAT (P) DALAMMEMPERBAIKI SIFAT KIMIA TANAH
ANDISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN.Jurnal Online Agroekoteknolog1(3):
742
Anonim.Nikel (Ni): Fakta, Sifat, Kegunaan&EfekKesehatannya.
https://www.amazine.co/28267/nikel-ni-fakta-sifat-kegunaan-efek-kesehatannya/.
[Diaksespada 3 Maret 2017.]

Fairhurst TH. 1997. Gejala Defisiensi Hara dan Kelainan pada Tanaman Kelapa Sawit, alih
bahasa Taryo Adiwiganda. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan

Fairhurst TH. 2002. Nutrient Management. International Plant Nutrition Institut (IPNI): Gerogia
USA. www.ipni.net/ppiweb/gseasia.nsf/

Purba RY. 2009. Penyakit-Penyakit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit: Medan.

Uexkuell HR. Fairhurst TH. 1999. Some Nutritional Disorders in Oil Palm. Better Crops
International Vol 13 No 1.

Anda mungkin juga menyukai