Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

“Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa, L.) Sebagai Bahan
Masker Wajah di Kota Waikabubak Kabupaten Sumba Barat
Nusa Tenggara Timur”

Oleh

JENNILIEN MERINDA GHELLO


1982211003

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memiliki kulit wajah yang lembab, bersih, sehat adalah keinginan setiap

orang khususnya wanita. Memiliki kulit kusam, tidak segar bersisik dan terdapat

kerutan-kerutan yang timnbul sebelum waktunya tentu saja membuat seseorang

tidak nyaman dan kurang percaya diri. Kulit kering harus segera diatasi, jika tidak

kondisi kulit bias semakin kering yang tentu bias mengurangi kesehatan kulit itu

sendiri. Ada banyak jenis perawatan,baik dari modern maupun alami. Banyak juga

produk kecantikan wajah, namun yang paling penting adalah efek samping atau

keamanan bagi kesehatan.

Perawatan wajah yang alami dapat menggunakan masker yang berasal dari

bahan alami tersebut. Perawatan dengan menggunakan masker dipercaya lebih

aman bagi kulit. Masker adalah bahan kosmetik yang berguna untuk

menghaluskan, mengencangkan kulit, serta dapat member nutrisi pada kulit

(Tanggono, 1992). Untuk menjaga kelembaban kulit wajah sangat memerlukan zat

antioksidan. Salah satu tanaman yang memiliki antioksidan tinggi adalah padi yang

menghasilkan beras hitam yang kaya akan antioksidan.

Padi (Oryza sativa L.) berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-

rumputan (Gramineae). Padi terdiri dari 3 golongan ekogeografi yaitu indica,

japonica, dan javanica (Ambarwati, 1992). Daerah penyebaran padi indica adalah
Asia tropis, padi japonica lebih terbatas didaerah subtropis dan javanica ditanam

di Indonesia. Kenampakan ketiga golongan tersebut dapat dicirikan dari morfologi

tanaman seperti daun, batang, gabah, kerontokan dan sebagainya (Ambarwati,

1992).

Tanaman padi menghasilkan beras (gabah yang telah terpisah dari sekam).

Beras adalah bagian biji padi yang terdiri dari aleuron, endospermia dan embrio

(Goodwin & Mercer, 1991). Berdasarkan lapisan aleuronnya terdapat tiga warna

beras, yaitu beras putih, merah, dan hitam. Beras hitam mengandung kadar

vitamin, mikroelemen dan asam amino lebih tinggi daripada beras biasa

(Suryono, 2008). Beras hitam mengandung senyawa bioaktif yang berguna untuk

mencegah penyumbatan pembuluh darah dan sebagai senyawa antioksidan untuk

mereduksi aktivitas radikal bebas. (Suardi dan Ridwan, 2009).

Beras hitam (Oryza sativa L.) merupakan varietas lokal yang mengandung

pigmen, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain. Beras merupakan jenis

pangan utama yang penting bagi masyarakat di Asia, terutama di Indonesia.

Pigmen warna yang terletak pada lapisan luar padi dari beras hitam telah

dilaporkan mengandung campuran senyawa antosianin, senyawa antosianin

berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas, sehingga berperan

untuk mencegah terjadinya beberapa penyakit degeneratif . Ekstrak beras hitam

telah terbukti memiliki efek antioksidan. Antioksidan dapat digunakan di berbagai

macam bidang, seperti bidang pangan dan industri famasi, industri tekstil (Bangee

dkk., 1995), perminyakan, kosmetik (Pan dkk., 1998 dan Jones dkk. 1997). Radikal
bebas dalam tubuh juga dapat memicu terjadinya kerut pada kulit. Salah satu upaya

mengatasi kerut adalah dengan antioksidan.

Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron pada bagian kulit

terluar, sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha

mengambil elektron dari molekul atau sel lain. Radikal bebas yang mengambil

elektron dari sel tubuh manusia dapat menyebabkan perubahan struktur DNA

sehingga menimbulkan sel-sel mutan. Oleh karena itu, untuk bertahan hidup dan

mengurangi jumlah radikal bebas dalam tubuh, manusia memerlukan antioksidan

(Olivia, 2011).

Antioksidan berperan aktif dalam menanggulangi kelebihan radikal bebas

yang pada umumnya bekerja sebagai penangkap radikal bebas dan mencegah

terjadinya reaksi berantai. Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi dua

yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan alami yang berasal

dari dalam tubuh seperti enzim superoksida dismutase (SOD). glutation dan

katalase, sedangkan antioksidan alami yang berasal dari luar tubuh seperti vitamin

C, vitamin E, β-karoten, xantofil dan flavonoid (Nugraheni, 2007). Antioksidan

sintetik seperti BHA (butil hidroksil anisol), BHT (butil hidroksilbtoluen), PG

(propel galat) dan TBHQ (tert-butil hidrokuinon) penggunaannya selain

memberikan efek manfaat, ternyata dalam jangka waktu lama dan pemberian terus

menerus dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya, salah satunya yaitu

dapat meningkatkan terjadinya karsinogenesis (Amarowiez et al., 2000). Oleh

karena itu, diperlukan sumber antioksidan alami yang mudah diperoleh dan
ketersediaannya di alam dalam jumlah yang melimpah dan juga mempunyai efek

samping yang rendah dibanding antioksidan sintetik (Nugraheni, 2007).

Penelitian terdahulu mengenai kandungan antioksidan yakni kadar

flavonoid beras hitam di daerah sumba telah dilakukan dan diperoleh hasil bahwa

kadar flavonoid tertinggi terdapat pada kultivar padi Woja Laka ialah yang

tertinggi pada Matawai sebesar 132.65 µg/L dan terendah pada Umbu Ratunggai

sebesar 31.65 µg/L. Kadar antioksidan flavonoid tergantung pada habitat, semakin

kering habitat tumbuh padi, kadar flavonoid yang dikandung semakin tinggi

(Ghello, 2017)

Eksplorasi tanaman yang memiliki antioksidan tinggi masih terus

dilakukan termasuk beras hitam. Terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan

untuk menguji aktifitas antikosidan beras hitam dan kebanyakn digunakan sebagai

bahan pangan saja, namun penelitian beras hitam sebagai sediaan masker wajah

belum banyak diteliti, khususnya di daerah Sumba.). Oleh karena itu pada rencana

penelitian ini akan dilakukan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Beras Hitam

(Oryza sativa, L) Kultivar Woja Laka Sebagai Bahan Masker Wajah Di

Masyarakat Sumba Barat.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak beras hitam (Oryza satriva L) kultivar Woja Laka memiliki

kandungan fitokimia?

2. Apakah ekstrak beras hitam (Oryza satriva L) kultivar Woja Laka memiliki

aktivitas antioksidan?

3. Kandungan senyawa aktif apakah yang terkandung dalam ekstrak beras hitam

(Oryza satriva L) kultivar Woja Laka?

4. Bagaimanakah hasil uji skin analyzer dan pendapat masyarakat terhadap masker

beras hitam (Oryza satriva L) kultivar Woja Laka ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui kandungan fitokimia beras hitam (Oryza satriva L) kultivar Woja

Laka

2. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak beras hitam (Oryza satriva L) kultivar

Woja Laka

3. Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam beras hitam

(Oryza satriva L) kultivar Woja Laka


4. Untuk mengetahui uji skin analyzer dan pendapat masyarakat terhadap masker beras

hitam (Oryza satriva L) kultivar Woja Laka.


BAB II
METODE PENELITIAN

2.1. Tempat/Waktu Penelitian

Proses ekstraksi, uji fitokimia, uji total fenol, total tanin, total antosianin dan uji

antioksidan akan dilakukan di Laboratorium Analisis Pangan Fakultas Teknologi

Pertanian Universitas Udayana, identifikasi senyawa aktif akan dilakukan di

Laboratorium Riset Bersama FMIPA Universitas Udayana dan pembuatan masker

beras hitam (Oryza satriva L) kultivar Woja Laka dan tes skin analyzer akan

dilakukan di Kabupaten Sumba Barat -NTT. Penelitian ini akan dilakukan pada

bulan oktober – November 2020

2.2. Alat dan Bahan

2.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipet tetes,

neraca analitik, pipet volumetrik, evaporator, timbangan analitik, mikropipet,

blender, gelas erlenmeyer, corong, tabung reaksi, gelas kimia, gelas ukur ,

gunting, camera, kertas saring, kantung plastik, hot plate, cuvet, corong pisah,

mikro pipet, , labu ukur, rak tabung reaksi, Stopwatch, camera, kolom, GC-MS

QP2010, spektrofotometer UV-Vis.

2.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah sampel beras hitam

menggunakan methanol 70% (merck), buffer asetat, HCL 4 N (merck), buffer


Na asetat (merck), CH3COONA, DPPH, Quades KCL (merck), kertas saring

whatman no.42, AlCl3, NaNO2.

2.3. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu sebagai berikut:

1. Variabel bebas adalah kandungan fitokimia ekstrak beras hitam (Oryza

satriva L) kultivar Woja Laka sebagai masker wajah

2. Variabel terikat adalah kandungan antioksidan ekstrak beras hitam (Oryza

satriva L) kultivar Woja Laka sebagai masker wajah

2.4. Cara Kerja

2.4.1. Preparasi Sampel

Menyediakan sampel padi kultivar Woja Laka sebanyak 800 gram dibersihkan

lalu diblender hingga menghasikan serbuk beras hitam,dan dikeringkan pada

oven lalu siap di ekstraksi.

2.4.2. Ekstraksi

Serbuk halus beras hitam ditimbang sebanyak 400 g tepung beras diekstrak 3

kali 24 jam dengan 800 mL metanol. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil

ekstrak yang maksimal. Rendaman pada saat maserasi disimpan ditempat yang

terlindungi dari cahaya. kemudian dilakukan uji fitokimia, total fenol, total

antosianin, uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan identifikasi

senyawa aktif dengan menggunakan GC-MS.


2.4.3. Skrining Fitokimia

Skirining fitokimia meliputi pemeriksaan senyawa golongan

alkaloid, antosianin, flavonoid, tannin, saponin, steroid/triterpenoid, dan

fenol.

2.4.3.1. Pemeriksaan alkaloid (pereaksi dragendorff dan pereaksi

meyer’s)

Diambil 4 gram ekstrak kasar ditambahkan 10 mL kloroform-amoniak,

lalu disaring ke dalam tabung reaksi. Filtrat ditambahkan dengan beberapa

tetes H2SO2 M dan dikocok sehingga terpisah dua lapisan. Lapisan asam

yang terdapat di bagian atas dipipet ke dalam tabung reaksi lain, lalu

ditambahkan pereaksi Meyer‟s (5 g KI dilarutkan dalam 90 mL air dan

ditambahkan perlahan-lahan HgCl2 sambil diaduk dan diencerkan sampai

volume 100 mL) dan Dragendorff (campuran Bi(NO3)25H2O dalam asam

nitrat dan larutan KI). Adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya

endapan putih dengan pereaksi meyer’s dan endapan jingga sampai merah

coklat dengan pereaksi dragendorff (Darwis, 2000)

2.4.3.2. Pemeriksaan flavonoid

Diambil 4 gram ekstrak kasar dilarutkan dalam air panas 10 mL

yang telah dididihkan selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat

dimasukan kedalam tabung reaksi ditambahkan sedikit serbuk Mg

dan 1 mL HCl pekat, kemudian dikocok kuat-kuat. Uji positif


ditunjukkan oleh terbentuknya warna merah, kuning atau jingga

(Sutisna, 2000)

2.4.3.3. Pemeriksaaan tannin

Diambil 4 gram ditambahkan dengan 10 mL aquades lalu disaring,

filtratnya diencerkan dengan akuades sampai tidak berwarna. Larutan

diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III)

klorida (FeCl3) 1%. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman

menunjukkan adanya tanin (Sa’adah, 2010).

2.4.3.4. Uji Triterpenoid dan Steroid/Uji Liebermann-Burchard

Diambil 4 gram ekstrak kasar diekstraksi dengan dietil eter dan fraksi

yang larut dalam dietil eter dipisahkan. Fraksi yang larut dalam dietil eter

ditambahkan CH3COOH glasial dan H2SO4 pekat. Larutan dikocok

perlahan dan dibiarkan selama 10 menit. Steroid memberikan warna biru

atau hijau, sedangkan triterpenoid memberikan warna merah atau violet

(Kadarisman, 2000).

2.4.3.5. Uji Fenol

Diambil 4 gram ekstrak kasar ditambahkan 10 ml air panas, disaring

kemudian filtrat ditambahkan beberapa tetes pereaksi FeCl3 1%. Uji

positif ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau, biru atau ungu

(Kadarisman, 2000).
2.4.3.6. Penentuan kandungan total fenolik, Tanin, Antosianin dan flavonoid

1. Penetuan total fenol

Penentuan kandungan total fenol ekstrak metanol ekstrak beras hitam

dilakukan menggunakan metode follin-Ciocalteu serta asam galat

sebagai pembanding.

a) Pembuatan kurva standar asam galat

Dibuat larutan stok sebanyak 10 mg asam galat dilarutkan

dalam labu ukur 100 mL tambahkan aquades sampai tanda batas

sehingga volumenya 100 mg/L. Diambil larutan stok dipipet

masing-masing 10, 20, 40, 60 dan 80 µL, ditambahkan aquades

0,1 mL, kemudian ditambahkan 0,1 mL reagen follin-Ciocalteu

dan 0,8 mL Na2CO3 5% sehingga volumenya mencapai 1,0 mL

dan dihasilkan serangkaian larutan standar dengan konsentrasi 10,

20, 40, 60, 80 ppm. Larutan dikocok dan didiamkan selama 60

menit dan serapannya diukur pada panjang gelombang 760 nm

dengan spektrofotometer UV-Vis. Dengan mengeluarkan

absorbansi terhadap konsentrasi, maka dapat diperoleh kurva

kalibrasi dengan persamaan regresi linear y=bx+a.

b) Penetuan total fenol pada ekstrak beras hitam


Diambil sebanyak 19,80 mg sampel ditimbang dan diencerkan

dengan metanol 70% dalam labu ukur 5 mL lalu divortex dan disaring.

Filtrat yang diperoleh dipipet 0,1 mL kemudian ditambahkan 0,1 mL

reagen follin-Ciocalteu. Setelah itu larutan campuran itu dikocok lalu

didiamkan. Selanjutnya ditambahkan 0,8 mL Na2CO3 5% hingga

volumenya mencapai 1,0 mL larutan didiamkan selama 30 menit.

Serapannya dibaca pada panjang gelombang maksimum 760 nm pada

spektrofotometer UV-Vis dengan penggulangan perlakuan sebanyak

tiga kali. Kandungan total fenol dinyatakan sebagai ekuivalen asam

galat/100g sampel.

2. Penentuan total tanin

Total tanin diuji seperti metode total fenol dengan menggunakan

pereaksi follin-Ciocalteu namun menggunakan standar asam tanat sebagai

pembanding.

3. Penentuan total flavonoid

a) Pembuatan kurva standar kuersetin

Ditimbang sebanyak 25 mg baku standar kuersetin dan dilarutkan

dalam 25 mL metanol. Larutan stok tersebut dipipet sebanyak 1 mL dan

dicukupkan volumenya sampai 10 mL dengan metanol sehingga diperoleh

konsentrasi 100 ppm. Dari larutan standar kuersetin 100 ppm, kemudian

dibuat beberapa konsentrasi yaitu 6, 8, 10, 12 dan 14 ppm. Dari masing-

masing konsentrasi larutan standar kuersetin diambil 1 mL. kemudian


ditambahkan 1 mL AlCl3 2% dan 1 mL kalium asetat 120 mM. sampel

diinkubasi selama satu jam pada suhu kamar. Absorbansi ditentukan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

maksimum 435 nm (Stankovic, 2010).

b) Penetuan total flavonoid pada ekstrak beras hitam

Ditimbang 15 mg ekstrak, dilarutkan dalam 10 mL metanol,

seingga diperoleh konsentrasi 1500 ppm. Dari larutan tersebut diambil 1

mL kemudian ditambahkan 1 mL larutan AlCl3 2% dan 1 mL kalium

asetat 120 mM. sampel diinkubasi selama 1 jam pada suhu kamar.

Absorbansi ditentukan dengan panjang gelombang maksimum 435 nm.

Sampel dibuat dalam tiga kali, flavonoid total dihitung dengan

menggunakan persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi kuersetin

(Stankovic, 2010).

2.4.3.7. Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-

diphenyl-2-picrylhidrazyl) menggunakan spektrofotometer UV- Visibel

Dalam pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode

DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl). Metode DPPH merupakan metode

yang sederhana, cepat dan mudah untuk penapisan aktivitas penangkapan

radikal beberapa senyawa, selain itu metode ini terbukti akurat, efektif dan

praktis (Molyneux, 2003).

1) Pembuatan larutan DPPH 0,5 mM

Ditimbang 20 mg serbuk DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl)


kemudian dilarutkan dalam metanol 70% hingga volume 100 ml

(Molyneux, 2004).

2) Pembuatan larutan blanko konsentrasi 40 µg/ml

Diambil larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm) dipipet

sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, lalu

dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda untuk mendapatan

konsentrasi 40 µg/ml (Molyneux, 2004)

3) Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Larutan DPPH konsentrasi 40 µg/ml dihomogenkan dan diukur

serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm (Molyneux, 2004).

4) Penentuan operating time

Larutan DPPH konsentrasi 40 µg/ml, diukur serapannya untuk

menentukan operating time sampai menit ke-60 pada panjang gelomang

serapan maksimum yang telah diperoleh (Molyneux, 2004).

5) Pembuatan larutan induk

- Pembuatan larutan induk sampel uji

Diambil sebanyak 25 mg sampel uji (ekstrak kental)

ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan

dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol

sampai garis tanda (konsentrasi 1000 ppm).


- Pembuatan larutan induk asam askorbat (vitamin c) sebagai

pembanding

Sebanyak 25 mg serbuk asam askorbat ditimbang,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dengan

metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis

tanda (konsentrasi 1000 ppm).

6) Pembuatan larutan uji

- Larutan sampel uji

Larutan induk dipipet sebanyak 1,25 ml; 2,5 ml; 5 ml; 7,5

ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi

larutan uji 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm kedalam masing-

masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM

(konsentrasi 40 ppm) lalu volumenya dicukupkan dengan metanol

sampai garis tanda. Diamkan selama 20 menit, lalu diukur

serapannya menggunakan spektrofotometer UV-visible, panjang

gelombang 516 nm.

- Larutan uji asam askorbat (vitamin c) sebagai pembanding.

Larutan induk dipipet sebanyak 0,05 ml; 0,1 ml; 0,15 ml;

0,2 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi

larutan uji 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, kedalam masing-masing


labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 40

ppm) lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis

tanda. Diamkan selama 60 menit, lalu diukur serapannya

menggunakan spektrofotometer UV-Visible, panjang gelombang

516 nm.

7) Penentuan aktivitas antioksidan IC50 (Inhibitory Concentration)

Aktivitas antioksidan juga dinyatakan dalam IC50 (Inhibitory

Concentration) yaitu nilai yang menggambarkan besarnya konsentrasi

senyawa uji yang dapat menangkap radikal bebas sebesar 50%. Semakin

kecil nilai IC50 maka semakin besar aktivitas antioksidan sampel. Nilai IC50

diitung berdasarkan persen inhibisi terhadap radikal DPPH dengan rumus

berikut:

Berdasarkan harga % inhibisi yang diperoleh kemudian dibuat

kurva terhadap konsentrasi larutan uji sampel atau pembanding yaitu

berupa asam aksorbat. Kosentrasi sampel (ppm) sebagai sumbu x dan %

inhibisi sebagai sumbu y, persamaan regresi linearnya ditentukan dari y =

bx + a dan nilai IC50 dapat dihitung dengan memasukan nilai y sebesar 50

sehingga diperoleh x sebagai IC50 (Murni, 2012).

8) Penentuan nilai AAI ( Antioxidant Activity Index)

Perhitungan nilai AAI digunakan untuk mengetahui index

aktivitas antioksidan dengan rumus:

Menurut Scherer dan Godoy (2009), aktivitas antiksidan


berdasarkan nilai AAI dikatakan lemah sebagai antioksidan jika nilai

AAI < 0.5, aktivitas antioksidan sedang jika 0.5 < AAI < 1.0, aktivitas

antioksidan kuat 1.0 < AAI 2.0 dan aktivitas sangat kuat jika nilai AAI

> 2.0 (Faustino et al., 2010).

2.4.3.8. Identifikasi senyawa aktif menggunakan Gas

Chromatography-Spectroscopy Massa (GC-MS)

Proses identifikasi senyawa aktif diawali dengan kromatografi

kolom (KK), dengan cara diambil ekstrak metanol beras hitam (ekstrak

kasar) sebanyak 3 g dimasukan kedalam kolom kromatografi yang

panjangnya 50 cm dan diameter 4 cm. kolom tersebut sebelumnya telah

diisi dengan 180 g silica gel (wako gel, partikel 75-150 µm) yang dicampur

dalam 350 mL heksan. Untuk mendapatkan fraksi dari ekstrak kasar, kolom

dilewati eluen (pelarut) dengan tingkat kepolaran yang berbeda, dari yang

bersifat non polar (heksan) dilanjutkan dengan pelarut yang bersifat lebih

polar. Pemilihan fase gerak yang dipakai didasarkan dengan prinsip like

dissolves like (larut berdarkan kemiripan sifat).

Eluen yang melewati kolom ditampung sebanyak 50 mL per

tabung. Tampungan pertama sebagai fraksi satu, tampungan berikutnya

sebagai fraksi dua dan seterusnya. Selanjutnya hasilnya langsung dianalisis

menggunakan Gas Chromatography – Spectroscopy Massa (GC-MS).

2.4.3.9. Pembuatan Masker Beras Hitam

Jenis beras yang digunakan adalah beras hitam kultivar Woja Laka
Beras direndam semalam menggunakan air. Kemudian, beras dijemur tidak

boleh dibawah paparan sinar matahari secara langsung karena akan

mengurangi kandungan pada beras. Setelah kering, beras dihaluskan

menggunakan alat penggiling atau blender dan disaring menggunakan alat

penyaring sampai menghasilkan tekstur yang diinginkan. Selanjutnya tepung

beras dicampurkan air dengan perbandingan 2:1, diaduk hingga merata lalu

diaplikasikan ke wajah. Selanjutnya dilakukan pengukuran kelembaban wajah

menggunkan Skin Analyzer FCM-1 (Virgita, 2015).

1. Kerangka Berpikir

2. Desain Eksperimen
Masalah :
-Beras hitam dianggap hanya sebagai bahan makanan yang hanya dapat dikonsumsi
dan belum banyak dikenal manfaatnya untuk kecantikan wajah.

Pemecahan masalah :
— Beras hitam dapat diolah menjadi bahan kecantikan

MASKER WAJAH

Pengaplikasian masker kepada jenis kulit wajah normal

Hasil eksperimen

Desain eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil

jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat

membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat untuk

menjawab persoalan yang akan dibahas (Juliansyah, 2013:112). Dalam desain


eksperimen ini menggunakan one-group pretest-postest desaign. One group

pretest-postest desaign yaitu desaign yang terdapat pretest, sebelum diberi

perlakuan. Hasil penelitian dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

membandingkan dengan keadaan sebelum di beri perlakuan. Desaign ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

keterangan :
O1 X O 2
O1 = nilai pre test (sebelum diberi perlakuan)

O2 = nilai post tes (setelah diberi perlakuan)

Pengaruh perlakuan terhadap kelembaban kulit


wajah= (O2 – O1)

Sub Variabel Indikator Hasil Pengaplikasian masker (Y)


Sebelum 1 2 3 4
1. Bagian dahi
Hasil masker ketan 2. Bagian pipi kiri
hitam 3. Bagian pipi kanan
4. Bagian hidung
5. Bagian dagu

2.5. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menghitung persen (%) aktivitas

antioksidan yang diperoleh dari data absorbansi kemudian dilakukan perhitungan

nilai IC50 dengan menggunakan persamaan regresi yang menyatakan hubungan

antara konsentrasi ekstrak (x) dengan persen (%) aktivitas antioksidan (y). sampel

yang mempunyai nilai IC50 terendah menunjukkan bahwa sampel tersebut

memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang tinngi. Data hasil identifikasi


senyawa aktif disajikan dalam bentuk kromatogram GC-MS dan data hasil uji

skin analyzer disajikan dalam bentuk table.

DAFTAR PUSTAKA

Amarowiez, R., Naczk, M., Shahidi, F., 2000. Antioxidant Activity of Crude Tannins Of
Cannola and Rapeseed Hulls, JAOCS, 77, 957-961 cit Rohman, A., Riyanto,
S., 2004, Uji Aktivitas Antiradikal Ekstrak Kloroform, Etil Asetat dan
Kloroform Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) dengan Metode DPPH,
Laporan penelitian MAK, Yogyakarta. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada.

Ambarwati, A. D. 1992. Regenerasi Tanaman Padi Javanica, Indica, dan Japonica.


Prosiding Lokakarya Penelitian Komoditas dan Studi Kasus. 2 : 746-756.

Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam
Hayati. Makalah Workshop Pengembangan Sumberdaya Manusia dalam
Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati. FMIPA UNAND Padang. Tidak
diterbitkan

Faustino, H. 2010. Antioxidant activity of Lignin Phenolic Compounds Extracted From


Kraft and Sulphite Black Liquors. ISSN 1420-3049. Molucules 15, 9308-
9322.

Ghello, 2017. Analisis Kadar Flavonoid Padi (oryza sativa l.) Kultivar Woja Laka di
Pulau Sumba. Undana. Kupang
Goodwin, T. W. And E. I. Mercer. 1983. Introduction to Plant Biochemestry. 2nd edition.
Pragmon Press. Oxford-New York-Beijing-Frankurt-Sao Paulo-Sydney-Tokyo-
Toronto.

Kadarisman, I. 2000. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Bioaktif dari Uji Toksisitas
dan Skrining Fitokimia (Tri Atmoko; Amir Ma’ruf) Rimpang Bangle
(Zingiber cassumunarRoxb.) (Skripsi) Jurusan Kimia FMIPA. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Tidak diterbitkan.

Molyneux, P. 2003. The Use of The Stable Free Radikal Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH)
for Estimating Antioxidant Activity, Journal Science of
Technology.26(2):211-219

------------. 2004. The Use of The Stable Free Radikal Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH)
for Estimating Antioxidant Activity, Journal Science of Technology.

Murni, G. 2012. Phytochemical screening and antioxidant activities of two selected


“Bihi” Fruits used as vegetables in Darjeeling Himalaya. International
Journal of Parmacy and Pharmaceutical Ciences. ISSN: 0975-1491.4(2).

Olivia, Nina. 2011. Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Gambaran Histopatologi


TubulusProksimal mencit Betina Dewasa yang Mendapat Latihan Fisik
Maksimal (Tesis). Medan. Program Studi Magister Ilmu Biomedik

Sa’adah. L., 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Tanin dari Daun Belimbing Wulih
(Averrhoa bilimbi L.) (Skripsi). Jurusan Kimia. Malang. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Stankovic, M.S. 2010. Total phenolic Content, Flavonoid Concentration and Antioxidant
Activity of Marrubium pereginum L. Extract Kragujevac. J. Sci. 33:63-72

Tang Y. 2007.  Multi-Intelligence and Unfolding the Full Potentials of Brain. China.


Dalian University of Technology Press.

Anda mungkin juga menyukai