“ FILARIASIS LIMFOTIK”
Disusun Oleh ;
Willy Sandika
01901021
Dosen Pembimbing :
Ns. Eliwarti M,kep
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga Ny R di dusun Suren pada tanggal 30
maret 2019 didapatkan bahwa Ny R ini di ketahui mengalami pembengkakan pada daerah
kedua kaki. Ny R belum sepenuhnya paham mengenai penyakit ini. Padahal pada
penderita filariasis sangat diperlukan upaya pencegahan agar tidak terjadi kasus lanjutan.
Oleh karena itu pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai filariasisi dan
penanganannya sangat penting untuk dilakukan.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama ± 30 menit diharapkan warga
masyarakat dapat memahami tentang penyakit filariasis dan cara pencegahannya.
C. Tujuan Instruksional Khusus
F. Metode Penyuluhan
Ceramah
Diskusi
Tanya jawab
G. Media
Power Point
H. Kegiatan
N
Kegiatan KegiatanPenyuluhan KegiatanKlien Waktu
o
1 Pembukaan Tahap pembukaan : 5 menit
Moderator Menjawab salam
memberisalam Mendengarkan
Moderator
memperkenalkan
pembimbing dan
anggota kelompok Menyetujui kontrak
Moderator membuat waktu
kontrak waktu dan Mendengarkan
bahasa
Moderator menjelaskan
tujuan kegiatan
Memberikan reinforcement
positif Mendengarkan dan
Menggali pengetahuan
klien dan keluarga klien
tentang cara pencegahan Mendengarkan
timbulnya penyakit
filariasis Mendengarkan dan
memperhatikan
Memberikan reinforcement
positif
Mengemukakan
Menjelaskan tentang cara
pendapat
pencegahan kambuhnya
penyakit filariasis
Menggali pengetahuan
Mendengarkan
klien dan keluarga klien
tentang cara pengobatan
tradisional penyakit Mendengarkan dan
filariasis memperhatikan
Memberikan reinforsement
positif
Menjelaskan tentang cara
pengobatan tradisional
penyakit filariasis
3 Penutup Memberikan kesempatan Mengajukan 10menit
kepada klien dan keluarga pertanyaan
klien untuk bertanya
Menanyakan kembali Mengemukakan
tentang materi penyuluhan pendapat
penyakit filariasis
Memberi reinforcement Mendengarkan
positif
Menyimpulkan hasil Bersama
penyuluhan bersama klien menyimpulkan hasil
dan keluarga klien penyuluhan
I. Materi
(Terlampir)
J. Setting Tempat
= Penyuluh
= Peserta
MATERI
FILARIASIS
1. Pengertian Filariasis
Filariasis atau kaki gajah adalah pembengkakan tungkai akibat infeksi cacing jenis filaria.
Cacing ini menyerang pembuluh getah bening dan ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Penyakit kaki gajah masih ada di Indonesia, terutama di daerah Papua, Nusa Tenggara Timur,
Jawa Barat, dan Nanggroe Aceh Darussalam. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, tercatat hampir 13.000 kasus kaki gajah di Indonesia.
Selain tungkai, bagian tubuh lain, seperti organ kelamin, lengan, dan dada, juga dapat mengalami
pembengkakan. Sebelum timbul pembengkakan, penyakit kaki gajah tidak menimbulkan gejala
yang spesifik, sehingga pengobatannya sering kali terlambat.
Oleh karena itu, pencegahan kaki gajah sangat penting. Pencegahannya dapat dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk dan mengikuti program pemberian obat pencegahan massal
(POPM) yang dilakukan oleh pemerintah.
2. Penyebab Filariasis
Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria pada pembuluh
getah bening. Cacing ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk.
Walaupun menyerang pembuluh getah bening, cacing filaria juga beredar di pembuluh darah
penderita kaki gajah. Jika penderita kaki gajah digigit oleh nyamuk, cacing filaria dapat terbawa
bersama darah dan masuk ke dalam tubuh nyamuk.Lalu bila nyamuk ini menggigit orang lain,
cacing filaria di tubuh nyamuk akan masuk ke dalam pembuluh darah dan pembuluh getah
bening orang tersebut. Cacing filaria kemudian akan berkembang biak di pembuluh getah bening
dan menyumbat peredaran getah bening, hingga menyebabkan kaki gajah.
Beberapa jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis atau kaki gajah adalah Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timor. Sedangkan jenis nyamuk penyebar cacing filaria
adalah nyamuk jenis Culex, Aedes, Anopheles, dan Mansonia.
Kulit pada tungkai yang bengkak akan menebal, kering, menjadi lebih gelap,
pecah-pecah, dan terkadang muncul luka. Sayangnya, tungkai yang sudah
mengalami pembengkakan dan perubahan kulit tidak dapat kembali seperti semula.
Pada kondisi ini, kaki gajah sudah memasuki fase kronik.
Pada awal penyakit, penderita kaki gajah biasanya tidak mengalami gejala apa pun. Hal ini
menyebabkan penderita tidak sadar telah tertular penyakit kaki gajah (filariasis), sehingga
terlambat melakukan penanganan. Peradangan pembuluh atau kelenjar getah bening juga dapat
muncul di fase awal, berupa pembengkakan setempat pada pembuluh dan kelenjar getah bening.
4.Diagnosis.
Dokter akan bertanya kepada penderita mengenai gejala yang dirasakan dan
sejak kapan gejala muncul. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik
untuk memeriksa gejala tersebut.
Jika menduga pasien menderita kaki gajah, dokter akan menganjurkan tes darah.
Sampel darah akan diperiksa guna mengetahui apakah terdapat cacing filaria atau
tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mikroskop atau melalui tes kimia khusus
menggunakan antigen.
5.Pengobatan.
Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien filariasis bertujuan untuk mencegah infeksi
bertambah buruk dan menghindari komplikasi filariasis. Untuk mengurangi jumlah parasit dalam
tubuh, pasien dapat mengonsumsi obat cacing, seperti ivermectin, albendazole, atau
diethylcarbamazine.
Bila filarisis sudah menimbulkan pembengkakan tungkai dan kaki, ukurannya tidak dapat
kembali seperti semula. Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan kaki yang bengkak, antara lain:
•Istirahatkan tungkai dan selalu jaga posisi tungkai lebih tinggi, saat duduk atau berbaring.
•Gunakan stocking kompres, sesuai anjuran dokter.
•Bersihkan bagian tungkai yang bengkak dengan air dan sabun setiap hari.
•Jika mengalami luka, segera bersihkan luka dengan antiseptik.
•Gerakkan tungkai melalui olahraga ringan untuk menjaga kelancaran aliran getah bening di
bagian yang bengkak.
DAFTAR PUSTAKA