Anda di halaman 1dari 1

Nama : Andriyana

NIM : 1182050009
Kelas : IV A

HUKUM SYARA’
(Al-hukm As-Syar’i)
Menurut etimologi kata hukum (al-hukm) berarti “mencegah (al-man’u)” atau “memutuskan (al-qadha)”.
Hukum juga berarti menetapkan sesuatu atas sesuatu yang lain (itsbat syai’ ‘ala syai’). Menurut terminologi ushul
fiqh hukum berarti “khitab Allah yang mengatur amal perbuatan mukallaf, baik berupa iqtidha (perintah,
larangan, anjuran untuk melakukan atau anjuran untuk meninggalkan), takhyir (kebolehan bagi orang mukallaf
untuk memilih antara melakukan dan tidak melakukan), atau wadh’i (ketentuan yang menerapkan sesuatu sebagai
sebab, syarat, dan mani’).”

Pembagian Hukum Syara’


Hukum syara’ dibagi menjadi dua, yaitu hukum taklifi dan hukum wadh’i.

a. Hukum Taklifi
Bentuk-Bentuk Hukum Taklifi menurut fuqaha b. Hukum Wadh’i
1. Wajib 1. Sebab,
Dilihat dari segi yang dibebani
kewajiban
Ulama ushul fiqh membagi
a) Wajib aini sebab menjadi dua, yaitu :
b) Wajib Kifayah a) Sebab yang bukan
Dilihat dari Kandungan perintah merupakan perbuatan
a) Wajib Muayan mukallaf dan berada
b) Wajib Mukhayar
Dilihat dari keterkaitan waktu
diluar kemampuannya
a) Wajib Muthalaq b) Sebab yang merupakan
b) Wajib Muaqqat perbuatan mukallaf dan
Terdiri atas : dalam batas
1. Wajib Muwassa’ kemampuannya.
2. Wajib Mudhayyaq
3. Wajib dzu asy-syibh
2. Syarat,
Dilihat dari segi ukuran yang a) Syarat syar’i,
diwajibkan : b) Syarat Ja’ly (syarat
1. Wajib al-muhaddad buatan)
2. Wajib ghairu al-muhaddad 3. Mani’
a) Mani’ terhadap hukum
2. Mandub atau sunnah
a) Sunnah muakkadah b) Mani’ terhadap sebab
b) Sunnah ghairumuakkadah hukum
c) Sunnah al-Zawait 4. Shihhah (sah)
3. Haram 5. Bathil (tidak sah)
a) Haram lidzatih
6. Azimah
b) Haram lighairih
4. Makruh 7. Ruhsah (keringanan
a) Makruh tahrim
b) Makruh tanzih
5. mubah

Anda mungkin juga menyukai