Anda di halaman 1dari 32

Prinsip Perlakuan Setara

terhadap Pemegang saham


Rantinah 1851030001
Endang Haryani 1851030002
Evita Nurdiana 1851030009
Latar belakang
Upaya menangani transaksi pihak berelasi yang
berpotensi abusive
Prinsip OECD ke-3, sub prinsip A-2 Guide on fighting abusive related party Pedoman umum GCG Indonesia Bab V
transaction in Asia (OECD - 2009)
1. Mewajibkan pengungkapan transaksi 1. Definition refers to control and 1. Pedoman 1.2.a mewajibkan pemegang
2. Peran pengawasan Dewan Komisaris capture a risk of potential abuse saham pengendali untuk:
3. Transaksi dikompensasikan dengan 2. Framework refers to materiality a. Memperhatikan kepentingan
penerimaan manfaat sepadan transactions according to the risk of pemegang saham minoritas dan
4. Hak untuk memesan saham lebih dulu potential abuse pemangku kepentingan lainnya
5. Mewajibkan persetujuan RUPS dengan 3. Public policy to monitor related party b. Mengungkapkan terjadinya
batasan transactions pelanggaran atau dalam hal diminta
6. Peran serta pemegang saham 4. Independent, competent and qualified oleh otoritas terkait
non-pengendali external auditor
7. Mewajibkan pemegang saham 5. Independent directors 2. Pedoman 1.2.c kewajiban pemegang
pengendali membeli saham pada 6. Objective judgement in decision saham:
harga yang ditetapkan oleh penilai making process a. Memisahkan kepemilikan harta
independen 7. Voting system to establish approval of perusahaan dan pribadi
8. Hak pemegang saham non-pengendali related party transactions b. Memisahkan fungsinya sebagai
melakukan tuntutan hukum 8. Framework ensures legal action pemegang saham dan anggota dewan
9. Coherent regulatory system by each komisaris/direksi
jurisdiction
Penerapan prinsip OECD ke-3 Sub Prinsip A2

Tema UU PT UU PM Bapepam LK (OJK)

1. Hak pemegang saham Ps 61 hak mengajukan gugatan Ps 5 Bapepam LK dapat


non-pengendali melakukan Ps 97 (6) memungkinkan pemegang melakukan tindakan yang
tuntutan hukum saham (min 10%) mengajukan gugatan diperlukan (ex ante)
pengadilan terhadap anggota direksi Ps 111 pihak yang menderita
Ps 114 (6) hal yang sama terhadap kerugian dapat menuntut ganti
anggota dewan komisaris rugi (ex post)
2. Hak pemegang saham Ps 62 Hak meminta sahamnya dibeli
non-pengendali meminta perseroan dengan harga wajar
membeli sahamnya
3. Hak pemegang saham Ps 79 (2) memungkinkan mengajukan
mengajukan RUPS RUPS mewakili min 10%
4. Super-majority voting rules Ps 88 ketentuan kuorum RUPS yang IX.J.1 perubahan anggaran
tinggi (min 2/3) dasar, ketentuan kuorum 3/4
dari jumlah seluruh pemegang
saham, batas sahnya keputusan
RUPS adalah 3/4 dari jumlah
suara
5. Hak pemegang saham Ps 138 memungkinkan pemegang saham
mengajukan pemeriksaan terhadap (min 10%) mengajukan pemeriksaan
perseroan terhadap perseroan
Perdagangan oleh Orang Dalam
Sesuai Prinsip OECD ke – 3, ada larangan insider trading dan
transaksi abusive yang bertentangan dengan hukum karena dapat
merugikan perusahaan dan investor.
Menurut UUs PM Pasal 95, perdagangan oleh orang dalam
mencakup:
1. Pembelian atau penjualan atas efek emiten atau perusahaan
publik
2. Pembelian atau penjualan atas efek perusahaan lain yang
melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan publik; oleh
orang dalam dari emiten atau perusahaan publik yang
bersangkutan yang memiliki informasi orang dalam.
Perdagangan oleh orang dalam juga mencakup upaya orang dalam
yang (UU PM 96)
1. Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas efek dimaksud,
2. Memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang
Dalam penjelasan atas pasal 95, orang dalam
yang dimaksud dalam UU PM adalah

a) Komisaris, direktur, atau pegawai emiten atau


perusahaan publik
b) Pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik
c) Orang perseorangan yang karena kedudukan atau
profesinya atau karena hubungan usahanya dengan
emiten atau perusahaan publik memungkinkan orang
tersebut memperoleh informasi orang dalam
d) Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak
lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf
(a), huruf (b), atau huruf (c), diatas.
Informasi atau fakta material yang diperkirakan dapat
mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi
pemodal, antara lain:

a) Penggabungan Usaha, pembelian i) Pembelian, atau kerugian penjualan


saham, peleburan usaha, atau aktiva yang material
pembentukan usaha patungan j) Perselisihan tenaga kerja yang relatif
b) Pemecahan saham atau pembagian penting
deviden saham k) Tuntutan hukum yang penting
c) Pendapatan dari deviden yang luar terhadap perusahaan
biasa sifatnya l) Pengajuan tawaran untuk pembelian
d) Perolehan atau kehilangan kontrak efek perusahaan lain
penting m) Penggantian akuntan yang mengaudit
e) Produk atau penemuan baru yang perusahaan
berarti n) Penggantian wali amanat
f) Perubahan dalam pengendalian atau o) Perubahan tahun fiskal perusahaan
perubahan penting dalam manajemen
g) Pengumuman pembelian kembali
atau pembayaran efek yang bersifat
utang
Peraturan Bapepam – LK X.M.I mengatur
keterbukaan informasi pemegang saham dan wajib
lapor bagi Direktur/ Komisaris Emiten/
Perusahaan Publik kepada OJK atas perubahan
kepemilikan saham tersebut paling lambat 10 hari
setelah terjadinya transaksi serta Wajib
diungkapkan dalam laporan keuangan dan laporan
tahunan perusahaan .
Fasilitas Penggunaan Hak Voting melalui
Kustodian atau Cross – Border
Dalam kerangka hukum di Indonesia, tidak terdapat perbedaan hak pemegang saham
asing dan pemegang saham domestik. Ketentuan (World Bank, 2010), mengenai hak
suara, RUPS, dan penyelenggaraan RUPS, sbg:
a) Pasal 83 UU PT mengatur bahwa pengumuman RUPS harus dilakukan paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan RUPS. Hal yang sama juga
diatur dalam Peraturan Bapepam – LK IX.J.I yang juga menyebutkan bahwa
pemanggilan RUPS paling lambat dilakukan 14 (empat belas) hari sebelum
penyelenggaran RUPS. Dengan demikian, peraturan di indonesia yang mewajibkan
panggilan RUPS dilakukan paling lambat 14 hari sebelum penyelenggaraan RUPS
adalah lebih lama dari international best practices yaitu 21 (dua puluh satu) hari.
Dibanding international best practices, ketentuan ini kurang memberikan waktu
yang memadai bagi pemegang saham untuk menghadiri RUPS, termasuk bagi
pemegang saham asing.
b) Pasal 85 UU PT yang memungkinkan pemegang saham mewakilkan kehadirannya
di RUPS atas pasal 77 UU PT yang memungkinkan penggunaan media
Perlakuan Setara terhadap pemegang
saham dalam Proses dan Prosedur RUPS
RUPS merupakan organ tertinggi dalam perusahaan. Menampung hak
dasar serta partisipasi dari pemegang saham.
Keputusan strategis yang dihasilkan di RUPS :
a) Pengangkatan Direksi dan Dewan Komisaris
b) Pembagian deviden
c) Persetujuan Laporan Keuangan
d) Perubahan Anggaran Dasar
e) Persetujuan atas transaksi tertentu
Hasil RUPS wajib disampaikan kepada OJK paling lambat dua hari setelah
pelaksanaan serta harus dipublikasikan.
Pedoman pokok pelaksanaan yang terkait dengan
penyelenggaraan RUPS:
1) Pemegang saham diberikan kesempatan untuk mengajukan
usul mata acara RUPS sesuai dengan peraturan perundang
– undangan;
2) Panggilan RUPS harus mencakup informasi mengenai mata
acara, tanggal, waktu, dan tempat RUPS;
3) Bahan mengenai setiap mata acara yang tercantum dalam
panggilan RUPS harus tersedia dikantor perusahaan sejak
tanggal panggilan RUPS;
4) Penjelasan mengenai hal – hal lain yang berkaitan dengan
mata acara RUPS dapat diberikan sebelum dan atau pada
saat RUPS berlangsung;
Pengungkapan Informasi Benturan
Kepentingan Anggota Direksi dan Dewan
Komisaris
Pedoman Umum GCG Indonesia juga mengatur secara tidak langsung kewajiban
pengungkapan informasi benturan kepentingan direktur dan komisaris, sebagai
berikut:
a) Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan
ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi pemegang saham,
komisaris dan direktur, serta karyawan perusahaan;
b) Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, komisaris dan direktur serta
karyawan perusahaan harus senantiasa mendahulukan kepentingan ekonomis
perusahaan diatas kepentingan ekonomis pribadi atau keluarga, maupun pihak
lain;
c) Komisaris dan direktur serta karyawan perusahaan dilarang menyalahgunakan
jabatan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, keluarga, dan pihak – pihak
lain;
d) Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang mengandung unsur
benturan kepentingan pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta;
9.5 Peran Akuntansi Profesional
Dalam mewujudkan prinsip perlakuan yang setara terhadap pemegang saham,
diantaranya, namun tidak terbatas pada :

a. Melakukan audit secara profesional

b. Membantu komisaris independen dalam melakukan reviu atas kewajaran


transaksi pihak berelasi

c. Merancang dan mengimplementasikan sistem informasi dan pengendalian

d. Mengendalikan diri dan unit / area yang menjadi tanggungjwbnya dari


keterlibatan perdagangan oleh orang dalam

e. Mendorong keterbukaan dan kewajaran dalam pengungkapan transaksi pihak


berelasi dan transaksi yg mengandung benturan kepentingan
9.6 Pelaksanaan prinsip perlakuan setara thd pemegang saham di indonesia

SUB PRINSIP PENCAPAIAN KETERBATASAN


3.A.1 • Mewajibkan hak yang sama utk seri dan jenis saham yg sama Kerangka CG blm mewajibkan /
• Pengungkapan seluruh jenis saham perusahaan secara tepat waktu kepada mendorong adanya persetujuan
investor atas perubahan hak suara suatu
• Pemegang saham punya hak suara dan pembagian deviden yg sama seri /jenis saham tertentu
• Perusahaan mempunyai 1 jenis saham dan investor dg mudah
mempelajarinya

3.A.2 • Bertanggungjawab menegakkan UU PT, UU PM,Peraturan Bapaepam – . Tidak memungkinkan adanya


LK{OJK},peraturan BI dan peraturan bursa shadow directors
. Pemegang saham tidak
ditemukan menggunakan haknya
untuk meminta pembelian kembali
sahamnya oleh perusahaan pada
saat pemegang saham tidak
menyetujui tindakan yang
dilakukan perusahaan
9.6 Pelaksanaan prinsip perlakuan setara thd pemegang saham di indonesia

SUB PRINSIP PENCAPAIAN KETERBATASAN


• Memberikan hak kepada pemegang saham utk menuntut perseroan , . pemegang saham tdk ditemukan
direksi & dewan komisaris menggunakan haknya untuk
• Pemegang saham bisa menuntut ganti rugi kpd perusahaan menuntut direksi dan dewan
• Pemegang saham bs menuntut direksi & dewan komisaris komisaris atas kelalaiannya
• Membatalkan keputusan RUPS, dewan komisaris dan direksi . regulator tidak ditemukan pernah
• Pemegang saham memiliki preemtive rights menuntut direksi / dewan
• Menyetujui transaksi pihak berelasi komisaris atas kelaiannya.
• Regulator melakukan penegakkan hukum & tindakan perlindungan investor . tidak terdapat pernyataan yang
tegas dalam peraturan perundang
undangan yg mewajibkan atau
mendorong pelaksanaan transaksi
pihak berelasi secara wajar, arms
length, dan berbasis harga pasar
3.A.3 • Kustodian wajib menginformsikan RUPS yg akan datang & menyampaikan Kerangka CG mewajibkan
informasi relevan terkait RUPS kpd pemegang saham {ultimate share – kustodian mengungkapkan
holders} informasi ttg hak suara dan
• Pemegang saham (ultimate) dpt mengarahkan pihak kustodian melakukan kebijakan penggunaan hak suara
tindakan sesuai dg kepentingan pemegang saham tsb kpd pemegang saham
• Ketentuan hukum menjamin pemegang saham dpt mengeluarkan perintah (ultimate) jk tdk ada instruksi
9.6 Pelaksanaan prinsip perlakuan setara thd pemegang saham di indonesia

SUB PRINSIP PENCAPAIAN KETERBATASAN


3.A.4 • Ketentuan hukum melarang adanya perbedaan partisipasi investor asing Belum ditemukan praktik
dalam pasar modal penggunaan sistem informasi
• Dalam ketentuan hukum yg berlaku , pemegang saham asing memiliki hak untuk mendukung pemberian hak
yg sama dg pemegang saham dosmetik suara pada saat RUPS
• Ketentuan hukum mengatur dg jelas pihak yg berhak menggunakan hak
suara
• Ketentuan hukum mewajibkan waktu yang memadai untuk pengumuman
pelaksanaan RUPS dan pemanggilan pemegang saham
• Dalam praktek tidak ditemukan pelanggaran atas ketentuan diatas

3.A.5 o Ketentuan hukum mengarahkan pelaksanaan RUPS yang terencana dengan Ketentuan hukum belum mengatur
baik (jadwal, tempat, agenda, prosedur, dll). mekanisme tertentu dalam
o Ketentuan hukum mewajibkan diseminasi hasil RUPS secara tepat waktu. penggunaan hak suara,terutama
o Dalam praktik, pemegang saham non-pengendali berpartisipasi aktif terkait isu-isu sensitif.
dalam RUPS.
o Dalam praktik ,tidak ditemukan pelanggaran atas ketentuan diatas.
9.6 Pelaksanaan prinsip perlakuan setara thd pemegang saham di indonesia

SUB PRINSIP PENCAPAIAN KETERBATASAN


3.B o Ketentuan hukum melarang perdagangan oleh orang dalam o Tidaka ada batasan periode dimana
o Ketentuan hukum mendefinisikan orang dalam direksi dan dewan komisaris tidak
o Ketentuan hukum melarang tindakan manipulasi pasar diperbolehkan melakukan perdagangan
o Ketentuan hukum mewajibkan pengungkapan perdagangan oleh saham perusahaan
orang dalam o Walaupun pemegang saham dapat
o Ketentuan hukum mewajibkan regulator untuk melakukan analisis menuntut pelanggaran hak = haknya,
data perdagangan saham namun dalam praktik jarang ditemukan
o Terdapat regulator yang diberikan kewenangan untuk mengawasi penututan oleh pemegang saham
dan menegakkan hukum terhadap perdagangan oleh orang dalam, o Dalam praktik, tidak semua
manipulasi pasar, serta transaksi merugikan lainnya. perdagangan oleh orang dalam
o Dalam praktik ,terdapat bukti regulator melakukan penegakkan diungkapkan perusahaan.
hukum atas pelanggaran berupa perdagangan oleh orang dalam, o Tidaka ada pengungkapan khusus dari
manipulasi pasar, serta transaksi merugikan lainnya. dewan komisaris dan direksi jika
o Terdapat ketentuan hukum yang mewajibkan dewan komisaris dan terdapat benturan kepentingan
direksi untuk mengungkapkan adanya kepentingan langsung terhadap transaksi tertentu.
terhadap transaksi yang akan dilakukan perusahaan. o Tanggungjawab dewan komisaris dan
o Dalam praktik, dewan komisaris dan direksi mengundurkan diri dari direksi untuk mengawasi dan
pengambilan keputusanyang mengandung benturan kepentingan. mengelola benturan kepentingan masih
perlu ditingkatkan.
9.6 Pelaksanaan prinsip perlakuan setara thd pemegang saham di indonesia

SUB PRINSIP PENCAPAIAN KETERBATASAN


3.C o Terdapat ketentuan hukum yang mewajibkan dewan komisaris dan o Tidak ada pengungkapan khusus dari
direksi untuk mengungkapkan adanya kepentingan langsung dewan komisaris dan direksi jika
terhadap transaksi yang akan dilakukan perusahaan. terdapat benturan kepentingan
o Dalam praktik, dewan komisaris dan direksi mengundurkan diri dari terhadap transaksi tertentu.
pengambilan keputusanyang mengandung benturan kepentingan. o Tanggungjawab dewan komisaris dan
direksi untuk mengawasi dan
mengelola benturan kepentingan masih
perlu ditingkatkan.
o Upaya untuk mencegah benturan
kepentingan masih terbatas.
o Dalam praktik, direksi dan dewan
komisaris tidak secara reguler
menginformasikan bisnis,keuangan,dan
kepentingan yang dimilikinya.
o Dalam praktik,masih banyak
perusahaan yang tidak memiliki
kebijakan untuk menangani benturan
kepentingan.
Hasil lain dari penilaian oleh IICD-ASEAN CG scorecard (2012-2013) menunjukkan
rerata skor penerapan prinsip OECD ke-3 di indonesia masih rendah, dengan nilai
rata-rata 35,2 pada tahun 2012 dan 51,6 pada tahun 2013.

Beberapa keterbatasan yang ditemukan pada tahun 2012 adalah :

A. Panggilan RUPS jarang disajikan dalam bahasa inggris.


B. Informasi pendukung yang menjelaskan agenda RUPS tidak tersedia atau tidak mudah untuk
diperoleh
C. Sebagian besar perusahaan tidak memiliki atau tidak mengungkapkan keberadaan kebijakan yang
mewajibkan anggota dewan komisaris dan direksi untuk melaporkan transaksi saham perusahaan yang
dilakukannya dalam kurun waktu tiga hari setelah transaksi.
D. Sebagian besar perusahaan tidak memiliki atau tidak mengungkapkan keberadaan kebijakan yang
mewajibkan komite independen meriu bahwa transaksi pihak berelasi yang material dilakukan dalam
kepentingan perusahaan.
Selain keterbatasan tersebut , hasil penilaian IICD-ASEAN scorecard juga
mengidentifikasi beberapa pencapaian praktik CG dalam penerapan prinsip
OECD prinsip ke-3, yaitu

a. UU PT mewajibkan anggota dewan komisaris dan direksi untuk tidak memberikan suara
pada diskusi dewan untuk agenda tertentu dimana mereka memiliki benturan
kepentingan.

b. Hanya sedikit transaski pihak berelasi yang dapat diklasifikasikan sebagai bantuan
keuangan oleh perusahaan kepada entitas selain perusahaan anak yang sepenuhnya
dimiliki perusahaan.
KASUS FOSS V. HARBOTTLE (1843) DALAM
MELINDUNGI PEMEGANG SAHAM MINORITAS
KASUS FOSS V. HARBOTTLE (1843) DALAM
MELINDUNGI PEMEGANG SAHAM MINORITAS
Beberapa pengecualian terhadap kasus Rule Foss v Harbottle. Pengecualiannya antara lain:

Pertama tentang ultra vires, dimana pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan dalam hal terjadinya tindakan
Direksi atau pemegang saham mayoritas yang melampaui batas kewenangannya atau ultra vires.

Kedua, tentang  special majority, yaitu dalam hal perusahaan mengeluarkan persyaratan khusus (special majority) tentang
perhitungan suara RUPS untuk tujuan mendapatkan persetujuan pemegang saham. Jika agenda atau usulan dalam RUPS yang
mengandung unsur perbuatan jahat atau ketidakberesan terhadap  laporan keuangan, maka pemegang saham dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan.

Ketiga, tentang personal rights, yaitu dalam hal  terjadi pelanggaran perusahaan terhadap pemegang saham terhadap sahamnya
atau kontrak yang ditandatangani, maka pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan.

Keempat, tentang frauds on the minority, yaitu pemegang saham minoritas berhak mengajukan gugatan ke Pengadilan jika
pemegang saham mayoritas melakukan kecurangan terhadap pemegang saham minoritas. Termasuk di dalam juga apabila terdapat
tindakan kebohongan, diskriminasi, ketidakjujuran dan ketidakadilan terhadap pemegang saham minoritas.

Kelima, tentang derivative action, yaitu setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan derivatif terhadap Direksi atau
pemegang saham mayoritas dalam hal adanya pelanggaran fiduciary duty, kesalahan dalam mengelola perusahaan, kelalaian dan
kesalahan serius lainnya.
STOCK-SPLIT FACEBOOK (2016)
Facebook mengumumkan struktur rencana perubahan struktur kepemilikan saham. Perseroan mengumumkan rencana pemecahan
nilai nominal saham atau stock split dengan rasio 1:3. Langkah ini dilakukan untuk membuat kelas saham baru non voting.
Stock split ini dilakukan untuk menjaga kepemilikan saham CEO Facebook Mark Zuckerberg untuk tetap jadi pengendali. Jika stock
split disetujui, pemegang saham Facebook akan menerima dua saham non-voting untuk setiap saham tunggal yang mereka pegang.
Jadi Facebook membuat kelas saham baru yang sahamnya tercatat tetapi tidak memiliki hak suara. Facebook akan mengeluarkan
saham disebut kelas C untuk setiap saham beredar kelas A dan B yang dimiliki pemegang saham. Saham kelas C ini akan
diperdagangkan secara publik di bawah simbol baru.
Saham kelas C akan memiliki hak-hak ekonomi sama dengan saham kelas A dan B. FB mengharapkan kalau setelah pembayaran
dividen saham, harga saham kelas A biasa umumnya akan mencerminkan rasio stock split 1:3 (Direktur Keuangan Facebook Dave
Wehner)

Zuckerberg memiliki hak suara mayoritas terhadap perusahaan. Bos Facebook itu merancang kendali perusahaan raksasa teknologi
itu dengan saham kelas ganda (dual class). 
Dalam desain itu, saham kelas B Facebook dikendalikan oleh Zuckerberg dan sekelompok kecil orang dalam Facebook, yang
mempunyai 10 suara per lembar saham. Sedangkan pemegang Saham kelas A, hanya memiliki satu suara per lembar saham. Dengan
sistem tersebut, Zuckerberg dan orang dalam Facebook, menguasai hampir 70 persen dari pengendali saham di Facebook.
Kasus PT Sumalindo Lestari Jaya (2012)
Bumi Resource Tbk Case
Bakrie Group

Vallar Plc Investasi Saham Bumi Resource


Founder by Nathaniel
Philip Rothschild TBk

Perjanjian Bakrie Group


and Nathaniel

Vallar Plc jadi Bumi Plc


Konflik Nathaniel Philip Rothschild dan Bakrie

a) Nat ingin diadakan inspeksi atas laporan keuangan yang


dibuat Hudaya di bawah management Bakrie untuk
mendapatkan transparansi.
b) Dilain sisi, Bakrie membujuk Salim Tan membeli saham
Bakrie yang di BUMI Plc, sehingga Salim Tan
mempunyai kuasa untuk memainkan kendali
management. Selain itu, Nat juga mempunyai
kepentingan untuk menguasai Mining di Asia, dan Nat
melihat potensi itu di anak perusahaan Bakrie.
Bumi Resource Tbk Case
Bakrie Group

Vallar Plc Investasi Saham Bumi Resource


Founder by Nathaniel
Philip Rothschild TBk

Perjanjian Bakrie Group


and Nathaniel

Vallar Plc jadi Bumi Plc


Under Nat and Indra
Bakrie
Bakrie Group
Tunjuk
Invest
Bumi Plc Saham Samin Tan

Nathaniel
Indra
Bakrie

Standart
TERJADI PERGANTIAN STRUKTUR Chartered

Bumi Plc

Nathaniel Salim Tan


“ Bumi Plc

Mendesak
Nathaniel RUPS
Samin Tan Bakrie Group
Mendesak


Inspeksi
Laporan
Keuangan
HASIL RUPS

Samin Tan paid $223 million to purchase the Bakrie family's 23.8% stake in the
company sebagai ganti rugi.
BUMI Plc berpisah dari Bakrie Group, menjadi awal berdirinya Asia Resource Minerals
(Explore Mine Process) yang diketuai SAMIN TAN
Conclusion dari Case

Pada Bab IX ini, membahas prinsip perlakuan setara


terhadap pemegang saham, yang mana dijelaskan sesuai
prinsip tata kelola menurut OECD prinsip III yaitu
Perlakuan Adil terhadap pemegang saham. Agar tidak
terjadi eksploitasi oleh pihak pemegang saham mayoritas
bagi pemegang saham minoritas dan mewujudkan
kesetaraan hak bagi pemegang saham.
OECD dijadikan acuan masyarakat internasional dalam
pengembangan corporate governance yang tertanam dalam
setiap prinsipnya. Dengan bergabungnya suatu negara di
OECD juga bisa untuk melindungi aset negara.

Anda mungkin juga menyukai